MENTERI AGRARIA PERATURAN MENTERI AGRARIA NOMOR 2 TAHUN 1960 TENTANG PELAKSANAAN KETENTUAN UNDANG-UNDANG POKOK AGRARIA MENTERI AGRARIA,

dokumen-dokumen yang mirip
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1960 TENTANG PERATURAN DASAR POKOK POKOK AGRARIA *)

UNDANG-UNDANG No. 5 TAHUN 1960 TENTANG PERATURAN DASAR POKOK-POKOK AGRARIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 1992 TENTANG

BAB III PELAKSANAAN KONVERSI TANAH ATAS HAK BARAT OLEH BADAN PERTANAHAN NASIONAL

DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR: 3 TAHUN 1979 TENTANG

DEPARTEMEN PERTANIAN DAN AGRARIA JAKARTA

Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1961 Tentang : Pendaftaran Tanah

UNDANG-UNDANG No. 5 TAHUN 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

Undang Undang No. 5 Tahun 1960 Tentang : Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria

PENUNJUKAN BADAN-BADAN HUKUM YANG DAPAT MEMPUNYAI HAK MILIK ATAS TANAH Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1963 Tanggal 19 Juni 1963

PERATURAN DASAR POKOK-POKOK AGRARIA Undang-Undang 5 Tahun 1960 tanggal 24 September 1960 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1960 TENTANG PERATURAN DASAR POKOK-POKOK AGRARIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NO. 5 TAHUN 1960 TENTANG PERATURAN DASAR POKOK-POKOK AGRARIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 5 TAHUN 1960 (5/1960) Tanggal: 24 SEPETEMBER 1960 (JAKARTA)

BAB I PANITIA KERJA LIKWIDASI TANAH-TANAH PARTIKELIR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1956 TENTANG PENGAWASAN TERHADAP PEMINDAHAN HAK ATAS TANAH-TANAH PERKEBUNAN

KONVERSI HAK ATAS TANAH DI INDONESIA MENURUT UU NO.5 TAHUN Oleh. Delfina Gusman, SH, MH, Dosen Fakultas Hukum Universitas Andalas.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1956 TENTANG PERATURAN-PERATURAN DAN TINDAKAN-TINDAKAN MENGENAI TANAH-TANAH PERKEBUNAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1961 TENTANG PENDAFTARAN TANAH. Presiden Republik Indonesia,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1961 TENTANG PENCABUTAN HAK-HAK ATAS TANAH DAN BENDA-BENDA YANG ADA DI ATASNYA

MENTERI DALAM NEGERI PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 1973 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN MENGENAI TATA CARA PEMBERIAN HAK ATAS TANAH

PERATURAN-PERATURAN DAN TINDAKAN-TINDAKAN MENGENAI TANAH-TANAH PERKEBUNAN KONSESI Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 1956 tanggal 31 Desember 1956

UNDANG-UNDANG No. 5 TAHUN 1960 TENTANG PERATURAN DASAR POKOK-POKOK AGRARIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 5 TAHUN 1974 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN MENGENAI PENYEDIAAN DAN PEMBERIAN TANAH UNTUK KEPERLUAN PERUSAHAAN

Pendaftaran Hak-Hak Atas Tanah Adat Menurut Ketentuan Konversi Dan PP No. 24/1997

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 223 TAHUN 1961 TENTANG

UNDANG-UNDANG NO. 5 TAHUN TENTANG PERATURAN DASAR POKOK-POKOK AGRARIA (L.N NO. 104; Pendj. T.L.N. NO. 2043) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Nomor : Kepada Yth. Perihal : Penyampaian Peraturan Badan Pertanahan Nasional tentang Pendaftaran madya di seluruh Indonesia;

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI DALAM NEGERI PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 2 TAHUN 1987 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KOTA MENTERI DALAM NEGERI,

Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996 Tentang : Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan Dan Hak Pakai Atas Tanah

LEMBARAN-NEGARA Republik Indonesia No.42 Tahun 1996

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1996 TENTANG HAK GUNA USAHA, HAK GUNA BANGUNAN DAN HAK PAKAI ATAS TANAH

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 56 TAHUN 1960 TENTANG PENETAPAN LUAS TANAH PERTANIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1996 TENTANG HAK GUNA USAHA, HAK GUNA BANGUNAN DAN HAK PAKAI ATAS TANAH

MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 1996 TENTANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 1974 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMBERIAN TANAH UNTUK KEPERLUAN PERUSAHAAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1961 TENTANG PENCABUTAN HAK-HAK ATAS TANAH DAN BENDA-BENDA YANG ADA DIATASNYA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1961 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

HUKUM PERTANAHAN (HAK HAK ATAS TANAH) DAN HAK TANGGUNGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1996 TENTANG HAK GUNA USAHA, HAK GUNA BANGUNAN DAN HAK PAKAI ATAS TANAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1961 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 51 TAHUN 1960 TENTANG LARANGAN PEMAKAIAN TANAH TANPA IZIN YANG BERHAK ATAU KUASANYA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1961 TENTANG PENCABUTAN HAK-HAK TANAH DAN BENDA-BENDA YANG ADA DIATASNYA *)

Menimbang: Mengingat:

PERATURAN MENTERI AGRARIA NOMOR 10 TAHUN 1961 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1956 TENTANG PERATURAN-PERATURAN DAN TINDAKAN-TINDAKAN MENGENAI TANAH-TANAH PERKEBUNAN KONSESI

PERUBAHAN UANG WAJIB TAHUNAN ATAS HAK GUNA USAHA DAN KONSESI GUNA PERUSAHAAN BESAR Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1962 Tanggal 24 September 1962

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1956 TENTANG PENGAWASAN TERHADAP PEMINDAHAN HAK ATAS TANAH-TANAH PERKEBUNAN KONSESI

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL AGRARIA NOMOR 3 TAHUN 1968 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN PRESIDIUM KABINET NOMOR 5/PRK/1965 DIREKTUR JENDERAL AGRARIA,

2 UUPA harus memberikan tercapainya fungsi bumi, air, dan ruang angkasa yang sesuai dengan kepentingan rakyat dan negara serta memenuhi keperluannya m

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI AGRARIA DAN MENTERI DALAM NEGERI No. 30/DEPAG/65 No. 11/DDN/1965

HAK MILIK DAN HAK GUNA USAHA (Menurut UUPA)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1996 TENTANG HAK GUNA USAHA, HAK GUNA BANGUNAN DAN HAK PAKAI ATAS TANAH

Sawah atau Tanah kering (hektar) (hektar) 1. Tidak padat Padat: a. kurang padat b. cukup padat 7,5 9 c.

BAB III MACAM-MACAM HAK ATAS TANAH. yang mutlak, tak terbatas dan tidak dapat diganggu gugat. Turun temurun dan dapat beralih.

Lex et Societatis, Vol. V/No. 5/Jul/2017


MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 6 TAHUN 1972 TENTANG PELIMPAHAN WEWENANG PEMBERIAN HAK ATAS TANAH MENTERI DALAM NEGERI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 56 TAHUN 1960 TENTANG PENETAPAN LUAS TANAH PERTANIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1960 TENTANG PERJANJIAN BAGI HASIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KEDUDUKAN AKTA PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) DALAM KEPUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA PEMBAHASAN

LEMBARAN-NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1969 Tentang : Pelaksanaan Undang Undang No. 11 Tahun 1969 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1982 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 1996 TENTANG

JURNAL PELAKSANAAN KONVERSI HAK ATAS TANAH ADAT (LETTER C) MENJADI HAK MILIK DI KABUPATEN MAGELANG

AKTA PEMBERIAN HAK TANGGUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah dalam kehidupan sehari-hari manusia mempunyai peranan yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1998 TENTANG PERATURAN JABATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kata Kunci : Konversi, hak tanah

MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1998 TENTANG PERATURAN JABATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI NEGARA AGRARIA/ BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI PERTANIAN DAN AGRARIA,

PERATURAN MENTERI AGRARIA NOMOR 14 TAHUN 1961 PERMINTAAN DAN PEMBERIAN IZIN PEMINDAHAN HAK ATAS TANAH

MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Pembuat Akta Tanah; 4. Pengurus Ikatan Notaris Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 TAHUN 1964 TENTANG

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 2 TAHUN 1960 (2/1960) Tanggal: 7 JANUARI 1960 (JAKARTA)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1982 TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1956 TENTANG PENGAWASAN TERHADAP PEMINDAHAN HAK ATAS TANAH-TANAH PERKEBUNAN KONSESI

STATUS KEPEMILIKAN TANAH HASIL KONVERSI HAK BARAT BERDASARKAN UU NO. 5 TAHUN 1960

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang No. 51 Tahun 1960 Tentang : Larangan Pemakaian Tanah Tanpa Ijin Yang Berhak Atau Kuasanya

Transkripsi:

MENTERI AGRARIA PERATURAN MENTERI AGRARIA NOMOR 2 TAHUN 1960 TENTANG PELAKSANAAN KETENTUAN UNDANG-UNDANG POKOK AGRARIA MENTERI AGRARIA, Menimbang : a. bahwa untuk menghindarkan keragu-raguan perlu ada penegasan mengenai tetap berlakunya beberapa peraturan untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan Undang-Undang Pokok Agraria dalam masa peralihan; b. bahwa perlu pula diadakan peraturan lebih lanjut untuk melaksanakan Ketentuan-Ketentuan Konversi Undang-Undang Pokok Agraria itu; Mengingat : Pasal-pasal dalam Ketentuan-ketentuan Peralihan dan pasal IX Ketentuanketentuan Konversi Undang-Undang Pokok Agraria (Undang-Undang No. 5/1960, L.N. 1960 104). M E M U T U S K A N Menetapkan : PERATURAN TENTANG PELAKSANAAN BEBERAPA KETENTUAN UNDANG-UNDANG POKOK AGRARIA BAB I PERATURAN PENDAFTARAN TANAH Pasal 1 1. Selama Peraturan Pendaftaran Tanah sebagai yang dimaksud dalam pasal 19 Undang- Undang Pokok Agraria belum terbentuk dan berlaku maka berdasarkan ketentuan pasal 58 Undang-Undang Pokok Agraria pendaftaran hak-hak yang berasal dari konversi hakhak yang hingga tanggal 24 September 1960: a. didaftar menurut Overschijvingsordonnantie (S. 1834 27) tetap didaftar menurut Peraturan tersebut; b. didaftar menurut Peraturan Menteri Agraria No. 9/1959 dan Ordonnantie tersebut dalam S. 1873 38 selanjutnya didaftar menurut Peraturan Menteri Agraria No. 9/1959; c. didaftar menurut Peraturan-peraturan yang khusus di daerah Istimewa Yogyakarta dan keresidenan Surakarta, tetap di daftar menurut Peraturan-peraturan tersebut; semuanya dengan dipungut bea dan biaya-biaya yang lazim berdasarkan peraturanperaturan yang bersangkutan. 2. Di dalam tata usaha pendaftaran yang diselenggarakan menurut Ovrschijvingsordonnantie hak-hak yang berasal dari konversi itu disebut dengan namanya menurut Undang-Undang Pokok Agraria, dengan dibubuhi keterangan di belakangnya di antara tanda kurung: nama haknya yang dulu, disertai perkataan bekas.

- 2 - BAB II PELAKSANAAN KETENTUAN-KETENTUAN KONVERSI Bagian 1 Hak-hak yang didaftar menurut Overschrijvings-ordonnantie A. HAK EIGENDOM Pasal 2 (1) Orang-orang warganegara Indonesia yang pada tanggal 24 September 1960 berkewarganegaraan tunggal dan mempunyai tanah dengan hak eigendom di dalam waktu 6 bulan sejak tanggal tersebut wajib datang pada Kepala Kantor Pendaftaran Tanah (selanjutnya dalam Peraturan ini disingkat: KKPT) yang bersangkutan untuk memberikan ketegasan mengenai kewarganegaraan itu. (2) Bagi orang-orang warganegara Indonesia keturunan asing penegasan mengenai kewarganegaraan itu harus dibuktikan dengan tanda kewarganegaraan menurut Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1959, pasal IV Peraturan Penutup dari Undang- Undang No. 62 tahun 1958 atau bukti lainnya yang sah. Bagi orang-orang warganegara Indonesia lainnya cara pembuktian kewarganegaraannya diserahkan kepada kebijaksanaan KKPT yang bersangkutan. Pasal 3 Hak-hak eigendom yang pemiliknya terbukti berkewarganegaraan Indonesia tunggal dicata oleh KKPT, baik pada asli meupun pada grosse aktanya sebagai dikonversi menjadi hak milik. Pasal 4 Hak-hak eigendom yang setelah jangka waktu 6 bulan tersebut pada pasal 2 lampau pemiliknya tidak datang pada KKPT atau yang pemiliknya tidak dapat membuktikan, bahwa ia berkewarganegaraan Indonesia tunggal, oleh KKPT dicatat pada asli aktanya sebagai dikonversi menjadi hak guna-bangunan, dengan jangka waktu 20 tahun. Pasal 5 (1) Mengenai hak-hak eigendom yang pemiliknya datang pada KKPT di dalam waktu yang ditentukan, tetapi yang dipersilahkan untuk meminta bukti kewarganegaraan pada Pengadilan Negeri, maka pencatatan konversi hak eigendom manjadi hak milik atau hak guna-bangunan itu ditangguhkan sampai ada keputusan dari pengadilan tersebut. (2) (Tambahan Peraturan Menteri Agraria No. 5 tahun 1960): Pencatatan konversi hak-hak eigendom yang aktanya pada tanggal 24 September 1960 belum diganti menurut Ordonnantie Noodvoorzieningen (S 1948 No. 54) menjadi hak milik atau hak gunabangunan ditangguhkan sampai ada ketentuan lebih lanjut dari Menteri Agraria. Hak eigendom itu akan dikonversi menjadi hak milik jika dipunyai oelh fihak yang memenuhi syarat untuk menjadi pemilik dan dipernuhi pula kewajiban yang disebut dalam pasal 2. Pasal 6 (1) Di dalam waktu 6 bulan sejak tanggal 24 September 1960 maka badan-badan keagamaan dan badan-badan sosial yang mempunyai hak eigendom atas tanah yang dipergunakan untuk keperluan yang langsung berhubungan dengan usaha-usaha dalam bidang keagamaan dan sosial wajib mengajukan permintaan kepada Menteri

- 3 - Agraria melalui Kepala Pengawas Agraria yang bersangkutan (di daerah-daerah dimana tidak ada pejabat ini melalui Kepala Inspeksi Agraria), untuk mendapat penegasan bahwa hak eigendomnya itu dapat dikonversi menjadi hak milik atas dasar ketentuan dalam pasal 49 Undang-Undang Pokok Agraria. (2) Atas dasar ketentuan dalam peraturan dasar atau peraturan pembentukannya maka hak-hak eigendom kepunyaan badan-badan hukum yang tersebut di bawah ini termasuk golongan yang dikonversi menjadi hak milik: a. Indonesische Maatschappij op Aandelen (S. 1939 569). b. Indonesische Verenigingen (S. 1939 570). c. Bank Industri Negara (Undang-Undang Darurat No. 5 tahun 1952; L.N. 1952 21). d. Bank Negara Indonesia (Undang-Undang Darurat No. 2 tahun 1955; L.N. 1955 5). e. Bank Tani dan Nelayan (Undang-Undang No. 7 tahun 1958; L.N. 1958 137). f. Badan Perusahaan Produksi Bahan Makanan dan Pemukaan Tanah (Undang- Undang No. 16 tahun 1959; L.N. 1959 60). g. Bank Umum Negara (Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 tahun 1959; L.N. 1959 85). h. Bank Dagang Negara (Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 13 tahun 1960; L.N. 1960 39). i. Bank Rakyat Indonesia (Undang-Undang No. 14 tahun 1960; L.N. 1951 80 jo 1960 41). j. Bank Pembangunan Indonesia (Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 21 tahun 1960; L.N. 1960 65). k. (Tambahan Peraturan Menteri Agraria No. 5 tahun 1960): Bank Indonesia (Undang- Undang No. 11 tahun 1953) (L.N. 1953 No. 40). (3) Pencatatan konversi hak-hak eigendom tersebut dalam ayat (1) dan (2) pasal ini menjadi hak milik itu dilaksanakan oelh KKPT yang bersangkutan baik pasa asli maupun pada frosse aktanya, dengan ketentuan, bahwa mengenai hak-hak eigendom kepunyaan badan-badan hukum tersebut pada ayat (1) pencatatan itu baru dilakukan setelah diterima surat keputusan penegasan dari Menteri Agraria. Pasal 7 Hak-hak eigendom kepunyaan Negara (Perwakilan) Asing dicatat oleh KKPT yang bersangkutan baik pasa asli maupun pada grosse aktanya sebagai dikonversi menjadi hak pakai, seperti yang dimaksud dalam pasal 1 ayat (2) Ketentuan-ketentuan Konversi Undang- Undang Pokok Agraria, setelah diterimanya surat keputusan penegasan dari Menteri Agraria. Pasal 8 Setelah ada ketegasan mengenai badan-badan yang hak eigendomnya dikonversi menjadi hak milik dan hak pakai sebagai yang dimaksud dalam pasal 6 ayat (1) dan pasal 7, maka hak-hak eigendom kepunyaan badan-badan lainnya dicatat oleh KKPT pada asli aktanya sebagai dikonversi menjadi hak guna-bangunan, dengan jangka waktu 20 tahun. Pasal 9 (1) Hak-hak eigendom kepunyaan orang asing, warganegara Indonesia yang pada tanggal 24 September 1960 mempunyai pula kewarganegaraan asing dan badan-badan hukum yang tidak termasuk golongan yang disebut dalam pasal 6, yang pada tanggal 24 September 1960 sudah dimintakan izin untuk dipindahkan kepada seorang warganegara Indonesia yang pada tanggal itu berkewarganegaraan tunggal, dibuatka akta pemindahan haknya tanpa izin Menteri Agraria sebagai yang dimaksud dalam Undang-Undang No. 24 tahun 1954, jika pada tanggal tersebut belum diperoleh izin itu, asal semua fatwa yang diperlukan sudah lengkap ada pada Kepala Inspeksi Agraria yang bersangkutan dan menyatakan tidak keberatan terhadap pemindahan hak itu.

- 4 - (2) Hak eigendom tersebut di atas yang karena ketentuan pasal 1 ayat (3) Ketentuanketentuan Konversi Undang-Undang Pokok Agraria menjadi hak guna-bangunan, dengan berpindahnya kepada warganegara Indonesia yang berkewarganegaraan tunggal itu menjadi hak milik. (3) Di dalam akta pemindahan hak tersebut pada ayat (1) pasal ini diuraikan oleh KKPT tentang konversi hak eigendom itu menjadi hak guna bangunan dan perubahan hak tersebut, menjadi hak milik atas dasar ketentuan-ketentuan dalam ayat (2) pasal ini. (4) Ketentuan-ketentuan dalam ayat 1, 2, dan 3 pasal ini berlaku jika permintaan untuk melakukan balik nama tersebut diajukan kepada KKPT yang bersangkutan di dalam waktu yang ditetapkan dalam pasal 2. Jika sesudah jangka waktu tersebut lampau belum diajukan permintaan baliknama maka hak eigendom yang bersangkutan dicatat sebagai dikonversi menjadi hak guna bangunan. (5) Ketentuan dalam ayat 1 pasal ini berlaku juga jika hak eigendom itu kepunyaan fihak yang munurut Undang-Undang Pokok Agraria dapat mempunyai hak milik, sendang yang memperolehnya seorang warganegara Indonesia yang pada tanggal 24 September 1960 berkewarganegaraan tunggal. (6) Hak eigendom yang dimaksud dalam ayat 5 pasal ini juga dibaliknama kepada yang memperolehnya sebagai hak milik, jika fihak yang namanya dalam akta yang bersangkutan tercatat sebagai pemilik tidak memenuhi kewajiban sebagai yang ditentukan dalam pasal 2, asal permintaan untuk melakukan baliknama itu diajukan kepada KKPT di dalam waktu yang ditetapkan dalam pasal 2. Dalam hal ini maka berlaku pula ketentuan dalam ayat 3 pasal ini. (7) Ketentuan-ketentuan dalam pasal ini berlaku juga terhadap hak-hak eigendom yang aktanya belum diganti menurut Ordonnantie Noodvoorzieningen (S. 1948 54), degnan pengertian, bahwa baliknamanya akan diselenggarakan setelah ada ketentuan lebih lanjut dari Menteri Agaria, sebagai yang dimaksud dalam pasal 5 ayat 2. Pasal 10 (1) Hak-hak eigendom atas tanah kepunyaan bersama dari orang/badan hukum yang memenuhi syarat untuk mempunyai hak milik dan orang/badan hukum yang tidak memenuhi syarat, dikonversi menjadi hak guna-bangunan, kecuali dalam hal yang dimaksud dalam ayat (2) di bawah. (2) Jika sebelum tanggal 24 September 1960 fihak yang tidak memenuhi syarat termasuk dalam ayat (1) di atas secara sah telah melepaskan hak-bersamanya itu kepada fihak yang lain, maka biarpun hal itu belum didaftarkan sebagaimana mestinya, hak eigendom tersebut dikonversi menjadi hak milik. (3) Ketentuan dalam ayat (2) pasal ini berlaku juga jika hak eigendom tersebut merupakan warisan yang belum terbagi dan belum diadakan baliknama sebagaimana mestinya, juga jika fihak pewaris yang namnya masih tercatat sebagai pemiliknya adalah seorang yang tidak memenuhi syarat untuk mempunyai hak milik. (4) Di dalam hal yang tersebut pada ayat (2) dan (3) pasal ini maka KKPT berbuat sebagai yang ditentukan dalam pasal 9 ayat (3). (5) Untuk dapat dikonversi menjadi hak milik sebagai yang dimaksud dalam ayat (2) san ayat (3) pasal ini maka yang bersangkutan di dalam waktu 6 bulan terhitung sejak tanggal 24 September 1960 harus meminta kepada KKPT agar dilakukan pencatatan dan/atau baliknama sebagaimana mestinya.

- 5 - (6) Jika sesudah jangka waktu 6 bulan tersebut lampau belum diajukan permintaan sebagai yang dimaksud dalam ayat (5) di atas maka berlakulah ketentuan dalam ayat (1) pasal ini. Pasal 11 Mengenai hak-hak eigendom yang dibebani dengan hak opstal atau erfpacht dan menurut ketentuan dalam Peraturan ini menjadi hak guna-bangunan, pencatatan konversinya ditangguhkan hingga ada penyelesaian mengenai siapa yang selanjutnya akan dicatat sebagai yang mempunyai hak guna-bangunan itu. B. HAK OPSTAL DAN ERFPACHT Pasal 12 (1) Hak-hak opstal dan erfpacht atas tanah-tanah eigendom sebagai yang dimaksud dalam Pasal I ayat (4) Ketentuan-ketentuan Konversi Undang-Undang Pokok Agraria dicatat oleh KKPT sebagai dikonversi menjadi hak guna-bangunan, setelah ada ketegasan bahwa hak eigendom yang bersangkutan dikonversi menjadi hak milik. (2) Pencatatan konversi menjadi hak guna-bangunan itu dilakukan pada asli aktanya. Pasal 13 (1) Konversi hak-hak opstal dan erfpacht untuk perumahan menjadi hak guna-bangunan sebagai yang dimaksud dalam pasal V Ketentuan-ketentuan Konversi Undang-Undang Pokok Agraria dilakukan oleh KKPT yang bersangkutan dengan mencatatnya pada asli aktanya. (2) Hak-hak erfpacht tersebut pada ayat 1 pasal ini yang sudah habis waktunya tidak dikonversi. Hapusnya hak-hak tersebut dicatat oleh KKPT pasa asli aktanya. Pasal 14 (1) KKPT menyampaikan kepada para Kepala Pengawas Agraria yang bersangkutan (untuk Jakarta Raya: Kepala Inspeksi Agraria) keterangan-keterangan mengenai altijddurende erfpachten yang ada di wilayah kerjanya masing-masing. Yang dimaksud dengan altijddurende erfpachten ialah hak-hak erfpacht yang diberikan sebagai pengganti hak usaha menurut ketentuan-ketentuan dalam S. 1913 702 dan yang pada tanggal 24 September masih berlaku. (2) Kepala Pengawas Agraria mengadakan pemeriksaan: a. mengenai yang mempunyainya, yaitu untuk memperoleh ketegasan apakah hak erfpacht yang bersangkutan dapat dikonversi menjadi hak milik. b. mengenai peruntukan tanahnya, yaitu untuk memperoleh ketegasan apakah, jika hak erfpacht itu tidak dapat dikonversi menjadi hak milik akan dikonversi menjadi hak guna-bangunan atau hak guna-usaha. (3) Untuk memperoleh ketegasan mengenai status yang mempunyai hak erfpacht itu maka Kepala Pengawas Agraria dapat meminta pembuktian seperti yang ditentukan dalam pasal 2 ayat (2). (4) Jika tanahnya merupakan tanah perumahan maka di dalam hal yang dimaksud dalam ayat (2) huruf b pasal ini hak erfpacht tersebut dikonversi menjadi hak guna-bangunan. Jika tanahnya merupakan tanah pertanian hak itu dikonversi menjadi hak guna usaha.

- 6 - Hak guna-bangunan dan hak guna-usaha tersebut jangka waktunya 20 tahun. (5) Atas dasar hasil pemeriksaannya tersebut di atas Kepala Pengawas Agraria, atas nama Menteri Negara Agraria membuat surat keputusan untuk menegaskan apakah sesuatu hak erfpacht yang dimaksud dalam pasal ini dikonversi menjadi hak milik, hak gunabangunan atau hak guna-usaha. (6) KKPT mencatat konversi hak erfpacht tersebut menjadi hak milik, hak guna-bangunan atau hak guna-usaha pada asli aktanya jika menjadi hak milik juga pada grossenya setelah menerima turunan surat keputusan Kepala Pengawas Agraria termasuk dalam ayat (5) pasal ini. Pasal 15 (1) Konversi hak-hak erfpacht untuk perusahaan kebun-besar menjadi hak guna-usaha sebagai yang dimaksud dalam pasal III ayat (1) Ketentuan-ketentuan Konversi Undang- Undang Pokok Agraria dilakukan oleh KKPT yang bersangkutan dengan mencatatnya pada asli aktanya. (2) Hak-hak erfpacht termasuk dalam ayat (1) pasal ini yang sudah habis waktunya dikonversi menjadi hak pakai, yang berlaku sementara sampai ada keputusan yang pasti. Pasal 16 (1) Hapusnya hak-hak erfpacht yntuk pertanian kecil, atas dasar ketentuan dalam pasal III ayat (2) Ketentuan-ketentuan Konversi Undang-Undang Pokok Agraria dicatat oleh KKPT yang bersangkutan pada asli aktanya. (2) KKPT memberikan keterangan kepada Kepala Inspeksi Agraria mengenai hak-hak erfpacht yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini. (3) Kepala Inspeksi Agraria mengusulkan kepada Menteri Agraria peruntukkan dan penyelesaian tanah-tanah bekas erfpacht tersebut, dengan mengingat pedoman yang akan diberikan tersendiri. C. HAK GEBRUIK DAN VRUCHTGEBRUIK Pasal 17 Konversi hak-hak gebruik dan vruchtgebruik yang dimaksud dalam pasal I ayat (6) dan pasal VI Ketentuan-ketentuan Konversi Undang-Undang Pokok Agraria menjadi hak pakai dilakukan oleh KKPT yang bersangkutan dengan mencatatnya pada asli aktanya. D. PENCATATAN KONVERSI Pasal 18 Pencatatan konversi oleh KKPT dimaksud dalam pasal-pasal di atas dilaksanakan dengan membubuhi keterangan dengan kata-kata sebagai beriktut: Berdasarkan pasal... ayat... Ketentuan-ketentuan Konversi Undang- Undang Pokok Agraria dikonversikan menjadi hak... (isi: milik, gunabangunan, guna-usaha atau pakai)... dengan jangka waktu...... tanggal... Kepala Kantor Pendaftaran Tanah (tanda tangan dan Cap jabatan).

- 7 - Bagian II Hak-hak yang tidak didaftar menurut Overschrijvingsordonnantie A. HAK AGRARISCH EIGENDOM Pasal 19 (1) Konversi hak-hak agrarisch eigendom menjadi hak milik, hak guna-bangunan ata hak guna-usaha sebagai yang dimaksud dalam pasal II Ketentuan-ketentuan Konbersi Undang-Undang Pokok Agraria di laksanakan oleh pejabat yang bertugas menyelenggarakan pendaftaran tanah menurut Peraturan Menteri Agraria No. 9 tahun 1959, setelah diterimanya salinan surat keputusan penegasan dari Kepala Inspeksi Agraria yang bersangkutan. (2) Ketentuan-ketentuan dalam pasal 14 ayat (2), (3), (4), dan (5) berlaku mutatis mutandis mengenai konversi hak-hak agrarisch eigendom tersebut di atas. (3) Konversi yang dimaksudkan dalam ayat (1) pasal ini dilaksanakan dengan membuat buku-tanah untuk hak milik, hak guna-bangunan dan hak guna-usaha yang berasal dari konversi hak agrarisch eigendom itu, menurut ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Menteri Agraria No. 9 tahun 1959. B. HAK GOGOLAN, PEKULEN ATAU SANGGAN Pasal 20 (1) Konversi hak-hak gogolan, sanggan atau pekulen yang bersifat tetap menjadi hak milik sebagai yang dimaksud dalam pasal VII ayat (1) Ketentuan-ketentuan Konversi Undang-Undang Pokok Agraria dilaksanakan dengan surat-keputusan penegasan Kepala Inspeksi Agraria yang bersangkutan. (2) Hak gogolan, sanggan atau pekulen bersifat tetap kalau para gogol terus menerus mempunyai tanah-gogolan yang sama dan jika meninggal dunia gogolannya jatuh pada warisnya yang tertentu. (3) Kepala Inspeksi Agraria menetapkan surat-keputusan tersebut pada ayat (1) pasal ini dengan memperhatikan pertimbangan Bupati/Kepala Daerah yang bersangkutan mengenai sifat tetap atau tidak tetap dari hak gogolan itu menurut kenyataannya. (4) Jika ada perbedaan pendapat antara Kepala Inspeksi Agraria dan Bupati/Kepala Daerah tentang soal apakah sesuatu hak gogolan bersifat tetap atau tidak tetap, demikian juga jika desa yang bersangkutan berlainan pendapat dengan kedua pejabat tersebut, maka soalnya dikemukakan lebih dahulu kepada Menteri Agraria untuk mendapat keputusan. C. HAK CONCESSIE DAN SEWA Pasal 21 Untuk menyelenggarakan konversi hak concessie dan sewa untuk perusahaan kebun-besar sebagai yang disebut dalam pasal IV Ketentuan-ketentuan Konversi Undang-Undang Pokok Agraria akan diadakan peraturan lebih lanjut.

- 8 - D. HAK-HAK LAINNYA Pasal 22 (1) Konversi hak-hak tersebut dalam pasal II dan VI Ketentuan-ketentuan Konversi Undang-Undang Pokok Agraria menjadi hak milik, hak guna-bangunan, hak gunausaha atau hak pakai, sepanjang tidak diatur secara khusus dalam pasal-pasal di atas dilaksanakan oleh pejabat yang bertugas menyelenggarakan pendaftaran tanah menurut Peraturan Menteri Agraria No. 9 tahun 1959 dan peraturan-peraturan tersebut pada pasal 1 ayat (1) huruf c, setelah diterimanya salinan surat-keputusan penegasan dari Kepala Agraria Daerah yang bersangkutan. (2) Ketentuan-ketentuan dalam pasal 14 ayat (2), (3), (4), dan (5) berlaku mutatis muntandis mengenai konversi hak-hak tersebut di atas. (3) Mengenai hak-hak yang sudah didaftar menurut Peraturan Menteri Agraria No. 9 tahun 1959 atau peraturan-peraturan tersebut pada pasal 1 ayat (1) huruf c, maka konversi yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini dilaksanakan dengan mencatannya pada bukutanah serta sertipikatnya menurut cara yang ditentukan dalam pasal 18, sedang mengenai hak-hak yang belum didaftar dilaksanakan pada waktu dibuat bukutanahnya. Bagian III Permintaan banding Pasal 23 Keberatan-keberatan terhadap keputusan KKPT, Kepala Inspeksi Agraria, Kepala Pengawasan Agraria dan Kepala Agraria Daerah di dalam melaksanakan ketentuanketentuan konversi menurut pasal-pasal di atas dapat diajukan kepada Menteri Agraria untuk mendapat keputusan. Bagian IV Biaya untuk melaksanakan konversi Pasal 24 Untuk melaksanakan konversi sebagai yang dimaksud dalam pasal I, II, III, IV, V, VI, dan VII Ketentuan-ketentuan Konversi Undang-Undang Pokok Agraria tidak dipungut biaya. Bagian V Penegasan ketentuan pasal VIII Pasal 25 (1) Hak guna-bangunan dan hak guna-usaha yang berasal dari konversi menurut Ketentuan-ketentuan Konversi Undang-Undang Pokok Agraria yang dipunyai oleh orang asing, di dalam waktu 1 tahun terhitung sejak tanggal 24 September 1960 harus dipindahkannya kepada warganegara Indonesia atau badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia ataupun jika yang mempunyainya itu berkedudukan di Indonesia, dapat pula dilepaskan untuk diganti dengan hak pakai atau hak sewa. (2) Kewajiban untuk memindahkan haknya tersebut di atas berlaku juga jika yang mempunyai hak guna-bangunan, atau guna-usaha itu badan hukum yang tidak didirikan menurut hukum Indonesia dan/atau tidak berkedudukan di Indonesia.

- 9 - BAB III HAK TANGGUNGAN Pasal 26 Selama Undang-undang mengenai hak tanggungan tersebut dalam pasal 51 Undang- Undang Pokok Agraria belum terbentuk, maka hak hypotheek hanya dapat dibebankan pada hak milik, hak guna-bangunan dan hak guna-usaha yang berasal dari konversi hak eigendom, hak opstal dan hak erfpacht, sedang credietverband pada hak milik, hak gunabangunan dan hak guna-usaha yang berasal dari konversi hak-hak lainnya. BAB IV PENGAWASAN Pasal 27 Sebelum ada peraturan penggantinya maka berdasar atas ketentuan dalam pasal 58 Ketentuan-ketentuan Peralihan Undang-Undang Pokok Agraria peraturan yang tercantum dalam Undang-Undang No. 24 tahun 1954 (L.N. 1954 78) dan Undang-Undang No. 28 tahun 1956 (L.N. 1956 73) beserta peraturan-peraturan pelaksanaannya masih tetap berlaku terhadap hak milik, hak guna-bangunan dan hak guna-usaha yang berasal dari konversi hak eigendom, hak opstal dan hak erfpacht. BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 28 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan mempunyai kekuatan surat hingga tangal 24 September 1960. Agar setiap orang dapat mengetahuinya maka Peraturan ini akan dimuat di dalam Tambahan Lembaran-Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di : Jakarta Pada tanggal : 10 Oktober 1960 MENTERI AGRARIA, ttd (Mr. Sadjarwo)