BAB I PENDAHULUAN. yang dinamis dan sarat perkembangannya, sehingga perubahan atau

dokumen-dokumen yang mirip
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Sekolah Dasar. Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang dibutuhkan dalam belajar. Jika sebelumnya pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. secara optimal dan dapat mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2014 TENTANG MUATAN LOKAL KURIKULUM 2013

BAB I PENDAHULUAN. adalah sumber daya manusia indonesia yang memiliki kekuatan spiritual,

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum yang dikembangkan pada tataran satuan pendidikan. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. dan tepat tujuan dan sasaran dari pendidikan akan sulit dicapai (Kurinasih, 2014).

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan. berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan perkembangan peserta didik pada masa sekarang dan masa yang

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGAWAS SEKOLAH/MADRASAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR KEPALA SEKOLAH/MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Bab I pendahuluan ini akan dijelaskan mengenai : (A) latar belakang, (B)

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional Indonesia. Sukmadinata (2010:3) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGAWAS SEKOLAH/MADRASAH

PENGEMBANGAN SILABUS BAHASA INGGRIS UNTUK MADRASAH IBTIDAIYYAH DENGAN MODEL TEMATIK INTEGRATIF BERBASIS KARAKTER

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. dan watak siswa agar memiliki sikap dan kepribadian yang baik.

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 13 TAHUN 2007 TANGGAL 17 APRIL 2007 TENTANG STANDAR KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

BAB 1 PENDAHULUAN. sejumlah tahapan belajar yang didesain untuk siswa dengan petunjuk

PEDOMAN PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. aspek yakni aspek sikap, pengetahuan maupun keterampilan. Hal tersebut

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR KEPALA SEKOLAH/MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah beragam, antara lain: kurikulum 2013 hanya akan memberi beban

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sisdiknas (2013) menjelaskan, Kurikulum adalah seperangkat rencana dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalampembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraannya, pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan nasional, dalam Undang - Undang No. 20 Tahun 2003

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR KEPALA SEKOLAH/MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410); 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tah

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi untuk memberi arah dan bimbingan bagi para pelaku sekolah dalam

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satunya adalah

I. PENDAHULUAN. Perubahan dan perkembangan aspek kehidupan perlu direspon oleh. kinerja pendidikan yang profesional dan bermutu tinggi.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. didik untuk menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran peserta didik secara aktif

BAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU. Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar

PEDOMAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan adalah investasi masa

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya seseorang untuk mengembangkan potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. belakang pembelajaran tematik integratif dan keadaan nyata di sekolah yang peneliti teliti.

I. PENDAHULUAN. nasional di Indonesia. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan jelas dan singkat pokok permasalahan. dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pengertian, fungsi, dan


BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan secara optimal supaya menghasilkan lulusan-lulusan yang

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 158 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pembelajaran memiliki peranan penting dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia memerlukan berbagai macam pengetahuan dan nilai. Terkait

STANDAR KOMPETENSI GURU KELAS SD/MI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang menjelaskan tentang pengertian dan tujuan. pendidikan bahwa pendidikan adalah suatu usaha sadar dan

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN atau yang biasa disebut kurikulum KTSP. Penyelenggaraan pendidikan

KEBIJAKAN-KEBIJAKAN PEMERINTAH MENGENAI BAHASA INDONESIA DALAM PENDIDIKAN. Yoga Yolanda Universitas Negeri Malang

PANDUAN PENYELENGGARAAN SISTEM KREDIT SEMESTER UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sering didefinisikan dari praktek praktek yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. ajar dan pengalaman belajar yang di programkan, direncanakan dan dirancang


BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses interaksi yang baik didasari oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pondasi dasar dari kemajuan suatu bangsa, tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Judul. Pengembangan Instrumen Asesmen Otentik pada Pembelajaran Subkonsep Fotosintesis di SMP

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

pembelajaran yang bersifat monoton, yakni selalu itu-itu saja atau tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. dan kecerdasan intelektualnya agar menjadi manusia yang terampil, cerdas,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa melalui kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. mandiri dan membentuk siswa dalam menuju kedewasaan. Pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan secara berturut-turut sesuai dengan perubahan Kurikulum yang

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP 2006). Pada kurikulum KTSP

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur

BAB I PENDAHULUAN. antara pendidikan dengan tingkat perkembangan bangsa tersebut yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2014 TENTANG

2015 ANALISIS MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional, kegiatan

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai aktivitas yang melibatkan kemampuan kognitif, afektif, maupun. UUD 1945 yakni mencerdaskan kehidupan bangsa.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangannya, sehingga perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan dimasa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik sehingga mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapi. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam pendidikan nasional adalah sumber daya manusia Indonesia yang memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan negara. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut, pemerintah telah menyelenggarakan perbaikan-perbaikan penigkatan mutu pendidikan di Indonesia. Salah satunya dengan adanya beberapa kali perubahan dalam kurikulum pendidikan di Indonesia. Suatu sistem pendidikan, kurikulum memiliki sifat yang dinamis serta harus selalu dilakukan perubahan dan pengembangan, agar dapat mengikuti perkembangan dan tantangan zaman. 1

2 Kurikulum memiliki sifat yang fleksibel yang mengandung dua posisi, Posisi pertama berhubungan dengan fleksibilitas sebagai suatu pemikiran kependidikan bagi pendidik dan pelatihan. Pada posisi pertama ini yang harus dikembangkan ialah kurikulum sebagai rencana. Pengertian kedua yaitu sebagai kaidah pengembangan kurikulum. Terdapatnya posisi pengembangan ini karena adanya perubahan pada pemikiran kependidikan atau kepelatihan. Dalam pengertian sebagai kaidah pengembangan kurikulum, fleksibilitas diartikan sebagai suatu sifat atau ciri kurikulum yang memberikan kesempatan untuk mengakomodasi adanya ide baru atau perbaikan terhadap ide yang sudah ada sebelumnya (Chamisijatin, 2009:1-6). Kurikulum 2013 telah diberlakukan pada Tahun Ajaran 2013/2014 dan akan diimplementasikan di sekolah secara bertahap. Hal ini tercantum pada Permendikbud tahun 2013 Nomer 81A pasal 1 tentang Implementasi Kurikulum bawasanya implementasi kurikulum pada Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), dan Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK) dilakukan secara bertahap mulai tahun pelajaran 2013/2014 (Permendikbut, 2013). Berdasarkan kenyataan di lapangan Tahun Ajaran 2013/2014 beberapa sekolah yang ditetapkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan telah mengimplementasikan kurikulum 2013 yaitu pada sekolah dasar dimulai dari kelas I dan kelas IV. Tahun ajaran 2014/2015 semua sekolah wajib mengimplementasikan kurikulum 2013 untuk sekolah dasar dilakukan pada kelas

3 I, II, IV dan V. Selanjutnya tahun ajaran 2015/2016 semua sekolah dan semua kelas wajib mengimplementasikan kurikulum 2013. Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan pada tanggal 7 Mei 2014 oleh peneliti melalui wawancara dengan kepala sekolah di SDN Jatimulyo 1 Malang, diketahui bahwa di SDN Jatimulyo 1 Malang pada tahun ajaran 2014/2015 menerapkan 2 kurikulum pembelajaran yakni Kurikulum KTSP untuk kelas III dan kelas VI, serta Kurikulum 2013 untuk kelas I, II, IV dan V. Serta untuk tahun ajaran 2015/2016 Kurikulum 2013 akan diterapkan disemua kelas sesuai dengan peraturan pemerintah. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi yang memfokuskan pada pemerolehan kompetensi-kompetensi tertentu oleh peserta didik. Pada Kurikulum 2013 ini proses pembelajaran dilakukan secara tematik integratif. Pembelajaran tematik integratif adalah suatu proses pembelajaran dimana masing-masing mata pelajaran tidak lagi dipelajari secara terpisah namun proses pembelajaran dilakukan berdasarkan tema untuk kemudian dikombinasikan dengan mata pelajaran lain (Mulyasa, 2013:170). Pemberlakuan tematik integratif pada kurikulum 2013 akan memberikan pengalaman belajar yang sangat kaya bagi siswa dalam rangka menumbuh kembangkan keragaman potensi yang dimiliki setiap siswa. Melalui pembelajaran tematik siswa akan memperoleh pengalaman belajar secara utuh tentang pengetahuan dan keterampilan sehingga pembelajaran menjadi lebih bemakna, selain itu peserta didik dapat belajar memahami konsep-konsep melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antar konsep intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran (Imron, 2012:116). Melalui diterapkannya

4 pembelajaran tematik maka guru dintuntut lebih kreatif dalam menentukan model serta strategi pembelajaran agar kegiatan pembelajaran di kelas dapat terlaksana secara maksimal dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Salah satu upaya pemerintah untuk mengoptimalkan pembelajaran tematik pada kurikulum 2013 yakni diterapkannya pendekatan ilmiah dalam pembelajaran. Hal ini dibahas pada materi diklat guru yang dikeluarkan Kemendikbud tahun 2013 yang menuliskan bahwa pada Kurikulum 2013 pembelajaran menekankan dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah. Melalui penerapan pendekatan ilmiah diharapkan kegiatan pembelajaran di kelas dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan siswa. Penerapan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran tematik mencakup beberapa komponen: mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Komponen-komponen tersebut seyogyanya dapat dimunculkan dalam setiap praktik pembelajaran. Melalui diterapkannya pendekatan ilmiah dalam pembelajaran tematik di sekolah dasar diharapkan para siswa lebih berperan aktif dalam pembelajaran sehingga dapat mengembangakan sikap, keterampilan, dan pengetahuan siswa dalam

5 pembelajaran sehingga dalam hal ini guru hanya berperan sebagai fasilitator dalam pembelajaran dan siswalah yang aktif dalam pembelajaran Kenyataan dilapangan khususnya di SDN Jatimulyo 1 Malang, berdasarkan wawancancara pada saat observasi awal tanggal 7 Mei 2014 guru kelas 1 menyebutkan bahwa guru mengalami kesulitan dalam menerapkan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran. Pada beberapa tema pembelaran penerapan pendekatan ilmiah kurang maksimal dalam penerapannya. Hal ini tergantung dari materi pada tema yang akan di ajarkan. Menurut beliau mudah menerapkan pendekatan ilmiah jika materi menyangkut akan mata pelajaran IPA. Namun beliau dalam proses pembelajaran tetap harus menerapkan nilai-nilai ilmiah dengan menggunakan beberapa model pembelajaran. Berdasarkan dari permasalahan yang ada pada penerapan pendekatan ilmiah maka diangkat judul skripsi tentang Penerapan Pembelajaran Ilmiah dalam Pembelajaran Tematik Kelas I di SDN Jatimulyo 1 Malang. 1.2 Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas fokus masalah dalam penelitian ini yakni pendiskripsian penerapan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran tematik kelas I yang terfokus pada materi pembelajaran tema 1 Diriku, Subtema 2 Tubuhku, pembelajaran 3 di SDN Jatimulyo 1 Malang. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penilitian sebagai berikut:

6 1.3.1 Bagaimana pelaksanaan penerapan pendekatan ilmiah dalam kegiatan pembelajaran tematik kelas I di SDN Jatimulyo 1 Malang? 1.3.2 Apa saja kendala-kendala yang dihadapi dalam penerapan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran tematik kelas I di SDN Jatimulyo 1 Malang? 1.3.3 Apa upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala penerapan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran tematik kelas I di SDN Jatimulyo 1 Malang? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat diketahui tujuan dari penelitian yaitu: 1.4.1 Mendiskripsikan pelaksanaan penerapan pendekatan ilmiah dalam kegiatan pembelajaran tematik kelas I di SDN Jatimulyo 1 Malang. 1.4.2 Mendiskripsikan kendala-kendala yang dihadapi guru dalam penerapan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran tematik kelas I di SDN Jatimulyo 1 Malang. 1.4.3 Mendiskripsikan upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi kendala penerapan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran tematik kelas I di SDN Jatimulyo 1 Malang. 1.5 Manfaat Penelitian Temuan-temuan dalam penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis.

7 1.5.1 Manfaat Teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan terhadap penerapan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran tematik dikelas, terutama dalam peningkatan hasil belajar siswa. Secara khusus penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi dalam pelaksanaan pembelajaran tematik dengan penerapan pendekatan ilmiah. 1.5.2 Manfaat Praktis 1.5.2.1 Manfaat Bagi Guru Sebagai masukan dalam mengelola dan meningkatkan strategi belajar mengajar serta mutu pengajaran dengan menerapkan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran tematik. Dengan mengetahui salah satu pendekatan pembelajaran maka guru dapat meningkatkan proses belajar mengajar yang diciptakan. 1.5.2.2 Manfaat Bagi Siswa Melalui penerapan pendekatan ilmiah siswa dapat mengembangkan pengetahuan, kreatifitas, dan pemahaman dalam kegiatan pembelajaran. 1.5.2.3 Manfaat Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan peneliti tentang pendekatan ilmiah serta peneliti dapat memperoleh pengalaman yang bisa digunakan oleh peneliti sebagai bekal dalam memperbaiki kualitas mengajar selanjutnya.

8 1.6 Penegasan Istilah 1.6.1 Pendekatan ilmiah Pendekatan ilmiah merupakan suatu pendekatan baru yang muncul pada kurikulum 2013 dimana proses pembelajaran harus dipandu dengan kaidakaidah pendekatan ilmiah. implementasi pendekatan ilmiah ini memiliki beberapa komponen yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran yakni peoses observasi atau ppengamatan, menanya, mengumpulkan informasi, asosiasi, dan komunikasi. (Kemendikbud, 2013:12). 1.6.2 Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada peserta didik dimana dalam pembelajarannya mengaitkan dan memadukan materi ajar dalam suatu mata pelajaran atau antar mata pelajaran dengan semua aspek perkembangan anak, serta kebutuhan dan tuntutan lingkungan sosial keluarga (Trianto, 2010:79).