DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab III Pengukuran Sudut

dokumen-dokumen yang mirip
Alat ukur sudut. Alat ukur sudut langsung

DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab VI Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran BAB VI

DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab II Pengukuran Linier


PRAKTIKUM 1 KALIBRASI DAN PEMAKAIAN JANGKA SORONG

metrik adalah pada satuan waktu, dimana keduanya menggunakan besaran detik, menit dan jam untuk satu satuan waktu.

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A

a. 12,25 mm b. 12,20 mm c. 12,30 mm d. 12,15 mm e. 12,45 mm

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

MODUL 6 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (MENGI KI R) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs.

BAB III METODOLOGI. Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan. Selain itu juga kita dapat menentukan komponen komponen mana yang

POROS BERTINGKAT. Pahat bubut rata, pahat bubut facing, pahat alur. A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu :

B.1. Menjumlah Beberapa Gaya Sebidang Dengan Cara Grafis

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

ALAT UKUR PRESISI 1. JANGKA SORONG Jangka sorong Kegunaan jangka sorong Mengukur Diameter Luar Benda Mengukur Diameter Dalam Benda

MENGUKUR DENGAN ALAT UKUR MEKANIK PRESISI

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok xx. 1.1 Latar Belakang (Diisi sendiri)

SOAL LATIHAN 1 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

Mikrometer adalah alat ukur yang dapat melihat dan mengukur benda dengan satuan ukur yang memiliki ketelitian 0.01 mm

ALAT UKUR DAN PENANDA DALAM KERJA BANGKU

commit to user BAB II DASAR TEORI

MESIN BOR. Gambar Chamfer

BAB II LANDASAN TEORI Alat-alat Pembantu Untuk Meningkatkan Produksi Pada Mesin. dan kecepatannya sayatnya setinggi-tingginya.

Dalam menentukan ukuran utama mesin skrap ini, hal yang berpengaruh antara lain:

FORMAT GAMBAR PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR ATA 2014/2015 LABORATURIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT UNIVERSITAS GUNADARMA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

MEMBERI UKURAN PADA GAMBAR KERJA

1. PENGENALAN ALAT KERJA BANGKU

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT KOMPLEKS Ulir, Tirus, Eksentrik dan Benda Panjang

BAB III CARA PEMBUATAN ALAT TRACKE R BEARING. Rahang penahan berfungsi sebagai rumah atau sarang dari bagian komponen lain

BAB V. Tujuan: Setelah mempelajari pelajaran pada bab V, diharapkan dapat:

2. Mesin Frais/Milling

BAB IV MESIN SEKRAP. Laporan Akhir Proses Produksi ATA 2010/2011. Pengertian Mesin Sekrap

Persiapan Kerja Bubut

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB V ALAT UKUR. Berbentuk persegi panjang, bulat atau persegi empat, mempunyai dua sisi sejajar dengan ukuran yang tepat.

MODUL I PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI

JANGKA SORONG I. DASAR TEORI

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI

BAB 1. ALAT UKUR. Gambar 1. 1 Mistar ukur

SOAL LATIHAN 6 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

PBAB II MESIN BUBUT. (Laboratorium Teknik Industri Universitas Gunadarma, 2011) Gambar 2.1 Mesin Bubut

DIAL TEKAN (DIAL GAUGE/DIAL INDICATOR)

MODUL 9 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (MENGEBOR DAN MELUASKAN) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH :

LAMPIARN 1.4 TEST UJI COBA INSTRUMEN. Mata Pelajaran Tingkat/Semester : XI/ Hari / Tanggal :... Waktu. : 60 menit Sifat Ujian

Toleransi& Implementasinya

BAB IV PROSES PENGERJAAN DAN PENGUJIAN

Gambar 1.1 Hasil-hasil dari pembubutan

LAPORAN PRAKTIKUM METROLOGI INDUSTRI MODUL 5 : PROFIL PROYEKTOR. Disusun Oleh : JOSSY KOLATA ( ) KELOMPOK 5

MODUL PRAKTIKUM PROSES DAN SISTEM PRODUKSI. CNC- Computer Numerical Control Oleh : Arief Darmawan

DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab IV Pengukuran Ulir BAB IV PENGUKURAN ULIR

PANDUAN PENYETELAN THEODOLIT DAN PEMBACAAN SUDUT (Latihan per-individu dengan pengawasan Teknisi Laboratorium)

SOAL LATIHAN 3 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

PERTEMUAN 6 PENYAJIAN GAMBAR KHUSUS

PROSES BUBUT (Membubut Tirus, Ulir dan Alur)

MAKALAH MESIN BUBUT DAN MESIN GURDI

SOAL LATIHAN 4 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A

PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI MEKANIK JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN

FM-UII-AA-FKU-01/R0 MESIN BUBUT 2.1. TUJAN PRAKTIKUM

M O D U L T UT O R I A L

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 1 SENTERING, PENGATURAN SUMBU I VERTIKAL DAN PEMBACAAN SUDUT PADA TEODOLIT FENNEL KASSEL

MATA KULIAH PROYEKSI & PERSPEKTIF

ANGKA UKUR. Angka ukur diletakan di tengah-tengah garis ukur. Angka ukur tidak boleh dipisahkan oleh garis gambar. Jadi boleh ditempatkan dipinggir.

III. METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PARAMETER POTONG TERHADAP DIAMETER PITS ULIR METRIK

c. besar c. besar Figure 1

BAB III MESIN FRAIS. ( Gambar-gambar Mesin. 2011) Gambar 3.1 Bentuk-bentuk Hasil Frais

BAHAN AJAR LEMBAR KERJA SISWA (LKS)

SURVEYING (CIV -104)

PROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd.

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB 3 PROSES FRAIS (MILLING)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. gambar kerja sebagai acuan pembuatan produk berupa benda kerja. Gambar

Oleh: Nurul Yahady Tahir Mide Penera Tingkat Terampil

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

PEMBUATAN ALAT PEMEGANG MATA BOR DALAM RANGKA REKONDISI PERALATAN MESIN BOR KOORDINAT ACIERA 22 TA LABORATORIUM PEMESINAN JURUSAN TEKNIK MESIN

BAB II MESIN BUBUT. Gambar 2.1 Mesin bubut

PERTEMUAN 13 TOLERANSI GEOMETRI DAN KONFIGURASI PERMUKAAN

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. identifikasi dari masing-masing komponen Mesin Pemoles pada casing

BAB II Mesin Bubut I II. 1. Proses Manufaktur II

28 Gambar 4.1 Perancangan Produk 4.3. Proses Pemilihan Pahat dan Perhitungan Langkah selanjutnya adalah memilih jenis pahat yang akan digunakan. Karen

a. Macam-macam palu yang kita jumpai : - Palu pena kepala bulat - Palu pena kepala lurus atau silang - Palu keling

Gambar 1. Kepala tetap, tampak spindel utam a mesin

PROSES PERMESINAN. (Part 2) Learning Outcomes. Outline Materi. Prosman Pengebor horisontal JENIS MESIN GURDI

MEMBERI UKURAN PADA GAMBAR KERJA

BUKU 3 PROSES FRAIS (MILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODUL 1 MEKANIKA (PENGUKURAN DASAR PADA BENDA PADAT)

Parameter Pemotongan pada Proses Pembubutan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Muiai. Kapasitas: A4 Bahan pola : Lilin Pahat: Gurdi Daya: 1/16HP. Sketsa alat. Desain gambar

MODUL PRAKTIK KERJA BANGKU

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Ruang Lingkup Penggunaan mesin sekrap Penggunaan alat-alat perkakas tangan

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN MEMPERGUNAKAN MESIN BUBUT (KOMPLEK)

MODUL 10 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (MENGETAP DAN MENYENAI ) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH :

BAHAN AJAR BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

JENIS-JENIS GARIS DAN ALAT-ALAT GAMBAR. Jenis-jenis Garis

BAB 4 PROSES GURDI (DRILLING)

Menentukan Peralatan Bantu Kerja Dengan Mesin Frais

Transkripsi:

BAB III Tujuan : Setelah mempelajari materi pelajaran pada bab III, diharapkan mahasiswa dapat : 1. Menyebutkan bermacam-macam alat ukur sudut, baik alat ukur sudut langsung maupun alat ukur sudut tak langsung.. Menggunakan bermacam-macam alat ukur sudut untuk memeriksa sudut-sudut benda ukur dengan cara yang tepat dan benar. 3. Membaca skala alat-alat ukur sudut langsung dengan benar.

133 BAB III PENGUKURAN SUDUT Benda ukur menurut geometrisnya tidak selamanya mempunyai dimensi ukuran dalam bentuk panjang. Akan tetapi adakalanya di samping mempunyai dimensi panjang juga mempunyai dimensi sudut. Ketepatan sudut benda kerja untuk maksud-maksud tertentu ternyata sangat diperlukan, misalnya sudut blok V (V-block), sudut alur berbentuk ekor burung, sudut ketirusan poros dan sebagainya. Untuk itu, pengukuran sudut perlu dipelajari caranya. Prinsip-prinsip pengukuran yang digunakan untuk pengukuran linier juga berlaku untuk pengukuran sudut. Seperti halnya pada ukuran panjang maka sudut pun mempunyai satuan sendiri yaitu derajat. Satu lingkaran penuh= 60. Satu derajat = 60 menit (1 = 60 ), dan satu menit = 60 detik (1 =6 ). Satuan sudut dalam derajat ini adalah satuan menurut sistem inchi. Sedangkan untuk sistem metrik, satuan sudut adalah radian. Satu radian =, sedangkan Satu derajat (1 )=, dimana:. Dalam pengukuran sudut juga ada alat-alat ukur sudut yang bisa langsung dibaca hasil pengukurannya, ada juga yang harus menggunakan alat-alat bantu lain dalam arti tidak bisa langsung dibaca hasil pengukurannya. Oleh karena itu, dalam pembahasan pengukuran sudut akan dibicarakan pengukuran sudut langsung dan tak langsung beserta alat dan cara menggunakannya. A. Alat Ukur Sudut Langsung dan Cara Menggunakannya. Beberapa alat ukur yang bisa digunakan untuk mengukur sudut secara langsung adalah busur baja (pretractor), busur bilah (universal bevel protractor) dan proyektor bentuk (profile projector). 1. Busur Baja (Protractor) Busur baja merupakan alat ukur sudut yang hasil pengukurannya dapat langsung dibaca pada skala ukurnya. Alat ini dibuat dari pelat baja dan dibentuk setengah lingkaran dan diberi batang pemegang serta pengunci. Pada pelat setengah lingkaran itulah dicantumkan skala ukuran sudutnya. Untuk memudahkan, pelat berbentuk lingkaran yang berskala ini kita sebut dengan piringan skala utama. Antara piringan skala utama dengan batang penegang dihubungkan dengan pengunci yang mempunyai fungsi untuk mematikan gerakan dari piringan skala utama waktu mengukur.

134 Busur baja ini hanya mempunyai ketelitian sampai 1. Piringan skala setengah lingkaran diberi skala sudut dari 0 sampai 180 secara bolak balik. Satu skala kecil besarnya sama dengan 1. Busur baja ini cocok digunakan untuk mengukur sudut-sudut benda ukur terutama yang terbuat dari pelat. Di samping itu untuk pengukuran yang cepat alat ini tepat juga untuk mengukur sudut-sudut alat potong cutting tool misalnya sudut dari mata bor drill atau muka pahat bubut. Untuk mengukur sudutsudut yang kecil atau terpancung, maka dalam menggunakan busur baja ini dapat dibantu dengan penyiku. Gambar-gambar berikut ini menunjukkan gambar dari busur baja dan contoh-contoh penggunaannya. Gambar 3.1 Busur baja protractor. Gambar 3.. Mengukur sudut benda ukur.. Busur Bilah (Universal Bevel Protractor) Alat ukur sudut ini penggunaanya lebih luas dari pada busur baja. Gambar 3.4 menunjukkan sebuah busur bilah. Dari gambar tersebut nampak bahwa bagian-bagian dari busur bilah adalah piringan skala utama, skala nonius (vernier), bilah utama, badan/landasan, kunci nonius dan kunci bilah. Skala utama mempunyai tingkat kecermatan hanya 1 derajat. Dengan bantuan skala nonius maka busur bilah ini mempunyai ketelitian sampai 5 menit. Kunci nonius digunakan untuk menyetel skala nonius dan kunci bilah digunakan untuk mengunci bilah utama dengan piringan skala utama.

135 Dengan adanya bilah utama dan landasan maka busur bilah ini dapat digunakan untuk mengukur sudut benda ukur dengan berbagai macam posisi. Untuk hal-hal tertentu biasanya dilengkapi pula dengan bilah pembantu. Bilah utama dan bilah pembantu bisa digeser-geserkan posisinya sehingga proses pengukuran sudut dapat dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip pengukuran yang betul. Gambar 3.3. Busur bilah (universal bevel protractor).1. Cara Membaca Skala Ukur Busur Bilah Prinsip pembacaannya sebetulnya tidak jauh berbeda dengan prinsip pembacaan mistar ingsut, hanya skala utama satuannya dalam derajat sedangkan skala nonius dalam menit. Yang harus diperhatikan adalah pembacaan skala nonius harus searah dengan arah pembacaan skala utama. Jadi, harus dilihat ke mana arah bergesernya garis skala nol dari nonius terhadap garis skala utama. Sebagai contoh lihat Gambar 3.4. di bawah ini. Gambar tersebut menunjukkan ukuran sudut sebesar 50 55 (lima puluh derajat lima puluh lima menit). Garis nol skala nonius berada di antara 50 dan 60 dari skala utama, tepatnya antara garis ke 50 dan 51. Ini berarti penunjukkan skala utama sekitar 50 derajat lebih. Kelebihan ini dapat kita baca besarnya dengan melihat garis skala nonius yang segaris dengan salah satu garis skala utama. Ternyata yang segaris adalah garis angka 55 dari skala nonius. Ini berarti kelebihan ukuran tersebut adalah 55 menit (11 garis di sebelah kiri garis nol: 11 x 5 menit = 55 menit). Jadi, keseluruhan pembacaannya adalah 50 derajat ditambah 55 menit = 56 derajat 55 menit (50 55 ).

136 Gambar 3.4. Pembacaan skala busur bilah. 3 Proyektor Bentuk (Profile Projector) Proyektor bentuk merupakan alat ukur yang prinsip kerjanya menggunakan sistem optis dan mekanis. Sistem optis digunakan untuk memperbesar bayangan dari benda ukur. Sedang sistem mekanis digunakan pada sistem pengubah mikrometernya. Bayangan benda ukur bisa dilihat pada layar dan hasil pengukuran (besarnya dimensi benda ukur) bisa dilihat pada skala mikrometer atau skala sudut. Dengan demikian, proyektor bentuk ini bisa digunakan untuk mengukur bentuk, mengukur panjang dan mengukur sudut. Karena komponen-komponen utamanya banyak menggunakan lensa maka benda-benda yang diukur dengan proyektor bentuk harus mempunyai dimensi ukuran yang relatif kecil. Hal ini perlu guna menghindari rusaknya permukaan lensa tempat meletakkan benda ukur. Bagan dari proyektor bentuk dapat dilihat pada Gambar 3.5. Dari gambar tersebut dapat dijelaskan disini beberapa komponen penting dari proyektor bentuk antara lain yaitu lampu, lensa kondensor, filter penyerap panas, filter berwarna, kaca alas, lensa proyeksi, cermin datar dan layar. Cara kerja ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut: Benda ukur diletakkan di atas kaca alat, bila perlu digunakan penjepit benda ukur. Lampu dinyalakan untuk mendapatkan sinar yang sinarnya diarahkan ke benda ukur. Dengan adanya lensa proyeksi dan kaca/cermin datar maka sinar dibiaskan menuju layar. Dengan adanya sinar ini maka bayangan dari benda ukur akan dapat dilihat pada layar. Bayangan tersebut akan kelihatan dengan dimensi ukuran yang lebih besar dari pada dimensi sesungguhnya. Hal ini terjadi karena proyektor bentuk ini dilengkapi dengan lensa pembesar. Hasil pengukuran dapat dilihat pada skala mikrometer ataupun skala sudut. Sistem skala sudutnya sama dengan

137 sistem skala sudut dari busur bila yang mempunyai skala utama dan skala nonius. Untuk pengukuran sudut, tingkat kecermatan yang bisa diperoleh dengan proyektor bentuk adalah 6 menit (6 ). Gambar 3.9 Bagan dari proyektor bentuk Untuk pengukuran benda ukur yang bersudut dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: dengan menggunakan layar yang berskala dn dengan memutar meja di mana skala sudut berada. Bila yang digunakan layar berskala maka yang dibaca hasi pengukurannya adalah skala yang ada pada layar. Sebaliknya bila yang digunakan untuk mengukur sudut adalah dengan memutar meja (rotary table) maka hasil pengukurannya dapat dibaca pada skala sudut yang diletakkan di atas meja putar tersebut. B. Alat Ukur Sudut Tak Lansgung Dalam pengukuran sudut sering juga dijumpai bahwa kita tidak bisa membaca langsung hasil dari pengukuran tersebut karena alat ukur yang digunakan tidak memungkinkan untuk maksud di atas. Dengan demikian alat ukur yang digunakan dapat disebut dengan alat ukur sudut tak langsung. Beberapa alat ukur sudut tersebut antara lain adalah : pelingkup sudut, blok sudut, batang sinus, senter sinus, rol dan bola baja. 1. Pelingkup Sudut Konstruksi dari pelingkup sudut terdiri dari beberapa bilah yang disusun sedemikian rupa sehingga dalam penggunaannya dapat disesuaikan dengan bentuk dari benda ukur. Gambar 3.6. menunjukkan konstruksi sederhana dari pelingkup sudut. Pengukuran sudut dengan pelingkup sudut tidak bisa diketahui secara langsung besarya sudut yang diukur, melainkan harus dicek dulu dengan busur baja atau busur bilah. Oleh karena itu, sebelum dicek dengan busur baja atau busur bilah maka kedudukan dari masing-masing bila dari pelingkup sudut harus dikeraskan/dikunci dulu dengan penguncinya agar posisinya tidak

138 berubah waktu diambil dari benda ukur. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya kesalahan pengukuran sudut. Gambar 3.6. Pelingkup sudut.. Blok Sudut (Angle Gauge) Pada pengukuran linier tak langsung sudah dibicarakan tentang blok ukur (gauge block). Pada pengukuran sudut secara tak langsung pun ada alat-alat ukur yang berupa balok baja yaitu yang disebut dengan blok sudut. Blok sudut biasanya mempunyai ukuran panjang lebih kurang 75 mm dan lebar biasanya 16 mm. Bagian tebalnya tidak sejajar karena kedua ujung memanjangnya membentuk sudut. Dua permukaan dari sisi yang membentuk sudut tadi mempunyai bentuk yang rata dan halus sehingga memungkinkan dapat dilekatkan dengan permukaan blok sudut lainnya. Karena kedua sudut dari sisi-sisi yang rata dan halus itu membentuk sudut maka sudut yang mengecil biasanya diberi tanda minus ( ) dan sudut untuk ujung yang lebih besar diberi tanda plus ( + ). Tanda-tanda seperti itu diperlukan guna menghindari terjadinya kesalahan perhitungan. Bila dua atau lebih blok sudut disusun dengan tanda-tanda yang sama pada satu ujungnya maka berarti sudutnya makin menjadi besar yang nilainya adalah jumlah angka-angka yang tercantum pada setiap blok sudut. Akan tetapi, bila yang disusun pada satu ujung susunan tanda-tandanya tidak sama maka besarnya sudut adalah jumlah yang bertanda plus (+) dikurangi dengan jumlah yang bertanda minus ( ). Biasanya blok sudut ini disusun dalam satu kotak yang terdiri dari beberapa blok sudut dengan tingkat perbedaan sudut yang bermacammacam. Dengan demikian kita dapat menyusun bermacam-macam susunan blok sudut dengan variasi yang bermacam-macam pula. Yang banyak terdapat adalah blok ukur yang dalam satu set terdiri 15 blok rinciannya adalah sebagai berikut: Blok sudut dalam derajat : 1, 3, 9, 7, 41 = 5 blok Blok sudut dalam menit : 1, 3, 9, dan 7 = 4 blok Blok sudut dalam menit : 3, 6, 0 dan 30 = 4 blok Jumlah = 15 blok

139 Adapula yang dalam satu setnya terdiri dari 16 blok, yaitu blok sudut yang dibuat oleh pabrik Starret, rinciannya adalah sebagai berikut : Blok sudut dalam derajat : 1, 3, 5, 50, 45 = 6 blok Blok sudut dalam menit : 1, 3, 5, 0, dan 30 = 5 blok Blok sudut dalam menit : 1, 3, 5, 0 dan 30 = 5 blok Jumlah = 16 blok Gambar 3.7. Satu set blok sudut Berikut ini sebuah contoh penyusunan blok sudut dan cara mengecek benda ukur dengan blok sudut yang sudah disusun. Misalnya akan membentuk 3 sudut 36 0 5 1 dan 6 0 16. Contoh susunannya lihat Gambar 3.8. di bawah ini: Gambar 3.8 Contoh susunan blok sudut.

140 Untuk mengecek apakah permukaan benda ukur sudah satu bidang dengan permukaan susunan blok dapat dicek dengan pisau/bilah tipis pelengkap dari blok sudut. Bila masih ada celah berarti sudut benda ukur belum sama dengan sudut susunan blok sudut. Atau bisa juga dicek dengan jam ukur Gambar 3.9. Mengecek sudut benda ukur dengan sudut susunan blok sudut.. 3. Batang Sinus (Sine Bar) Batang sinus ini merupakan pelat baja yang sudah diproses dengan perlakuan panas tertentu, pada bagian dari kedua ujungnya dilengkapi dengan semacam silinder atau rol yang diameternya sama. Jarak antara senter dari kedua rol tersebut bermacam-macam, ada yang 100 mm, ada yang 5 mm, dan ada pula yang berjarak 300 mm. Jarak inilah yang digunakan sebagai dasar perhitungan dalam menggunakan batang sinus. Dalam penggunaannya, biasanya harus dilengkapi/dibantu dengan jam ukur dan blok ukur. Jam ukur digunakan untuk mengecek kedataran permukaan benda ukur, sedangkan blok ukur digunakan untuk sebagai landasan guna membuat permukaan benda ukur menjadi data sejajar dengan meja tempat pengukuran (surface table). Lihat Gambar 3.10. dibawah ini. Gambar 3.10. Pengecekan sudut benda ukur dengan batang sinus.

141 Benda ukur diletakkan sedemikian rupa sesuai dengan sudut yang mana yang akan dicek. Susunlah blok ukur dengan ukuran tertentu dan tempatkan di bawah salah satu ujung batang sinus, biasanya pada ujung yang tidak ada kait/penahan benda ukur seperti nampak pada batang. Kalau digambarkan secara trigonometri maka diperoleh gambaran hubungan antara sudut benda ukur dengan tinggi susunan blok ukur dan dengan panjang dari batang ukur. Hubungan tersebut dapat dijelaskan dengan rumus sinus sebagai berikut : Dimana: = sudut yang dibentuk batang sinus terhadap meja datar karena adanya susunan blok ukur. Sudut ini sama besarnya dengan sudut benda ukur yang dicek karena permukaan benda ukur sejajar dengan permukaan meja ukur. H = tinggi susunan blok ukur, dalam mm. L = panjang batang sinus, dalam mm. Pengukuran dengan batang sinus akan banyak dijumpai kesalahan pengukuran bila proses pengukuran tidak dilakukan menurut prinsipprinsip pengukuran yang benar. Dalam penyusunan blok ukur, bila kurang memahami sifat dan cara menyusun blok ukur berarti sudah satu kesalahan. Kemudian kurang cermat dalam menggunakan batang sinus dalam pengukuran sudut harus diperhatikan betul bagaimana menyusun blok ukur dan bagaimana cara menggunakan jam ukur dengan cara yang betul pula. Biasanya kesalahan sinus dapat terjadi pada waktu pengukuran dengan alat-alat sinus seperti halnya dengan penggunaan batang sinus. Perlu juga diingat bahwa untuk memastikan bahwa posisi muka ukur benda ukur betul-betul sejajar dengan meja ukur maka perlu diperhatikan posisi dari jarum penunjuk jam ukur. Bila jarum penunjuk itu masih bergerak ke kiri atau ke kanan pada waktu jam ukur digeser ke kiri dan ke kanan berarti posisi muka ukur belum sejajar dengan permukaan meja rata. Bila kesejajaran ini belum diperoleh maka perhitungan sudut belum bisa dilakukan. 4. Senter Sinus (Sine Center) Untuk poros-poros yang berbentuk tirus (konis) maka pengukuran sudutnya kurang tepat kalau dilakukan dengan batang sinus karena batang sinus sangat cocok untuk benda ukur yang berbentuk balok. Alat ukur sudut dengan prinsip sinus lain yang bisa digunakan untuk mengukur sudut ketirusan poros adalah sine center atau senter sinus.

14 Gambar 3.11 menunjukkan bagan dari senter sinus. Prinsip dan perlengkapan bantu yang digunakan dalam pengukuran dengan senter sinus sama saja dengan batang sinus yaitu diperlukan blok ukur dan jam ukur. Pengukuran sebaiknya dilakukan di atas meja rata. Pasanglah poros konis pada senter sinus dengan jalan mengendorkan dan mengencangkan poros senter sebagai pemegang benda ukur. Susunlah blok ukur sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. Untuk memperkirakan tingginya susunan blok ukur bisa dilakukan dengan bantuan jam ukur. Benda ukur diberi batas pada kedua ujungnya dengan maksud untuk menunjukkan batas dari pergeseran jam ukur. Kita setel posisi nol pada garis batas di bagian diameter kecil, lalu digeserkan ke arah garis batas pada bagian diameter yang besar. Dicatat perubahan dari jarum penunjuk jam ukur dengan maksud untuk digunakan sebagai dasar menentukan tingginya susunan blok ukur yang kira-kira mendekati tinggi sebenarnya. Cara ini agaknya lebih cepat dari pada disusun blok secara perkiraan saja satu per satu. Untuk dapat menghitung sudut poros konis maka syarat pertama adalah muka ukur benda ukur harus sejajar dengan permukaan meja rata. Bila perhitungan tetap dilakukan tanpa memperhatikan kesejajaran muka ukur dan muka meja rata, maka kesalahan pengukuran tentu akan terjadi. Gambar 3.1 Penggunaan senter sinus Untuk perhitungan sudutnya maka yang dihitung adalah separoh dari sudut poros konis tersebut. Secara trigoneometri dapat dilihat skema hubungan antara sudut konis dengan tinggi blok ukur dan jarak tempuh jam ukur pada Gambar 3.1. berikut ini:

143 Dimana: PQ = jarak geser jam ukur. H = setengah sudut konis = tinggi susunan blok ukur Gambar 3.1. Penggunaan senter sinus Perlu juga diperhatikan bahwa pada waktu meletakkan susunan blok ukur di bawah salah satu ujung landasan senter sinus sebaiknya blok ukur yang tipis diletakkan paling bawah sehingga menempel pada permukaan meja rata. Hal ini dimaksudkan agar terjadinya pembengkokan blok ukur dapat dihindari. 5. Rol dan Bola Baja Pengukuran sudut untuk poros atau lubang yang berbentuk tirus selain bisa dilakukan dengan senter sinus juga bisa dilakukan dengan menggunakan rol dan bola baja. Dengan bantuan rol dan bola baja maka pengukuran sudut konis poros atau lubang dapat dilakukan dengan berbagai cara. Di samping poros dan lubang maka sudut-sudut benda ukur yang lain ukur yang lain pun bisa diukur dengan menggunakan rol dan bola baja, misalnya sudut dari permukaan benda yang berbentuk ekor burung (dove tail). Berikut beberapa contoh pengukuran sudut dengan menggunakan rol dan bola baja yang ditunjukkan dengan beberapa gambar. 5.1. Mengukur Sudut Luar dan Dalam dengan Rol dan Bola Baja Untuk melakukan pengukuran sudut dengan bantuan rol dan bola baja maka diperlukan alat-alat perlengkapan yang lain yaitu meja rata, mistar ingsut atau mikrometer, mistar ketinggian, blok ukur, rol dan bola baja serta alat-alat pembersih. Di samping itu, karena ini pengukuran tidak langsung maka pengetahuan tentang trigoneometri perlu dikuasai. Pengentahuan ini sangat penting karena sangat membantu di dalam perhitungan-perhitungan radius dan sudut.

144 5.1.1. Pengukuran Sudut Luar D X 1 = diameter rol = celah antara muka ukur dengan rol = sudut benda ukur 5.1.. Pengukuran Sudut Konis Luar Bisa dilakukan dengan dua cara yaitu dengan memberi blok ukur di bawah rol yang sebelah bawah dan bisa tanpa menempatkan blok ukur di bagian diameter kecil. Bila dengan tambahan blok ukur maka : m1 m tg 1 / = h 1 h Bila tanpa tambahan blok ukur maka : m1 m tg 1 / =, h = 0 h1 m 1 dan m h 1 dan h = jarak bagian luar dari rol yang diukur dengan mikrometer = tinggi susunan blok ukur yang diukur dengan mistar ketinggian. 5.1.3. Pengukuran Sudut Dove Tail Luar m1 m tg = h1 900 s = m 1 -d(cot +1)+Htan = sudut dove tail luar H = tinggi dove tail h = tinggi blok ukur d = diameter rol 5.1.4. Pengukuran Sudut Balam

145 x Sin = d x = jarak celah antara muka ukur dengan rol d = diameter rol Sin 1 / = d x d x d d x d d 5.1.5. Pengukuran Sudut Konis Dalam Sin = (h 1 d d1 h) (d1 d) Tingginya h1 dan h bisa diukur dengan mikrometer kedalaman. Untuk pengukuran sudut konis dalam dengan rol dan bola baja ini dapat dilakukan dengan bermacam cara. Perhitungannnya hanya menggunakan prinsip trigonometri. 5.1.6. Pengukuran Sudut Blok V Sin1/ h d d d h1 1 d 1 d1 dan d = diameter bola baja.

146 5.1.7. Pengukuran Sudut Kaliber Ring Konis tan = M1 M h 90 0 D = M 1 +d (1+cot ) Dmaks = D-(H-S) tan Dmin = D-H tan 5.1.8. Pengukuran Sudut Dalam Alur Lihat segitiga ABC, BC tan / AB d d1 tan / M1 d1 M d d d1 tan / M M d d d d BC M1 d AB 1 1 1 M 1 d C. Pertanyaan-pertanyaan 1. Sebutkan beberapa alat ukur sudut langsung dan alat ukur sudut tak langsung.. Berapakah besarnya satu skala (divisi) dari alat ukur sudut busur baja (protractor)? 3. Sebutkan bagian-bagian utama dari busur bilah (universal bevel protractor). 4. Berapakah besarnya ketelitian dari alat ukur sudut busur bilah? 5. Berapakah besarnya tingkat ketelitian yang bisa dicapai oleh alat ukur sudut proyektor bentuk (profile projector)? 6. Sebutkan cara pengukuran sudut yang bisa dilakukan dengan proyektor bentuk. 7. Sebutkan beberapa macam alat ukur sudut tak langsung.

147 8. Buatlah susunan blok sudut yang menunjukkan ukuran 36 5 dan 6 8 53, yang dipilihkan dari set blok sudut : 1, 3, 5, 3, 45 ; ; 30, 0 5, 3, 1, 1, 3, 5, 0, 30 ; 9. Pada pemeriksaan sudut dengan batang sinus (sine bar) diperlukan susunan blok ukur setinggi 0.345 mm dan panjang batang sinus = 150 mm, berapakah besarnya sudut benda ukur yang diperiksa. 10. Pada pemeriksaan ketirusan poros diperlukan susunan blok ukur sebesar = 15.5 mm, panjang bagian poros yang diperiksa 95 mm, berapakah besarnya sudut tirus poros tersebut? 11. Carilah rumus yang menghitung besarnya sudut konis luar dengan menggunakan rol baja dan blok ukur.