- 1 - BERITA DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 05 Tahun : 2016 PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 3A TAHUN 2014 TENTANG ALIH FUNGSI TANAH PERTANIAN KE NON PERTANIAN DI KABUPATEN BLORA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERIZINAN PEMANFAATAN RUANG

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 10 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PERIZINAN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PROSEDUR TETAP PENERBITAN IZIN INSTALATUR KABEL RUMAH/GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG PROSEDUR TETAP PENERBITAN IZIN PENYELENGGARAAN JASA TITIPAN UNTUK KANTOR AGEN

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 14 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

SALINAN NOMOR 20/E, 2009

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LOKASI, PEMANFAATAN, DAN PERUBAHAN PENGGUNAAN TANAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR: 5 TAHUN 2013

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PENGGUNAAN PEMANFAATAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

- 1 - BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS lbukota JAKARTA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2007 NOMOR 6 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENERTIBAN BANGUNAN GEDUNG

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENERBITAN TANDA DAFTAR PERUSAHAAN

Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang Dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang

WALIKOTA BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PENGGUNAAN PEMANFAATAN TANAH

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN RUANG

PENYELENGGARAAN IZIN LOKASI

BUPATI SLEMAN PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 43 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu ditetapkan dengan Peraturan Walikota;

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

: PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA RUMAH KOS

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR. P.47/Menhut -II/2010 TENTANG PANITIA TATA BATAS KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IJIN LOKASI DAN PENETAPAN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG PEMUTIHAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

WALIKOTA SURABAYA TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 29 TAHUN 2017 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN FASILITAS PARKIR OLEH BADAN UNTUK UMUM

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA MALANG, 5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembara n Negara Republik Indonesia

PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 8 TAHUN 2012

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGESAHAN RENCANA TAPAK

BUPATI GUNUNGKIDUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IZIN LOKASI WALIKOTA SURABAYA,

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 68 Tahun : 2015

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 07 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI IJIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH (IPPT) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN SARANA PEMAKAMAN OLEH PENGEMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.28/Menhut-II/2014 TENTANG

PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 30 TAHUN 2015

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

BUPATI GOWA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG PENERTIBAN PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH NEGARA

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 4 TAHUN 2011 T E N T A N G SUMBANGAN PIHAK KETIGA KEPADA DAERAH KABUPATEN KAPUAS

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.27/Menhut-II/2014 TENTANG

TAR BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 14 TAHUN 2013

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA. NOMOR : 41 TAHUN 2004 LAMPIRAN : 1 (satu) berkas TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IZIN LOKASI DI KOTA TASIKMALAYA

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2014 NOMOR 6 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 79 TAHUN 2015 TENTANG PENDAFTARAN, PENERBITAN DAN PENGHAPUSAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK DAERAH

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR: 2 TAHUN 2004 TENTANG FATWA PENGARAHAN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR,

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 35 TAHUN2015

BUPATI BARITO KUALA PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA ANGKUTAN DAN IZIN TRAYEK DENGAN RAHM AT TUHAN YANG MAHA ESA

TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PEMUNGUTAN RETRIBUSI PELAYANAN TERA/TERA ULANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA SURABAYA,

Draft 0 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. /Menhut -II/2014 TENTANG PANITIA TATA BATAS KAWASAN HUTAN

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PENGGUNAAN PEMANFAATAN TANAH

WALIKOTA PROBOLINGGO

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 15 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR : 08 TAHUN 2005 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN RETRIBUSI PADA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI BANTEN

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENERBITAN RIIL TAPAK

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG SUMBANGAN PIHAK KETIGA KEPADA PEMERINTAH DAERAH

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG PELARANGAN KEGIATAN USAHA PERDAGANGAN KASET, CD, VCD DAN DVD BAJAKAN

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 33/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PELEPASAN KAWASAN HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 19 TAHUN TENTANG IZIN PELAYANAN JASA MEDIK VETERINER

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG TANDA DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN TEMPAT PEMAKAMAN UMUM UNTUK PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 27 TAHUN 2011

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 24 TAHUN 2006

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P.25/Menhut -II/2014 TENTANG PANITIA TATA BATAS KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2010

Transkripsi:

- 1 - BERITA DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 05 Tahun : 2016 PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengendalian terhadap pemanfaatan dan/atau penggunaan tanah untuk kegiatan usaha dengan luas tanah/lahan di bawah 10.000 M² (sepuluh ribu meter persegi), maka Pemerintah Daerah perlu membuat kebijakan perizinan peruntukan penggunaan tanah dengan mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW); Mengingat b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, maka perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Izin Peruntukan Penggunaan Tanah; : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2013); 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010); 4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724); 5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonsia Nomor 4247); 7. Undang-Undang.

- 2-7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4385); 10. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2013 tentang Perizinan dan Non Perizinan Penanaman Modal sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 tetang Perubahan atas Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2013 tentang Perizinan dan Non Perizinan Penanaman Modal; 11. Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 10 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah Kabupaten Serang Tahun 2011-2031 (Lembaran Daerah Kabupaten Serang Tahun 2011 Nomor 812); 12. Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 18 Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Serang (Lembaran Daerah Kabupaten Serang Tahun 2011 Nomor 820); 13. Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Serang (Lembaran Daerah Kabupaten Serang Tahun 2011 Nomor 821), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Serang (Lembaran Daerah Kabupaten Serang Tahun 2014 Nomor 01, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Serang Nomor 13); 14. Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Serang (Lembaran Daerah Kabupaten Serang Tahun 2011 Nomor 822), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Serang (Lembaran Daerah Kabupaten Serang Tahun 2014 Nomor 02, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Serang Nomor 14); 15. Peraturan Daerah..

- 3 - Menetapkan 15. Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Publik (Lembaran Daerah Kabupaten Serang Tahun 2013 Nomor 01, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Serang Nomor 01); 16. Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 9 Tahun 2013 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Serang Tahun 2013 Nomor 09); MEMUTUSKAN : : PERATURAN BUPATI SERANG TENTANG IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Serang. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 3. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. 4. Peraturan Bupati adalah Peraturan Bupati Serang. 5. Bupati adalah Bupati Serang. 6. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat daerah di lingkungan Pemerintah Kabupaten Serang. 7. Badan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal selanjutnya di singkat BPTPM adalah Badan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal Kabupaten Serang. 8. Kepala Badan adalah Kepala BPTPM Kabupaten Serang. 9. Izin Peruntukan Penggunaan Tanah yang selanjutnya disingkat IPPT adalah izin yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada orang atau badan hukum yang akan melakukan kegiatan usaha di daerah dengan memanfaatkan dan/atau menggunakan tanah/lahan seluas di bawah 10.000 M². 10. Rencana Tata Ruang Wilayah yang selanjutnya disingkat RTRW adalah Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Serang yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah. 11. Pemohon IPPT yang selanjutnya disebut pemohon adalah setiap orang atau badan hukum yang mengajukan permohonan IPPT untuk melakukan kegiatan usaha di daerah. 12. Setiap Orang adalah orang perseorangan dan/atau pribadi. 13. Badan Hukum adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan atau organisasi yang sejenis lembaga dana pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnya. 14. Tim Teknis Perizinan adalah Tim yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati, beranggotakan unsur SKPD terkait yang melaksanakan pembahasan dan kajian secara teknis termasuk peninjauan lokasi dalam proses penerbitan perizinan. 15.Tim

- 4-15. Tim Pembinaan dan Pengawasan adalah Tim yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati, beranggotakan unsur SKPD terkait yang melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap kegiatan usaha dan/atau investasi di daerah yang sudah memiliki perizinan. 16. Loket Pendaftaran adalah loket atau tempat yang disediakan BPTPM untuk melayani Pemohon. 17. Petugas adalah pelaksana pada BPTPM yang bertugas melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan berkas persyaratan IPPT di loket pendaftaran. BAB II IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH Bagian Kesatu Umum Pasal 2 (1) Setiap orang atau badan hukum yang akan melakukan kegiatan usaha dengan memanfaatkan dan/atau menggunakan tanah/lahan dengan luas di bawah 10.000 M² (sepuluh ribu meter persegi), wajib memiliki IPPT. (2) IPPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memperhatikan : a. kesesuaian peruntukan ruang berdasarkan RTRW Daerah; b. ketersediaan tanah/lahan; c. kesesuaian tanah/lahan berdasarkan kemampuan ruang dan bukan kawasan yang harus dilindungi; d. pola penggunaan tanah yang seimbang dengan rencana kegiatan usaha dalam rangka penanaman modal yang akan dilaksanakan dan bukan merupakan tanah pertanian irigasi teknis atau lahan pertanian pangan berkelanjutan; e. kondisi sosial kemasyarakatan setempat; dan f. kondisi kepemilikan dan penguasaan tanah pada lokasi IPPT. Bagian Kedua Persyaratan IPPT Pasal 3 (1) Dalam hal setiap orang atau badan hukum yang mengajukan permohonan IPPT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, harus melengkapi persyaratan administrasi dan teknis. (2) Persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yaitu sebagai berikut : a. surat permohonan; b. surat pernyataan tidak keberatan dari tetangga terdekat ; c. foto kopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemohon; d. foto kopi akta pendirian perusahaan (untuk badan hukum); e. foto kopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pemohon; f. foto kopi surat pengesahan Kementerian Hukum dan HAM (untuk badan hukum berbentuk Perseroan Terbatas); g. peta lokasi dan/atau gambar/bentuk tanah yang dimohon; h. proposal rencana kegiatan usaha (untuk badan hukum); dan i. bukti kepemilikan dan/atau bukti penguasaan hak atas tanah. (3)Persyaratan

- 5 - (3) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu sebagai berikut: a. kesesuaian pola ruang dengan kondisi eksisting; b. ketersediaan tanah/lahan pada lokasi yang dimohon; c. kondisi sosial masyarakat sekitar; d. dampak yang akan ditimbulkan terhadap lingkungan; dan e. faktor-faktor lain yang berkaitan dengan teknis/kegiatan usaha. Bagian Ketiga Tata Cara Pemberian IPPT Pasal 4 (1) Tata cara pemberian IPPT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 yaitu sebagai berikut : a. pemohon mengajukan permohonan IPPT kepada Kepala Badan yang dilengkapi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 di loket pendaftaran; b. petugas memeriksa kelengkapan persyaratan berkas permohonan IPPT; c. apabila berkas permohonan IPPT belum lengkap, petugas mengembalikan berkas kepada pemohon dengan disertai penjelasan; d. apabila kelengkapan persyaratan berkas permohonan IPPT telah lengkap, berkas permohonan IPPT dicatat oleh petugas dan disampaikan kepada Back Office (Petugas Bidang Perizinan Tertentu); e. Kepala Bidang Perizinan Tertentu melakukan pendalaman dan pengkajian, apabila diperlukan dilakukan pembahasan dengan memperhatikan: 1. rencana kegiatan; 2. pertimbangan pemanfaatan ruang dengan mengacu kepada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Daerah; 3. ketersediaan tanah dan penggunaan tanah; 4. kepentingan pihak lain yang ada dalam lokasi tanah yang dimohon ; 5. sosial kemasyarakatan setempat; dan 6. aspek lingkungan sekitar. f. peninjauan lokasi oleh Petugas Bidang Perizinan Tertentu, apabila diperlukan dilakukan oleh Tim Teknis Perizinan; g. hasil pembahasan sebagaimana huruf e dan hasil peninjauan lokasi sebagaimana huruf f dibuat dalam Berita Acara, sebagai bahan pertimbangan Kepala Badan untuk menyetujui dan/atau menolak atas permohonan IPPT; h. apabila hasil rapat pembahasan dan/atau hasil peninjauan lokasi sebagaimana dimaksud huruf g, permohonan IPPT tidak memenuhi syarat administrasi dan teknis, maka Kepala Bidang Perizinan Tertentu mempersiapkan surat penolakan atas permohonan IPPT; i. Kepala Bidang Perizinan Tertentu menyiapkan naskah rancangan Keputusan Kepala Badan tentang IPPT yang dilampiri : 1. persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3; 2. berita acara pembahasan dan peninjauan lokasi sebagaima dimaksud huruf g; 3. peta...

- 6-3. peta lokasi IPPT yang dibuat mengikuti kaedah pemetaan dalam rangka penatagunaan tanah yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Keputusan Kepala Badan. j. naskah rancangan Keputusan Kepala Badan tentang IPPT sebagaimana huruf i, disampaikan oleh Kepala Bidang Perizinan Tertentu kepada Kepala Badan untuk proses penandatanganan; k. apabila naskah rancangan Keputusan Kepala Badan tentang IPPT sebagaimana huruf i telah memenuhi persyaratan administrasi dan teknis serta memenuhi ketentuan yang berlaku, maka Kepala Badan menandatangani Keputusan dimaksud; l. keputusan Kepala Badan tentang IPPT yang sudah ditandatangani sebagaimana huruf k, dilakukan penomoran dan pendukumentasian oleh Kepala Bidang Perizinan Tertentu, dan selanjutnya diberikan kepada pemohon. (2) Proses pemberian dalam hal menyetujui dan/atau menolak permohonan IPPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g, paling lama 14 (empat belas) hari kerja, terhitung sejak persyaratan administrasi dan teknis dinyatakan lengkap. Bagian Keempat Masa Berlaku IPPT Pasal 5 IPPT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, berlaku selama pemegang/pemilik IPPT melakukan kegiatan usahanya dengan tidak merubah jenis kegiatan/peruntukan. BAB III KOMPOSISI PENGGUNAAN TANAH Pasal 6 (1) Komposisi penggunaan tanah setelah mendapat IPPT didasarkan pada fungsi peruntukan tanah. (2) Komposisi penggunaan tanah yang didasarkan pada fungsi peruntukan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengacu pada ketentuan Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 5 Tahun 2015 tentang Bangunan Gedung dan Lingkungan. BAB IV PERUBAHAN IPPT Pasal 7 (1) Perubahan IPPT berupa nama pemegang/pemilik dan/atau jenis kegiatan/peruntukan harus sesuai dengan rencana pola ruang sebagaimana tertuang dalam RTRW daerah dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. (2) Dalam hal perubahan IPPT berupa nama pemegang/pemilik sebagaimana dimaksud pada ayat (1, dan/atau lokasinya diberikan kepada pihak lain, maka harus dilampiri Bukti Peralihan Hak. (3)Dalam...

- 7 - (3) Dalam hal perubahan IPPT berupa jenis kegiatan/peruntukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus diajukan permohonan IPPT baru dengan mengacu pada Peraturan Bupati ini. BAB V PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 8 (1) Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan usaha di daerah yang menggunakan luas tanah/lahan di bawah 10.000 M² (sepuluh ribu meter persegi) dilakukan oleh BPTPM bersama SKPD terkait yang tergabung dalam Tim Pembinaan dan Pengawasan Penerbitan Perizinan sesuai dengan kewenangan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Tim Pembinaan dan Pengawasan Penerbitan Perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh Bupati. (3) Dalam hal pelaksanaan kegiatan usaha di daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemegang/pemilik IPPT tidak memenuhi dan/atau melaksanakan kewajiban atau ketentuan sebagaimana yang ditetapkan dalam IPPT, maka Tim Pembinaan dan Pengawasan Pemberian Perizinan menyampaikan dan merekomendasikan kepada Kepala Badan untuk memberikan surat teguran sebanyak 3 (tiga) kali dengan tenggang waktu masing-masing 1 (satu) minggu. (4) Dalam hal surat teguran sebanyak 3 (tiga) kali dengan tenggang waktu masing-masing 1 (satu) minggu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak diindahkan oleh pemegang/pemilik IPPT, maka Tim Pembinaan dan Pengawasan Penerbitan Perizinan dapat mengusulkan dan/atau merekomendasikan kepada Kepala Badan agar IPPTnya dicabut/dibatalkan. (5) Setelah IPPT dicabut/dibatalkan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) pemegang/pemilik IPPT masih melaksanakan kegiatan, maka Kepala Badan menyampaikan permohonan kepada SKPD penegakan Peraturan Daerah untuk melakukan penyegelan tempat kegiatan usaha, dan selanjutnya lokasi dapat diberikan kepada investor atau pengusaha lainnya yang sungguhsungguh ingin investasi di daerah dengan tidak menghilangkan hak keperdataan atas lokasi tersebut. BAB VI PEMBIAYAAN Pasal 9 Biaya yang timbul akibat kegiatan Pembinaan dan Pengawasan Penerbitan Perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 10 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar..

- 8 - Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Serang. Ditetapkan di Serang pada tanggal 21 Maret 2016 BUPATI SERANG. ttd RATU TATU CHASANAH Diundangkan di Serang pada tanggal 21 Maret 2016 SEKERTARIS DAERAH KABUPATEN SERANG, ttd LALU ATHARUSSALAM RAIS BERITA DAERAH KABUPATEN SERANG TAHUN 2016 NOMOR 05 Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM, ttd SYAMSUDDIN, SH, M.Si NIP. 19690424 199901 1 001