BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. No.1192, 2012 KEMENTERIAN NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH. Bantuan Sosial. Mikro dan Kecil. Pedoman

- 1 - KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH. NOMOR : 07 / Per / Dep.2 / XII /2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. Nomor : 01/Per/Dep.

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116, Tamba

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KELURAHAN

PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 10 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 03 TAHUN 2013 T E N T A N G

WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR SAMISAKE

MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA,

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 22 TAHUN 2006 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGUMPULAN DAN PENGGUNAAN

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SLEMAN PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG PENGUATAN PEMODALAN KOPERASI, USAHA MIKRO DAN KECIL POLA BERGULIR

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 49 TAHUN 2017 TENTANG

2015, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembar

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DANA BERGULIR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 2 TAHUN 2010 SERI : E NOMOR : 2

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan : 1. Pengumpulan sumbangan masyarakat adalah penghimpunan dan/atau

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN IZIN USAHA MIKRO DAN KECIL

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DESA TAHUN ANGGARAN 2012

BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN DANA DESA DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2017

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8A TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT

Pembangunan Desa pada semua Desa dalam wilayah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 07 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPAHIANG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYALURAN DAN PENGELOLAAN DANA BERGULIR PEMERINTAH KABUPATEN KEPAHIANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 51 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN BANTUAN HUKUM BAGI MASYARAKAT MISKIN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN DANA PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

L E M B A R A N D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA BERGULIR PADA PEMERINTAH KABUPATEN BIMA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 32 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG

WALIKOTA BANJAR. PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 2.a TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DESA TAHUN ANGGARAN 2013

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KEPADA PEMERINTAH DESA BERKEMBANG TAHUN 2011

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 9A TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8A TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG DANAA DESA (ADD) DI KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 27 TAHUN 2018 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG ALOKASI DANA DESA DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 64 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN BANTUAN KEUANGAN KHUSUS DI KABUPATEN BADUNG

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 32 SERI E

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8B TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 4 TAHUN 2O17 TENTANG TATA CARA PEMBAGIAN DANA DESA DI KABUPATEN PATI TAHUN ANGGARAN 2017

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 4 Juli 1950) jo.

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 176 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 28 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

Transkripsi:

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM BANTUAN SOSIAL PENGEMBANGAN KOPERASI, USAHA MIKRO KECIL MENENGAH SERTA WIRAUSAHA PEMULADI KABUPATEN ALOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemberdayaan usaha mikro kecil menengah serta Wirausaha Pemula, maka dibutuhkan keberpihakan Pemerintah Daerah melalui bantuan modal usaha; b. bahwa untuk menumbuhkan dan mengembangkan koperasi, anggota Koperasi, usaha mikro kecil dan menengah serta wirausaha pemula sebagaimana dimaksud huruf a, Pemerintah Daerah dapat memberikan bantuan dana melalui Belanja Bantuan Sosial; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Bupati tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Bantuan Sosial Dari Pemerintah Daerah Kepada Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah serta Wirausaha Pemula di Kabupaten Alor. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang pembentukan Daerah-daerah Tingkat II Dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655); 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3504 ); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003

Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 4. Undang-Undang Nomor 1Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Pertimbangan Keuangan antara Pemerintahan Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembraran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor. 4438); 6. ndang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4866); 7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5404); 9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 98 Tahun 2014 tentang Perizinan untuk usaha Mikro dan Kecil. 10. Peraturan Menteri Negara Koperasi dan usaha Kecil dan Menengah Nomor 05/Per/ M.KUKM/ IX/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah; 11. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 81/PMK.05/2012 tentang Belanja Bantuan Sosial pada Kementrian Negara/Lembaga; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAN PROGRAM BANTUAN SOSIAL PENGEMBANGAN KOPERASI, USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH SERTA WIRAUSAHA PEMULA DI KABUPATEN ALOR.

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Alor. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Alor. 3. Bupati adalah Bupati Alor. 4. Dewan Perwakilan Rakyat selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Daerah Kabupaten Alor. 5. Sekertaris Daerah adalah Sekertaris Daerah Kabupaten Alor. 6. Dinas adalah Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Alor. 7. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Alor. 8. Program Bantuan Sosial Pengembangan koperasi, Anggota Koperasi, Usaha Mikro, Usaha Kecil, Wirausaha Pemula yang selanjutnya disebut Program adalah implementasi kebijakan Pemerintah yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian fasilitas dan/atau bantuan dana yang bersifat stimulant untuk mengatasi kendala kapasitas usaha dan keterbatasan modal bagi Koperasi, Angota Koperasi, Usaha Mikro Kecil, Wirausaha Pemula dengan status Bantuan Sosial. 9. Belanja bantuan Sosial selanjutnya disebut bantuan adalahpengeluaran berupa transfer uang, barang, atau jasa yang diberikan Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah kepada Masyarakat guna melindungi Masyarakat dari kemungkinan terjadinya resiko social, meningkatkan kemampuan ekonomi dan/atau kesejatearaan masyarakat. 10. Koperasi adalah Badan Usaha yang beranggotakan orang seorang atau Badan Hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. 11. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008. 12. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan, yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang ememnuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008. 13. Persyaratan umum adalah persyaratan utama yang harus dipenuhi oleh calon peserta program bantuan agar dapat menjadi peserta program bantuan. 14. Persyaratan khusus adalah persyaratan tambahan yang harus dipenuhi oleh calon peserta program bantuan agar program bantuan dimaksud dapat direalisasikan.

15. Wirausaha pemula adalah orang perorang yang memiliki rintisan usaha dan/atau pelaku usaha yang berpeluang meningkatkan kapasitas usahanya. 16. Pengembangau usaha adala upaya yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha dan masyarakat untuk memberdayakan usaha mikro, kecil, dan menengah melalui pemberian fasilitas, bimbingan, pendampingan, dan bantuan perkuatan untuk emnumbuhkan dan meningkatkan kemapuan dan daya saing usaha mikro, kecil dan menengah. 17. Pembekalan Kewirausaan adalah kegiatan peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia dibidang kewirausahaan yang dapat dilakukan melalui pelatihan, sosialisasi/pemasyarakatan, seminar, dan lainnya. 18. Peserta Program adalah penerima bantuan yang ditetapkan melalui keputusan Bupati. 19. Penerima bantuan adalah peserta program yang menerima bantuan yang ditetapkan melalui keputusan Bupati. 20. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat disingkat KPA adalah Pejabat yang diberi kewenangan oleh Bupati selaku pengguna anggaran untuk mengmbil keputusan dan/atau tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran Daerah atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. 21. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah Dinas yang menyelenggarakan urusan Koperasi, Usaha Mikro dan Kecil Kabupaten yang ditetapkan oleh Bupati. BAB II RUANG LINGKUP Pasal 2 Ruang Lingkup Peraturan Bupati ini meliputi : a. Sosialisasi ; b. Seleksi; c. Penetapan Peserta Program; d. Penetapan Penerima Bantuan; e. Penyaluran dan pencairan dana; dan f. Monitoring dan evaluasi. BAB III TUJUAN, SASARAN DAN PESERTA PROGRAM Bagian Kesatu Tujuan Pasal 3 Tujuan Program Bantuan untuk : a. Memacu pertumbuhan usaha koperasi, anggota Koperasi Usaha Mikro, Usaha Kecil, Wirausaha pemula dalam mendukung upaya penciptaan

lapangan pekerjaan dan penanggulangan kemiskinan, pengurangan kesenjangan pendapatan dan peningkatan penghidupan berkelanjutan; b. Mendorong pemberdayaan masyarakat khususnya anggota Koperasi, Koperasi, dan Usaha Mikro dan Usaha Kecil; c. Menumbuhkan dan mengembangkan Usaha Wirausaha pemula; d. Memberikan bantuan dalam rangka pengembangan Usaha Koperasi, Anggota Koperasi, Usaha Mikro, Usaha Kecil, Wirausaha Pemula. Bagian Kedua Sasaran Pasal 4 Sasaran Program adalah: a. Tersalurnya bantuan dalam rangka pengembangan Usaha Koperasi, Anggota Koperasi, Usaha Mikro, Usaha Kecil, Wirausaha pemula; dan b. Terpenuhi dukungan kebutuhan modal untuk pengembangan Usaha Koperasi, Anggota Koperasi, Usaha Mikro, Usaha Kecil, Wirausaha pemula. Bagian Ketiga Peserta Program dan Penerima Bantuan Pasal 5 (1) Peserta Program calon penerima bantuan dalam peraturan ini adalah : a. Koperasi; b. Usaha Mikro; c. Usaha Kecil; dan d. Wirausaha pemula. (2) Peserta program calon penerima bantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a harus harus memenuhi kriteria : a. Koperasi Primer yang telah berbadan Hukum b. Maksimum Koperasi asset sebesar Rp. 250.000.000,00 (Dua Ratus lima Puluh Juta rupiah) dan/atau atau omset maksimum sebesar Rp. 100.000.000.00 (Seratus juta rupiah); c. Memiliki perangkat organisasi dan daftar anggota bagi Koperasi primer; d. Mempunyai rencana dan/atau kegiatan usaha produktif; e. Memiliki tempat kedudukan dan alamat yang jelas; dan f. Memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP) yang masih aktif. g. Mendukung program bantuan sosial yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah lainnya; h. Koperasi yang ruti melaksanakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) minimal 2 (dua) tahun terakhir berturut turut dibuktikan dengan daftar hadir Rapat Anggota Tahunan dan hasil keputusan Rapat Anggota Tahunan; i. Diprioritaskan bagi yang belum perna mendapatkan bantuan; (3) Peserta program calon penerima bantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan huruf c harus harus memenuhi kriteria : a. Terdaftar pada Dinas

b. Usaha yang dilakukan adalah Usaha Produktif; c. Memiliki kegiatan tetap dan berkelanjutan d. Minimal telah melakukan usaha 2 (dua) tahun dibuktikan dengan surat keterangan dari Pemerintah setempat; e. Memiliki Izin Usaha Mikro Kecil (IUMK). (4) Peserta program calon penerima bantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d harus memenuhi kriteria : a. Terdaftar pada Dinas b. Memiliki aktifitas usaha dan mempunyai potensi mengembangkan usaha; dan c. Memiliki Surat Keterangan mengikuti pembekalan kewirausahaan dari Dinas Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah dan/atau dari instansi/lembaga diklat kewirausaan lainnya. Pasal 6 (1) Peserta Program sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (1) dapat ditetapkan sebagai penerima bantuan oleh pemerintah daerah apabila telah memenuhi syarat berdasarkan hasil verifikasi Tim yang bentukoleh bupati (2) Peserta program yang ditetapkan sebagai penerima bantuan dengan Keputusan Bupati. (3) peserta program yang telah ditetapkan sebagai penerima bantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas bantuan, dapat memperoleh fasilitasi program pendampingan, pendidikan dan pelatihan. Pasal 7 Bantuan tidak boleh diberikan kepada koperasi, Usaha Mikro, Usaha Kecil yang sedang dan sudah menerima pinjaman dana bergulir dari Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB). Pasal 8 (1) Persyaratan khusus lainnya untuk masing masing program diatur melaui petunjuk teknis yang ditetapkan lebih lanjut oleh Bupati. BAB IV PERUNTUKAN BANTUAN Pasal 9 Bantuan yang diberikan kepada penerima bantuan hanya dipergunakan untuk: a. Pengembangan usaha produktif; b. Pengembangan permodalan; dan/atau c. Pengembangan sarana dan prasarana.

Pasal 10 (1) Peruntukan penggunaan bantuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf a meliputi Kegiatan : a. Pengembangan usaha pada sector riil; b. Peningkatan kegiatan produksi/pengolahan pemasaran; c. Usaha produktifdan perdagangan; d. Pengembangan ketrampilan usaha; e. Pemberdayaan Koperasi, Anggota Koperasi, Usaha Mikro, Usaha Kecil, Wirausaha Pemula diwilayah sulit jangkau; (2) Peruntukan penggunaan bantuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b meliputi kegiatan: a. Pengembangan Usaha Simpan Pinjam Koperasi; b. Pengembangan Wirausaha pemula; dan c. Rintisan dan pengembangan Koperasi, anggota Koperasi, Usaha Mikro, Usaha Kecil, Wirausaha Pemula. (3) Peruntukan penggunaan bantuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf c meliputi kegiatan : a. Pengadaan sarana dan prasarana untuk pengembangan usaha; b. Peningkatan sarana dan prasarana usaha yang tersedia; dan c. Pengembangan sarana dan prasarana usaha untuk usaha produktif baru. BAB IV SUMBER PEMBIAYAAN, BESARAN BANTUAN DAN TATA CARA PENYALURAN BANTUAN Bagian Kesatu Sumber Pembiayaan Pasal 11 Sumber pembiayaan bantuan berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah pada Dinas Koperasi dan Usaha Kecil, dan Menengah. Bagian Kedua Besaran Bantuan Pasal 12 (1) Penyaluran bantuan hanya diberikan kepada penerima bantuan yang telah ditetapkan dengan keputusan bupati sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2). (2) Besaran bantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan jenis usaha, hasil usaha, kesinambungan usaha, ruang lingkup usaha dan kemampuan keuangan daerah yang tersedia. (3) besaran bantuan ditetapkan oleh bupati atas usul dinas berdasarkan hasil verifikasi Tim.

Bagian Ketiga Tata Cara Penyaluran Bantuan Pasal 13 (1) Pemberian Bantuan kepada penerima Bantuan dilakukan dengan cara mentransfer uang yang besarannya telah tetapkan kepada penerima bantuan melalui rekening penerima bantuan. (2) Paling lambat 3 (tiga) hari setelah pemberi bantuan mentransfer uang ke Rekening penerima bantuan, pemberi bantuan wajib menyampaikan kepada penerima bantuan dengan surat pemberitahuan secara tertulis; (3) Paling lambat 2 (dua) hari setelah penerima bantuan menerima surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), penerima bantua wajib mengcek besaran uang yang ditransfer melalui rekening dan memberitahukan kepada Dinas bahwa telah atau belum tersedia dana pada rekening penerima bantuan. BAB V REALISASI BANTUAN DAN PENGGUNAANNYA Pasal 14 (1) Realisasi Bantuan dilakukan dengan mengikuti mekanisme administrasi Keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku. (2) Bantuan yang diterima oleh penerima bantuan wajib dipergunakan sesuai dengan peruntukannya. Pasal15 (1) Pemberian bantuan kepada penerima bantuan penggunaannya tidak dikembalikan kepada Daerah. (2) Pengelolaan keuangan bantuan dan sistim pertanggungjawabannya dilakukan secara efektif, efisien, berdaya guna dan berhasil guna serta akuntabel berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB VI SELEKSI DAN PENETAPAN PENERIMA BANTUAN SERTA KEWAJIBAN PESERTA PROGRAM Bagian Kesatu Seleksi Peserta Penerima Bantuan Paragraf I Pengajuan Peserta Pasal 16 (1) Peserta Program penerima bantuan sebagaimana dimaksud dalam pasal sebagaimana dimaksud dalam pasal 5, dapat mengajukan permohonan penerimaan bantuan kepada Pemerintah daerah melalui Dinas;

(2) Tata cara Pengajuan Peserta Program Bantuan menjadi penerima bantua oleh peserta program dalam bentuk Koperasi dan Usaha Mikro dan Usaha Kecil sebagai berikut: a. Calon Peserta Program dapat mengajukan surat permohonan dan/atau proposal program bantuan sosial untuk menjadi peserta program kepada Bupati melalui Dinas; b. Surat Permohonan dan/atau proposal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melampirkan surat rekomandasi dari Dinas yang telah diverifikasi terlebih dahulu. c. Pengajuan surat permohonan dan/atau Proposal Program bantuan sosial untuk mendapatkan bantuan ditujukan kepada dinas dan tembusannya disampaikan kepada Bupati. (3) Pengajuan surat permohonan peserta program sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus melampirkan proposal usaha beserta kelengkapan persyaratannya. Paragraf II Seleksi Peserta Program Pasal 17 (1) Peserta Program yang mengajukan permohonan penerimaan bantuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 ayat (1) akan diseleksi untuk ditetapkan sebagai penerima batuan; (2) Pengajuan surat permohonan peserta program sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus melampirkan proposal usaha beserta kelengkapan persyaratannya. (3) Tata cara seleksi Peserta Program Bantuan menjadi penerima bantuan oleh peserta program dan diatur lebih lanjut oleh bupati. Bagian Kedua Penetapan Penerimaan Bantuan Pasal 18 (1) Bedasarkan Keputusan Bupati sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2), KPA menugaskan Tim untuk melakukan Verifikasi kelayakan syarat memperoleh Penerimaan Bantuan. (2) Apabila Tim Verifikasi menyatakan permohonan serta persyaratan yang diajukan penerima bantuan lengkap, maka atas rekomendasi Tim verifikasi KPA dapat memproses pencairan dana kepada Penerima Bantuan sesuai ketentuan peraturan Perundang undangan. Pasal 19 Peserta program yang telah ditetapkan sebagai Penerima Bantuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (2) Wajib : a. Melengkapi persyaratan sebagaimana diatur dalam pasal 5 untuk diajukan sebagai peserta program;

b. Mengajukan permohonan pencairan bantuan kepada KPA dengan melampirkan persyaratan pencairan yang telah ditetapkan dalam Keputusan Bupati; c. Mengadministrasikan pengelolaan bantuan dengan baik; d. Bertanggung jawab secara penuh terhadap kebenaran data, informasi dan kelengkapan administrasi yang diberikan dalam tahap seleksi serta penggunaan dana program sesuai ketentuan; e. Siap menerima sanksi atau tindakan hukum sesuai dengan ketetuan dan peraturan yang berlaku terhadap ketidakbenaran data sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 dan penyalahgunaan bantuan; f. Melaporkan perkembangan usahanya kepada Bupati Alor yang ditembuskan kepada Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Alor ; dan g. Membuat perjanjian kerja sama antara Koperasi dengan Anggota Koperasi penerima bantuan yang memuat sekurang kurangnya hak dan kewajiban para pihak, jumlah dana bantuan, tanggung jawab dan sanksi. BAB VII KOORDINASI PELAKSANAAN PROGRAM SERTA MONITORING DAN EVALUASI Bagian Kesatu Koordinasi Pelaksanaan Program Pasal 20 (1) Organisasi Pelaksanaan Program terdiri dari : a. Kepala Dinas; b. Sekertaris; c. Kepala Bidang; d. Kepala Seksi; dan e. Tim Verikasi (2) Kepala Dinas bertugas : a. Berkoordinasi dengan Bupati dalam menetapkan calon Peserta Program; b. Melakukan koordinasi perencanaan dan pelaksanaan Program dengan pihak terkait ; c. Menerbitkan Petunjuk Teknis pelaksanaan Program; d. Melakukan sosialisasi Program kepada pihak yang terkait ; e. Menerima dan meneliti Dokumen administrasi Calon Peserta Program hasil seleksi yang direkomendasikan Kepala Bidang atas hasil Tim Verifikasi; f. Menetapkan calon peserta Program menjadi peserta Program berdasarkan keputusan hasil seleksi dari Tim Verifikasi; dan g. Menetapkan calon Peserta Program yang mengajukan usulan lansung kepada Bupati cq Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah untuk menjadi Pesrta Program setelah mendapat dukungan. (3) Sekertaris Bertugas :

a. Menerima hasil seleksi dari Kepala Bidang dan Tim Verifikasi Penerima Bantuan berdasarkan Keputusan Peserta Program dari Tim Verifikasi; b. Melakukan penelitian kelengkapan administrasi pencairan dana Bantuan yang diajukan peserta Program; (4) Kepala Bidang bertugas : a. Melakukan koordinasi penyelenggaraan Program dengan pihak terkait; b. Mengusulkan dana/atau rekomendasi hasil seleksi nama nama calon peserta Program yang dinilai layak dan memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 untuk diajukan kepada Kepala Dinas; c. Memberikan bimbingan, advokasi, pengawasan serta membantu penyelenggaraan Program; d. Membantu peserta Program dalam upaya penyediaan sarana pendukung yang dibutuhkan dalam rangka keberhasilan Program; e. Membantu Peserta Program dalam penyelesaian administrasi realisasi bantuan; f. Memberikan bimbingan, pembinaan dan pengawasan kepada Penerima Bantuan dalam pengelolaan keuangan/permodalan dalam rangka keberhasilan program; g. Memberikan advokasi dan membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi Penerima Bantuan; h. Membantu Penerima Bantuan dalam melengkapi dokumen berita acara dalam hal terjadi kejadian luar biasa (force majeur) yang mengakibatkan terjadinya kerugian penerima bantuan; i. Bertanggung jawab secara penuh terhadap kebenaran data, informasi dan kelengkapan administrasi penerima bantuan; dan j. Dapat memfasilitasi Usaha Mikro dan Usaha Kecil selaku penerima bantuan untuk membentuk Koperasi; (5) Kepala Seksi Bertugas : a. Melakukan koordinasi penyelenggaraan Program dengan pihak terkait; b. Menerima hasil seleksi nama nama calon peserta Program yang dinilai layak dan memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 untuk diajukan kepada kepala Bidang; c. Memberikan bimbingan, pengawasan serta membantu penyelenggaraan Program; d. Membantu peserta Program dalam upaya penyediaan sarana pendukung yang dibutuhkan dalam rangka keberhasilan Program; e. Membantu Peserta Program dalam penyelesaian administrasi realisasi bantuan; f. Memberikan bimbingan, pembinaan dan pengawasan kepada Penerima Bantuan dalam pengelolaan keuangan/permodalan dalam rangka keberhasilan program; (6) Tim Verifikasi bertugas : a. Melakukan koordinasi penyelenggaraan Program dengan pihak terkait; b. Mengusulkan dan/atau merekomendasi hasil seleksi nama-nama calon Pesrta Program yang dinilai layak dan memenuhi persyaratan kepada Kepala Dinas Melalui Kepala Bidang dengan tembusan kepada Bupati

dan Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Alor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11; c. Memberikan bimbingan, advokasi, pengawasan serta membantu penyelesaian masalah yang terjadi dalam rangka keberhasilan penyelenggaraan Program; d. Membantu peserta Program dalam upaya penyediaan sarana pendukung yang dibutukan dalam rangka keberhasilan Program; e. Membantu Peserta Program dalam penyelesaian administrasi realisasi Bantuan; f. Memberikan bimbingan, pembinaan dan pengawasan kepada Penerima Bantuan dalam pengelolaan keuangan/permodalan dalan rangka keberhasilan Program; g. Membantu Penerima Bantuan dalam melengkapi dokumen berita acara dalam hal terjadi kejadian luar biasa (force majeur) yang mengakibatkan trjadinya kerugian Penerima Bantuan; h. Bertanggung jawab secara penuh terhadap kebenaran data, informasi dan kelengkapan administrasi Penerima Bantuan, untuk membentuk koperasi. Bagian Kedua Monitoring dan Evaluasi Program Pasal 21 (1) Kepala Dinas melakukan koordinasi dengan Kepala Bidang dan Tim Verifikasi dalam hal pengendalian, monitoring, dan evaluasi dalam rangka pembinaan berkelanjutan terhadap Penerima Bantuan di tingkat Kabupaten, Kecamatan, Kelurahan dan Desa. (2) Pelaksanaan monitoring dan evaluasi dilaksanakan setiap 6 (enam) bulan sekali selama 2 (dua) tahun berdasarkan pembagian tugas sebagai berikut: a. Peserta Program wajib melaporkan perkembangan pelaksanaan program kepada Dinas setiap 6 (enam) bulan sekali dengan tembusannya kepada Camat; b. Atas dasar laporan tersebut Camat dapat melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program dan melaporkan hasil pelaksanaan program kepada Dinas dengan tembusan kepada Bupati; c. Dinas sebagai SKPD teknis yang menyelenggarakan bantuan bertanggungjawab atas pelaksanaan program dan wajib melaporkan hasil pelaksanaan program kepada Bupati; (3) Laporan Penyelenggaraan Program wajib disampaikan oleh bupati kepada Gubernur Nusa Tenggara Timur setiap Tahun. BAB VIII PENGALIHAN PESERTA PROGRAM Pasal 22 Kepala Dinas dapat membatalakan Peserta Program sebagai Penerima Bantuan dan mengalihkan penerimaan bantuan kepada calon peserta Program

yang baru untuk ditetapkan sebagai peserta Program atas dasar penilaian dan pertimbangan teknis dari SKPD dan Tim Verifikasi. Pasal 23 Pengalihan Peserta Program sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22, dilakukan apabila diketahui peserta Program mengundurkan diri, memberikan data atau informasi yang tidak sebenarnya dan/atau tindakan yang melanggar hukum. Pasal 24 (1) Apabila terjadi permasalahan dalam pengelolaan atau pelaksanaan Program di tingkat Kecamatan, maka kepala desa/ lurah wajib menyelesaikannya dan melaporkan kepada Bupati melalui Dinas. (2) Dalam hal Kecamatan tidak dapat menyelesaikan maka Dinas Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah membantu penyelsaiannya. (3) Dalam hal Dinas tidak dapat menyelesaikan, maka Bupati membantu menyelesaikannya. BAB IX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 25 (1) Terhadap penerima Program Bantuan yang telah ditetapkan sebelum berlakunya peraturan Bupati, tetap mempedomani Peraturan Bupati yang lama. (2) Terhadap calon peserta program yang masih dalam proses usulan,seluruh proses pengusulan dan penetapan harus berpedoman pada peraturan Bupati ini.

BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 26 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah. Ditetapkan di Kalabahi pada tanggal 7 Juli 2015 BUPATI ALOR, AMON DJOBO Diundangkan di Kalabahi pada tanggal 7 Juli 2015 SEKERTARIS DAERAH KABUPATEN ALOR, HOPNI BUKANG BERITA DAERAH KABUPATEN ALOR TAHUN 2015 NOMOR 14

PENJELASAN ATAS PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM BANTUAN SOSIAL PENGEMBANGAN KOPERASI, USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH SERTA WIRAUSAHA PEMULADI KABUPATEN ALOR A. UMUM Bahwa usaha mikro kecil dan menengah merupakan aset pemerintah untuk mengerakan roda pembangunan nasional karena itu perlu dilindungi oleh pemerintah sehingga keberlangsungannya tetap terpelihara. Untuk memberi kepastian hukum bagi usaha Mikro, kecil dan menengah serta wirausaha pemula maka pemerintah telah membentuk Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil Menengah. Bahwa untuk keberlangsung Usaha Mikro kecil dan menengah, perlu dilakukan pemberdayaan oleh pemerintah daerah sehingga keberlangsungnnya dapat terjaga dan dapat memberi kontribusi bagi pembangunan daerah. Prinsip pemberdayaan usaha Mikro, kecil dan menengah sebagaimana diatur dalam pasal 4 dan pasal 5 Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 yaitu : 1. Penumbuhan, kemandirian, kebersamaan, dan kewirausahaan usaha Mikro, kecil dan menengah untuk berkarya dengan prakarsa sendiri; 2. Mewujudkan kebijakan punlik yang transparan, akuntabel dan berkeadilan; 3. Pengembangan usasa berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar sesuai dengan kopetensiusaha Mikro, kecil dan menengah; 4. Peningkatan daya saing usaha Mikro, kecil dan menengah; dan 5. Penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian secara terpadu. Untuk mewujudkan prinsip usaha Mikro, kecil dan menengah diatas, pemerintah daerah perlu memberikan bantuan sosial dalam ranka pengembangan usaha Mikro, kecil dan menengah di kabupaten Alor. B. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5

Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Ayat (1) Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Huruf e Wilayah sulit dijangkau adalah desa/kelurahan yang belum terjangkau sarana transportasi, komunikasi dan/atau wilayah yang geografisnya sulit. Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22

Pasal 23 Pasal 24 Pasal25 Pasal 26 TAMBAHAN BERITA DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 763