HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM SUSU DAN OLAHRAGA DENGAN KEPADATAN TULANG REMAJA (Studi di SMAN 3 Semarang) Wulandari Meikawati, Rizki Amalia

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRAK. FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG REMAJA (Studi di SMA Negeri 3 Semarang)

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada masa remaja puncak pertumbuhan masa tulang (Peak Bone Massa/PBM)

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa remaja memberikan dampak pada masalah kesehatan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Kalsium adalah mineral yang paling banyak kadarnya dalam tubuh manusia

BAB I PENDAHULUAN. Gambaran asupan...,rindu Rachmiaty, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya patah tulang. Selama ini osteoporosis indentik dengan orang tua tapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pencegahannya. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsumsi kalsium..., Endang Mulyani, FKM UI, 2009

LATIHAN, NUTRISI DAN TULANG SEHAT

BAB I PENDAHULUAN. pada sekelompok masyarakat disuatu tempat. Hal ini berkaitan erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif yang. menjadi permasalah global di bidang kesehatan termasuk di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. tulang dan osteoporosis di kehidupan selanjutnya (Greer et al,2006)

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009).

MANFAAT KEBIASAAN SENAM TERA PADA WANITA TERHADAP KEPADATAN MINERAL TULANG DI DUSUN SOROBAYAN, GADINGSARI, SANDEN, BANTUL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan cairan empedu, dinding sel, vitamin dan hormon-hormon tertentu, seperti hormon seks dan lainnya (Gondosari, 2010).

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ASUPAN KALSIUM PADA REMAJA DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. mineral tulang disertai dengan perubahan mikroarsitektural tulang,

KADAR KALSIUM DAN FOSFOR DARAH PADA TIKUS YANG DIBERIKAN MOCAF TERFORTIFIKASI KALSIUM DARI CANGKANG TELUR AYAM RAS

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, Universitas Indonesia

Calcium Softgel Cegah Osteoporosis

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

Faktor-faktor yang berhubungan dengan asupan kalsium pada remaja di Kota Bandung

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan pembentukan tulang. Salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur. diperkirakan akan meningkat pada tahun 2025 yaitu 73,7 tahun.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta merupakan kota metropolitan yang terbagi. Jakarta Barat, Jakarta Timur, dan Kep.Seribu (Riskesdas 2010).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan LAKI-LAKI PEREMPUAN

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga hal tersebut akan mempengaruhi pola konsumsi gizi dan aktivitas fisik

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Tugas Akhir Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia (Khomsan, 2013). Menurut Undang-Undang No.13/1998

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masih memiliki beberapa ketertinggalan dan kekurangan jika dibandingkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini masalah pangan dan gizi menjadi permasalahan serius di

Gambaran Densitas Mineral Tulang (DMT) pada Kelompok Dewasa Awal (19-25 Tahun) (Studi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro)

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja sering disebut dengan masa pubertas. Dimana masa

LEMBARAN KUESIONER. Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan penyakit osteoporosis

BAB I PENDAHULUAN. tulang ditentukan oleh tingkat kepadatannya. Penurunan massa tulang akan terus

ABSTRACT. Keywords : high calcium milk, adolescent boys, blood calcium concentration, bone density.

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan salah satu faktor utama penyebab pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan antara..., Isni Utami I., FKM UI, 2009

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPADATAN TULANG PADA WANITA POSTMENOPAUSE

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang biasa disebut sebagai silent

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Karakteristik kasus menopause..., Herdiana Christanty Sihombing, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA

EFEK JALAN KAKI PAGI TERHADAP KEPADATAN MINERAL TULANG PADA WANITA LANSIA DI DESA GADINGSARI SANDEN BANTUL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SUBJEK, ASUPAN ZAT GIZI, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEKUATAN OTOT ANAK USIA SEKOLAH DI KABUPATEN PURWAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko tinggi, salah satunya adalah kelompok remaja.

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tulang dan gigi terutama dalam bentuk hidroksiapatit, hanya sebagian kecil dalam

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakatakan hidup sehat. menyebabkan jumlah usia lanjut menjadi semakin banyak, tak terkecuali di

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda (Double

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu

Osteoporosis, Konsumsi Susu, Jenis Kelamin, Umur, dan Daerah, Di DKI Jakarta, Jawa Barat,

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN. akan zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein, dan

GAYA HIDUP SEHAT. Faktor Mempengaruhi Kesehatan Usia Dewasa

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM SUSU DAN OLAHRAGA DENGAN KEPADATAN TULANG REMAJA (Studi di SMAN 3 Semarang) Wulandari Meikawati, Rizki Amalia Abstrak Latar Belakang : Pada masa remaja terjadi puncak pertumbuhan massa tulang (peak bone mass/pbm) yang menyebabkan kebutuhan gizi pada masa ini lebih tinggidaripada fase kehidupan lainnya. Pertumbuhan tulang terjadi secara cepat pada saat remaja karena 40-50% dari total skeleton dibentuk. Apabila tidak dilakukan upaya pencegahan dari pola makan dan kebiasaan hidup seperti olahraga maka kepadatan tulang tidak tercapai secara maksimal. Tujuan :Menjelaskan perbedaan kepadatan tulang menurut jenis kelamin dan hubungan antara kebiasaan minum susu dan olahraga dengan kepadatan tulang remaja. Metode : Metode penelitian ini adalah survey dengan pendekatan cross sectional.pengambilan subyek dilakukan dengan teknik simple random sampling sebanyak 80 siswa. Data yang diteliti meliputi jenis kelamin, kebiasaan minum susu dan olahraga dengan kepadatan tulang. Hasil : Sebagian besar (66,2%) subjek adalah perempuan, dengan usia berkisar antara 15-17 tahun. Sebagian besar (65%) subjek kurang berolahraga. Sebanyak 81,3% subjek mempunyai kepadatan tulang normal. Simpulan : Terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan minum susu dengan kepadatan tulang, namun tidak ada hubungan antara kebiasaan olahraga dengankepadatan tulang. Saran: Perlu peningkatan asupan susu dan makanan lain sumber kalsium dan olahraga diluar jam sekolah. Kata kunci: Remaja,kepadatan tulang Pendahuluan Pada masa remaja terjadi puncak pertumbuhan massa tulang (peak bone mass/ PBM) yang menyebabkan kebutuhan gizi pada masa ini lebih tinggi daripada fase kehidupan lainnya (Almatsier S, 2002). Kebutuhan kalsium paling tinggi terjadi pada masa remaja dibanding tahapan usia yang lain karena terjadinya pertumbuhan skeletal yang cepat. Pertumbuhan tulang terjadi secara cepat pada saat remaja karena 40-50% dari total skeleton dibentuk (Kretchmer, 1997). Apabila pada masa ini kalsium yang dikonsumsi kurang dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, PBM tidak akan terbentuk secara optimal (Kalkwarf et.al, 2003). Hal ini dikarenakan 90% puncak pembentukan massa tulang dibentuk pada usia 18 tahun (Debar, 2006). Kepadatan tulang (bone density) akan terus meningkat dan penumpukan mineral pada skeleton akan terus berlangsung pada usia 20 tahun. Puncak kepadatan masa tulang (peak bone density) biasanya berakhir pada usia sekitar 30 tahun (Krecthmer, 1997). Asupan kalsium yang rendah pada masa remaja berhubungan dengan berkurangnya kepadatan tulang panggul sebesar 3 persen (Kalkwarf et.al, 2003). Apabila tidak dilakukan upaya pemeliharaan kepadatan tulang, maka penyakit osteoporosis akan cepat terjadi (Suryono, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Syafiq dan Sandra Fikawati (2004) menunjukkan bahwa konsumsi kalsium remaja siswa SMUN di Kota Bogor masih jauh dari AKG (37,9% AKG). Hasil penelitian Suryono (2007) pada remaja pria menunjukkan bahwa pemberian susu berkalsium tinggi berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap peningkatan kepadatan tulang pinggang dan punggung. Perempuan memiliki jaringan tulang yang lebih sedikit dan lebih cepat kehilangan masa tulang dibanding laki-laki (IFIC Review, 2002). Menurut data International Osteoporosis Foundation (IOF) setidaknya satu dari tiga wanita dan satu dari lima laki-laki diatas usia 50 tahun di seluruh dunia terkena osteoporosis (Muhaimin, 2008). Di Indonesia penelitian tentang kepadatan tulang remaja masih terbatas, bahkan di kota Semarang belum ada studi tentang kepadatan tulang remaja serta faktor yang mempengaruhi.

Metode Penelitian Merupakan penelitian eksplanatori karena menjelaskan hubungan antar variabel, dengan metode survei dan pendekatan secara cross sectional di bidang Gizi Masyarakat. Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 3 Semarang. Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara purposif.. Sampel penelitian dipilih secara simple random sampling dengan jumlah 80 siswa. Variabel bebas adalah kebiasaan minum susu dan kebiasaan olahraga. Variabel terikat adalah kepadatan tulang. Analisa univariat menggunakan tabel distribusi frekuensi dan analisa bivariat menggunakan uji Rank Spearman. Hasil dan Pembahasan Gambaran umum subjek Subjek dalam penelitian ini adalah remaja yang merupakan siswa-siswi SMA Negeri 3 Semarang sebanyak 80 subjek. Tabel 4 memperlihatkan bahwa umur subjek berkisar antara 15 17 tahun, dengan proporsi terbesar (50%) adalah 16 tahun atau sebanyak 40 subjek dan sebagian besar subjek (66,2%) berjenis kelamin perempuan. Tabel 1. Distribusi Subjek menurut Karakteristik Karakteristik Jumlah n % Umur (tahun) 15 29 36,2 16 40 50,0 17 11 13,8 Jenis Kelamin Perempuan 53 66,2 Laki-laki 27 33,8 Total 80 100,0 Indeks Massa Tubuh (IMT) subjek berkisar antara 16,0-24,8 dengan rerata 19,6 (±2,30). Penilaian status gizi subjek berdasarkan Skor Z dari WHO reference (2007) menunjukkan 95% berstatus gizi normal (antara +1 s/d -2 SB), sedangkan sisanya overweight. Nilai skor Z terendah adalah -2,0 SB dan tertinggi 1,16 SB dengan rerata - 0,45 (±0,93) SB. Kepadatan tulang Rendah, 18.8% Rendah : < -2 SB hasil Densitometri Normal : -2 SB hasil Densitometri Normal, 81.3% Gambar 1. Persentase Subjek menurut Kategori Kepadatan Tulang

Nilai skor Z subjek penelitian ini menunjukkan kepadatan tulang terendah adalah -3,1, tertinggi 1,5 dengan rerata -0,8. Sebagian besar subjek (81,3%) memiliki kategori kepadatan tulang yang tergolong normal, sebagaimana terlihat pada Gambar 1. Hasil studi ini menunjukkan bahwa proporsi subjek yang mempunyai tingkat kepadatan tulang normal sedikit lebih rendah bila dibandingkan dengan penelitian dari WHO pada wanita Kaukasian yang berusia kurang dari 25 tahun yaitu sebanyak 84% memiliki kepadatan tulang normal sedangkan sisanya memiliki tingkat kepadatan rendah (IFIC Review, 2002). Lebih rendah pula bila dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan Faraswati (2008) pada wanita premenopause yang menunjukkan sebesar 91,7% subjek mempunyai kepadatan tulang normal. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa perempuan Asia dan Kaukasian lebih mudah terkena osteoporosis dibandingkan perempuan Australia (IFIC Review, 2002). Dalam studi ini terdapat 15 subjek yang mempunyai kepadatan tulang rendah, terdiri dari 4 subjek (26,6%) laki-laki dan 11 subjek (73,3%) perempuan serta sebanyak 9 subjek (60%) berusia 16 tahun. Sebagian besar subjek dengan kepadatan tulang rendah mempunyai tingkat kecukupan protein baik (66,7%), tingkat kecukupan kalsium dan fosfor kurang (masing-masing sebesar 80%), 66,7% memiliki asupan natrium yang tinggi dan 86,7% mempunyai kebiasaan olahraga yang kurang. Kebiasaan Minum Susu Sebagian besar subjek mempunyai kebiasaan mengkonsumsi susu setiap hari, yaitu sebanyak 36 subjek (45%) dengan frekuensi tertinggi dalam satu hari sebanyak 3 kali per hari. Kebiasaan minum susu akan meningkatkan asupan kalsium bagi tubuh. Kalsium adalah mineral yang sangat penting untuk memperkaya puncak massa tulang pada masa kanak-kanak dan menjaga tulang tetap kuat selama hidup. Kalsium juga diperlukan untuk menjaga fungsi hati, otot, dan sistem syaraf serta diperlukan untuk membentuk jaringan tulang yang baru. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Subjek menurut frekuensi konsumsi dalam satu hari Frekuensi minum susu/hari n % 0 17 21,3 1 48 60,0 2 12 15,0 3 3 3,8 Total 80 100,0 Kebiasaan olahraga Sebagian besar (65%) subjek mempunyai kebiasaan olahraga yang tergolong kurang. Seseorang dikatakan mempunyai kebiasaan olahraga yang baik jika melakukan olahraga dengan frekuensi minimal 3x/minggu dengan durasi minimal 30 menit setiap olahraga. Pada penelitian ini kebiasaan olahraga yang baik juga dinilai berdasarkan jenis olahraga yang dilakukan, seperti terlihat pada tabel 3. Tabel 3. Distribusi Subjek menurut Kategori Kebiasaan Olahraga Kategori Kebiasaan Olahraga Jumlah n % Kurang 52 65,0 Baik 28 35,0 Total 80 100,0

Olahraga yang tepat dan dilakukan secara teratur mencegah terjadinya osteoporosis secara dini. Olahraga hendaknya dilakukan sejak masa kanak hingga dewasa. Olahraga akan membuat puncak massa tulang lebih tinggi dibandingkan orang yang tidak aktif melakukan olahraga. Jenis olahraga yang sesuai untuk pembentukan kepadatan tulang adalah olahraga yang membuat tubuh bekerja melawan gravitasi, yaitu: berjalan, gerak jalan, jogging, tenis, menari, naik turun tangga, angkat berat (Eustice, 2006). Jenis olahraga tersebut memperbaiki kesehatan tulang selama hidup dengan cara meningkatkan peak bone mass dan memperlambat kehilangan massa tulang. Olahraga juga membantu mencegah jatuh yang berakibat terjadinya fraktur dengan memperbaiki kekuatan tulang dan keseimbangan tubuh. Data epidemiologi menunjukkan bahwa risiko fraktur tulang pinggul turun sekitar 20-40% pada orang yang melakukan aktifitas fisik daripada yang tidak melakukan aktifitas fisik (IFIC Review, 2002). Perbedaan kepadatan tulang menurut jenis kelamin Hasil uji t-test menunjukkan tidak ada perbedaan kepadatan tulang subjek yang berjenis kelamin perempuan maupun laki-laki (p= 0,368). Tabel 4. Kepadatan Tulang menurut Jenis Kelamin Kategori Kepadatan Tulang Total Jenis Kelamin rendah normal Laki-laki 4 23 27 14,8% 85,2% 100,0% Perempuan 11 42 53 20,8% 79,2% 100,0% Tabel 4 menunjukkan bahwa sebanyak 15 orang subjek yang memiliki kepadatan tulang rendah 14,8% diantaranya berjenis kelamin laki-laki dan 20,8% perempuan. Hal ini kemungkinan disebabkan karena prevalensi osteoporosis pada perempuan terjadi peningkatan seiring dengan pertambahan umur karena terkait dengan produksi hormon estrogen terutama setelah menopause, gangguan hormon pengendali remodelling tulang seperti kalsitonin dan ketidakefektifan tubuh, sedangkan subjek dalam penelitian ini masih berusia muda (belum memasuki masa menopause) sehingga relatif belum ada perbedaan yang berarti antara remaja perempuan dan laki-laki. Perempuan berpeluang lebih besar mengalami osteoporosis, karena umumnya perempuan lebih ringan, tulang lebih kecil dan jaringan tulang lebih sedikit (IFIC Review, 2002). Kehilangan kepadatan tulang pada pria dan wanita berbeda. Pria hanya kehilangan 20-30% massa tulang selama hidupnya sedangkan wanita 30-40%, bahkan setelah menopause dapat mencapai 50% (Sampoerna, 2008). Meskipun hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan kepadatan tulang menurut jenis kelamin, namun intervensi untuk mencegah osteoporosis merupakan hal penting dilakukan pada remaja perempuan, sebab mereka berisiko tinggi terkena osteoporosis daripada laki-laki (Debar, 2006). Hubungan kebiasaan minum susu dengan kepadatan tulang Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebiasaan minum susu berhubungan signifikan dengan kepadatan tulang. Hal ini ditunjukkan dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Rank Spearman dimana diperoleh nilai p=0,014. )

2 1 0-1 Kepadatan Tulang -2-3 -4-10 0 10 20 30 kebiasaan minum susu Gambar 2. Hubungan Kebiasaan Minum Susu dengan Kepadatan Tulang Kalsium adalah mineral yang sangat penting untuk memperkaya puncak massa tulang pada masa kanak-kanak dan menjaga tulang tetap kuat selama hidup. Kalsium juga diperlukan untuk menjaga fungsi hati, otot, dan sistem syaraf serta diperlukan untuk membentuk jaringan tulang yang baru. Jika asupan kalsium harian kurang dari yang dianjurkan, maka kalsium akan dikeluarkan dari tulang masuk ke dalam aliran darah. Hal ini akan menyebabkan tulang menjadi tipis dan lemah(kretcmer, 1997). Pada kondisi demikian diperlukan tambahan asupan kalsium dari luar, misalnya makanan, minuman atau obat yang mengandung kalsium sesuai tingkat keperluannya. Dengan pola makan gizi seimbang kekurangan kalsium dapat dihindari (Astawan, 2007). Sebagian besar remaja, khususnya wanita, tidak mengkonsumsi kalsium secara cukup dalam makanan sehari-hari. Hanya sekitar 1 dari 5 remaja wanita Amerika yang mengkonsumsi kalsium sesuai Recommended Dietary Allowanced (RDA) untuk kalsium (1200 mg) (Kretcmer, 1997). Makanan sumber kalsium terdiri dari dairy product (susu, mentega, es krim, keju, yoghurt dll), non dairy product ( ikan, tahu, tempe, sayuran) dan suplemen (Moesijanti, 2004). Hubungan kebiasaan olahraga dengan kepadatan tulang Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aktifitas fisik yang diukur melalui kebiasaan olahraga tidak berhubungan signifikan dengan kepadatan tulang. Hal ini ditunjukkan dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Rank Spearman dimana diperoleh nilai p=0,343. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ternyata subjek dalam penelitian ini kurang berolahraga. Sebagian besar subjek melakukan olahraga hanya pada jam olahraga di sekolah. Hasil penelitian Recker et,al dalam Groff dan Gropper (2000), membuktikan bahwa aktifitas fisik berhubungan dengan penambahan kepadatan tulang spinal. Hubungan antara aktifitas fisik dan konsumsi kalsium pada kesehatan tulang bersifat saling mempengaruhi. Aktifitas fisik akan memiliki dampak positif pada kepadatan tulang jika asupan kalsium lebih dari 1000 mg/hari (IFIC Review, 2002). Pembentukan tulang yang sehat dan kuat akan lebih baik jika dipengaruhi oleh kebiasaan melakukan olahraga dibandingkan jika hanya dengan mengkonsumsi kalsium saja (Lloyd, 2004). Olahraga yang dianjurkan adalah olahraga yang melibatkan sebagian besar otot tubuh, latihan kontraksi otot yang dinamis maupun statis, latihan dengan atau tanpa beban, dilakukan di luar ruang / alam terbuka (cukup sinar matahari) dan latihan yang terbebani berat badan dan gravitasi (Rahayu, 2009). Olahraga yang *

terbebani berat badan dan membuat tubuh bekerja melawan gravitasi, yaitu: berjalan, gerak jalan, jogging, tenis, menari, naik turun tangga, angkat berat (Eustice, 2006). Olahraga tersebut dilakukan untuk meningkatkan sirkulasi darah pada tulang, meningkatkan hormon testoteron dan estrogen yang penting dalam memelihara tulang, meningkatkan pengendapan serat kolagen dan garam mineral di dalam matrik tulang dan membuat tulang lebih kuat (Rahayu, 2009). Simpulan 1. Subjek yang memiliki kategori kepadatan tulang yang tergolong normal yaitu sebanyak 81,3% 2. Sebagian besar (45%) subjek mempunyai kebiasaan mengkonsumsi susu setiap hari. 3. Sebagian besar (65%) subjek mempunyai kebiasaan olahraga yang tergolong kurang. 4. Tidak ada perbedaan kepadatan tulang pada subjek laki-laki maupun perempuan 5. Ada hubungan antara kebiasaan minum susu dengan kepadatan tulang (p=0,014) 6. Tidak ada hubungan kebiasaan olahraga dengan kepadatan tulang (p=0,343) Saran 1. Lebih meningkatkan konsumsi susu dan bahan makanan lain sebagai minuman sumber kalsium. 2. Meningkatakn frekuensi dan lamanya olahraga di luar jam sekolah dan melakukan olahraga yang sesuai untuk pemadatan tulang DAFTAR PUSTAKA Almatsier S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Astawan. 2007. Kalsium : Keperluan dan Ketersediaan. http://cpddokter.com.home diakses tanggal 23 Januar i 2009 Carol & Richard Eustice. 2006. High Peak Bone Density Reduces Osteoporosis Risk Later in Life. Diakses tanggal 20 Desember 2008 Debar.2006. A Health Plan-Based Lifestyle Intervention Increases Bone mineral density in Adolescent Girls. Youth-Arch Pediatr Adolesc Med;160 : 1269-1276 IFIC Review. 2002. Physical Activity, Nutrition and Bone Health. http://www.ific.org/publications/reviews/upload/ific-review-physical-activity- Nutrition-and-Bone-Health.pdf Kalkwarf H.J, J.C Khoury &B.P. Lanphear.2003.Milk intake during childhood and adolescence, adult bone density, and osteoporotic fractures in US women. Am J Clin Nutr 2003;77: 257-65 Kretchmer, 1997. Developmental Nutrition. Allyn and Bacon. A Viacom Company 160 Gould Street Needham Heights M. A 02194-2310 Muhaimin. 2008. Osteoporosis. http://saksi-buletin.com/index.php. Diakses tanggal 13 Agustus 2008 Rahayu, Setya. 2009. Olahraga sebagai Upaya Pencegahan Osteoporosis. Disajikan pada Seminar Nasional Pencegahan Dini Osteoporosis pada tanggal 18 Juli 2009. Semarang Sampoerna. 2008. Osteoporosis. http://sampornae.blogspot.com. Diakses tanggal 23 Januari 2009 Suryono. 2007. Pengaruh Pemberian Susu Berkalsium Tinggi Terhadap Kadar Kalsium Darah dan Kepadatan Tulang Remaja Pria. Word ide web. http://www. damandiri.or.id /file/suryonoipbringkasan.pdf.