MATERI : PENGELOLAAN KEUANGAN KELOMPOK TERKAIT DANA BANTUAN SOSIAL OLEH : MULIADIN (Staf Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Flotim) PELATIHAN PENINGKATAN KAPABILITAS PETANI/PETUGAS DME STIMULUS BERBASIS TANAMAN KELAPA DI DESA PLEDO, KEC. KLUBAGOLIT DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KAB. FLOTIM TAHUN ANGGARAN 2011
A. GAMBARAN UMUM DANA BANTUAN SOSIAL Menunjuk pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 91/PMK.05/2007 tentang Bagan Akun Standar, maka dimungkinkan adanya penyaluran suatu dana APBN ke masyarakat secara langsung guna membiayai program pembangunan. Pola yang dimaksud adalah dengan memanfaatkan jenis belanja bantuan sosial yang didefinisikan sebagai bantuan melalui transfer uang, barang atau jasa yang diberikan langsung kepada masyarakat guna melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. Sesuai dengan definisinya, penganggaran menggunakan Akun Bantuan Sosial dapat direalisasikan melalui transfer dalam bentuk uang, barang atau jasa tergantung pada kebijakan yang diambil. Berkaitan dengan pembangunan dan pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian, bantuan sosial yang dimaksud sebagian besar diarahkan pada pola transfer uang melalui rekening kelompok sebagai pelaksana kegiatan di lapangan. Namun terdapat beberapa kegiatan dimana pola bantuan sosial kebijakannya dilaksanakan melalui transfer barang/jasa, dalam situasi bahwa komponen kegiatan yang dimaksud memang benar-benar tidak dapat ditangani oleh petani/kelompoktani selaku kelompok penerima manfaat bantuan sosial. Sedangkan bantuan sosial melalui pola transfer barang/jasa dilaksanakan melalui mekanisme pengadaan barang/jasa sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 yang dilaksanakan oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) ataupun Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Barang/jasa yang sudah diadakan oleh KPA/ PPK untuk selanjutnya disalurkan atau diserahkan kepada kelompok penerima manfaat bantuan sosial Bantuan sosial melalui pola transfer uang dilaksanakan dengan mentransfer dana bantuan sosial langsung kepada kelompok penerima manfaat sehingga secara langsung dapat dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan yang telah diprogramkan. Prasyarat yang dibutuhkan antara lain melalui pembukaan rekening kelompok, penyusunan Rencana Usulan Kegiatan Kelompok (RUKK), mekanisme transfer melalui penerbitan Surat Permintaan Pembayaran (SPP), Surat Perintah Membayar (SPM) dan penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) serta pemanfaatan dana bantuan sosial oleh kelompok penerima manfaat. Penyaluran bantuan sosial baik melalui pola transfer uang maupun pola transfer barang/jasa dalam pelaksanaannya dibutuhkan adanya
pengawalan, pendampingan serta pembinaan oleh Koordinator Lapangan/Tim Teknis sebagai petugas lapangan. Pengawalan, pendampingan dan bimbingan oleh petugas lapangan tersebut tidak terbatas dari aspek teknis tetapi juga mencakup aspek adminstrasi dan pertanggungjawabannya. Untuk itu Buku Pedoman Pengelolaan Dana Bantuan Sosial diharapkan dapat sebagai petunjuk dan panduan bagi para petugas di lapangan dengan harapan akan dapat meminimalisir kekeliruan serta kesalahan dalam pertanggungjawaban pengelolaan anggaran B. PROSES PENGAJUAN DAN PENYALURAN DANA BANTUAN SOSIAL KEPADA PETANI - Penyaluran Dana Bantuan Sosial dikenal dengan dengan 2 macam pola yaitu : a. Pola transfer uang b. Pola transfer barang/jasa - Bantuan sosial dapat langsung diberikan kepada anggota masyarakat dan/atau lembaga kemasyarakatan. - Dana Bantuan Sosial untuk Pertanian/anggota masyarakat disalurkan langsung ke rekening kelompok/gabungan kelompok sasaran yang telah ditetapkan. - Penentuan besar kecilnya dana yang dialokasikan kepada kelompok/gabungan kelompok didasarkan oleh usulan (proposal) yang diajukan oleh kelompok/gabungan kelompok - Pos anggaran kegiatan yang menggunakan pola penyaluran Dana Bantuan Sosial ditampung dalam Pos Belanja Bantuan Soaial pada DIPA Pusat, DIPA Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Propinsi, dan DIPA Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2011. - Proses pengajuan dan penyaluran Dana Bantuan Sosial dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Rencana Usaha Kelompok/gapoktan (RUK)/Rencana Usaha Bersama (RUB) disusun oleh kelompok sasaran dan disahkan/ ditandatangani ketua kelompok/gapoktan serta dua anggota kelompok/gapoktan. 2. Kelompok/gapoktan membuka rekening tabungan pada Kantor Cabang / Unit BRI/Bank Pos atau Bank lain terdekat dan
memberitahukan kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) di Kabupaten/Kota. 3. Ketua kelompok/gapoktan mengusulkan RUK/RUB kepada PPK Propinsi/ Kabupaten/Kota setelah diverifikasi oleh Penyuluh Pertanian/petugas lapanglainnya dan disetujui oleh Ketua TimTeknis. 4. PPK meneliti rencana usaha kelompok/gabungan kelompok dari masing-masing kelompok/gabungan kelompok yangakan dibiayai, selanjutnya mengajukan ke Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) Kabupaten/Kota kemudian KPA mengajukan Surat Permintaan Pembayaran Langsung (SPP-LS) dengan lampiran sebagai berikut: a. Keputusan Bupati/Walikota atau Kepala Dinas/ Badan lingkup Pertanian atau pejabat yang ditunjuk tentang Penetapan Kelompok Sasaran. b. Rekapitulasi RUK/RUB secara umum mencantumkan : - Nama kelompok/gabungan kelompok; - Nama ketua kelompok/gabungan ketua kelompok; - Nama petani anggota kelompok/gabungan kelompok; - Nomor rekening a.n. petani/ketua kelompok/gabungan kelompok; - Nama cabang BNI/Bank pos atau bank lain terdekat; - Jumlah dana dan susunan keanggotaan kelompok/gabungan kelompok c. Kuitansi harus ditandatangani oleh ketua kelompok / ketua Gapoktan dan diketahui/disetujui oleh PPK Kabupaten/Kota yang bersangkutan. d. Surat perjanjian kerjasama antara pejabat pembuat komitmen dengan kelompok/gabungan kelompok sasaran tentang pemanfaatan dana penguatan modal kelompok/gabungan kelompok. 5. Atas dasar SPP-LS, Pejabat Penguji dan Perintah Pembayaran (PPPP) menguji danmenerbitkan Surat Perintah Membayar Langsung (SPM-LS), selanjutnya KPA menyampaikan SPM-LS ke KPPN setempat. 6. KPPN menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) sesuai ketentuan yang berlaku.
C. PEMANFAATAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA BANTUAN SOSIAL Dana yang dikelola oleh kelompok disalurkan melalui mekanisme LS digunakan untuk memperkuat modal, maupun untuk usaha produktif bidang perkebunan, pendampingan, pengembangan sumberdaya manusia dan kegiatan produksi serta operasionalisasi usaha kelompok. Sedangkan anggaran yang kegiatannya dilaksanakan oleh propinsi/kabupaten/kota dimanfaatkan untuk penyusunan Petunjuk Teknis, perencanaan, seleksi calon kelompok sasaran, sosialisasi, pembinaan, pengendalian, evaluasi dan pelaporan, serta berbagai jenis pelatihan bagi kelompok dan administrasi kegiatan serta lainnya. Pemanfaatan dana kelompok untuk modal usaha direncanakan bersama secara transparan oleh kelompok dan difasilitasi oleh pendamping. Pemanfaatan dana kelompok untuk pembelian sarana dan prasarana produksi dilaksanakan oleh kelompok, secara langsung tanpa lelang/tender. Pembelian tersebut dilakukan secara transparan dengan jenis dan jumlah sarana produksi diputuskan berdasarkan musyawarah anggota kelompok. Penyaluran sarana produksi (natura) kepada anggota dilegitimasi dengan berita acara serah terima barang. Pengurus kelompok membukukan seluruh aktivitas penarikan dana, pembelanjaan dan penyerahan barang kepada anggota kelompok/gabungan kelompok. Tata cara penggunaan Dana Bantuan Sosial untuk Pertanian harus diatur secara spesifik berdasarkan jenis komoditas/kegiatan yang diusahakan/dilaksanakan dan tingkat perkembangan usaha kelompok/kegiatan kelompok diatur dalam Pedoman yang diterbitkan eselon I maupun Juknis yang disusun oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota Pemanfaatan dan pembelanjaan dana bantuan sosial dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, maka dana bantuan sosial yang telah ditarik/dicairkan, agar sesegera mungkin dibelanjakan sesuai dengan peruntukannya (mengacu pada RUKK). 2. Pemanfaatan dana pada dasarnya merupakan pembelanjaan dana bantuan sosial oleh Ketua Kelompok atau petugas yang ditunjuk sesuai dengan RUKK dengan prinsip transparan, efisien dan efektif.
3. Pembelanjaan dana bantuan sosial mutlak harus dilengkapi dengan bukti pengeluaran berupa kuitansi/bon pembelanjaan. 4. Kuitansi/bon pembelanjaan untuk selanjutnya dicatat/dibukukan dan bukti-bukti tersebut diarsipkan dengan baik dan digunakan untuk keperluan pertanggungjawaban. D. PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN Pertanggungjawaban baik fisik/teknis maupun adminsitrasi adalah merupakan tahapan terakhir dalam rangka pelaksanaan bantuan sosial baik melalui pola transfer uang maupun transfer barang/jasa. Secara umum ketentuan pertanggungjawaban yang benar adalah tercapainya fisik/output kegiatan serta dipenuhinya ketentuan adminsitrasi keuangan. Melalui pola transfer uang, pertanggungjawaban perlu disusun dalam bentuk tata urutan arsip meliputi : a. SK Penetapan Kelompok Penerima Manfaat Bantuan Sosial. b. Rencana Usulan Kegiatan Kelompok (RUKK). c. Naskah Perjanjian Kerjasama antara PPK dengan Ketua Kelompok Penerima Manfaat Bantuan Sosial. d. Surat Permohonan Pencairan Dana Bantuan Sosial dari Ketua Kelompok Penerima Manfaat kepada Kuasa Pengguna Anggaran (KPA). e. Bukti penarikan/pencairan dana bantuan sosial oleh Ketua Kelompok dalam bentuk copy buku tabungan. f. Bukti pembelanjaan dana bantuan sosial dalam bentuk bon, kuitansi serta bukti sah lainnya. g. Bukti pelaksanaan pekerjaan fisik dalam bentuk dokumentasi dan foto-foto lengkap (sebelum, sedang dan sesudah pekerjaan lapangan). h. Berita Acara Pemeriksaan Hasil Pekerjaan Fisik. i. Berita Acara Serah Terima Pengelolaan Paket Bantuan Sosial. Dokumen pertanggungjawaban tersebut di atas dibuat dalam bendel/file, dokumen asli diserahkan ke KPA/PPK melalui Koordinator Lapangan/Tim Teknis, sedangkan copy dokumen disimpan oleh Ketua Kelompok. Dalam rangka pertanggungjawaban keuangan hal yang terpenting untuk disampaikan adalah: 1. Apabila terdapat revisi RUKK, maka harus jelas perihal yang dilakukan revisi/perubahan antara lain terkait dengan: a. Kemungkinan perubahan uraian kegiatan/pembelanjaan.
b. Kemungkinan perubahan jumlah satuan pembelanjaan. c. Kemungkinan perubahan harga satuan pembelanjaan. 2. Perlu juga di buat tabel realisasi pembelanjaan secara lengkap sesuai dengan bukti-bukti pembelanjaan berupa nota/bon/kuitansi. E. PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN D.1. PEMBINAAN Pembinaan dalam rangka pelaksanaan bantuan sosial menjadi hal penting, mengingat bahwa bantuan sosial hakekatnya adalah proses penyaluran dana/uang ataupun barang/jasa kepada kelompok penerima manfaat. Khusus bantuan sosial dalam bentuk transfer dana/uang, maka hal terpenting adalah agar realisasi penyaluran kepada kelompok penerima manfaat benar-benar tercapai sesuai target sehingga memenuhi kriteria tepat jumlah, tepat waktu dan tepat sasaran. Pembinaan kegiatan bantuan sosial dilaksanakan oleh petugas secara berjenjang, mulai dari jajaran Tingkat Pusat (Ditjen PSP), Dinas lingkup Pertanian Propinsi, Dinas lingkup Pertanian Kabupaten/Kota dan sampai ke Tingkat Kecamatan/Lapangan (Tim Teknis atau Koordinator Lapangan). Pembinaan yang dilaksanakan lebih cenderung merupakan bentuk pengawalan dan pendampingan menyangkut aspek teknis dan aspek administrasi, sehingga bantuan sosial dapat tercapai sasarannya. Untuk itu pengawalan dan pendampingan yang paling strategis adalah yang dilakukan oleh Koordinator Lapangan/Tim Teknis sebagai ujung tombak yang berhubungan langsung dengan petani/kelompoktani selaku penerima manfaat bantuan sosial. Selain melakukan pengawalan dan pendampingan, Koordinator Lapangan/Tim Teknis diharapkan juga menjadi motivator dan fasilitator pelaksanaan bantuan sosial tersebut. Kunci terpenting proses pembinaan kegiatan bantuan sosial adalah terkait pada 10 (sepuluh) tahapan administrasi, yaitu : 1. Identifikasi Calon Petani/Calon Lokasi (CP/CL). 2. Penetapan Kelompok Penerima Manfaat Bantuan Sosial. 3. Pembukaan rekening kelompok dan penyusunan RUKK. 4. Pembuatan dan penadatanganan naskah perjanjian kerjasama antara KPA/PPK dengan Ketua Kelompok Penerima Manfaat Bantuan Sosial. 5. Transfer dana bantuan sosial.
6. Pencairan dana bantuan sosial. 7. Pemanfaatan dan Pembelanjaan dana bantuan sosial. 8. Pelaksanaan pekerjaan fisik. 9. Pemeriksaan dan Serah Terima Pekerjaan. 10. Pertanggungjawaban keuangan. Kemudian satu hal yang perlu diketahui, bahwa dalam proses pembelanjaan dana bantuan sosial sangat dimungkinkan adanya efisiensi dimana terdapat sisa dana dimana fisik pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan telah dilaksanakan. Hal ini merupakan prestasipetani/kelompoktani penerima manfaat dalam melaksanakan kegiatannya. Untuk itu, sisa pembelanjaan dana bantuan sosial tersebut dapat saja dimanfaatkan oleh kelompok (melalui musyawarah) untuk kepentingan yang bersifat produktip. Hasil musyawarah pemanfaatan sisa dana bantuan sosial digunakan sebagai bahan revisi RUKK dan harus segera dilaporkan kepada KPA melalui Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) untuk mendapatkan persetujuan/pengesahan. D.2. PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN Untuk meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan pemberdayaan kelompok melalui dana Bantuan Sosial perlu dilakukan pengendalian dan pengawasan. Pengendalian melalui jalur struktural dilakukan oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota, Tim Pembina Propinsi dan Pusat. Pengendalian kegiatan dilakukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen dan Kuasa Pengguna Anggaran. Proses pengendalian di setiap wilayah direncanakan dan diatur oleh masing-masing instansi. Pengawasan dilakukan oleh pemerintah melalui aparat pengawas fungsional (Inspektorat Jenderal, Badan Pengawas Daerah maupun lembaga/instansi pengawas lainnya) dan pengawasan oleh masyarakat, sehingga diperlukan penyebarluasan informasi kepada pihak yang terkait (Penyuluh pertanian/peternakan, pengurus kelompok, anggota kelompok, tokoh masyarakat, organisasi petani/peternak, LSM, aparat instansi di daerah, perangkat pemerintahan mulai dari desa sampai kecamatan, anggota lembaga legislatif dan lembaga lainnya). Ada 6 (enam) tahapan kritis yang perlu diperhatikan dalam rangka pemberdayaan masyarakat melalui dana Bantuan Sosial yaitu: 1. Tahap sosialisasi yang dilakukan oleh Tim Pengarah/Pembina di
Pusat/Propinsi dan Tim Teknis Kabupaten/Kota. 2. Tahap persiapan pelaksanaan seleksi calon kelompok sasaran dan calon lokasi yang dilakukan oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota. 3. Tahap penyaluran dana penguatan modal ke rekening kelompok. 4. Tahap pencairan dana penguatan modal yang dilakukan oleh kelompok. 5. Tahap kebenaran serta ketepatan pemanfaatan dana bantuan sosial yang dilakukan oleh kelompok. 6. Tahap pemupukan dan pengembangan modal yang dilakukan oleh kelompok. Pada tingkat lokal/desa/kelompok, pengawasan masyarakat terhadap ketepatan sasaran program dilakukan oleh perangkat desa, anggota kelompok, penyuluh lapangan, maupun LSM. Laporan pengaduan penyimpangan terhadap pengelolaan dana dapat disampaikan kepada Tim Teknis Kabupaten/Kota. Pengaduan dari masyarakat agar segera ditanggapi secara langsung oleh pihak terkait. Pengendalian pelaksanaan bantuan sosial merupakan instrumen penting agar tercapai terget sasaran penyaluran dan kepeda kelompok penerima manfaat. Pengendalian penyaluran dana bantuan sosial dapat dilakukan melalui teknik sederhana, antara lain dengan cara melakukan identifikasi dan inventarisasi arsip/data pada Satuan Kerja, identifikasi menyangkut peran Korlap atau Tim Teknis, identifikasi terhadap keterlibatan anggota kelompok penerima manfaat serta melakukan pengecekan fisik pekerjaan di lapangan. Identifasi dan Inventarisasi Arsip/Data Identifikasi dan inventarisasi arsip dan data-data pelaksanaan bantuan sosial, antara lain meliputi : 1. SK Pembentukan Korlap/Tim Teknis (Ada/Tidak) 2. SK Penetapan Kelompok Penerima Manfaat Bansos (Ada/Tidak) 3. Copy Buku Tabungan Kelompok (Ada/Tidak) 4. Bendel RUKK dan Revisinya (Ada/Tidak) 5. Naskah kerjasama PPK dengan Ketua Kelompok Bansos (Ada/Tidak) 6. Bukti Penarikan Dana Bansos dari Bank (Ada/Tidak) 7. Pemanfaatan Dana Bansos berupa Bon/Nota/Kuitansi (Ada/Tidak)
8. Foto-foto Pelaksanaan Pekerjaan Fisik (Ada/Tidak) 9. Berita Acara Pemeriksaan Hasil Pekerjaan (Ada/Tidak) 10. Berita Acara Serah Terima Pengelolaan Paket Bansos (Ada/Tidak) Identifikasi peran Korlap atau Tim Teknis 1. Bentuk pengawalan dan pendampingan oleh Korlap/Tim Teknis dilaksanakan pada kegiatan-kegiatan : a. Pembukaan rekening kelompok (Ya/Tidak) b. Rapat penyusunan RUKK (Ya/Tidak) c. Penyampaian usulan pencairan dana ke PPK (Ya/Tidak) d. Pengurusan pencairan dana bansos (Ya/Tidak) e. Penarikan dana ke Bank (Ya/Tidak) f. Rapat pemanfaatan dana bansos serta persiapan kegiatan (Ya/Tidak) g. Proses pembelanjaan dana bansos (Ya/Tidak) h. Pengumpulan bukti-bukti pengeluaran dan pembelanjaan (Ya/Tidak) 2. Pengesahan Berita Acara Pemeriksaan Hasil Pekerjaan Bansos (Ya/Tidak) Keterlibatan Kelompok Penerima Manfaat Bansos 1. Apakah Saudara memegang SK Penetapan sebagai Kelompok Sasaran Penerima Bansos (Ya/Tidak) 2. Apakah Saudara melakukan pembagian tugas dalam rangka pelaksanaan bansos (Ya/Tidak) 3. Apakah Saudara tahu adanya Korlap/Tim Teknis Banos (Ya/Tidak) 4. Apakah Korlap/Tim Teknis sering melakukan bimbingan pelaksanaan bansos (Ya/Tidak) 5. Bimbingan dari Korlap/Tim Teknis terhadap Saudara dalam rangka kegiatan apa saja? a. Pembukaan rekening kelompok (Ya/Tidak) b. Rapat penyusunan RUKK (Ya/Tidak) c. Penyampaian usulan pencairan dana ke PPK (Ya/Tidak) d. Pengurusan pencairan dana bansos (Ya/Tidak) e. Penarikan dana ke Bank (Ya/Tidak) f. Rapat pemanfaatan dana bansos serta persiapan kegiatan (Ya/Tidak) g. Proses pembelanjaan dana bansos (Ya/Tidak) h. Pengumpulan bukti-bukti pengeluaran dan pembelanjaan (Ya/Tidak) 6. Apakah Saudara memiliki dokumen pertanggungjawaban berupa bendel
arsip (Ya/Tidak) 7. Bila nomor 6 jawabannya Ya, arsip tersebut terdiri dari apa saja? a. SK Penetapan Kelompok Penerima Manfaat Bansos (Ada/Tidak) b. Catatan rapat anggota kelompok (Ada/Tidak) c. Bendel RUKK dan Revisinya (Ada/Tidak) d. Naskah kerjasama PPK dengan Ketua Kelompok Bansos (Ada/Tidak) e. Surat Permohonan Pencairan Dana (Ada/Tidak) f. Bukti Penarikan Dana Bansos dari Bank (Ada/Tidak) g. Bukti pemanfaatan Dana Bansos berupa Bon/Nota/Kuitansi (Ada/Tidak) h. Foto-foto Pelaksanaan Pekerjaan Fisik (Ada/Tidak) i. Berita Acara Pemeriksaan Hasil Pekerjaan (Ada/Tidak) j. Berita Acara Serah Terima Pekerjaan Bansos (Ada/Tidak) Cek Fisik Pekerjaan Bansos 1. Lokasi kegiatan :... 2. Jenis pekerjaan bansos berupa :... 3. Volume/spesifikasi pekerjaan :... 4. Uraian hasil pengecekan lapangan : a. Berkaitan dengan capaian volume fisik pekerjaan b. Aktifitas dan peran Tim Teknis/Korlap c. Sharing pembiayaan dari kelompok/masyarakat atau lainnya d. Pemanfaatan dana yang mungkin tersisa e. Tanggapan masyarakat dan kelompok berkaitan dengan bantuan ini f. Kendala dan kesulitan-kesulitan di lapangan F. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN Kewenangan dan tanggung jawab pengelolaan Dana Bantuan Sosial ada pada kelompok sasaran. Agar pemanfaatan dana oleh kelompok berjalan secara efektif, dan tepat penggunaannya dalam pengelolaan usaha, maka kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan sedini mungkin untuk mengetahui berbagai masalah yang mungkin timbul maupun tingkat keberhasilan yang dapat dicapai. Kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan secara berkala dan berjenjang sesuai dengan tahapan kegiatan pengembangan usaha kelompok. Dengan demikian kegiatan monitoring dan evaluasi harus dilakukan pada saat sebelum dimulai kegiatan (ex-ante), saat dilakukan kegiatan (on-going) dan setelah dilakukan kegiatan (ex-post).
Kelompok tani/gapoktan/lm-3 membuat laporan fisik kegiatan termasuk permasalahan/ kendala yang dihadapi dan menyampaikannya kepada Tim Teknis Kabupaten/Kota sebagai bahan pelaporan dan evaluasi. Selanjutnya laporan tersebut disampaikan kepada instansi/lembaga terkait lainnya secara berjenjang. Tim Teknis Kabupaten/Kota dan Tim Pembina Provinsi melakukan monitoring dan evaluasi serta membuat laporan pengendalian dalam semesteran dan tahunan secara berjenjang, untuk dilaporkan ke pusat yang mencakup: a) kemajuan pelaksanaan kegiatan sesuai indikator kinerja; b) permasalahan yang dihadapi dan penyelesaiannya di tingkat kabupaten/kota dan provinsi; c) format pelaporan menggunakan format yang disepakati oleh daerah dan dituangkan dalam Juknis yang disusun oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota; d) Laporan mencakup perkembangan kelompok sasaran dalam pengelolaan usahanya berikut realisasi fisik dan keuangan; e) laporan disampaikan secara berkala dan berjenjang mulai dari tingkat kelompok sampai ke pusat mengenai pencapaian sasaran fungsional dengan contoh format laporan dari kelompok disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing atau mengacu kepada pedum sebelumnya; Ketaatan, kelengkapan dan kelancaran pelaporan menjadi pertimbangan pengalokasian anggaran pada tahun berikutnya. ================== ===================