SBY Boediono: Paduan Kehatian-Hatian dan Kecermatan yang Menonjol Oleh: Nurlyta Hafiyah, Niniek L. Karim, Bagus Takwin, dan Dicky Pelupessy Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono adalah orang yang sama-sama mengontrol tingkah lakunya dengan ketat. Sebagai orang yang introvert, Boediono tampil kalem, introspektif, tidak larut dalam situasi emosional, dan selalu memiliki alasan jelas dalam bertingkah laku. Sebagai anak tunggal yang charming, SBY selalu menunjukkan tindak-tanduk yang terjaga, sopan, tenang, bahkan bila dihampiri oleh masalah yang bertubi ia mampu menahan emosi. SBY yang terkesan serba formulatif dan tidak spontan dalam bereaksi itu menjadi lebih hangat ketika dipasangkan dengan Boediono yang kalem, yang dapat menunjukkan ekspresi yang lebih apa adanya. Dengan pembawaan yang santun, keduanya membentuk wibawa dan kharisma yang membuat publik merasa tenang dan nyaman. Baik SBY dan Boediono memiliki sifat hati-hati yang menonjol. Boediono adalah orang yang konservatif ketika mendekati masalah, berhitung dan bertindak cermat, dan mempertimbangkan semua aspek. Ia berpegang teguh pada prinsip-prinsip yang terbukti dapat diandalkan. SBY berusaha menguasai masalah secara menyeluruh, hati-hati dalam mengambil keputusan, dan mempertimbangkan banyak hal serta melibatkan banyak orang. Oleh karena itu SBY sering terkesan pasif, terlalu hati-hati, dan tidak tegas. Terlepas dari kemungkinan ia menampilkan hal sebaliknya di ruang yang tidak tertangkap publik, masyarakat mendapat kesan bahwa SBY lama dalam mengambil keputusan, terlalu hati-hati, bimbang dan ragu-ragu.
Dalam hal ini ia membutuhkan pasangan yang dapat mendorongnya untuk lebih cepat dan lebih tegas melakukan tindakan. Boediono dengan pembawaannya yang santun, namun menekankan prinsip yang pasti dapat mengambil peran dalam hal ini. Terutama bila menyangkut keputusan yang berkaitan dengan nasib dan hak hidup masyarat luas, dengan lebih fokus pada penyelesaian masalah. SBY pada hakikatnya adalah orang yang sangat hati-hati, sedangkan Boediono adalah orang yang sangat cermat. Dengan struktur kognitif yang kompleks, mereka mampu memahami masalah secara komprehensif, memahami beragam sudut pandang, dan mengintregrasikannya. Pada SBY, ia mampu mengenali berbagai sudut pandang dan dimensi permasalahan, yang jika ia mau sebenarnya ia bisa menggunakannya untuk mencari solusi yang tepat. Namun, kecenderungannya menghindari konflik dan terlalu hatihati membuatnya kurang berani mengambil resiko. Boediono juga tergolong konservatif dalam mendekati masalah dengan berpegang pada patokan yang pasti dan andal. Ia lebih memilih menghindari kemungkinan mengambil solusi yang salah daripada menerima kemungkinan solusi baru yang benar. Boediono menghindari spekulasi dan tindakan yang mengandung risiko ekstrem. Ia dapat mengambil keputusan dengan cepat dalam situasi yang diperlukan, tapi lebih terbiasa mempertimbangkan solusi dengan matang. Ciri yang relatif sama ini dapat saling mengisi sehingga bisa menghasilkan kinerja yang solid dan utuh. Namun, dapat juga menjadi sandungan manakala mereka dihadapkan pada pilihan-pilihan yang mengandung resiko besar. Dalam situasi demikian, Boediono perlu mendukung SBY agar dapat mengambil keputusan yang matang dengan cepat.
Manakala keterbukaan pikiran SBY bertemu dengan keteguhan prinsip Boediono apakah yang mungkin terjadi? Keterbukaan pikiran dalam menyerap dan memahami hal-hal yang berbeda membuat SBY cenderung mempertimbangkan banyak hal. SBY pada dasarnya tak ingin mengecewakan orang lain dan terbiasa menunggu banyak masukan dari pihak lain sebelum membuat keputusan. SBY mengutamakan nilai-nilai, sehingga apabila bertentangan dengan logika, nilai akan didahulukan. SBY lebih idealistik, berharap kehidupan di luar dirinya kongruen dengan nilainilainya. Sedangkan Boediono tampak lebih realistik. Ia berorientasi kepada penyelesaian masalah, dengan berusaha menerapkan teori dalam praktek agar efektif dan efisien. Dengan kerangka pikirnya yang kokoh berdasarkan prinsip-prinsip yang pasti, ia menalar secara cermat perbandingan untung rugi, dan mendasarkan keputusan pada hal-hal yang tinggi tingkat kepastiannya. Boediono menekankan prinsip-prinsip logika, menilai tinggi efisiensi, dan pengamat yang baik dalam mengambil keputusan. Masalah mungkin akan muncul dalam hubungan mereka manakala kecenderungan SBY yang lebih mengutamakan nilai daripada logika bertabrakan dengan prinsip logika yang dipegang teguh oleh Boediono. Untuk mengatasi hal ini, keduanya perlu lebih dinamis dalam berdiskusi. Keduanya memiliki kemauan dan kemampuan untuk mencapai pemahaman bersama dalam menentukan tindakan-tindakan yang diambil. Namun, Boediono sebaiknya tidak hanya memberikan saran-saran yang menekankan keajegan prinsip, tapi juga mengkaitkannya dengan nilai yang ingin dicapai lewat keputusan yang hendak diambil. SBY yang pada hakikatnya terbuka terhadap saran akan lebih dapat menerima masukan yang memperhatikan kongruensi dengan nilai dalam dirinya.
Keduanya juga sama-sama menonjol dalam hal motif berprestasi. Keduanya cenderung membidik tujuan realistik dan moderat. Sebagai orang yang sama-sama berpikiran moderat, SBY dan Boediono dapat bekerja sama untuk melakukan perbaikan dan menghasilkan kemajuan. Namun, keduanya cenderung menghindari perubahan radikal dan lebih menitikberatkan pada upaya-upaya realistik untuk merespons masalah yang ada di depan mata. Mereka kurang tertarik berandai-andai tentang masa depan untuk melakukan terobosan yang tranformatif. Fokus keduanya adalah menyelesaikan masalah yang ada, menjaga apa yang ada, dan memperbaiki dalam jangka pendek. Stabilitas ekonomi dan politik, tertib birokrasi, dan pemerintahan yang bersih adalah target pencapaian yang akan dipegang teguh oleh keduanya. Pencapaian target tersebut adalah hal yang positif dan keharusan. Namun, tidak bisa dipinggirkan adanya banyak masalah yang bersifat genting dan prinsipil yang harus segera diatasi. Sebut saja, masalah TKI yang menyangkut keselamatannya, hak asasi mereka, dan harga diri bangsa di mata negara lain; lumpur Lapindo yang menyangkut hak hidup dan masa depan masyarakat Sidoarjo; masalah nelayan dan perikanan Indonesia; peningkatan kualitas hidup petani di samping swasembada pangan; dan sederet masalah lain yang menuntut penyelesaian berjangka panjang dengan solusi yang visioner dan transformatif. Oleh karena itu, jika terpilih menjadi presiden (kembali) dan wakil presiden, mereka perlu memberikan perhatian serius pada hal-hal tersebut dengan menelurkan kebijakan-kebijakan yang berpihak pada masyarakat banyak, serta melakukan tindakan pengawasan yang efektif. Bagi Boediono, hal ini merupakan sebuah tantangan besar. Kemampuannya di bidang keuangan diakui oleh banyak pihak dan dunia luar. Namun, dengan hanya
akan mengkhususkan diri untuk membantu presiden dalam menjaga kestabilan ekonomi negara bisa mengkecilkan arti peran seorang wakil presiden yang dipilih langsung oleh rakyat. Menghadapi krisis dan mengelola ekonomi negara adalah hal-hal yang pernah bahkan mungkin biasa ia tangani, sedangkan membantu presiden menyelesaikan beragam masalah negara dalam berbagai bidang dari kesejahteraan, sosial politik, pendidikan, sampai bencana dan sederet masalah nasional lainnya adalah hal yang relatif baru baginya. Kemampuannya belajar dengan cepat dan sifat realistik yang dimilikinya akan mengarahkannya secara terfokus, memahami dan mengolah hal-hal baru untuk melakukan perbaikan ataupun menemukan solusi yang feasible dan efektif. Sementara bagi SBY, jika ia terpilih kembali menjadi presiden, maka tentunya ia telah belajar dari pengalaman sebelumnya. Dengan kompleksitas pikiran yang tinggi dan sistematik, diharapkan ia tahu kekurangan dan kelemahannya yang dipersepsi oleh masyarakat di periode terdahulu yang harus diperbaikinya bila terpilih lagi. Misalnya, kecenderungan pemimpi yang cepat tergugah oleh ide dan program inovatif, bahkan ketika itu tampak tak masuk akal, seperti blue energy dan padi supertoy. Mungkin bisa dijadikan bahan pertimbangan bagi SBY di masa depan untuk menantang dirinya dengan kebijakan pengembangan teknologi yang dapat dikembangkan oleh para ilmuwan terkemuka. Ada banyak masalah nasional yang masih jadi tuntutan masyarakat terhadap SBY. Hampir seluruh partisipan FGD dalam penelitian kami mengharapkan ia sebagai kepala negara melakukan pemihakan kepada rakyat banyak. SBY tidak lagi dituntut untuk sekadar tampil baik, tapi melakukan kebijakan dan tindakan pengawasan yang riil dan konkret.
Walau kedua kandidat ini adalah orang yang tak perlu diragukan kecerdasannya, namun bila mereka terpilih, tetap disarankan untuk selalu melibatkan orang-orang visioner yang dapat membantu baik dalam pencarian alternatif solusi maupun dalam aplikasi eksekusinya, sekaligus membantu menemukan bayangan masa depan Indonesia yang lebih baik. Dengan sifat yang terbuka terhadap masukan, mau berubah dengan alasan yang memadai, realistik dan memandang manusia setara, pasangan SBY- Boediono diramalkan akan bersedia menerima usul-usul kreatif dan produktif demi pemerintahan mereka. Mereka memerlukan orang yang berani, progresif, cepat bergerak, dan dinamis dengan komitmen tinggi untuk menjadi konseptor penasehat ataupun agen pelaku perbaikan dan perubahan riil di segenap lapisan masyarakat. Matang dalam berpikir dan cermat dalam bertindak akan menjadi kekuatan pemerintahan SBY-Boediono. Hati-hati, disiplin, kemauan keras, dan ambisi untuk mendapatkan hasil terbaik meski dengan pencapaian sedikit demi sedikit, serta berpegang pada patokan yang pasti dan kukuh dalam prinsip menjadi modal mereka untuk siap menjalani tugas besar ini. Ditambah kemampuan mengontrol diri, tampilan yang tenang, tidak larut dalam situasi emosional, mereka dapat menjadi pasangan yang diandalkan untuk mengatasi masalah yang bertubi dan krisis kelak. Wibawa dan kharisma yang dimiliki oleh pasangan ini menenangkan dan membuat nyaman masyarakat luas, walau untuk menjadi pasangan presiden dan wakil presiden R.I. di masa kini, itu saja tidak cukup. Dengan banyaknya kualitas positif yang dimiliki pasangan dan kesesuaian di antara mereka, terciptanya masyarakat adil-makmur, begitupun kesejahteraan dan kemajuan rakyat Indonesia, semestinya menjadi niscaya. []
Susilo Bambang Yudhoyono Boediono Kecocokan Sifat moderat, mau berubah dengan alasan yang memadai, realistik dan menilai tinggi moralitas dan memandang manusia setara Sifat moderat, penuh pertimbangan, cermat, stabil, tidak mudah dipengaruhi, sederhana, dan mampu mengendalikan diri Bisa sejalan, bisa bertentangan Mampu menerima kritik setelah adu argumentasi, mau melakukan perbaikan yang realistik, dan menempatkan setiap orang setara Mampu berargumentasi, mau melakukan perbaikan yang realistik, dan berpegang teguh pada prinsip Sejalan Mementingkan intelektualitas, Kemampuan abstraksi dan konseptual tinggi, banyak pertimbangan Keterbukaan pikiran, mampu menyerap dan memahami perbedaan, menggunakan berbagai sudut pandang untuk selesaikan masalah, menunggu banyak masukan dari pihak lain Cenderung menghindari konflik dan terlalu hati-hati sehingga kurang berani mengambil resiko Kemampuan abstraksi dan konseptual tinggi, rasional, mengandalkan pikiran dan prinsip-prinsip yang telah terbukti Orientasi pada penyelesaian masalah dengan terapan teori dalam praktek, efektif dan efisien. Memahami beragam sudut pandang untuk meyakinkan pikirnya Lebih memilih menghindari kemungkinan mengambil solusi yang salah daripada menerima kemungkinan solusi baru yang benar Sejalan Bisa saling isi, bisa bertentangan Sejalan Pola penalaran sistematik Pola penalaran sistematik Sejalan Kebutuhan prestasi dan afiliasi Kebutuhan prestasi yang Bisa sejalan, bisa bertentangan yang relatif setara lebih tinggi dari kebutuhan Mau mendengar, empati dan senang berdialog Pekerja keras, selalu berusaha mendapatkan yang diinginkan dengan hasil terbaik untuk buktikan kemampuan Kurang cepat mengambil keputusan Senang bekerja sama untuk mendapat dukungan dan afiliasi Kurang menganggap penting perasaan, dan emosi tidak lepas Pekerja keras, selalu berusaha mendapatkan yang diinginkan dan selalu ingin hasil yang terbaik Walau terbiasa hati-hati, dapat mengambil keputusan dengan cepat dalam situasi yang diperlukan. Dapat bekerja sama, namun lebih nyaman bekerja secara Saling isi Sejalan Saling isi Saling isi
kenyamanan dalam mengambil keputusan Penampilan yang selalu terjaga, berwibawa dan dapat diandalkan otonom Cenderung tampil apa adanya Saling isi