Oleh: ABDULLAH Mahasiswa Jurusan PPKn FIS Universitas Negeri Makassar MUHAMMAD AKBAL Dosen Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, memberi Dana Bantuan Operasional

BAB I PENDAHULUAN. ketekunan dan keteladanan baik dari pendidik maupun peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata. Indonesia yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembentukan manusia sempurna melalui pendidikan, di dalam pendidikan berlaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun. maju dan sejahtera apabila bangsa tersebut cerdas.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong kemajuannya dengan kekreatifan guru dan murid. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu fondasi yang

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan Nasional sebagaimana yang tertuang dalam undang-undang No. 20

PEMAHAMAN SISTEM PEMERINTAHAN PUSAT MELALUI METODE DISKUSI DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL. Sumarni

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Pada hakikatnya pendidikan adalah sarana untuk mencerdaskan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang amat penting dalam suatu negara

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan salah satunya adalah bidang pendidikan. proses pembelajaran agar siswa secara aktif

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

Disusun Oleh: SRITOMI YATUN A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kunci utama dalam terlaksananya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Undang-undang itu menjelaskan bahwa:

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pendidikan, setiap siswa difasilitasi, dibimbing dan dibina untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan dijabarkan beberapa sub judul yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah beragam, antara lain: kurikulum 2013 hanya akan memberi beban

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan pendidikan yang dirumuskan dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi tersebut diperlukan sumber daya manusia yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

BAB I PENDAHULUAN. Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai), Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 2.

I. PENDAHULUAN. perioritas bagi Negara Indonesia dalam pembangunan nasional yang

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

dan mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan dan menerapkan nilai Humaniora.

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang membawa berbagai konsekuensi tidak hanya terhadap dinamika kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Ditegaskan dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 bahwa Tiap-tiap. perubahan yaitu memajukan dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat (1): Pendidikan adalah usaha sadar dan. akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. negara yang yang demokratis dan bertanggung jawab. 1 Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang kuat, sehingga dapat mengatasi permasalahan dan tantangan yang dihadapi.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang didalam kegiatannya dilakukan oleh guru dan siswa. Pendidikan juga merupakan elemen yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

PELAKSANAAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN GURU PADA MATA PELAJARAN PKn DI SMP LPP UMI MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anissa Dwi Ratna Aulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ASPEK SIKAP PADA MATA PELAJARAN PKn DI SMP NEGERI 24 BULUKUMBA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia,

PENGARUH KREATIVITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATAKULIAH AKUNTANSI BIAYA II MAHASISWA FKIP AKUNTANSI UMS ANGKATAN 2012

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang telah dituangkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. lain-lain. Perubahan itu merupakan kecakapan baru yang terjadi karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya

Transkripsi:

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO PADA MATA PELAJARAN PKN DALAM UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA (STUDI ANALITIS DESKRIPTIF SISWA SMA NEGERI 1 PATAMPANUA KABUPATEN PINRANG Oleh: ABDULLAH Mahasiswa Jurusan PPKn FIS Universitas Negeri Makassar MUHAMMAD AKBAL Dosen Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk 1) Mengetahui penerapan model pembelajaran berbasis portofolio dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Negeri 1 Patampanua Kab. Pinrang. Dan 2) Mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi oleh guru dalam penerapan model pembelajaran berbasis portofolio pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Negeri 1 Patampanua Kab. Pinrang. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Kualitatif dengan menggunakan Metode Survei dengan obyek penelitian siswa SMA Negeri 1 Patampanua, dengan populasi sebanyak 205 siswa dengan menggunakan teknik Random Sampling untuk menentukan sampel kelas yaitu Kelas X MIPA 1 dengan 34 responden. Semua data diperoleh dengan menggunakan teknik observasi, wawancara dan angket. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penerapan model pembelajaran berbasis portofolio dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Negeri 1 Patampanua Kab. Pinrang, ini terlihat dari keterampilan berpikir lancar, keterampilan berpikir luwes (Fleksibel), keterampilan berpikir rasional, keterampilan memperinci atau mengelaborasi, keterampilan menilai, rasa ingin tahu, imajinatif, merasa tertantang, sifat berani mengambil resiko, dan sifat menghargai siswa, pada umumnya terdapat pada setiap tindakan siswa dalam proses pembelajaran model portofolio berlangsung. Dan Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh guru dalam penerapan model pembelajaran berbasis portofolio pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan antara lain keterbatasan waktu, minimnya biaya serta keterbatasan tenaga siswa dan pengajar. Kata Kunci: Model Portofolio, Kreativitas dan hambatan-hambatan guru. 13 13

14 PENDAHULUAN Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam menentukan perkembangan dan perwujudan warga negara yang cerdas, kreatif, dan beradab dalam pembangunan bangsa dan negara. Khususnya di Indonesia, pendidikan yang berdasar pada Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI Tahun 1945) yang fungsi dan tujuannya tertuang dalam Pasal 3 Undangundang No 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab 1. Dalam mewujudkan tujuan pendidikan tersebut, tentunya pendidikan harus menyediakan lingkungan yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal, sehingga peserta didik atau siswa dapat mewujudkan dan memenuhi kebutuhan pribadinya dan yang ada di dalam masyarakat. Setiap orang mempunyai bakat dan kemampuan yang berbeda beda, oleh karena itu membutuhkan pendidikan yang berbeda-beda pula. Pendidikan bertanggung jawab untuk mengidentifikasi, membina serta mengembangkan, meningkatkan bakat, kecerdasan dan kreativitas yang ada pada peserta didik atau siswa. Melalui usaha pendidikan, diharapkan kualitas generasi muda yang berbakat dan cerdas. Selain bakat dan kecerdasan, kreativitas juga diperlukan siswa dalam mencapai prestasi belajar. Namun kenyataannya kreativitas siswa sekarang ini berkembang lambat dan frekuensi belajar siswa yang kurang. Hal ini dikarenakan sistem pendidikan yang senantiasa bergantung pada pendidik. Akibatnya siswa kurang bersemangat untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi. Siswa kurang memiliki tingkah laku yang kritis bahkan cara berfikir untuk mengeluarkan ide-ide yang sifatnya inovatif pun terkesan lambat. Dulu orang biasanya mengartikan orang berbakat sebagai orang yang memiliki tingkat kecerdasan (IQ) yang tinggi. Namun, sekarang makin disadari bahwa yang menentukan keberbakatan bukan hanya inteligensi (kecerdasan) melainkan juga kreativitas untuk berprestasi. Renzulli menyatakan bahwa kreativitas dan daya cipta memungkinkan munculnya penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu dan teknologi, serta dalam semua bidang usaha manusia lainnya 2. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri sebagai warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hakhak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, kreatif, dan berkarakter. Pendidikan Kewarganegaraan sangat penting untuk mendidik generasi bangsa untuk secara sukarela meningkatkan diri pada norma atau nilai-nilai moral. Sebagai bidang studi ilmiah, pendidikan kewarganegaraan bersifat interdisipliner (antar bidang), karena kumpulan pengetahuan yang membangun ilmu kewarganegaraan ini diambil dari berbagai disiplin ilmu, seperti ilmu politik, ilmu hukum, ekonomi, psikologi, sosiologi, administrasi negara, tata negara, sejarah, filsafat dan berbagai bahan kajian lainnya yang berasal dari nilai budi pekerti, hak-hak asasi manusia dengan penekanan kepada hubungan antar warga-negara, hubungan antara warga dengan pemerintahan, serta hubungan antar negara. 1. Undang-undang No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional 2. Munandar Utami. Kreativitas dan Keberbakatan. (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.2002) Hal. 4

15 Dalam menciptakan warga negara yang baik mengerti akan ideologi Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945, Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang wajib dilaksana di sekolah-sekolah berdasarkan Pasal 37 Undang-undang No 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dan Peraturan Menteri Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi bahwa Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia. Berdasarkan karakteristik dan tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tersebut di atas, jelas bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bukan merupakan mata pelajaran yang mengedepankan teori dalam pembelajaran, para siswa harus diajak untuk berwarganegara dengan cara mengenal berbagai kenyataan dan peristiwa sosial. Atas dasar kenyataan tersebut, maka pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan perlu menggunakan model yang inovatif, yakni model pembelajaran yang mampu menempatkan siswa sebagai subjek belajar, peristiwa dan masalah sosial sebagai sumber belajar, sedangkan guru bertindak sebagai director of learning, yakni pihak yang mengkondisikan dan memotivasi siswa untuk belajar. Salah satu model pembelajaran yang mampu mengembangkan hal-hal tersebut adalah Model Pembelajaran Berbasis Portofolio. Model pembelajaran berbasis portofolio merupakan satu bentuk dari praktik belajar kewarganegaraan, yaitu suatu inovasi pembelajaran yang dirancang untuk membantu peserta didik memahami teori secara mendalam melalui pengalaman belajar praktek-empirik. Praktek belajar ini dapat menjadi program pendidikan yang mendorong kompetensi, tanggung jawab, dan partisipasi peserta didik, belajar menilai dan mempengaruhi kebijakan umum, memberanikan diri untuk berperanserta dalam kegiatan antarsiswa, antarsekolah, dan antaranggota masyarakat 3. Model Pembelajaran berbasis Portofolio merupakan teori belajar konstruktivisme, yang pada prinsipnya menggambarkan bahwa belajar membentuk atau membangun pengetahuannya melalui interaksinya dengan lingkungan di sekitarnya. Teori belajar konstruktivisme dititik beratkan pada bagaimana proses belajar itu terjadi, tidak hanya hasil yang dicapai 4. Hal ini berarti bahwa dalam menerapkan pembelajaran berbasis portofolio, anak didik diajak untuk menggalih informasi dan pengetahuan secara lebih leluasa tanpa harus dibatasi oleh materi yang monoton. Anak didik dapat menuangkan ide-ide atau gagasan mereka secara leluasa dan mengembangkan ide tersebut, sehingga anak didik memiliki daya kritis dan kreativitas dalam menanggapi berbagai masalah sosial di sekitarnya sekaligus mempunyai keterampilan untuk memecahkan masalah sosial tersebut. Penerapkan model berbasis pembelajaran portofolio sangat memperhatikan dan melakukan suatu pemecahan masalah dengan cara isu atau masalah sosial yang muncul dalam lingkungan sekitar atau yang sedang menjadi sorotan digunakan sebagai dasar pembahasan, diskusi dan investigasi kegiatan di dalam atau di luar kelas. Dengan demikian, siswa dapat meningkatkan daya kritis dan kreativitas. Isu-isu masalah sosial yang berkembang di masyarakat tersebut perlu dianalisis dan hasil analisis ini merupakan alternatif tindakan dan atau kebijakan baru yang lebih baik. Siswa dalam proses ini ditempatkan dan diperlakukan sebagai subjek, yang harus secara aktif berperan dalam proses pembelajaran, sehingga siswa akan menemukan kebermaknaan belajar. Kebermaknaan belajar akan diperoleh apabila siswa mencari, 3. Budimansyah, Dasim. Model Pembelajaran dan Penilaian Portofolio.(Bandung : PT. Genesindo.2002) Hal. 3 4. Fajar, Arnei. Portofolio Dalam Pembelajaran IPS. (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya 2004). Hal. 43.

16 menemukan dan mengalami sendiri berbagai hal yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Perlu diketahui bahwa siswa di SMA Negeri 1 Patampanua memiliki karakter, motivasi, kreativitas dan mata pelajaran apa yang diminati tentu berbeda. Hal tersebut tentu berpengaruh pada proses pembelajaran, berdasarkan hasil observasi awal peneliti diperoleh bahwa siswa yang memiliki kreativitas tinggi yaitu 4 siswa (11,76%), yang memiliki kreativitas sedang yaitu 9 siswa (26,47%) dan yang mamiliki kreativitas rendah yaitu 21 siswa (61,76%). Data ini menunjukkan bahwa siswa di kelas X SMA Negeri 1 Patampanua Kab Pinrang pada umumnya memiliki kreativitas yang rendah. Hal ini disebabkan karena kurangnya keaktifan siswa selama proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas, dalam pembelajaran PKn saat guru menerangkan tidak ada umpan balik dari para siswa, mereka cenderung pasif, saat diberi pertanyan hanya ada beberapa siswa saja yang menjawab. Sehubungan dengan uraian tersebut, penulis bermaksud mengangkat permasalahan ini dalam penelitian berjudul Implementasi Pembelajaran Berbasis Portofolio Pada Mata Pelajaran PKn Dalam Upaya Meningkatkan Kreativitas Belajar Siswa. (Studi Analitis Deskriptif siswa SMA Negeri 1 Patampanua Kab. Pinrang). Dengan tujuan penelitian yaitu untuk 1). Mengetahui penerapan model pembelajaran berbasis portofolio dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Negeri 1 Patampanua Kab. Pinrang. 2) Mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi oleh guru dalam penerapan model pembelajaran berbasis portofolio pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Negeri 1 Patampanua Kab. Pinrang. METODE PENELITIAN Penelitian ini mengkaji suatu variable yang menjadi inti dari penelitian yaitu Implementasi Pembelajaran Berbasis Portofolio Pada Mata Pelajaran PKn dalam Upaya Meningkatkan Kreativitas Belajar Siswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode survei. Dalam penelitian survei, peneliti memilih responden sebagai sampel, dan memberikan mereka kuesioner yang sudah baku (standar) 5. Jadi penelitian survei dibatasi pada penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi. Peneliti menyamakan persepsi variable dan permasalahan yang dikaji agar memudahkan dalam pengukuran variable penelitian, maka dikemukakan secara operasional sebagai berikut: a. Pembelajaran berbasis portofolio adalah pembelajaran yang memakai model portofolio yaitu suatu model pembelajaran yang mengumpulkan pekerjaan siswa dengan maksud tertentu dan terpadu yang diseleksi menurut panduan-panduan yang ditentukan untuk mengetahui peningkatan kreativitas belajar siswa di SMA Negeri 1 Patampanua. b. Kreativitas belajar adalah suatu proses mental individu yang melahirkan gagasan, proses, metode, ataupun produk baru yang efektif bersifat imajinatif, rasional, dan sikap saling menghargai yang berdaya guna dalam berbagai bidang untuk pemecahan masalah. Dan sebagai Indikator kreativitas dalam penelitian ini yaitu keterampilan berpikir lancar, keterampilan berpikir luwes (Fleksibel), keterampilan berpikir rasional, keterampilan memperinci atau mengelaborasi, keterampilan menilai, rasa ingin tahu, imajinatif, merasa tertantang, sifat berani mengambil resiko, dan sifat menghargai siswa. c. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah satu 5. Marissan. Metode Penelitian Survei,(Jakarta: Kencana.2012) Hal. 165

17 mata pelajaran yang terfokus pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosial, kultural, bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas terampil dan berkarakter. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya 6. Jadi populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas X SMA Negeri 1 Patampanua Kabupaten Pinrang pada tahun ajaran 2013/2014. Jumlah siswa Kelas X yang aktif belajar di SMA Negeri 1 Patampanua pada tahun pelajaran 2013-2014 sebanyak 205 siswa. Kelas Siswa Perempuan Laki-laki Jumlah X MIPA 1 26 8 34 X MIPA 2 26 10 36 X MIPA 3 22 11 33 X IPS 1 22 13 35 X IPS 2 17 17 34 X IPS 3 19 14 33 Jumlah 132 73 205 Sumber Data : Data base siswa SMA Negeri 1 Patampanua Sampel adalah sebagian dari jumlah populasi yang dipilih untuk sumber data 7. Sejalan dengan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa sampel merupakan perwakilan dari populasi yang diambil oleh peneliti dengan teknik Random Sampling. Adapun sampel yang dimaksud penulis dalam penelitian ini adalah sebahagian jumlah populasi 6. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods), (Bandung: ALFABETA CV. 2011). Hal. 119 7. Sugiyono. Ibid, Hal. 120 kelas yaitu kelas X MIPA 1 dengan jumlah 34 siswa. Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan melalui Angket, Observasi dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik analisis secara deskriptif dan tabulasi data. Kelompok data yang sifatnya kualitatif dipaparkan secara deskriptif menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan. Sedangkan kelompok data kuantitatif diskor dalam bentuk tabulasi dan dianalisis dengan menggunakan teknik persentase dengan rumus 8, sebagai berikut : Keterangan : P = Persentase F = Frekuensi yang dicari persentasenya N = Jumlah responden PEMBAHASAN Bapak Ilyas mengemukakan bahwa sumber daya siswa kelas X MIPA 1 sebelum diterpakannya model pembelajaran portofolio memiliki kreativitas cukup rendah hal ini terlihat saat guru menerangkan tidak ada umpan balik dari para siswa, mereka cenderung pasif, motivasi dan kreativitas belajar rendah, saat diberi pertanyaan hanya beberapa siswa saja yang menjawab, tidak ada kerja sama kelompok yang baik, hanya siswa tertentu yang aktif, siswa kurang berani mengemukakan pendapat, lambat dalam menganalisa masalah dan membuat keputusan. Setelah diterapkannya model pembelajaran berbasis portofolio kreativitas siswa mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pembelajaran portofolio mendekatkan siswa kepada obyek yang dibahas, dan pengajaran yang menjadikan materi yang dibahas langsung dihadapkan kepada siswa atau siswa secara langsung mencari informasi tentang hal yang dibahas di lingkungan masyarakat sekitarnya. Dengan model pembelajaran 8. Tito, M. Arif. Dasar-dasar Statistika. (Makassar : UNM Press.2004) Hal. 242

18 portofolio peserta didik diberdayakan mampu berbuat untuk memperkaya pengalaman belajar dan juga dapat meningkatkan interaksi dengan lingkungannya baik lingkungan fisik, sosial, maupun budaya. Siswa tidak hanya mendapatkan pengetahuan melalui pemaparan atau ceramah guru saja, namun mereka langsung ke lingkungan sekitar untuk mencari informasi. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan siswa dapat membangun pengetahuan dan kepercayaan diri. Melalui interaksi dengan berbagai individu dan kelompok yang beragam membentuk kepribadian siswa memahami kemajemukan dan melahirkan sikap-sikap positif dan toleran terhadap keanekaragaman dan perbedaan hidup. Jadi model pembelajaran portofolio merupakan : 1. Proses Pembelajaran Menarik Pembelajaran portofolio pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn) menjadi pembelajaran yang cukup menarik. Dalam pembelajaran Siswa tidak hanya di kelas, tetapi juga ikut turun langsung ke lapangan mencari data dan informasi, siswa dapat leluasa menuangkan ide dan pendapatnya jadi siswa menjadi aktif, kritis dan kreatif terhadap masalah yang dikaji. Siswa mendapatkan ruang yang cukup luas untuk berapresiasi dan berkreasi, dengan demikian kegiatan-kegiatan dalam pembelajaran portofolio memberi tantangan tersendiri bagi siswa karena siswa terlibat langsung, mencari, mengalami, bahkan menemukan kebermaknaan belajar dan mendapatkan pengalaman berharga yang tidak didapatkan dalam kelas. 2. Kebermaknaan Belajar Pembelajaran berbasis portofolio, siswa memperoleh banyak pengalaman belajar yang sangat bermakna. Pengalaman tersebut antara lain pengalaman sosial dalam kerja kelompok, pengalaman akademik melalui pemecahan masalah, menyusun portofolio dokumen sebagai publikasi yang menarik serta mempresentasikannya dengan membuat portofolio tayangan. Selain itu siswa mendapatkan wawasan substansial seperti pemahaman tentang kebijakan publik, belajar tentang masalah-masalah yang ada di masyarakat, memahami bagaimana memecahakan masalah, menyadari kelompok-kelompok masyarakat yang memiliki perhatian terhadap masalah yang ada dimasyarakat. Semua itu menjadikan belajar benar-benar bermakna. 3. Meningkatkan Kreativitas Model pembelajaran berbasis portofolio mampu mengajak siswa untuk praktek sebagai warga negara yang cerdas, terampil, kritis dan kreatif dalam menangggapi masalah yang ada di masyarakat sekitar. Mereka belajar untuk memecahkan masalah yang ada di masyarakat bahkan mereka mencari, mengumpulkan informasi atau data langsung dari sumbernya. Pembelajaran portofolio melatih siswa untuk berani tampil di muka umum menyampaikan pendapat dan bertanya. Selain itu, pada saat diskusi siswa mampu membuat kebijakan-kebijakan alternatif yang dapat dijadikan masukan kepada pemerintah. Dengan lembar pengamatan, yang mencakup keterampilan berpikir lancar, keterampilan berpikir luwes (Fleksibel), keterampilan berpikir rasional, keterampilan memperinci atau mengelaborasi, keterampilan menilai, rasa ingin tahu, imajinatif, merasa tertantang, sifat berani mengambil resiko, dan sifat menghargai siswa. Guru mengetahui siswa yang memiliki tingkat kreativitas yang tinggi dan yang rendah sehingga dapat memotivasi siswa. Pembelajaran portofolio di SMA Negeri 1 Patmpanua khususnya kelas X MIPA 1 berjalan cukup sukses dan berhasil meningkatkan kreativitas siswa.

19 PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Penerapan model pembelajaran berbasis portofolio dapat meningkatkan kreativitas belajar siswa dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Negeri 1 Patampanua Kab. Pinrang, ini terlihat dari keterampilan berpikir lancar, keterampilan berpikir luwes (Fleksibel), keterampilan berpikir rasional, keterampilan memperinci atau mengelaborasi, keterampilan menilai, rasa ingin tahu, imajinatif, merasa tertantang, sifat berani mengambil resiko, dan sifat menghargai siswa, pada umumnya terdapat pada setiap tindakan siswa dalam proses pembelajaran model portofolio berlangsung. 2. Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh guru dalam penerapan model pembelajaran berbasis portofolio pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Negeri 1 Patampanua Kab. Pinrang antara lain keterbatasan waktu, minimnya biaya serta keterbatasan tenaga siswa dan pengajar. DAFTAR PUSTAKA Fajar, Arnei. 2004. Portofolio Dalam Pembelajaran IPS. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Budimansyah, Dasim. 2002. Model Pembelajaran dan Penilaian Portofolio. Bandung: PT. Genesindo. Trianto, 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif: Konsep Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta: Kencana. Sayodih, Nana. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Wahab, Azis & Sapriya, 2011. Teori dan Landasan Pendidikan Kewarganegaraan, Bandung: ALFABETA CV. Winarno. 2013. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan : Isi, Strategi, dan Penilaian, Jakarta: Bumi Aksara. Sapriya, dan Winataputra, Udin. 2003. Pendidikan Kewarganegaraan: Model Pengembangan Materi dan Pembelajaran, Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan FPIPS UPI. Sapriya, dkk. 2009. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan FPIPS UPI. Rosada, Dede, dkk, 2005. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education): Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, Jakarta: Kencana. Rachmawati, Yeni & Kurniati, Euis. 2010. Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Kencana. Munandar Utami, 2002. Kreativitas dan Keberbakatan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods), Bandung: ALFABETA CV. Marissan, 2012. Metode Penelitian Survei, Jakarta: Kencana. Tito, M. Arif. 2004. Dasar-dasar Statistika. Makassar : UNM Press Redaksi Indonesia Tera, 2009. UUD NRI 1945 dan Perubahannya plus. Struktur Ketatanegaraan, Jakarta: TrasMedia Pustaka. Undang-undang No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi Permendiknas No. 23 tahun 2006 tentnag Standar Kompetensi Lulusan.