KODE AKUN PEMERINTAH PUSAT

dokumen-dokumen yang mirip
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BANDI

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 76/PMK.05/2008 TENTANG PEDOMAN AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM MENTERI KEUANGAN,

PP NOMOR 23 TAHUN 2006 PASAL 26 dan Perdirjen 67/PB/2007Pasal 2

PEDOMAN ANALISA A. Latar Belakang Analisa B. Ruang Lingkup Analisa C. Prosedur Analisa Analisa Laporan Tingkat KPPN Analisa LAK

BAB VI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PPKD

Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2013 dan 2012 dapat disajikan sebagai berikut:

2017, No Mengingat : Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (Lembaran Ne

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuang

Realisasi Belanja Negara pada TA 2014 adalah senilai Rp ,00 atau mencapai 90,41% dari alokasi anggaran senilai Rp ,00.

GAMBARAN UMUM MODUL AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL DIREKTORAT JENDERAL KEUANGAN DAERAH

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 120/PMK.05/2009 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN TRANSFER KE DAERAH MENTERI KEUANGAN,

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 263/PMK.05/2014 TENTANG

LAPORAN KEUANGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2014 (AUDITED)

BAB V PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SKPD

I. PENDAHULUAN.

PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH. Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya

Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan. keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik.

C. PENJELASAN ATAS POS- POS NERACA

BERITA NEGARA. No.677, 2013 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Akuntansi. Pelaporan. Kebijakan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 265/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BELANJA LAIN-LAIN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 263/PMK.05/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 259/PMK.05/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 235/PMK.05/2011 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BADAN LAINNYA

2011, No BAB I KETENTUAN UMUM Bagian Pertama Definisi Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Sistem Akuntansi Investasi Pe

I. RINGKASAN. Laporan Keuangan Kementerian Pertanian 2011 (Audited)

Lampiran I. Pokok-pokok Perbedaan Dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Kas Menuju Akrual dengan Akuntansi Berbasis Akrual

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No pengelola penerimaan negara bukan pajak panas bumi diatur secara terpisah di dalam Peraturan Menteri Keuangan tersendiri; c. bahwa un


SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 264/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BELANJA SUBSIDI

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

TENTANG PEDOMAN AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM MENTERI KEUANGAN,

HUBUNGAN STANDAR DAN SISTEM AKUNTANSI. Standar Akuntansi

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 214/PMK.05/2013 TENTANG BAGAN AKUN STANDAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada tahun 2015 pemerintah pusat dan pemerintah daerah diwajibkan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk

MEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA NEGARA

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 26 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG

Halaman Kata Pengantar Pernyataan Tanggung Jawab. Daftar Tabel Daftar Grafik. viii Daftar Lampiran. ix Daftar Singkatan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 213/PMK.05/2013 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT

LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN (CALK) DINAS PENDIDIKAN KAB TEMANGGUNG 2014 BAB I PENDAHULUAN

M E T A D A T A INFORMASI DASAR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUB NOMOR 233/PMK.05/2011 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Laporan Keuangan. Konsolidasian. Prosedur.

PROVINSI JAWA TENGAH

BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI

KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN, BELANJA DAN TRANSFER

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1619, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Akuntansi. Pemerintah Pusat. Jurnal.

GAMBARAN UMUM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 13 TAHUN 2018

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 225/PMK.05/2014 TENTANG

PSAP 13 PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM (BLU)

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 44 /PMK.05/2009 TENTANG RENCANA BISNIS DAN ANGGARAN SERTA PELAKSANAAN ANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM

Laporan Keuangan Satker Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah (05) Dana Dekonsentrasi Kementerian Pertanian Semester II TA. 2014

Laporan Keuangan Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian per 31 Desember 2012

Laporan Keuangan. Deskripsi Prosedur

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 40 /PMK.05/2009 TENTANG SISTEM AKUNTANSI HIBAH MENTERI KEUANGAN,

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

I. RINGKASAN. Laporan Keuangan Kementerian Pertanian Tahun 2009 (Audited)

PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN UNIT AKUNTANSI KUASA BUN DAERAH

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 34/PJ/2017

BAGIAN ANGGARAN 089 LAPORAN KEUANGAN PERWAKILAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA BARAT SEBAGAI UNIT KUASA PENGGUNA ANGGARAN

BAGIAN ANGGARAN 087 LAPORAN KEUANGAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (AUDITED)

KEBIJAKAN AKUNTANSI KAS DAN SETARA KAS

BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04 /PRT/M/2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.2. MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KONSEP DAN SIKLUS AKUNTANSI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERMASALAHAN DANA BERGULIR SECARA UMUM


Entitas Pelaporan. Entitas Akuntansi dan Pelaporan

Laporan Keuangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun Anggaran 2015 (Audited)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 230/PMK.05/2011 TENTANG SISTEM AKUNTANSI HIBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 5 LAPORAN ARUS KAS

Laporan Keuangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun Anggaran 2016 Audited

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BANDI

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 40 /PMK.05/2009 TENTANG SISTEM AKUNTANSI HIBAH MENTERI KEUANGAN,

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

Transkripsi:

KODE AKUN PEMERINTAH PUSAT oleh : Jan Hoesada PENDAHULUAN Karangan ini merupakan pendapat pribadi, bukan pendapat KSAP, disajikan dengan hati tulus untuk manfaat sebesar-besarnya masyarakat pemerhati dan praktisi, para pakar akuntansi yang mengajar dan melakukan riset akademik, dan bagi para konsultan yang bermaksud membantu pemerintah pusat dan daerah di bidang pelaksanaan PP 24/2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Karangan dibatasi kedangkalan persepsi dan pengamatan penulis, sehingga berisiko menyesatkan apabila tak dilengkapi dengan membaca teks asli Permenkeu 13/PMK.06/2005 tentang Bagan Perkiraan Standar. Adalah hak penuh sidang pembaca untuk tidak sepakat dengan paparan bervisi pribadi ini, terutama yang bertentangan dengan ruh Permenkeu tersebut. Kode rekening akuntansi dikelola 1 oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Departemen Keuangan. Kode akun pemerintah pusat RI disebut Bagan Perkiraan Standar, adalah daftar buku besar yang ditetapkan dan disusun secara sistematis untuk memudahkan perencanaan, pelaksanaan anggaran, serta pertanggungjawaban dan pelaporan keuangan pemerintah pusat yang wajib melaksanakan Standar Akuntansi Pemerintahan. Peraturan Menteri Keuangan RI nomor 13/PMK.06/2005 tentang Bagan Perkiraan Standar telah terbit dan berlaku lebih dari setahun lalu, yaitu pada tanggal 16 Februari 2005 namun mungkin sedikit diketahui khalayak ramai di luar pemerintahan. Karena entitas pemerintah terdiri dari berbagai entitas akuntansi dan entitas pelaporan, maka pedoman kode perkiraan memfasilitasi keseragaman dan kemudahan penggabungan berbagai entitas akuntansi untuk menjadi sebuah Laporan Keuangan di bawah sebuah entitas pelaporan. Pada umumnya keuntungan atau manfaat lain dari kode perkiraan pembukuan adalah agar Laporan Keuangan berdaya banding untuk entitas-entitas setara, Laporan Keuangan berdaya banding lintas-periode untuk entitas yang sama dan berjagajaga untuk keperluan konsolidasi apabila ada. Lalu lintas antar akun dan antar entitas akuntansi/pelaporan juga menjadi lebih berpola, misalnya terkait pada rekonsiliasi PAD, pembagian hasil pajak, transfer dan kas pada entitas akuntansi yang belum menyetor ke Kas Negara dan lain-lain yang amat memudahkan manajemen keuangan pemerintahan umumnya, manajemen perbendaharaan khususnya. Lebih jauh lagi, kode akun memudahkan penyusunan perangkat lunak (software) akuntansi oleh para perancang 1 Tak ada penjelasan resmi arti kode rekening dikelola. Pengelolaan kode rekening mungkin dapat berarti manajemen kode rekening, meliputi perencanaan kode rekening, pelaksanaan kode rekening dalam akuntansi pemerintah pusat, dan pengendalian pelaksanaan agar sesuai dengan rencana kode rekening. Kita ingat pada akuntansi komersial, kode rekening digunakan (as it is), tidak pernah disebut dikelola. 1

sistem dan memudahkan penyusunan program audit Laporan Keuangan oleh Inspektorat Jenderal, BPKP dan BPK. TUJUAN KODE PERKIRAAN BAKU Tujuan pembakuan kode perkiraan akuntansi adalah mengakomodasi proses manajemen keuangan dengan anggaran berbasis kinerja sedemikian rupa agar (a) perencanaan anggaran pendapatan, belanja dan pembiayaan dilakukan secara proporsional, transparan dan profesional, (b) pelaksanaan anggaran berbasis kinerja dilakukan secara lebih berakuntabilitas, dan (c) Laporan Keuangan mengakomodasi secara baik pengendalian anggaran, pengkuran kinerja dan pelaporan kinerja keuangan dalam Laporan Keuangan. Kode perkiraan akuntansi menampilkan kumpulan akun nominal dan akun riil secara lengkap, sehingga mampu mengakomodasi neraca lajur, percobaan dan saldo (trial balance) yang kemudian menghasilkan suatu neraca dan LKK berbasis akrual. Perlu dicatat bahwa pada PP Standar Akuntansi Pemerintahan, LKK bersifat tidak wajib, sehingga produk utama trial balance ini disajikan dengan azas sukarela. Sementara itu, trial balance berbasis akrual tersebut sudah barang tentu tak akan menghasilkan suatu LRA karena berbasis kas. Namun demikian, dengan mengatur digitalisasi kode rekening pembukuan secara khusus, yaitu dengan kode nomor sortir ke Laporan Arus Kas, seluruh jurnal kas masuk dan kas keluar telah terakomodasi pula dalam sistem pembentukan neraca akrual dapat menghasilkan produk sampingan yaitu Laporan Arus Kas metode langsung. Data base jurnal akrual menuju neraca akrual itupun secara amat rinci menjurnal transaksi dan mutasi ekuitas-dana sehingga mampu menghasilkan produk sampingan khusus yaitu Laporan Perubahan Ekuitas Dana. Sebagai kesimpulan, perbandingan elemen utama Laporan Keuangan komersial dan pemerintahan tampak sebagai berikut: LK Komersial Neraca Laporan Laba Rugi Laporan Arus Kas Laporan Perubahan Ekuitas Catatan Atas Laporan Keuangan LK Pemerintahan Neraca Laporan Realisasi Anggaran Laporan Kinerja Keuangan (opsional) Laporan Arus Kas Laporan Perubahan Ekuitas Dana (opsional) Catatan Atas Laporan Keuangan BERBAGAI ASPEK PENTING KODE PERKIRAAN ANGGARAN DAN AKUNTANSI a. Kode perkiraan tersebut dikelola oleh dan dapat diubah, ditambah, dikurangi oleh Direktorat Jenderal Perbendaharan c.q. Direktorat Informasi dan Akuntansi 2, 2 Pasal 4(1) 2

Departemen Keuangan setiap saat dibutuhkan, atau oleh Tim Bagan Standar yang dibentuk Direktorat Jenderal Perbendaharaan 3. b. Kode perkiraan akuntansi pemerintahan berbasis klasifikasi belanja negara sesuai UU 17/2003 dan Government Finance Statistics (GFS) Manual 2001, mengakomodasi kelompok anggaran pendapatan, belanja dan pembiayaan, sering disebut I-account. Pendapatan terdiri atas penerimaan pajak, penerimaan bukan pajak dan penerimaan hibah. Belanja diklasifikasi berdasar (1) klasifikasi organisasi, (2) klasifikasi fungsi dan (3) klasifikasi jenis belanja. Klasifikasi belanja berdasar organisasi disusun sesuai bentuk kabinet, berdasar struktur organisasi kementerian negara/lembaga pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran, karena itu klasifikasi tersebut tidak bersifat permanen dan dalam prosesnya akan berubah-ubah. Klasifikasi berdasar berbagai fungsi pokok pemerintah sesuai penjelasan UU 17/2003 pasal 11 ayat (5), misalnya pelayanan umum, pertahanan, ketertiban dan keamanan, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas umum, kesehatan, pariwisata, kebudayaan, agama, pendidikan dan perlindungan sosial sesuai PP 21/2004. Klasifikasi belanja tak lagi memisahkan belanja rutin dan belanja pembangunan, dibagi berdasar jenis belanja pada pokoknya sesuai PP 21/2004 terdiri atas Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal, Bunga (atas hutang), Subsidi, Hibah (yang diberikan), Bantuan Sosial (yang diberikan), dan Belanja lain-lain. Pengguna kode perkiraan akuntansi diharap membedakan dengan cermat istilah penerimaan dan pendapatan negara. Penerimaan negara adalah pendapatan negara dan hibah diterima, dirinci menjadi penerimaan dalam negeri dan peneriman hibah. Penerimaan dalam negeri dibagi menjadi penerimaan perpajakan (pajak, bea dan cukai) dan penerimaan bukan pajak (PNBP) seluruhnya untuk pengeluaran negara. Hibah diterima pemerintah berasal dari dalam atau luar negeri. Belanja 4 negara terdiri atas belanja (oleh dan untuk) pemerintah pusat 5 dan belanja untuk daerah 6. Belanja untuk Daerah maksudnya adalah untuk pemerintah daerah, bukan daerah itu secara langsung, yaitu (1) dana perimbangan serta (2) dana otonomi khusus dan penyesuaian. Dana perimbangan adalah pengeluaran alokatif anggaran pemerintah pusat untuk pemerintah daerah yang ditujukan untuk keperluan pemerintah daerah, berupa dana bagi hasil, dana alokasi umum, dana reboisasi dan dana nonreboisasi (dana alokasi khusus) untuk keperluan pemerintah daerah. 3 Pasal 4(2) 4 Sengaja tak menggunakan istilah pengeluaran, namun menggunakan istilah belanja. 5 Azas pelaku dan tujuan/sasaran/penikmat belanja. 6 Azas tujuan, sasaran, penikmat belanja. 3

Dana otonomi khusus dan penyesuaian adalah pengeluaran alokatif anggaran pemerintah pusat untuk pemerintah daerah berupa dana otonomi khusus dan dana penyesuaian untuk keperluan pemerintah daerah. Belanja pemerintah pusat terdiri atas belanja pegawai, barang, modal, pembayaran bunga utang, subsidi, belanja hibah, bantuan sosial, dan belanja lain-lain. Sebagian jenis belanja tersebut di atas berpengaruh pada neraca, khususnya menambah atau mengurangi suatu aset lancar, investasi jangka panjang, aset tetap, dana cadangan dan aset lain, berpengaruh pada kewajiban jangka pendek atau jangka panjang, ekuitas dana lancar, ekuitas dana investasi dan ekuitas dana cadangan. Disamping 3 rincian belanja berdasar organisasi, fungsi dan jenis belanja, terdapat pula klasifikasi berdasar program dan kegiatan. Program adalah penjabaran kebijakan kementerian/lembaga dalam bentuk upaya yang berisi satu atau beberapa kegiatan dengan menggunakansumberdaya yang disediakan untuk mencapai hasil yang terukur dan sesuai misi kementerian negara/lembaga tersebut. Dengan demikian kegiatan adalah bagian dari program. Klasifikasi menurut program & kegiatan ditetapkan oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional berkoordinasi dengan Menteri Keuangan berdasar usulan Menteri/Pimpinan Lembaga. Sistem akuntansi umumnya, kode rekening akuntansi khususnya menggunakan klasifikasi anggaran agar mampu mengakomodasi kebutuhan pengendalian anggaran, pengukuran dan pelaporan kinerja. c. Inti anggaran berbasis kinerja yang diamanatkan pasal 14 UU 17/2003 adalah bahwa seluruh jenis belanja, program dan kegiatan organisasi atau fungsi mempunyai indikator kinerja terukur sesuai PP 21/2004 tentang Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga dengan penyatuan anggaran rutin & pembangunan dalam suatu unified budget menjelaskan kaitan kebijakan, perencanaan, penganggaran, pertanggungjawaban dan evaluasi realisasi anggaran. d. Pelaksanaan anggaran harus dicatat dalam sistem akuntansi dengan klasifikasi anggaran yang sama, agar pengendalian anggaran, pengukuran dan pelaporan kinerja keuangan dimungkinkan. e. Kementerian Negara/Lembaga wajib menyusun dan menyampaikan LK, berupa LRA, Neraca dan Catatan Atas LK. LRA disertai informasi prestasi kerja. Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara menyusun dan menyajikan Laporan Arus Kas. 4

f. Contoh penggunaan nomor kode Bagan Perkiraan Standar adalah sebagai berikut: 4. Pendapatan Negara dan Hibah 41. Penerimaan Perpajakan 42. Penerimaan Negara Bukan Pajak 43. Penerimaan Hibah 411. Pendapatan Pajak Dalam negeri 4111. Pendapatan Pajak Penghasilan 41111. Pendapatan PPh Migas Dst. Dst. Dst. Dst. 421. Penerimaan 4211. Pendapatan 42111. Pendapatan SDA Minyak Bumi Minyak Bumi 411111. Pendapatan PPh Minyak Bumi 421111. Pendapatan Minyak Bumi Dst. Dst. Dst. Dst. 431. Pendapatan 4311. Pendapatan 43111. Pendapatan 431111. Pendapatan Hibah Dalam Hibah Dalam Hibah Dalam Hibah Dalam Negeri dan Luar Negeri Negeri Negeri Negeri Dst Dst Dst Dst Sekadar sebagai contoh, apabila diurutkan ke bawah, subklasifikasi digital Bagan Perkiran Standar untuk Belanja tampak sebagai berikut : No dan besar digit Nama Perkiraan dengan kategori belanja pegawai No dan besar digit Nama Perkiraan dengan kategori belanja barang No dan besar digit Nama Perkiraan dengan katagori belanja modal 5 Belanja negara 5 Belanja negara 5 Belanja Negara 51 Belanja Pegawai 52 Belanja Barang 53 Belanja Modal 511 Belanja Gaji dan 521 Belanja Barang 531 Belanja Modal Tanah Tunjangan 5111 Belanja Gaji dan 5211 Belanja Barang 5311 Belanja Modal Tunjangan PNS Operasional 51111 Belanja Gaji PNS 52111 Belanja Barang 53111 Belanja Modal Tanah 511111 Belanja Gaji Pokok PNS BAGAN PERKIRAAN AKUNTANSI Operasional 521111 Belanja inventaris kantor Bagan perkiraan akuntansi untuk Neraca, LRA dan LAK adalah sebagai berikut : Neraca diklasifikasi sbb : 1 Aset 11 Aset Lancar 12 Investasi Jangka Panjang 13 Aset Tetap 14 Dana Cadangan 15 Aset Lain 531111 Belanja Modal Tanah 5

2 Kewajiban 21 Kewajiban Jangka Pendek 22 Kewajiban Jangka Panjang 3 Ekuitas Dana 31 Ekuitas Dana Lancar 32 Ekuitas Dana Investasi 33 Ekuitas Dana Cadangan Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Arus Kas diklasifikasi sbb : 5 Pendapatan Negara dan Hibah 41 Penerimaan Perpajakan 42 Penerimaan Negara Bukan Pajak 43 Penerimaan Hibah 6 Belanja Negara 51 Belanja Pegawai 52 Belanja Barang 53 Belanja Modal 54 Belanja Pembayaran Bunga Hutang 55 Belanja Subsidi 56 Belanja Hibah 57 Belanja Bantuan Sosial 58 Belanja lain-lain 7 Belanja Untuk Daerah 61 Belanja Dana Perimbangan 62 Belanja Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian 8 Pembiayaan 71 Penerimaan Pembiayaan 72 Pengeluaran Pembiayaan 9 Non Anggaran )* LAK saja 81 Penerimaan Non Anggaran 82 Pengeluaran Non Anggaran PENUTUP Neraca diklasifikasi menjadi aset lancar, investasi jangka panjang, aset tetap, dana cadangan dan aset lain, kewajiban jangka pendek, kewajiban jangka panjang, ekuitas dana lancar, ekuitas dana investasi dan ekuitas dana cadangan. Klasifikasi menurut program & kegiatan ditetapkan oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional berkoordinasi dengan Menteri Keuangan berdasar usulan Menteri/Pimpinan Lembaga. 6

Kode mata anggaran penerimaan (MAP) dan mata anggaran pengeluaran (MAK) perlu disesuaikan sesuai kebutuhan analisis data sebagai basis kebijakan pemerintah selanjutnya, tentu saja dibatasi kemampuan SDM dalam mengubah program dan administrasi keuangan. Penyesuaian tersebut membawa konsekuensi perubahan mendasar MAP/MAK, khususnya tak terklasifikasi lagi menjadi anggaran rutin dan pembangunan, menjadi enam digit, kecuali nama pos belanja (nomenklatur) digit tersebut tak berakhir dengan angka nol, urutan kelompok MAP/MAK selaras I-Account cq UU 17 tahun 2003, digit induk beranak/bersub tunggal mempunyai nama pos belanja sama, peruntukan sama dapat menyebabkan penggabungan kode MAK, dan kode MAK yang tak diperlukan harus dihapus. Kode rekening akuntansi dikelola oleh dan dapat diubah, ditambah, dikurangi oleh, Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Departemen Keuangan setiap saat dibutuhkan, atau oleh Tim Bagan Standar yang dibentuk Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Dengan demikian bagan Laporan Kinerja Keuangan dapat ditambahkan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan untuk melengkapi Lampiran Bagan Perkiraan pada Permenkeu 13/PMK.06/2005 agar siklus akuntansi penuh dapat digambarkan oleh kode rekening pembukuan tersebut. Pada umumnya, chart of account untuk entitas komersial menyajikan secara penuh unsur neraca dan rugi laba dalam konsep neraca lajur (trial balance) agar neraca percobaan/neraca lajur menggambarkan secara penuh sebuah siklus akuntansi. Hal yang sama dapat dilakukan bagi Neraca dan Laporan Kinerja Keuangan entitas pemerintah. Entitas yang ingin menyajikan sendiri LKK sudah barang tentu perlu mengembangkan kode rekening akuntansi bagi LKK tersebut, melengkapi Permenkeu 13 tersebut diatas. Pada umumnya, chart of account untuk realisasi anggaran dan cash flow tidak lazim pada entitas komersial, pada Permenkeu tersebut ditampilkan secara eksplisit tanpa mengganggu sebuah siklus akuntansi paripurna yang bertujuan menghasilkan neraca dan LKK. Pedoman kode rekening akuntansi adalah cetak biru yang mempunyai keterbatasan tak mencakupi jenis transaksi baru yang sebelumnya belum pernah ada, seringkali belum mengakomodasi suatu peraturan baru pemerintah yang berdampak pada kode perkiraan atau Laporan Keuangan, dan seringkali juga berlebihan untuk suatu entitas yang tak melakukan suatu transaksi khusus yang diakomodasi oleh kode perkiraan baku. Maka, pada umumnya dan lazim, para pengguna kode perkiraan baku dipersilahkan untuk melakukan modifikasi beritikad baik, yaitu agar Laporan Keuangan membiaskan semua informasi keuangan secara transparan dan akuntabel. Pada kesempatan selanjutnya, akan dibahas kode rekening akuntansi bagi pemerintahan daerah. Jakarta, 1 Maret 2006. 7