BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian Indonesia pada tahun 2013 tumbuh sebesar 5,78 persen dibanding tahun 2012, dimana semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada Sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang mencapai 10,19 persen, diikuti oleh Sektor Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan 7,56 persen, Sektor Konstruksi 6,57 persen, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 5,93 persen, Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih 5,58 persen, Sektor Industri Pengolahan 5,56 persen, Sektor Jasa-jasa 5,46 persen, Sektor Pertanian 3,54 persen, dan Sektor Pertambangan dan Penggalian 1,34 persen. Pertumbuhan PDB tanpa migas pada tahun 2013 mencapai 6,25 persen yang berarti lebih tinggi dari pertumbuhan PDB. (sumber: Berita Resmi Statistik No.16/02/Th. XVII, 5 Februari 2014) Pada PDB sisi sektoral terutama subsektor komunikasi cukup berkontribusi dalam laju pertumbuhan perekonomian Indonesia. Meningkatnya penggunaan komunikasi data dan internet menjadi pendorong membaiknya pertumbuhan di tengah menurunnya penggunaan komunikasi seluler (suara dan sms). Sektor ini memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan PDB sisi sektoral dibandingkan pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi lainnya. Berikut grafik 1.1 gambaran pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sektor pengangkutan dan komunikasi di Indonesia. 1
25 20 15 10 5 Rata-rata 2003-2012 2012 2013 0 Pengangkutan dan Komunikasi Jalan Udara Jasa Pengangkutan Komunikasi Grafik 1.1 Pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi Sumber : BPS, 2014 Industri telekomunikasi adalah salah satu industri bisnis yang paling kompetitif dan berkembang pesat saat ini. Komunikasi tidak hanya dijadikan sebagai sarana pertukaran pesan dari seorang komunikator kepada komunikan juga untuk saling berinteraksi dan berhubungan antara seseorang dengan orang yang lain. Tetapi penggunaan komunikasi data dan internet menjadi faktor penting dalam kelangsungan layanan informasi. Di Indonesia layanan jasa telekomunikasi telah dilakukan oleh perusahaan milik negara mulai tahun 1961 dan terus berkembang hingga saat ini. Seperti halnya negara berkembang lainnya, pengembangan dan modernisasi atas infrastruktur telekomunikasi menjadi faktor penting dalam pembangunan ekonomi secara umum di Indonesia. Di samping itu jumlah penduduk yang besar dan pertumbuhan ekonomi yang signifikan telah menimbulkan permintaan yang tinggi 2
akan layanan telekomunikasi. (sumber: Tinjauan Industri Telekomunikasi Indonesia. Laporan tahunan PT. Telkom Indonesia, Tbk. 2009) Tingginya permintaan layanan telekomunikasi menjadikan sektor industri telekomunikasi di Indonesia selalu berkembang dari tahun ke tahun walaupun mengalami berbagai masalah. Masalah yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan industri jasa telekomunikasi tidak hanya mencakup masalah persaingan produksi, pemasaran, dan sumber daya manusia saja melihat ketatnya industri di sektor telekomunikasi, akan tetapi dihadapkan pula dengan masalah keuangan. Salah satunya adalah masalah pembiayaan perusahaan. Untuk mengatasi masalah tersebut tentu saja dibutuhkan investasi yang besar. Peran sektor swasta untuk ikut berpartisipasi dalam hal penyediaan dana terutama di bidang keuangan yang meliputi perbankan, lembaga keuangan bukan bank, asuransi dan pasar modal sangat diharapkan. Hal ini dimungkinkan karena sektor swasta merupakan wahana yang dapat menggalang pengerahan dana jangka panjang dari masyarakat untuk digunakan sebagai modal investasi yang akan di investasikan ke sektor-sektor yang produktif. Perusahaan dalam aktifitas usahanya selalu berusaha untuk mendapatkan pencapaian berupa laba yang optimal, sehingga perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Laba selalu dijadikan tujuan utama berdirinya setiap perusahaan. Tanpa adanya laba dari aktifitas usahanya, perusahaan tidak dapat memenuhi tujuan lainnya yaitu pertumbuhan terusmenerus. Namun, masalah profitabilitas bagi sebuah perusahaan lebih penting dibandingkan masalah laba, sebab laba yang besar saja tidaklah menjadi ukuran bahwa perusahaan itu dapat bekerja dengan efektif. Profitabilitas merupakan rasio 3
untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan serta mengukur tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan (Kasmir, 2011:196). Menurut Riyanto ( 2008:36 ) "Profitabilitas ialah perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba". Dapat diartikan bahwa profitabilitas kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan laba. Sutrisno (2007:253) menyatakan bahwa kegunaan dari profitabilitas adalah untuk mengukur seberapa besar tingkat keuntungan yang dapat diperoleh oleh perusahaan. Dari pengungkapan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin besar tingkat keuntungan maka akan menunjukkan semakin baik manajemen dalam mengelola perusahaan. Ada beberapa ukuran yang dipakai dalam melihat kondisi profitabilitas suatu perusahaan. Masing-masing jenis rasio profitabilitas digunakan untuk menilai serta mengukur posisi keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu. Menurut Kasmir (2008:199) " rasio profitabilitas dapat diformulasikan dalam beberapa rasio, antara lain: Return On Investment (ROI) atau sering disebut dengan Ratio On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Operating Pofit Margin, Net Profit Margin, dan Operating Ratio". Peneliti menggunakan Return On Equity sebagai pengukuran profitabilitas perusahaan. Menurut Prihadi (2009:18) Return On Equity (ROE) merupakan kemampuan perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja didalamnya untuk menghasilkan laba. Return On Equity merupakan gambaran perbandingan antara 4
laba setelah pajak dengan rata-rata modal. Semakin besar rasio ini maka makin besar kenaikan laba bersih perusahaan bersangkutan. Semakin besar return on equity (ROE) mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi pemegang saham. Return on equity juga merupakan rasio profitabilitas yang digunakan investor dalam memprediksi earning per share (EPS), dimana earning per share (EPS) akan menaikan harga saham dan besarnya dividen yang diterima investor. Menurut Riyanto (2008:36), Faktor yang mempengaruhi profitabilitas perusahaan dari pihak eksternal diantaranya keadaan ekonomi negara sedangkan faktor internal salah satunya adalah jumlah penggunaan hutang (leverage) dan modal sendiri yang disebut dengan struktur modal. Untuk mendapatkan profitabiltas yang maksimal suatu perusahaan harus memiliki banyak dana (modal) untuk memacu pertumbuhan usaha baik itu dengan cara meningkatkan penjualan, kualitas produk maupun daya saing. Kebutuhan modal ini dapat dipenuhi dari modal internal dan eksternal. Modal internal diperoleh dari laba ditahan. Namun adanya keterbatasan jumlah modal yang didapat dari internal, maka perusahaan dapat mencari alternatif tambahan dana eksternal yaitu dengan cara mencari pinjaman dan penerbitan surat berharga dengan cara go public ke pasar modal (Irawati, 2010:32). Penggunaan dana eksternal memiliki dampak yang bervariasi. Penerbitan surat berharga menimbulkan perpindahan kepemilikan modal perusahaan kepada orang lain yang artinya semakin banyak modal yang berpindah semakin berkurangnya pengendalian terhadap perusahaan. Namun sisi baiknya tidak adanya biaya tetap yang harus dibayarkan perusahaan. Sebaliknya bila perusahaan 5
mencari pinjaman berdampak pada tidak adanya perpindahan kepemilikan modal kepada orang lain tetapi perusahaan perlu menanggung bunga pinjaman sebagai beban finansial tetap atas pinjaman yang dilakukan (Atmaja, 2012:225). Perusahaan yang menggunakan hutang sebagai alternatif pendanaan dapat dikatakan sebagai perusahaan telah melakukan leverage keuangan. Menurut Sartono (2001:263) Leverage keuangan didefinisikan sebagai penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar daripada beban tetapnya sehingga akan meningkatkan keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham. Meskipun leverage keuangan menyebabkan timbunya beban tetap, akan tetapi hal ini bisa diterima apabila return on asset, net profit margin, dan return on equity lebih besar dari bunga hutang tersebut. Kemampuan modal sendiri dalam memenuhi kewajiban finansialnya disebut dengan leverage keuangan yang ditunjukkan dengan debt to equity ratio (DER). Menurut Warsono (2012: 239) Debt to equity ratio (DER) adalah Rasio yang menunjukkan hubungan antara jumlah total kewajiban dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan. Artinya rasio ini menunjukkan kemampuan modal sendiri untuk membayar utang perusahaan. Besarnya kemampuan perusahaan untuk menciptakan laba berarti pula menunjukkan besarnya kemampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya berupa bunga jika perusahaan tersebut merencanakan untuk menggunakan dana yang berasal dari hutang. Debt to Equity Ratio merupakan solvabilitas yang mengukur kemampuan kinerja perusahaan dalam mengembalikan hutang jangka panjangnya dengan 6
melihat perbandingan antara total hutang dengan total ekuitas. Semakin kecil DER berarti semakin kecil jumlah pinjaman yang digunakan untuk membiayai aktiva perusahaan dan begitu juga sebaliknya. Keputusan untuk menambah hutang tidak hanya berdampak negatif, tetapi juga berdampak positif karena perusahaan berupaya menyeimbangkan manfaat yang ditimbulkan akibat hutang. Selama manfaat masih jauh lebih besar dari biaya hutang, maka hutang dapat ditambah. Akan tetapi jika terjadi sebaliknya maka hutang tidak boleh ditambah. Peningkatan hutang akan mempengaruhi besar kecilnya laba bagi perusahaan, yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi semua kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar seluruh kewajibannya, karena semakin tinggi penggunaan hutang maka perusahaan semakin berisiko karena hutang menimbulkan komitmen tetap berupa beban bunga dan pelunasan pokok hutang. Kegagalan memenuhi beban tetap dapat diasosiasikan dengan kebangkrutan. Pengelolaan pendanaan perusahaan mempunyai peran yang sangat penting untuk menghasilkan laba dan menjamin kontinuitas perusahaan. Pendanaan yang digunakan perusahaan untuk menjalankan aktifitasnya dapat berasal dari modal internal maupun eksternal untuk kelancaran operasional perusahaan. Untuk mencapai hal tersebut membutuhkan manajemen yang baik dalam penggunaan dana. Dalam hal ini modal yang digunakan apakah dari modal sendiri atau perlu ditambah dengan penggunaan utang (leverage keuangan). Semakin besar perusahaan maka dana yang dibutuhkan akan semakin besar karena semakin besar pula kegiatan operasi perusahaan. Tingginya penggunaan hutang 7
menyebabkan beban bunga akan semakin besar yang artinya berpengaruh terhadap keuntungan yang diperoleh. Berdasarkan latar belakang masalah yang disajikan di atas, maka penulis tertarik untuk mencoba melakukan penelitian pada sejumlah perusahaan telekomunikasi di Indonesia dengan judul Pengaruh Leverage Keuangan Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Sektor Telekomunikasi yang Terdaftar di BEI. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan dari uraian latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka dari penelitian ini dapat dibuat rumusan masalah: 1. Apakah terdapat pengaruh leverage keuangan terhadap profitabilitas pada perusahaan sektor telekomunikasi yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. 2. Berapa besar pengaruh leverage keuangan terhadap profitabilitas pada perusahaan sektor telekomunikasi yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui pengaruh leverage keuangan terhadap profitabilitas pada perusahaan sektor telekomunikasi yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. 8
2. Mengetahui seberapa besar pengaruh leverage keuangan terhadap profitabilitas pada perusahaan sektor telekomunikasi yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. 1.4. Kegunaan Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh peneliti diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi penulis Penelitian ini bertujuan untuk lebih menambah wawasan keilmuan khususnya yang berkaitan dengan manajemen keuangan tentang leverage, struktur modal, kinerja keuangan, khususnya dari profitabilitas. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan dapat bermanfaat bagi penelitian - penelitian selanjutnya. 2. Bagi perusahaan Penelitian ini diharapkan memberi masukan bagi perusahaan dalam mengelola dan mengendalikan dana pinjaman dari pihak luar (hutang) agar tidak membebani perusahaan dalam memaksimalkan profitabilitas. 9