PERAN SOP DALAM MITIGASI DAN PENANGANAN BENCANA. Oleh : Siswantobp SEKRETARIAT / KANTOR PELAKSANA HARIAN BADAN KORDINASI NASIONAL PENANGANAN BENCANA

dokumen-dokumen yang mirip
PERAN GERAKAN PRAMUKA DALAM PENANGGULANGAN BENCANA 12/23/2009 1

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2005 TENTANG BADAN KOORDINASI NASIONAL PENANGANAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2005 TENTANG BADAN KOORDINASI NASIONAL PENANGANAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2005 TENTANG BADAN KOORDINASI NASIONAL PENANGANAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

- 2 - MEMUTUSKAN : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG

PEDOMAN PENANGANAN PASCA BENCANA

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG BADAN KOORDINASI NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA DAN PENANGANAN PENGUNGSI

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2009

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah;

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

Penger&an dan Ruang Lingkup Penanggulangan Bencana

2015, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah;

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR dan BUPATI BANJAR

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 4 TAHUN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG BADAN KOORDINASI NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA DAN PENANGANAN PENGUNGSI

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERINGATAN DINI DAN PENANGANAN DARURAT BENCANA TSUNAMI ACEH

PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR: 10 TAHUN 2010

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010

Powered by TCPDF (

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI PATI PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN PATI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PEDOMAN BANTUAN PERALATAN

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

GULANG BENCANA BENCAN DAERAH KABUPATEN KABUPATE MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan.

PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

BUPATI KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 2 TAHUN 2011

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 104 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN SITUBONDO

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

11. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana;

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

RANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Bulungan.

BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 80 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

WALIKOTA TEGAL PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL NOMOR 1 TAHUN22014 TENTANG

BUPATI REMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG

QANUN KABUPATEN ACEH BARAT DAYA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

PEDOMAN BANTUAN LOGISTIK

BUPATI JAYAPURA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 4 TAHUN 2011

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 3 Tahun 2014 Seri D Nomor 1 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BALIKPAPAN

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 2 TAHUN : 2010 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

Transkripsi:

PERAN SOP DALAM MITIGASI DAN PENANGANAN BENCANA Oleh : Siswantobp SEKRETARIAT / KANTOR PELAKSANA HARIAN BADAN KORDINASI NASIONAL PENANGANAN BENCANA LATAR BELAKANG Indonesia daerah rawan bencana, karena alam dan ulah manusia Penanganan bencana saat ini lebih bersifat responsif dibanding preventifnya Penanganan bencana harus dititikberatkan pada pencegahan Oleh karena itu, upaya pencegahan dan mitigasi perlu terus ditingkatkan. 1

Adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana JENIS DAN MACAM BENCANA BENCANA ALAM Gempabumi /Tsunami Gunung Api Banjir/Longsor Angin Topan Kekeringan Penyakit/ Hama Tanaman Epidemi ULAH MANUSIA Kebakaran Hutan Pencemaran Lingkungan Kecelakaan Transportasi Kegagalan Teknologi Kerusuhan Sosial 2

BENCANA DAN AKIBATNYA bencana Korban jiwa Kerusakan prasarana fisik Hilang harta benda Hilang matapencaharian Hilang tempat tinggal Gangguan kejiwaan Pengungsian TERJADINYA BENCANA Pemicu Kejadian Bahaya RESIKO BENCANA BENCANA Kerentanan 3

RESIKO = BAHAYA * KERENTANAN Bahaya Potensi Bencana Kerentanan PENGURANGAN RESIKO BENCANA Bahaya Kerentanan 4

SIKLUS MANAJEMEN BENCANA BENCANA Kesiapsiagaan Tanggap Darurat Pencegahan dan Mitigasi Pemulihan Pra Bencana Tanggap Darurat Pasca Bencana 5

PRINSIP-PRINSIP MITIGASI Bencana adalah titik awal upaya mitigasi bagi bencana serupa berikutnya. Upaya mitigasi itu kompleks, saling ter-gantung dan melibatkan banyak pihak Upaya mitigasi aktif lebih efektif dibanding upaya mitigasi pasif Jika sumberdaya terbatas, prioritas harus diberikan kepada kelompok rentan Upaya mitigasi memerlukan pemantauan dan evaluasi terus menerus untuk mengetahui perubahan situasi. PRINSIP-PRINSIP MITIGASI Bencana adalah titik awal upaya mitigasi bagi bencana serupa berikutnya. Upaya mitigasi itu kompleks, saling ter-gantung dan melibatkan banyak pihak Upaya mitigasi aktif lebih efektif dibanding upaya mitigasi pasif Jika sumberdaya terbatas, prioritas harus diberikan kepada kelompok rentan Upaya mitigasi memerlukan pemantauan dan evaluasi terus menerus untuk mengetahui perubahan situasi. 6

RUU BENCANA Tujuan Memberikan dasar formal untuk tindakan penanganan bencana. Memberikan dukungan rencana-rencana, penataanpenataan kelembagaan, tindakan-tindakan kesiapan, tindakan tanggap darurat, dsb.; Membagi tanggung jawab secara hukum; dan ini membantu memastikan bahwa tanggung jawab tersebut akan dilaksanakan secara benar. Menimbulkan efek nasional, sehingga memastikan bahwa semua tataran struktur penanganan bencana mendapatkan manfaat dari dukungan yang disediakan; Tujuan RUU BENCANA. lanjutan Menyediakan keruntutan berpikir terhadap hal-hal yang diperlukan untuk penanganan bencana; Memberikan perlindungan yang luas kepada pemerintah yang biasanya memikul dengan tanggungjawab untuk sejauh mungkin melindungi negara dan warganegaranya dari akibat bencana dan kepada organisasi-organisasi dan orang-perorangan yang mungkin terkena berbagai dampak bencana 7

Konsep dasar dasar bencana Kehidupan manusia selalu berdampingan dengan ancaman Banjir, gempa, atau tsunami sekalipun adalah sekedar gejala ancaman yang belum tentu mengakibatkan kerugian Gejala alam baru menjadi bencana kalau menimbulkan kerugian Masing-masing masyarakat mempunyai tingkat kerentanan yang berbeda-beda terhadap suatu ancaman sesuai dengan tingkat paparan terhadap ancaman dan karakteristik internal masyarakat itu sendiri Tingkat kerentanan akan menurun kalau kemampuan masyarakat meningkat Risiko bencana adalah gabungan antara ancaman, kerentanan dan kemampuan Prinsip-prinsip penanggulangan bencana a. cepat dan tepat; b. prioritas; c. koordinasi dan keterpaduan; d. berdaya guna dan berhasil guna; e. transparansi dan akuntabilitas; f. kemitraan; g. pemberdayaan; h. nondiskriminatif; 8

Tanggung jawab Pemerintah a. pengurangan risiko bencana dan pemaduan pengurangan risiko bencana dengan program pembangunan; b. pelindungan masyarakat dari dampak bencana; c. penjaminan pemenuhan hak masyarakat dan pengungsi yang terkena bencana secara adil dan sesuai dengan standar pelayanan minimum; d. pemulihan kondisi dari dampak bencana; e. pengalokasian anggaran penanggulangan bencana dalam anggaran pendapatan dan belanja negara yang memadai; f. pengalokasian anggaran penanggulangan bencana dalam bentuk dana siap pakai; dan g. pemeliharaan arsip/dokumen otentik dan kredibel dari ancaman dan dampak bencana. Wewenang Pemerintah : a. penetapan kebijakan penanggulangan bencana selaras dengan kebijakan pembangunan nasional; b. pembuatan perencanaan pembangunan yang memasukkan unsur-unsur kebijakan penanggulangan bencana; c. penetapan status dan tingkatan bencana nasional dan daerah; d. penentuan kebijakan kerja sama dalam penanggulangan bencana dengan negara lain, badanbadan, atau pihak-pihak internasional lain; e. perumusan kebijakan tentang penggunaan teknologi yang berpotensi sebagai sumber ancaman atau bahaya bencana; f. perumusan kebijakan mencegah penguasaan dan pengurasan sumber daya alam yang melebihi kemampuan alam untuk melakukan pemulihan; dan g. pengendalian pengumpulan uang atau barang yang bersifat nasional. 9

Penetapan status dan tingkat bencana a. jumlah korban; b. kerugian harta benda; dan/atau c. kerusakan prasarana dan sarana; d. cakupan luas wilayah yang terkena bencana; e. dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan. Perkembangan Kelembagaan Tahun 1961 1965 1966 1967 1979 1990 1999 2001 2005 Nama Kelembagaan Panitia Pusat Penampungan Bencana Alam (PPBA) Panitia Pusat Penampungan Bencana Alam (PPBA) Badan Pertimbangan Penanggulangan Bencana Alam (BP2BA) Tim Koordinasi Pelaksanaan Penanggulangan Bencana Alam (TKP2BA) Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana Alam (A) Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana () Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana () Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi (P) Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana () Dasar Hukum Keppres 54/1961 Keppres 312/1965 Keppres 256/1966 Kep. Presidium 14/U/Kep/1/1967 Keppres 28/1979 Keppres 43/1990 Keppres 106/1999 Keppres 3/2001 jo Keppres 111/2001 Perpres 83/2005 10

Susunan Keanggotaan Ketua: Wakil Presiden RI Wakil Ketua: Menko Kesra Wakil Ketua: Mendagri Anggota: Menkeu MenESDM Menhub MenPU Menkes Mensos Menkominfo Panglima TNI Kapolri Ketua PMI Sekretaris: Kepala Pelaksana Harian STRUKTUR ORGANISASI KETUA PUSAT ANGGOTA KALAKHAR SEKRETARIS UTAMA DEPUTI PENCEGAHAN & KESIAPSIAGAAN DEPUTI PENANGANAN DARURAT DEPUTI PEMULIHAN GUBERNUR/ KA.SATKORLAK PB PROVINSI ANGGOTA KALAKHAR PROVINSI ANGGOTA BUPATI/WALIKOTA KA.SATLAK PB KABUPATEN/ KOTA KALAKHAR KABUPATEN/KOTA 11

Organisasi Lakhar Bakornas PB Kepala Pelaksana Harian Sekretaris Utama Deputi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Deputi Penanganan Darurat Deputi Pemulihan PERAN dalam PENANGANAN BENCANA KOORDI- NASI PENCEGAHAN MITIGASI KESIAPAN KOMANDO KENDALI KOORD. TANGGAP DARURAT KOORDI- NASI PEMULIHAN SEBELUM PADA SAAT SESUDAH 12

KONSEP REVITALISASI PENANGANAN BENCANA Sebelum Pada Saat Sesudah - Pencegahan - Mitigasi - Kesiapan - Siaga Darurat - Tanggap Darurat - Pemulihan Darurat - Rehabilitasi - Rekonstruksi 1. Penanganan : - Berbagai sektor terkait - Koordinasi - Penetapan Tingkat Darurat oleh P - Penanganan Quick Response oleh LAKHAR / Satkorlak PB/Satlak PB sesuai tingkatan kedaruratan - Rehabilitasi - Rekonstruksi (Fisik& Non Fisik) oleh sektor 2. Pembiayaan : - Dana pada sektor terkait - Koordinasi - Dana Siaga Darurat, Tanggap Darurat, Pemulihan Darurat - Sumber APBN/APBD alokasi pada / Satkorlak PB/Satlak PB - Dana pada sektor terkait - Koordinasi PERBANDINGAN ANTARA P (KEPPRES No 3/2001 jo 111/2001) DENGAN (PERPRES No 83/2005) 13

P 1. TERMINOLOGI BAKORNAS Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi 2. PERTIMBANGAN PENETAPAN Penanggulangan dan penanganan bencana dilakukan secara terpadu dan terkoordinasi. 3. DASAR HUKUM Keppres No.3/2001 jo 111/2001 4. TUGAS a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan PBP. b. Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan PBP. c. Memberikan pedoman dan pengarahan usaha PBP. 1. TERMINOLOGI BAKORNAS Penanganan Bencana 2. PERTIMBANGAN PENETAPAN Penanganan dilakukan secara menyeluruh mulai sebelum, pada saat dan setelah terjadi bencana dengan lebih menekankan pada upaya penanggulangan kedaruratan yang memerlukan kecepatan dan ketepatan bertindak. 3. DASAR HUKUM Perpres No.83/2005 4. TUGAS Membantu Presiden dalam : a. Mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan PB dan kedaruratan. b. Melaksanakan PB dan kedaruratan mulai sebelum, pada saat dan setelah kejadian bencana. 5. FUNGSI (tidak disebutkan) P 5. FUNGSI a. Perumusan dan penetapan JAKNAS PB dan kedaruratan. b. Koordinasi kegiatan dan anggaran lintas sektor serta fungsi dalam pelaksanaan tugas PB dan kedaruratan. c. Pemberian pedoman dan arahan upaya PB dan kedaruratan. d. Pemberian dukungan, bantuan dan pelayanan di bidang sosial, sarana dan prasarana, informasi dan komunikasi, transportasi dan keamanan serta dukungan lain. 14

P 6. SUSUNAN KEANGGOTAAN a. Ketua : Wapres RI (merangkap anggota) b. Wakil Ketua : Menko Kesra (merangkap anggota) c. Anggota : - Mendagri - Menkes - Mensos - Menkimpraswil - Menhub - Menkeu - Panglima TNI - KAPOLRI - Gubernur d. Sekretaris : Seswapres (merangkap anggota) 6. SUSUNAN KEANGGOTAAN a. Ketua : Wapres RI b. Wakil Ketua : Menko Kesra c. Wakil Ketua : Mendagri d. Anggota : - Menkeu - Men ESDM - Menhub - Men PU - Menkes - Mensos - Menkominfo - Panglima TNI - KAPOLRI - Ketua PMI e. Sekretaris : Kalakhar P Wakil Ketua : Menko Kesra bertindak sebagai Ketua Tim Harian P 7. SIFAT Koordinasi 8. SEKRETARIAT BAKORNAS PBP - Bertugas memberikan pelayanan staf dan administrasi kepada P. Wakil Ketua : a. Menko Kesra, mengkoordinasikan kegiatan lintas sektor dan kerjasama internasional. b. Mendagri, mengkoordinasikan kegiatan PB dan kedaruratan dengan daerah Provinsi dan Kab/Kota. 7. SIFAT Koordinasi dan Operasional 8. LAKHAR - Bertugas memberikan dukungan teknis dan 15

P Susunan Organisasi Sekretariat : a. Wakil Sekretaris b. Deputi Bidang Penanganan Bencana c. Deputi Bidang Penanganan Pengungsi d. Deputi Bidang Kerjasama dan Peranserta Masyarakat e. Deputi Bidang Administrasi f. Deputi membawahi 4 Biro, masingmasing Biro membawahi 2 Bagian. 9. PBP DI DAERAH a. SATKORLAK PBP di tingkat Provinsi, Sekretaris dirangkap secara ex-officio oleh pejabat yang ditunjuk oleh Gubernur. b. SATLAK PBP di tingkat Kab/Kota, Sekretaris dirangkap secara ex-officio oleh Susunan Organisasi Lakhar : a. Sekretariat Utama b. Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan c. Deputi Bidang Penanganan Darurat d. Deputi Bidang Pemulihan e. Sekretaris Utama membawahi 5 Biro, masing-masing Biro membawahi 5 Bagian. f. Deputi membawahi 4 Direktorat, masingmasing Direktorat 4 Sub-direktorat. 9. PB DI DAERAH Dapat dibentuk : a. SATKORLAK PB di tingkat Provinsi, dipimpin oleh Kalakhar setingkat Eselon IIa. b. SATLAK PB di tingkat Kab/Kota, dipimpin oleh Kalakhar setingkat Eselon IIb. P 10. PEMBIAYAAN a. APBN (P dan Sekretariat) b. APBD (SATKORLAK PBP Provinsi dan SATLAK PBP Kab/Kota) 11. BANTUAN a. Bantuan masyarakat langsung kepada korban bencana/pengungsi melalui Gubernur atau Bupati/Walikota b. Bantuan luar negeri dikoordinasikan oleh Ketua P dan dapat diserahkan langsung kepada : - Gubernur atau Bupati/Walikota (Ketua SATKORLAK/SATLAK PBP) - Dalam keadaan mendesak, langsung kepada korban bencana/pengungsi. 10. PEMBIAYAAN a. APBN ( dan LAKHAR ) b. APBD (SATKORLAK PB Provinsi dan SATLAK PB Kab/Kota) 11. BANTUAN a. Bantuan masyarakat langsung kepada korban bencana/pengungsi melalui Gubernur atau Bupati/Walikota b. Bantuan luar negeri dikoordinasikan oleh Ketua dan dapat diserahkan langsung kepada : - Gubernur atau Bupati/Walikota (Ketua SATKORLAK/SATLAK PB) - Dalam keadaan mendesak, langsung kepada korban bencana/pengungsi 16

P 12. LAIN-LAIN Di lingkungan Sekretariat BAKORNAS PBP dapat dibentuk Kelompok Kerja dan atau Kelompok Pakar. 12. LAIN-LAIN Di lingkungan LAKHAR dapat dibentuk Kelompok Jabatan Fungsional. PEDOMAN PRAKTIS KESIAPSIAGAAN MENGHADAPI BENCANA BANJIR DAN TANAH LONGSOR BADAN KOORDINASI NASIONAL PENANGANAN BENCANA () 17

RENCANA OPERASI NOMOR 1/2006 TENTANG PENANGANAN BENCANA BANJIR DAN TANAH LONGSOR PRINSIP PENANGANAN : TANGGUNGJAWAB PENANGANAN PALING DEPAN ADALAH UNIT ORGANISASI YAITU SATUAN PELAKSANA PENANGANAN BENCANA (SATLAK PB), APABILA MELIPUTI LEBIH DARI 1 (SATU) KABUPATEN/KOTA MENJADI TANGGUNGJAWAB SATUAN KOORDINASI PELAKSANA PENANGANAN BENCANA (SATKORLAK PB), PEMERINTAH PUSAT MELALUI BADAN KOORDINASI PENANGANAN BENCANA () AKAN MENDUKUNG, MEMFASILITASI DAN MEMBERIKAN DUKUNGAN SUMBERDAYA YANG DIPERLUKAN OLEH DAERAH (SATKORLAK/SATLAK PB). 18

STRUKTUR ORGANISASI POSKO SATKORLAK PB Humas KETUA : GUBERNUR WAKIL KETUA : PANGDAM/DANREM WAKIL KETUA : KAPOLDA Sekretaris LIASION DEP. DALAM NEGERI DEP. SOSIAL DEP. KESEHATAN DEP. PEKERJAAN UMUM TNI/POLRI PMI BASARNAS SATGAS SOSIAL SATGAS KESH SATGAS SAR SATGAS PU SATGAS ALKOM NAMA : NO HP: NAMA : NO HP: NAMA : NO HP: NAMA : NO HP: NAMA : NO HP: STRUKTUR ORGANISASI POSKO SATLAK PB KETUA : BUPATI/WALIKOTA WAKIL KETUA : DANDIM WAKIL KETUA : KAPOLRES / SATKORLAK PB LIASION DEP. DALAM NEGERI DEP. SOSIAL DEP. KESEHATAN DEP. PEKERJAAN UMUM TNI/POLRI PMI BASARNAS SATGAS SOSIAL SATGAS KESEH SATGAS SAR SATGAS PU SATGAS ALKO NAMA : NO HP: NAMA : NO HP: NAMA : NO HP: NAMA : NO HP: NAMA : NO HP: 19

Instruksi Koordinasi Setiap instruksi kejadian dilaporkan pada kesempatan pertama ke POSKO BAKORNAS, telepon 021-3458400. Penyampaian data korban dan pengungsi ke media masa melalui POSKO SATLAK PB dan SATKORLAK PB untuk menghindari kesimpangsiuran berita. Penyaluran bantuan dari masyarakat dalam negeri maupun luar negeri diatur oleh POSKO SATLAK PB dan SATKORLAK PB untuk menjamin pemerataan dan ketepatan alokasi bantuan sesuai kebutuhan. Manfaatkan segenap potensi yang ada dari masyarakat, swasta, LSM, organisasi kemasyarakatan lainnya dalam satu kerangka koordinasi yang terpadu sejak dari penentuan kebijakan hingga pelaksanaan di lapangan. Administrasi dan Logistik Administrasi Dukungan administrasi dan keuangan bagi penanganan darurat bencana ini dilakukan secara berjenjang oleh Daerah, didukung oleh Pusat yang dialokasikan dananya melalui Dana Cadangan (contingency budget). Penggunaan dana penanganan darurat dilakukan secara tepat dengan memperhatikan asas akuntabilitas sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Logistik Dukungan logistik dilakukan dengan pengerahan sumberdaya dan logistik yang dialokasikan melalui sektor-sektor terkait seperti kesehatan, sosial dan pekerjaan umum, yang telah dibagi dalam perwilayahan (regional). 20

Pengendalian dan Komunikasi Pengendalian POSKO SATLAK PB dan SATKORLAK PB diaktifkan pada saat bencana terjadi. Pengendalian penanganan bencana dilakukan secara berjenjang melalui POSKO yang dibentuk di setiap tataran, SATKORLAK PB dan SATLAK PB. Posko yang dibuat oleh sektor sektor di daerah menginduk kepada POSKO SATLAK PB dan SATKORLAK PB. Komunikasi Masing-masing POSKO secara vertical dan horizontal melakukan komunikasi untuk memastikan upaya penanganan darurat dapat dilakukan secara cepat dan tepat. siswantobp@yahoo.com 21