PEMOTONGAN PPh PASAL 21

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 31/PJ/2012

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2015 TENTANG

AGENDA. PPh Pasal 26

LAMPIRAN 1 LAMPIRAN 1

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 31/PJ/2012 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 31/PJ/2012 TENTANG

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 31/PJ/2009 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR: PER- -1 /PJ/2012 TENTANG

SOAL LATIHAN: JAWABLAH SOAL SOAL BERIKUT INI, TERKAIT DENGAN: PER - 16 / PJ / 2016 (Terlampir)

PER - 32/PJ/2015 PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PA

Fransisca Hanita Rusgowanto S,Kom. M,Ak

SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26

MAKALAH PERPAJAKAN II PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK PEGAWAI, PEGAWAI LEPAS, DAN PENERIMA HONORARIUM

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

BAB II LANDASAN TEORI. serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara. langsung, untuk memeliahara negara secara umum.

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 31/PJ/20

Dosen: Adhi Prakosa, M. Sc

PPH 21 Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR. kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri (Waluyo,

MINGGU KE DUA PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 GAJI DAN BONUS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21/26

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

MODUL PPh PASAL 21/26 & espt PPh Pasal 21

Pajak Penghasilan Pasal 21/26

Pertemuan 2 PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 (G + B)

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21. JUMLAH PENERIMA PENGHASILAN (Orang)

BAB II LANDASAN TEORI

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21. JUMLAH PENERIMA PENGHASILAN (Orang) 8. JUMLAH (6 + 7) 8

Pengertian Pajak Penghasilan 21

BAB III SISTEM PEMOTONGAN DAN PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 ATAS PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) PADA KANTOR DPRD PROVINSI JAWA TENGAH

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR: 15/PJ/2006 TENTANG

Makalah Tentang Pajak Penghasilan Karyawan Pasal 21 / PPh21

Update. Pajak Penghasilan Sehubungan dengan. Pekerjaan atau Jabatan, Jasa dan kegiatan, Yang dilakukan Wajib Pajak Orang Pribadi

Dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21 pegawai tidak tetap adalah:

Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Terhadap Dosen Tetap Pada Universitas Krisnadwipayana. Meitri Megawati DA03

Makalah Perpajakan. Perhitungan PPh 21

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Bab ini berisi kajian landasan teori dan hasil penelitian sebelumnya yang. digunakan untuk menjawab masalah penelitian.

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21. JUMLAH PENERIMA PENGHASILAN (Orang)

badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan

Pajak Penghasilan Pasal 21/26

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-32/PJ/2009 TENTANG

LAMPIRAN I-A SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26

PPh Pasal 21. Lingkungan Kewajiban Pajak 12/21/2017

DASAR HUKUM. KEP -545/PJ./1998 jo. PER-15/PJ./2006. PMK No. 252/PMK.03/2008. UU No. 7 Th stdd. Update. UU No. 36 Th UU No. 17 Th 2000.

Fransisca Hanita Rusgowanto S,Kom M,Ak

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak, diantaranya pengertian pajak menurut Santoso (1991)

Kuesioner. 1. Apakah semua badan ( PT, CV, BUMN, BUMD, Fa, Kongsi, Koperasi, Lembaga, Bank, dan Badan lainnya ) yang membayarkan fee atau

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI. YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL

DATA IDENTITAS WAJIB PAJAK DATA IDENTITAS WAJIB PAJAK

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21. Amanita Novi Yushita, M.Si

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTIK PEMOTONGAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA ANGGOTA KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI JAWA TENGAH

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI. YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL

BAB II LANDASAN TEORI PAJAK PENGHASILAN. II.1.1. Pengertian dan Pelaksanaan Pajak Penghasilan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG PAJAK PENGHASILAN PASAL 21/26 BAB II

Sistem/Cara Pemungutan Pajak ada 3, yaitu:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

Pemotongan yang bersifat final Objek pemotongan (Pasal 2, PP Nomor 68 Tahun 2009) Pemotong (Pasal 1 angka 9, PP Nomor 68 Tahun 2009)

BAGIAN PERTAMA : PETUNJUK UMUM PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 DAN/ATAU PPh PASAL 26

BAB II LANDASAN TEORI

Amir Hidayatulloh, S.E., M.Sc Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ahmad Dahlan

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian-Pengertian Dalam Ketentuan Umum dan Tata Cara

Putusan Nomor : Put-68238/PP/M.IVB/10/2016. Jenis Pajak : PPh Pasal 21. Tahun Pajak : 2011

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-31/PJ/2012 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SALINAN LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-32/PJ/2015 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PETUNJUK UMUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipungut dengan ketentuan-ketentuan dari Undang-Undang sampai dengan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Penghitungan Pajak Penghasilan ( PPh ) pasal 21 PT. Lucky Indah

b. PPh 21 seminggu = PPh 21 sebulan dibagi empat

PAJAK PENGHASILAN (PPh)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2013 TENTANG

PETUNJUK UMUM DAN CONTOH PENGHITUNGAN PEMOTONGAN PPh PASAL 21 DAN/ATAU PPh PASAL 26

Pajak Penghasilan psl 21

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif

BAB II LANDASAN TEORETIS. 1. Pengertian Pajak dan Fungsi Pajak Secara Umum

Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Bagi Dokter

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II BAHAN RUJUKAN

I. KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (KUP)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTEK

PAJAK PAJAK DEPARTEMEN IKK - IPB

APLIKASI BERBASIS WEB UNTUK PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 (PPh 21) DENGAN SISTEM MEMBER

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3)

PETUNJUK UMUM DAN CONTOH PENGHITUNGAN PEMOTONGAN PPh PASAL 21 DAN/ATAU PPh PASAL 26

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Pengungkapan beberapa para ahli mengenai pajak sebagai berikut :

Peraturan pelaksanaan Pasal 21 ayat (5) Penghasilan yang Dibebankan Kepada Keuangan Negara atau Keuangan Daerah Peraturan Pemerintah

CARA PENGHITUNGAN PEMOTONGAN PPh PASAL 21 DAN PASAL 26

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki tujuan dan inti yang sama yaitu merumuskan pengertian pajak sehingga


BADAN KANTOR PELAYANAN PAJAK ORANG PRIBADI. Syarat Objektif Syarat Subjektif. Wilayah tempat kedudukan. Wilayah tempat tinggal

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak

Transkripsi:

PEMOTONGAN PPh PASAL 21 1

Dasar Hukum 1. Pasal 21, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan s.t.d.t.d Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008. 2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan Pajak atas Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, Dan Kegiatan 2

PASAL 21 UU PPh (1) Pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri wajib dilakukan oleh: a. pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan d pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai; b. bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan; c. dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan pembayaran lain dengan nama apa pun dalam rangka pensiun; d. badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas; dan e. penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan dengan pelaksanaan suatu kegiatan. (8) Ketentuan mengenai petunjuk pelaksanaan pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. 3

Apakah PPh Pasal 21? Pembayaran PPh dalam tahun berjalan melalui pemotongan oleh pihak yang membayarkan penghasilan atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan. 4

Pemotong PPh Pasal 21 Pemberi Kerja (orang pribadi maupun badan) Bendahara atau pemegang kas Pemerintah Dana Pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan badan-badan lain yang membayar uang pensiun dan tunjangan hari tua Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta badan Penvelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi yang bersifat nasional dan internasional, perkumpulan, orang pribadi serta lembaga lainnva yang menyelenggarakan kegiatan 5

Bukan Pemotong PPh Pasal 21 Kantor perwakilan negara asing; Organisasi-organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf c Undang-Undang Pajak Penghasilan, yang telah ditetapkan oleh Menteri Kuangan; Pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang semata-mata mempekerjakan orang pribadi untuk melakukan pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan bukan dalam rangka melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas. 6

Siapa Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21? Orang Pribadi sebagai: Subjek Pajak dalam negeri yang menerima atau memperoleh penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun, sepanjang tidak dikecualikan dalam Peraturan Menteri Keuangan ini, dari Pemotong PPh Pasal 21 sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan yang dilakukan baik dalam hubungannya sebagai pegawai maupun bukan pegawai,, termasuk penerima pensiun. 7

Siapa Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 (2)? 1. Pegawai 2. Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya 3. Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan 4. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan 8

Pegawai Orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja, baik sebagai pegawai tetap atau pegawai tidak tetap/tenaga kerja lepas berdasarkan perjanjian atau kesepakatan kerja baik secara tertulis maupun tidak tertulis, untuk melaksanakan suatu pekerjaan dalam jabatan atau kegiatan tertentu dengan memperoleh imbalan yang dibayarkan berdasarkan periode tertentu, penyelesaian pekerjaan, atau ketentuan lain yang ditetapkan pemberi kerja,, termasuk orang pribadi yang melakukan pekerjaan dalam jabatan negeri atau badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah. 9

Pegawai (2) Pegawai Tetap pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur,, termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan pengawas yang secara teratur terus menerus ikut mengelola kegiatan perusahaan secara langsung, serta pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak untuk suatu jangka waktu tertentu sepanjang pegawai yang bersangkutan bekerja penuh dalam pekerjaan tersebut. Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas pegawai yang hanya menerima penghasilan apabila pegawai yang bersangkutan bekerja, berdasarkan jumlah hari bekerja, jumlah unit hasil pekerjaan yang dihasilkan atau penvelesaian suatu jenis pekerjaan yang diminta oleh pemberi kerja. 10

Objek Pemotongan PPh Pasal 21 1. penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai tetap, baik yang bersifat teratur maupun tidak teratur 2. penghasilan yang diterima atau diperoleh Penerima pensiun secara teratur berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya 3. penghasilan sehubungan dengan PHK dan pensiun yang diterima secara sekaligus berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, THT atau JHT, dan pembayaran lain sejenis 4. penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan secara bulanan 5. imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee, dan imbalan sejenis dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan 6. imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang representasi, uang rapat, honorarium, hadiah a tau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apapun 11

Non-Objek Pemotongan PPh Pasal 21 Klaim asuransi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa; penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk apapun yang diberikan oleh WP atau Pemerintah, kecuali penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2); iuran pensiun yang dibayarkan kepada Dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, iuran THT alau iuran JHT kepada badan penyelenggara THT atau badan penvelenggara JAMSOSTEK yang dibayar oleh pemberi kerja; zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah, atau sumbangan keagamaan yang sifatnva wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah; beasiswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) 12 huruf I Undang-Undang Pajak Penghasilan.

DPP PPh Pasal 21 PEGAWAI TETAP BULANAN Ph NETO - PTKP Ph BRUTO - PTKP TIDAK TETAP HARIAN Ph BRUTO 150 RIBU Ph BRUTO* PTKP Harian PENSIUNAN BUKAN PEGAWAI SEKALIGUS BERKALA DISTRIBUTOR MLM AGEN ASURANSI PENJAJA BRG DAGANGAN YG MENERIMA Ph KONTINYU DLM 1 TH KALENDER*) YG MENERIMA Ph KONTINYU, KOMISARIS, MANTAN PEGAWAI, PENARIKAN DAPEN O/ PEGAWAI LAINNYA Tunggu PP&PMK Ph NETO - PTKP Ph Bruto (kumulatif) PTKP Bulanan*) Ph Bruto (kumulatif) Ph Bruto 13

Pengurang Penghasilan (1) 1. BIAYA JABATAN diberikan kepada pegawai tetap 2. BIAYA PENSIUN diberikan kepada penerima pensiun BIAYA JABATAN 5 % x PENGHASILAN BRUTO (GAJI) (MAKSIMAL) SETAHUN 6.000.000 (MAKSIMAL) SEBULAN 500.000 BIAYA PENSIUN 5 % x PENGHASILAN BRUTO (PENSIUN) 2.400.000 200.000 14

Pengurang Penghasilan (2) 3. Iuran/Premi Pensiun/THT/JHT Diberikan kepada pegawai yang ikut dalam program pensiun seperti Jamsostek, Taspen atau Dana Pensiun lain yang pendiriannya disahkan oleh Menkeu. Hanya apabila dibayar sendiri oleh pegawai tersebut. PTKP Diberikan kepada pegawai tetap dan pegawai tidak tetap PTKP bulanan*) BTKP (Rp150 ribu perhari) Diberikan kepada buruh harian sepanjang jumlah bruto sebulan tidak melebihi Rp 1.320.000 PTKP harian Diberikan kepada buruh harian yang jumlah bruto sebulan melebihi Rp 1.320.000 15

SYARAT MENDAPAT PTKP BULANAN 1. Penerima penghasilan adalah bukan pegawai selaku: Distributor MLM; Agen asuransi Penjaja barang dagangan; dan Lainnya yang menerima penghasilan berkesinambungan dalam 1 tahun kalender 2. Memiliki NPWP 3. hanya memperoleh penghasilan dari hubungan kerja dengan Pemotong Pajak serta tidak memperoleh penghasilan lainnya. 16

Perhitungan PPh Pasal 21 pegawai tetap Masa Januari s.d. November Penghasilan teratur: Penghasilan suatu Masa x 12 (atau sesuai jumlah bulan bekerja apabila bekerja setelah Januari dan kewajiban subjektif telah ada sejak 1 Januari) Masa Desember Perhitungan sesungguhnya (Jan s.d. Des) dikurangi PPh yang telah dipotong Jan-Nov 17

Perhitungan PPh Pasal 21 Bukan Pegawai PTKP Bulanan (Misal TK/0) No Bulan Imbalan PTKP Bulanan Imbalan neto Jumlah Kumulatif Perhitungan PPh PPh Pasal 21 terutang 1 Januari 09 30,000,000 1,320,000 28,680,000 28,680,000 5% x 28.680.000 1,434,000 1,434,000 5% x 21.320.000 1,066,000 2 Februari 09 40,000,000 1,320,000 38,680,000 67,360,000 3,670,000 15% x 17.360.000 2,604,000 Tanpa PTKP bulanan No Bulan Imbalan Jumlah Kumulatif Perhitungan PPh PPh Pasal 21 terutang 1 Maret 09 30,000,000 30,000,000 5% x 30.000.000 1,500,000 1,500,000 5% x 20.000.000 1,000,000 2 Mei 09 40,000,000 70,000,000 4,000,000 15% x 20.000.000 3,000,000 18

Tarif PPh Pasal 21 Tarif Pasal 17 UU PPh bagi yang punya NPWP 120% x tarif Pasal 17 UU PPh bagi yang belum punya NPWP 19

Kewajiban Pemotong wajib menghitung, memotong, dan menyetorkan PPh Pasal 21 dan Pasal 26 yang terutang untuk setiap bulan kalender. wajib melaporkan (sekalipun nihil) dengan menggunakan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa wajib memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21/26 wajib membuat catatan atau kertas kerja perhitungan PPh Pasal 21 dan atau PPh Pasal 26 untuk masing- masing penerima penghasilan, yaitu menjadi dasar pelaporan dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Masa 20

Terima Kasih 21