KESEPAKATAN BERSAMA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 01/KB/I-VIII.

dokumen-dokumen yang mirip
KESEPAKATAN BERSAMA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI NOMOR: 01/KB/I-VIII.

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. 01/KB/I-XIII.

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA, KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, DAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

KESEPAKATAN BERSAMA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR : 02/KB/I-VII.

!(E S EPAKATAN BERSAI'JIA KETUABADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUI3LII( Ii"IDONESIA DENGAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : C2lS/l-lll/6/2000

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEPALA KEPOLISIAN DAERAH BALI DENGAN KEPALA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN PROVINSI BALI

TENTANG KERJASAMA DALAM PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

KEPUTUSAN BERSAMA KETUA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN. : 42/KPK-BPKP/IV/2007 : Kep-501/K/D6/2007

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG TIM GABUNGAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG

KEPUTUSAN BERSAMA KETUA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA Nomor : KEP Nomor : KEP- IAIJ.

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG

-2- pembangunan nasional di pusat maupun di daerah sebagaimana penjabaran dari Nawa Cita demi mewujudkan Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepr

PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER- 022 /A/JA/03/2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGAWASAN KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP. 13 TAHUN 2012

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

2015, No. -2- Pelayanan Hukum di Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Ne

2011, No b. bahwa Tindak Pidana Korupsi adalah suatu tindak pidana yang pemberantasannya perlu dilakukan secara luar biasa, namun dalam pelaksan

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 1999 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 1999 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG LAWAS UTARA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEJABAT PEMERINTAHAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN KETERANGAN AHLI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG PEMERIKSAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR TENTANG TATA CARA TUNTUTAN GANTI KERUGIAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG PEMERIKSAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

TENTANG KERJASAMA DALAM PENANGANAN HASIL PEMERIKSAAN KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA YA.NG DITEMUKAN PETUNJUK ADANYA TINDAK PIDANA KORUPSI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG TIM GABUNGAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG TIM GABUNGAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG TUNTUTAN GANTI KERUGIAN DAERAH

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG PEMERIKSAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA TUNTUTAN GANTI KERUGIAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2003 TENTANG TATA CARA PERLINDUNGAN KHUSUS BAGI PELAPOR DAN SAKSI TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM. Penghargaan. Piagam. Korupsi. Tata Cara.

.ffi" A,4.,A. Pada hari ini Kamis tanggalima bulan April, tahun dua ribu dua belas, bertempat di Jakarta, yang bdrtanda-tangan di bawah ini:

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOMOR : M.HH-11.HM th.2011 NOMOR : PER-045/A/JA/12/2011 NOMOR : 1 Tahun 2011 NOMOR : KEPB-02/01-55/12/2011 NOMOR : 4 Tahun 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS

BERITA NEGARA. No.711, 2013 MAHKAMAH AGUNG. Penyelesaian. Harta. Kekayaan. Tindak Pidana. Pencucian Uang. Lainnya PERATURAN MAHKAMAH AGUNG

KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT KECAMATAN... DESA...

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 76 TAHUN 2014

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 5 TAHUN 2007 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 6 TAHUN 2007 SERI E =============================================================

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2003 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2003 TENTANG TATA CARA PERLINDUNGAN KHUSUS BAGI PELAPOR DAN SAKSI TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 1999 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI, KEWENANGAN, HAK DAN KEWAJIBAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,

Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1991 Tentang : Ganti Rugi Dan Tata Cara Pelaksanaannya Pada Peradilan Tata Usaha Negara

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2000 TENTANG KOMISI OMBUDSMAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PP 2/2002, TATA CARA PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN DAN SAKSI DALAM PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA YANG BERAT

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2003 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 4 TAHUN 1994 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN DAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KOPERASI

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.05/MEN/2011

NOTA KESEPAKATAN BERSAMA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA, KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAN KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

2017, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembara

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA TUNTUTAN GANTI KERUGIAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENGGUNAAN PEMERIKSA DAN/ATAU TENAGA AHLI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2000 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 48/MEN/IV/2004 TENTANG

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA SATUAN KERJA KHUSUS PELAKSANA KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republi

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2009 NOMOR : 13 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KPK. Gratifikasi. Pelaporan. Penetapan. Pedoman. Perubahan.

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DI KPPU KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA

2015, No Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 14

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA DENGAN TENTANG PENANGANAN MASALAH HUKUM PERDATA DAN TATA USAHA NEGARA DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAN KETUA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

Transkripsi:

KESEPAKATAN BERSAMA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 01/KB/I-VIII.3/07/2007 NOMOR: KEP- 071/A/JA/07/2007 TENTANG TINDAK LANJUT PENEGAKAN HUKUM TERHADAP HASIL PEMERIKSAAN BPK YANG DIDUGA MENGANDUNG UNSUR TINDAK PIDANA Pada hari ini, Rabu, tanggal dua puluh lima bulan Juli tahun dua ribu tujuh (25-7-2007), kami masing-masing yang bertanda tangan di bawah ini : 1. ANWAR NASUTION : Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, yang beralamat di Jalan Gatot Subroto Nomor 31, Jakarta Pusat, yang selanjutnya disebut BPK. 2. HENDARMAN SUPANDJI : Jaksa Agung Republik Indonesia, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Kejaksaan Republik Indonesia berkedudukan di Jakarta, Jalan Sultan Hasanuddin Nomor 1, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan yang selanjutnya disebut

Menimbang : a. bahwa guna mewujudkan supremasi hukum perlu upaya penyelesaian hukum yang tegas dan konkrit terhadap Hasil Pemeriksaan yang diduga mengandung unsur tindak pidana; b. bahwa terhadap Hasil Pemeriksaan yang diduga mengandung unsur tindak pidana, BPK sesuai kewenangannya menyerahkan kepada Kejaksaan Agung untuk ditindaklanjuti sesuai ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku; c. bahwa untuk memperlancar proses penegakan hukum terhadap Hasil Pemeriksaan yang diduga mengandung unsur tindak pidana, BPK dan Kejaksaan Agung memandang perlu melakukan kerjasama yang dituangkan dalam naskah Kesepakatan Bersama. Mengingat : 1. Pasal 23E Undang Undang Dasar 1945; 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana; 3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme; 4. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi; 5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; 7. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara; 8. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia; 9. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan; 10. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi. Membuat kesepakatan bersama tentang tindak lanjut penegakan hukum terhadap hasil Pemeriksaan BPK yang diduga mengandung unsur tindak pidana, dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Pengertian Dalam Kesepakatan Bersama ini yang dimaksud dengan : a. Hasil Pemeriksaan BPK yang diserahkan kepada Kejaksaan, yang selanjutnya disebut hasil pemeriksaan BPK, adalah hasil pemeriksaan yang diduga mengandung unsur tindak pidana untuk ditindaklanjuti oleh b. Penegakan Hukum adalah kegiatan penyidikan, penuntutan, pemeriksaan di pengadilan dan pelaksanaan putusan. c. Pemeriksaan lanjutan adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK berdasarkan permintaan dari Kejaksaan Agung karena bukti permulaan belum terpenuhi. d. Kerugian Negara adalah kekurangan uang, surat berharga dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai atau potensi kerugian negara yang terjadi. e. Pimpinan BPK adalah pejabat yang diberikan kewenangan untuk melakukan tindakan untuk dan atas nama BPK. f. Pejabat yang ditunjuk adalah pejabat yang ditunjuk oleh BPK atau Kejaksaan Agung sesuai dengan kebijakan internal masing-masing. Pasal 2 Maksud dan Tujuan (1) Maksud Kesepakatan Bersama adalah mengatur hubungan kerja antara BPK dan Kejaksaan Agung dalam rangka tindak lanjut penegakan hukum terhadap hasil Pemeriksaan BPK tanpa mengurangi tugas, fungsi dan wewenang masing-masing yang telah diatur dalam ketentuan perundangundangan yang berlaku. (2) Tujuan Kesepakatan Bersama antara BPK dengan Kejaksaan Agung adalah : a. Untuk mendukung optimalisasi pelaksanaan tugas dan fungsi masingmasing secara seimbang dan proporsional dalam mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. b. Tercapai koordinasi dan kerja sama dalam melakukan penegakan hukum terhadap hasil pemeriksaan BPK.

c. Dilakukan penegakan hukum terhadap hasil pemeriksaan BPK secara cepat, tepat dan tuntas. Pasal 3 Ruang Lingkup Ruang Lingkup Kesepakatan Bersama ini meliputi : a Penyerahan Hasil Pemeriksaan BPK. b Tindak lanjut penegakan hukum atas penyerahan Hasil Pemeriksaan BPK. c Kegiatan koordinasi Kejaksaan Agung dengan BPK dalam pelaksanaan tugas penegakan hukum. d Pendidikan dan Pelatihan. BAB II PELAKSANAAN KERJASAMA Pasal 4 Penyerahan Hasil Pemeriksaan (1) Apabila dalam pemeriksaan BPK terungkap hal-hal yang diduga mengandung unsur tindak pidana, maka BPK sesuai kewenangannya menyerahkan hasil pemeriksaan kepada Penegak Hukum, termasuk (2) Terhadap Hasil Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan pemaparan dan pembahasan bersama. (3) Penentuan tempat, personil dan tata cara pemaparan dan pembahasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) akan ditentukan lebih lanjut antara Auditor Utama Keuangan Negara yang terkait dan Direktorat Utama Pembinaan dan Pengembangan Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara dengan Pejabat yang ditunjuk dari Pasal 5 Tindak Lanjut (1) Apabila dari hasil pemaparan dan pembahasan disimpulkan telah terpenuhi ada bukti permulaan yang cukup tentang dugaan terjadinya suatu tindak pidana, Kejaksaan Agung akan melakukan penyidikan. (2) Dalam hal belum terpenuhi bukti permulaan yang cukup, Kejaksaan Agung dapat meminta kepada BPK untuk melakukan pemeriksaan lanjutan guna melengkapi bukti yang diperlukan.

(3) Setelah pemeriksaan lanjutan dilaksanakan dan telah dipenuhi bukti permulaan yang cukup, hasil pemeriksaan dimaksud diserahkan kepada Kejaksaan Agung untuk dilakukan penyidikan. (4) Guna menghindari berlarut-larutnya tindak lanjut temuan dimaksud, selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah diserahkan, Kejaksaan Agung memberitahukan perkembangan hasil penyidikan. Pasal 6 Kegiatan Koordinasi (1) Dalam rangka tindak lanjut penegakan hukum terhadap hasil pemeriksaan BPK, dapat dilakukan kegiatan koordinasi atas permintaan dari BPK atau (2) Kegiatan Koordinasi sebagaiman dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa: a. Pemberian Keterangan Ahli dan atau Tenaga Auditor dari BPK atas permintaan Kejaksaan Agung; b. Pemberian Tenaga Ahli dan atau Bantuan dan Pertimbangan Hukum dari Kejaksaan Agung atas permintaan BPK; c. Kegiatan lain yang dipandang perlu sesuai dengan tugas dan wewenangnya masing-masing. (3) Permintaan Kegiatan Koordinasi diajukan secara tertulis oleh Pimpinan atau Pejabat yang ditunjuk. (4) Waktu dan tempat koordinasi disepakati bersama antara BPK dan Pasal 7 (1) Dalam memberikan bantuan tenaga pemeriksa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf (a), BPK dapat memberikan bantuan Perhitungan Kerugian Negara. (2) Permintaan bantuan Perhitungan Kerugian Negara dari Kejaksaan Agung dapat diajukan oleh Kejaksaan Tinggi atau Kejaksaan Agung kepada Pimpinan BPK. (3) Atas permintaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pejabat yang ditunjuk oleh BPK menugaskan tenaga pemeriksa untuk melakukan Perhitungan Kerugian Negara. (4) Hasil penghitungan jumlah kerugian negara dituangkan dalam laporan yang ditandatangani oleh tenaga pemeriksa yang bersangkutan, dan guna menghindari berlarut-larutnya penyidikan paling lambat 2 (dua) bulan sejak

diterimanya permintaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hasil perhitungan tersebut agar diberitahukan termasuk kendala yang dihadapi apabila dalam tenggang waktu tersebut hasil perhitungan belum dapat diselesaikan. (5) Penyampaian hasil perhitungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) dilakukan oleh Pejabat yang ditunjuk. Pasal 8 Pendidikan dan Pelatihan (1) Guna meningkatkan pengetahuan dan keahlian bagi para pemeriksa BPK dan aparat Kejaksaan Agung dapat diadakan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) bersama. (2) Diklat yang dapat dilaksanakan meliputi : (a) Diklat teknis bidang hukum bagi tenaga pemeriksa BPK; (b) Diklat tentang pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara bagi aparat (c) Diklat tentang pemeriksaan investigatif. (3) Diklat dilaksanakan setelah diadakan koordinasi dan pengaturan lebih lanjut oleh Pejabat yang ditunjuk oleh instansi masing-masing. BAB III LAPORAN EVALUASI Pasal 9 (1) Dalam hal Kejaksaan Agung menerima hasil pemeriksaan BPK yang diduga mengandung unsur tindak pidana, Kejaksaan Agung memberitahukan secara tertulis perkembangan penanganan penegakan hukum kepada BPK. (2) Apabila diperlukan, BPK dapat meminta laporan perkembangan penanganan penegakan hukum atas tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK kepada BAB IV PEJABAT PENGHUBUNG Pasal 10 (1) Dalam rangka pelaksanaan Kesepakatan Bersama ini, BPK dan Kejaksaan Agung masing-masing menunjuk sekurang-kurangnya 2 (dua)

orang Pejabat Penghubung di pusat serta 1 (satu) orang di tiap-tiap Kantor Perwakilan BPK dan Kejaksaan Tinggi. (2) Penunjukan dan penggantian Pejabat Penghubung ditetapkan dengan Surat Keputusan dan diberitahukan kepada masing-masing pihak. BAB V PEMBIAYAAN Pasal 11 Biaya yang timbul dari pelaksanaan Kesepakatan Bersama ini dibebankan pada Anggaran Belanja masing-masing. BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 12 (1) Kesepakatan Bersama ini berlaku sejak tanggal penandatanganan. (2) Hal-hal lain yang belum diatur dalam Kesepakatan Bersama ini akan diatur tersendiri oleh instansi yang bersangkutan sesuai dengan kewenangannya masing-masing sepanjang tidak bertentangan dengan kesepakatan bersama ini. Disepakati di : Jakarta Pada tanggal : 25 Juli 2007 JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA, BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KETUA, ttd. Hendarman Supandji ttd. Anwar Nasution