OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENAMBAHAN MODAL PERUSAHAAN TERBUKA TANPA MEMBERIKAN HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAH

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 38 /POJK.04/2014 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

Penambahan Modal Tanpa Memberikan HMETD

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

-1- OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.04/2014 TENTANG PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA

-1- OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.04/2014 TENTANG PENAWARAN UMUM BERKELANJUTAN

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

PERATURAN NOMOR IX.E.2 : TRANSAKSI MATERIAL DAN PERUBAHAN KEGIATAN USAHA UTAMA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2014 TENTANG PENERBITAN SAHAM SYARIAH

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENGGABUNGAN USAHA ATAU PELEBURAN USAHA PERUSAHAAN TERBUKA

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENGGABUNGAN USAHA ATAU PELEBURAN USAHA PERUSAHAAN TERBUKA. BAB I KETENTUAN UMUM

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te

2017, No Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Pengeluaran Saham dengan Nilai Nominal Berbeda; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 19

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA

RANCANGAN PERUBAHAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENAWARAN UMUM BERKELANJUTAN EFEK BERSIFAT UTANG DAN/ATAU SUKUK. BAB I KETENTUAN U

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 74 /POJK.04/2016 TENTANG PENGGABUNGAN USAHA ATAU PELEBURAN USAHA PERUSAHAAN TERBUKA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-05/PM/2002 TENTANG PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL,

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 38/POJK.04/2014 TENTANG PENAMBAHAN MODAL PERUSAHAAN TERBUKA TANPA MEMBERIKAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 31 /POJK.04/2017 TENTANG PENGELUARAN SAHAM DENGAN NILAI NOMINAL BERBEDA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 36/POJK.04/2014 TENTANG PENAWARAN UMUM BERKELANJUTAN EFEK BERSIFAT UTANG DAN/ATAU SUKUK

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30 /POJK.04/2017 TENTANG PEMBELIAN KEMBALI SAHAM YANG DIKELUARKAN OLEH PERUSAHAAN TERBUKA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 36/POJK.04/2014 TENTANG PENAWARAN UMUM BERKELANJUTAN EFEK BERSIFAT UTANG DAN/ATAU SUKUK

-1- OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan te

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: /POJK. /2015

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 60 /POJK.04/2015 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PEMEGANG SAHAM TERTENTU

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

LAMPIRAN KEPUTUSAN KETUA BAPEPAM DAN LK NOMOR KEP-259/BL/2008 TANGGAL 30 JUNI 2008 PERATURAN NOMOR IX.H.1: PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA

2 2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara R

PERATURAN NOMOR IX.H.1 : PENGAMBILALIHAN PERUSAHAAN TERBUKA

- 1 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 47 /POJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN PENGUMUMAN HARIAN NILAI AKTIVA BERSIH REKSA DANA TERBUKA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 54 /POJK.04/2015 TENTANG PENAWARAN TENDER SUKARELA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG KRITERIA DAN PENERBITAN DAFTAR EFEK SYARIAH. BAB I KETENTUAN UMUM Pa

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 25 /POJK.04/2017 TENTANG PEMBATASAN ATAS SAHAM YANG DITERBITKAN SEBELUM PENAWARAN UMUM

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /POJK.04/2014 TENTANG RENCANA DAN PENYELENGGARAAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM PERUSAHAAN TERBUKA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR / POJK.04 / 2016 TENTANG PELAPORAN TRANSAKSI EFEK

Penawaran Umum Terbatas Dalam Rangka HMETD

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 42 /POJK.04/2016 TENTANG LAPORAN BURSA EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: /POJK. /2015 TENTANG

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR: KEP-26/PM/2003 TENTANG HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

- 2 - PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas. Pasal 4 Huruf a Cukup jelas.

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2014 TENTANG PENERBITAN REKSA DANA SYARIAH

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30 /POJK.04/2015 TENTANG LAPORAN REALISASI PENGGUNAAN DANA HASIL PENAWARAN UMUM

2017, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/20.. TENTANG LAPORAN TAHUNAN EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

PERATURAN NOMOR IX.J.1 : POKOK-POKOK ANGGARAN DASAR PERSEROAN YANG MELAKUKAN PENAWARAN UMUM EFEK BERSIFAT EKUITAS DAN PERUSAHAAN PUBLIK

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.../20...

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-02/PM/2001 TENTANG

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-09/PM/2000 TENTANG

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Kewajiban pelaporan, baik secara berkala maupun insidentil Kewajiban melakukan keterbukaan informasi dalam rangka aksi korporasi

PERATURAN NOMOR XI.B.2: PEMBELIAN KEMBALI SAHAM YANG DIKELUARKAN OLEH EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG DOKUMEN PERNYATAAN PENDAFTARAN DALAM RANGKA PENAWARAN UMUM

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3/POJK.02/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN

LAMPIRAN: Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor : Kep- 26/PM/2003 Tanggal : 17 Juli

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

2017, No Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANG

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 52 /POJK.04/2016 TENTANG PROSEDUR PENANGGUHAN PENAWARAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 44 /POJK.04/2016 TENTANG LAPORAN LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

DRAFT AWAL DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

2016, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2014 TENTANG PENERBITAN SUKUK

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-32/PM/2000 TENTANG

2017, No Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGA

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 43 /POJK.04/2016 TENTANG LAPORAN LEMBAGA KLIRING DAN PENJAMINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Penyusunan Prospektus Penawaran Umum Terbatas Dalam Rangka Penerbitan HMETD

2015, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan

Transkripsi:

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.04/2014 TENTANG PENAMBAHAN MODAL TANPA HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN Menimbang : Mengingat : Menetapkan : bahwa dalam rangka meningkatkan akses pembiayaan dari Pasar Modal bagi Emiten atau Perusahaan Publik sehingga dapat membuat Pasar Modal sebagai pilihan alternatif sumber pembiayaan yang lebih kompetitif bagi dunia usaha dan untuk meningkatkan kualitas keterbukaan informasi kepada masyarakat, dipandang perlu untuk menyempurnakan Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.D.4, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: KEP- 429/BL/2009 tentang Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu dengan menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Tentang Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu; 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3608); 2. Undang-undang No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3617) sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2004 (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4372); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995 tentang Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 87, Tambahan Lembaran Negara Nomor3618); 5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 45/M Tahun 2006. MEMUTUSKAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENAMBAHAN MODAL TANPA HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU.

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Perusahaan adalah Emiten yang telah melakukan Penawaran Umum Efek Bersifat Ekuitas atau Perusahaan Publik. 2. Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu yang selanjutnya disebut HMETD adalah hak yang melekat pada saham yang memungkinkan para pemegang saham yang ada untuk membeli Efek baru, termasuk saham, Efek yang dapat dikonversikan menjadi saham dan waran, sebelum ditawarkan kepada Pihak lain. 3. Rapat Umum Pemegang Saham yang selanjutnya disebut RUPS adalah Rapat Umum Pemegang Saham untuk menyetujui penambahan modal tanpa HMETD. 4. Gagal Bayar adalah kondisi dimana Perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban keuangan terhadap kreditur pada saat jatuh tempo. 5. Pelaksanaan Penambahan Modal adalah tanggal dilaksanakannya penyetoran modal atau tanggal pelaksanaan konversi. 6. Penambahan Modal adalah penambahan modal tanpa HMETD. BAB II PERSYARATAN PENAMBAHAN MODAL TANPA HMETD Pasal 2 Perusahaan dapat menambah modal tanpa memberikan HMETD kepada pemegang saham sebagaimana ditentukan dalam Peraturan Nomor IX.D.1, sepanjang ditentukan dalam anggaran dasar, dengan ketentuan sebagai berikut: (1) Penambahan Modal wajib terlebih dahulu memperoleh persetujuan RUPS. (2) Untuk tujuan memperbaiki posisi keuangan Perusahaan yang mengalami salah satu kondisi sebagai berikut: a. Bank yang menerima pinjaman dari Bank Indonesia atau lembaga pemerintah lain yang jumlahnya lebih dari 100% (seratus perseratus) dari modal disetor atau kondisi lain yang dapat mengakibatkan restrukturisasi bank oleh instansi Pemerintah yang berwenang; b. Perusahaan selain bank yang mempunyai modal kerja bersih negatif dan mempunyai kewajiban melebihi 80% (delapan puluh perseratus) dari aset Perusahaan tersebut pada saat RUPS yang menyetujui Penambahan Modal; atau c. Perusahaan yang mengalami Gagal Bayar atau tidak mampu menghindari kondisi Gagal Bayar atas kewajibannya terhadap pemberi pinjaman yang tidak terafiliasi dan jika pemberi pinjaman tidak terafiliasi tersebut menyetujui untuk menerima saham atau obligasi konversi Perusahaan untuk menyelesaikan pinjaman tersebut. Pihak yang dapat menerima saham dan/atau obligasi konversi hanyalah pemberi pinjaman tidak terafiliasi sebagaimana tersebut diatas.

- 3 - (3) Untuk tujuan selain memperbaiki posisi keuangan Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), dengan ketentuan: a. Penambahan Modal dilakukan paling banyak 10% dari modal disetor pada saat RUPS; dan b. Pelaksanaan Penambahan Modal dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun sejak RUPS. BAB III RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM Pasal 3 RUPS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) wajib dilakukan sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Nomor IX.J.1. Pasal 4 Perusahaan wajib mengumumkan informasi kepada pemegang saham dengan memenuhi Prinsip Keterbukaan, yang paling kurang memuat: a. alasan dan tujuan Penambahan Modal; b. perkiraan waktu pelaksanaan (jika ada); c. rencana penggunaan dana hasil Penambahan Modal; d. analisis dan pembahasan manajemen mengenai kondisi keuangan Perusahaan sebelum dan sesudah Penambahan Modal; e. risiko atau dampak transaksi kepada pemegang saham termasuk dilusi; f. proforma ekuitas sebelum dan sesudah Penambahan Modal; g. dalam hal Penambahan Modal dilakukan untuk tujuan pelunasan utang dan atau konversi utang wajib menambahkan informasi riwayat Utang yang akan dilunasi termasuk penggunaan dana atas Utang yang akan dikonversi; h. keterangan mengenai calon investor (jika ada) termasuk ada tidaknya hubungan Afiliasi; i. dalam hal Penambahan Modal dilakukan untuk tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2), maka Perusahaan juga wajib mengungkapkan: 1) keterangan tentang kreditur yang menyetujui dan akan berpatisipasi dalam restrukturisasi utang Perusahaan; 2) syarat dan kondisi restrukturisasi Utang; 3) harga pelaksanaan atau harga konversi; 4) penjelasan atas akun akun yang menyebabkan posisi keuangan Perusahaan mengalami kondisi sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat (2). j. dalam hal Penambahan modal dilakukan oleh Pihak Afiliasi, maka Perusahaan wajib menambahkan informasi sebagai berikut: 1) sifat hubungan Afiliasi;

- 4-2) penjelasan, pertimbangan dan alasan dilakukannya Penambahan Modal dilakukan oleh pihak Afiliasi dibandingkan dengan apabila dilakukan oleh pihak yang bukan Afiliasi. Pasal 5 Informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 wajib: a. disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan dalam bentuk keterbukaan infomasi kepada pemegang saham beserta dokumen pendukung bersamaan dengan pengumuman RUPS; b. dalam hal Perusahaan akan melaksanakan penambahan modal berdasarkan kondisi dalam pasal 2 ayat (2) huruf c, maka Perusahaan wajib menyampaikan bukti-bukti terkait kondisi tersebut; dan c. tersedia bagi pemegang saham sejak pengumuman RUPS. Pasal 6 Perusahaan wajib mengumumkan perbaikan, perubahan dan/atau tambahan atas informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 (jika ada), dalam jangka waktu paling lambat 2 hari kerja sebelum RUPS. BAB IV PELAKSANAAN PENAMBAHAN MODAL TANPA HMETD Pasal 7 Paling lambat 5 (lima) hari kerja sebelum Pelaksanaan Penambahan Modal, Perusahaan wajib memberitahukan kepada Otoritas Jasa Keuangan serta mengumumkan kepada masyarakat mengenai waktu Pelaksanaan Penambahan Modal tersebut. Pasal 8 Paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah Pelaksanaan Penambahan Modal, Perusahaan wajib memberitahukan kepada Otoritas Jasa Keuangan serta mengumumkan kepada masyarakat mengenai hasil Pelaksanaan Penambahan Modal tersebut, yang meliputi informasi antara lain pihak yang melakukan penyetoran, jumlah dan harga saham yang diterbitkan. Pasal 9 Dalam hal Penambahan Modal dilaksanakan melalui Penawaran Umum, maka pelaksanaannya wajib mengikuti ketentuan Peraturan Nomor IX.A.1.

- 5 - BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 10 Perusahaan wajib mengumumkan informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 6, pasal 7 dan Pasal 8, dalam paling sedikit satu surat kabar harian berbahasa Indonesia yang berperedaran nasional atau laman (website) Bursa Efek Pasal 11 Bukti pengumuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 wajib disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan paling lambat 2 (dua) hari kerja setelah informasi tersebut diumumkan. Pasal 12 Dalam hal Penambahan Modal merupakan Transaksi Afiliasi, Perusahaan dikecualikan untuk mengikuti ketentuan sebagaimana dimaksud di dalam Peraturan No. IX.E.1 Pasal 13 Dalam hal Penambahan Modal merupakan Transaksi yang mengandung Benturan Kepentingan, maka Perusahaan disamping wajib memenuhi Peraturan ini juga wajib memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Nomor IX.E.1. Pasal 14 Dengan tidak mengurangi berlakunya ketentuan pidana di bidang Pasar Modal, Otoritas Jasa Keuangan berwenang mengenakan sanksi terhadap setiap pihak yang melanggar ketentuan Peraturan ini termasuk pihak yang menyebabkan terjadinya pelanggaran tersebut. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini dapat disebut Peraturan No. IX.D.4 dan mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal... KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN (tanda tangan) MULIAMAN DARMANSYAH HADAD LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN...NOMOR...

- 6 - RANCANGAN PENJELASAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2014 TENTANG PENAMBAHAN MODAL TANPA HAK MEMESAN EFEK TERLEBIH DAHULU UMUM Setiap Emiten atau Perusahaan Publik memerlukan pembiayaan untuk melakukan kegiatan operasionalnya. Sumber pembiayaan tersebut dapat diperoleh melalui pendanaan dari sumber internal maupun sumber eksternal perusahaan. Sumber pendanaan internal dapat diperoleh melalui hasil operasional perusahaan. Sumber pendanaan eksternal dapat diperoleh melalui hutang baik berupa pinjaman secara langsung atau pinjaman tidak langsung melalui penerbitan efek bersifat utang, juga dapat diperoleh melalui penerbitan efek bersifat ekuitas atau saham baru. Dalam hal pembiayaan diperoleh melalui penerbitan efek bersifat ekuitas atau saham, Emiten atau Perusahaan Publik dapat melakukan Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (Right Issue) dan Penambahan Modal tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (Non-PreEmptive Rights). Dalam hubungan dengan penambahan modal tersebut, Peraturan ini bertujuan untuk mengatur hal-hal yang wajib dilaksanakan oleh Perusahaan apabila akan melaksanakan Penambahan Modal tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu. Seiring dengan semakin banyak Perusahaan yang melaksanakan Penambahan Modal tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu Peraturan No. IX.D.4 perlu direvisi mengingat dalam praktek terdapat beberapa yang ketentuan masih menimbulkan banyak penafsiran, perbedaan waktu pengumuman keterbukaan informasi dengan aksi korporasi yang lain dan kurangnya keterbukaan informasi kepada pemegang saham. Pasal demi pasal Pasal 1 Angka 1 Angka 2 Angka 3 Angka 4 Angka 5 Angka 6

- 7 - Pasal 2 Ayat (1) Ayat (2) Penambahan Modal untuk tujuan selain memperbaiki posisi keuangan Perusahaan dapat digunakan oleh Perusahaan dalam kondisi apapun. Ayat (3) Huruf a Huruf b Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10

- 8 - Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR