BAB I KOMPONEN STRUKTUR JALAN REL DAN PEMBEBANAN NYA



dokumen-dokumen yang mirip
KOMPONEN STRUKTUR JALAN REL DAN PEMBEBANANNYA. Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

BAB IV PEMBEBANAN PADA STRUKTUR JALAN REL

BAB III STRUKTUR JALAN REL

Kuliah Prasarana Transportasi Kode MK.CEC 611 Kuliah Minggu Ke-2 STRUKTUR JALAN REL DAN POLA DISTRIBUSI BEBAN

PERENCANAAN JALAN REL KERETA API

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan jalur tepi di sepanjang jalan tol CAWANG CIBUBUR dengan

REKAYASA JALAN REL MODUL 3 : KOMPONEN STRUKTUR JALAN REL DAN PEMBEBANANNYA PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

JALAN KERETA API SECARA UMUM

Penambat. Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Sejarah singkat lintas Pidada Pelabuhan Panjang. hanyalah pelabuhan kecil di Teluk Betung yang disinggahi kapal-kapal

REKAYASA JALAN REL. MODUL 4 : Penambat rel dan balas PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

Gambar 2.1 Konstruksi jalan rel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sejalan dengan perkembangan teknologi automotif, metal, elektronik dan

BAB I PENDAHULUAN 1.2. JENIS PEMBANGUNAN JALAN REL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tahap berikutnya. Dewasa ini, studi kelayakan dirasakan sangat penting dilakukan

ANALISIS KELAYAKAN KONSTRUKSI BAGIAN ATAS JALAN REL DALAM KEGIATAN REVITALISASI JALUR KERETA API LUBUK ALUNG-KAYU TANAM (KM 39,699-KM 60,038)

Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM. 43 TAHUN 2010

BAB IV ANALISA DATA Umum. Komponen dan struktur Jalan rel yang telah dibangun dan sudah digunakan untuk

Naskah Publikasi Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

BAB III LANDASAN TEORI A. Struktur Jalur Kereta Api

PERENCANAAN GEOMETRI JALAN REL KERETA API TRASE KOTA PINANG- MENGGALA STA STA PADA RUAS RANTAU PRAPAT DURI II PROVINSI RIAU

REL. Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

BAB III LANDASAN TEORI

REKAYASA JALAN REL. MODUL 5 : Bantalan PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

ANALISIS DISTRIBUSI BEBAN KERETA API PADA KONSTRUKSI TIMBUNAN JALUR KERETA API

KULIAH PRASARANA TRANSPORTASI PERTEMUAN KE-8 PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN REL

1. BAB III LANDASAN TEORI. A. Struktur Jalan Rel

ANALISI BEBAN DINAMIK PADA STRUKTUR JALAN REL DENGAN PEMODELAN NUMERIK MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA 1

BAB III METODE PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BAJA KERETA API. melakukan penelitian berdasarkan pemikiran:

Bahan poros S45C, kekuatan tarik B Faktor keamanan Sf 1 diambil 6,0 dan Sf 2 diambil 2,0. Maka tegangan geser adalah:

BAB 3 LANDASAN TEORI. perencanaan underpass yang dikerjakan dalam tugas akhir ini. Perencanaan

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN REL ANTARA BANYUWANGI-SITUBONDO- PROBOLINGGO

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

BAB I PENDAHULUAN. kondisi jalan raya terjadi banyak kerusakan, polusi udara dan pemborosan bahan

TUGAS PERENCANAAN JALAN REL

BAB III LANDASAN TEORI. jalan raya atau disebut dengan fly over/ overpass ini memiliki bentang ± 200

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN GEOMETRI JALAN REL

BAB III LANDASAN TEORI

REKAYASA JALAN REL. Modul 2 : GERAK DINAMIK JALAN REL PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

BAB III LANDASAN TEORI. Tujuan utama dilakukannya analisis interaksi sistem ini oleh para

berlaku yang memenuhi syarat teknis jalur kereta api. PENDAHULUAN

JEMBATAN RANGKA BAJA. bentang jembatan 30m. Gambar 7.1. Struktur Rangka Utama Jembatan

Perencanaan Jalur Ganda Kereta Api Surabaya -Krian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Geometri Jalan Rel. Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meskipun istilah aliran lebih tepat untuk menyatakan arus lalu lintas dan

BAB II PERILAKU DAN KARAKTERISTIK JEMBATAN

PENGUJIAN BANTALAN BETON UNTUK TRACK JALAN KERETA API SEPUR 1435 MM MENGGUNAKAN STANDAR UJI AREMA

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB III LANDASAN TEORI. Tabel 3.1. Kelas jalan rel lebar jalan rel 1067 mm

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang kita hadapi dalam suatu lereng adalah masalah

KAJIAN GEOMETRIK JALUR GANDA DARI KM SAMPAI DENGAN KM ANTARA CIGANEA SUKATANI LINTAS BANDUNG JAKARTA

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis jenis dan bentuk Tata Letak Jalur pada Stasiun

BAB III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

TUGAS AKHIR STUDI SISTEM PEMELIHARAAN JALAN KERETA API

PERENCANAAN JALUR GANDA KERETA API SURABAYA - KRIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain seperti

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS STRUKTUR JALAN REL

PENURUNAN STRUKTUR REL KERETA API DI ATAS TANAH LUNAK DENGAN PERKUATAN GEOSINTETIK

REKAYASA JALAN REL. MODUL 8 ketentuan umum jalan rel PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

Komponen dan Disain Rel

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. atau jalan rel atau jalan bagi pejalan kaki.(

PENGANTAR KONSTRUKSI BANGUNAN BENTANG LEBAR

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

MODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PERENCANAAN JALAN LINTAS KERETA API ANTARA STASIUN MUARA KALABAN TANJUNG AMPALU KABUPATEN SIJUNJUNG PROVINSI SUMATRA BARAT.

PENDAHULUAN B. RUMUSAN MASALAH A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi pada zaman sekarang,

PERENCANAAN JALUR GANDA KERETA API DARI STASIUN PEKALONGAN KE STASIUN TEGAL

ANALISA TEGANGAN POROS RODA GERBONG KERETA API DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

Pengantar Teknik Transportasi

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK. 516/KA. 604/DRJD/2002 TENTANG

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN

ASPEK GEOTEKNIK PADA PEMBANGUNAN PERKERASAN JALAN

BAB X PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN REL

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB II DASAR TEORI Suspensi

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS PRASARANA DAN SARANA PELAYANAN ANGKUTAN BARANG

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. gelagar u atau PCU girder. Pemilihan struktur PCU girder dikarenakan struktur ini

BAB III LANDASAN TEORI. Dimensi, berat kendaraan, dan beban yang dimuat akan menimbulkan. dalam konfigurasi beban sumbu seperti gambar 3.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

BAB I KOMPONEN STRUKTUR JALAN DAN PEMBEBANAN NYA 1.1 STRUKTUR JALAN Struktur jalan rel adalah struktur elastis, dengan pola distribusi beban yang cukup rumit, sebagai gambaran adalah tegangan kontak antara rel dan roda adalah sekitar 6000 kg/cm 2, dan harus ditranfer ke tanah dasar yang berkekuatan hanya sekitar 2 kg/cm 2. Secara grafis struktur jalan rel dapat digambarkan sebagai berikut: Sumber: Track Geotechnology and Substructure Management

Secara garis besar struktur jalan rel yang baik, harus dapat menjamin keamanan, kenyamanan, umur teknis dan geometri (lebar sepur, ketidakrataan), dan dapat dipelihara dengan biaya yang optimal, sehingga harus memenuhi kriteri sebagai berikut: Kekakuan (stiffness), untuk menjaga deformasi vertikal, dimana deformasi vertika1 ini merupakan indikator utama dari umur, kekuatan dan kwalitas jalan rel. Deformasi vertikal yang berlebihan akan akan menyebabkan geometri jalan rel tidak baik dan keausan yang besar diantara komponen-komponen struktur jalan rel. Elastisitas (Resilience), diperlukan untuk kenyamanan perjalanan kereta api, menjaga patahnya as, roda, meredam kejut, impact, getaran vertikal. Jika jalan rel terlalu kaku misalnya dengan pemakaian bantalan beton, maka untuk menjamin elastisitas diperlukan alas karet (rubber pads) yang dipasang dibawah kaki rel. Ketahanan terhadap deformasi tetap, Deformasi vertikal yang berlebihan akan cenderung menjadi deformasi tetap, sehingga geometri jalan rel (ketidak rataan vertikal dan horizontal, puntir) menjadi tidak baik, yang pada akhirnya kenyamanan dan keamanan menjadi terganggu. Stabilitas, Jalan rel yang stabil adalah mampu tetap pada posisi semula (vertikal dan horizontal) setelah pembebanan terjadi. Untuk ini dibutuhkan balas dengan mutu dan kepadatan yang baik, bantalan dengan penambat yang selalu terikat, dan drainase yang baik. Adjustability, Jalan rel harus bisa diatur/dipelihara untuk dikembalikan ke posisi geometri yang benar, jika terjadi perubahan geometri karena beban yang berjalan. Struktur jalan rel, secara garis besar dapat dibagi dua yaitu: a. Struktur bangunan atas dengan komponen-komponen, rel (rail), penambat (fastening) dan bantalan (sleeper, tie) b. Struktur bangunan bawah, dengan komponen-komponen, balas (ballast), subbalas (subballast), tanah dasar (improve. subgrade) dan tanah asli (natural

ground). Pada kondisi tertentu balas dapat dibagi 2 lapisan yaitu balas atas (top ballast) dan ballast bawah (bottom ballast). 1.2 BEBAN- BEBAN YANG BEKERJA PADA STRUKTUR JALAN 1.2.1 Gaya Vertikal Gaya ini adalah beban yang paling dominan dalam struktur jalan rel, gaya ini menyebabkan defleksi vertikal, dan defleksi vertikal ini adalah indikator terbaik dan kwalitas, kekuatan dan umur jalan rel. Secara garis besar besarnya beban vertikal dapat dijelaskan sebagai berikut: Gaya Lokomotif (Locomotive), Jenis lokomotif dapat dilihat dari cara penomorannya, - Lokomotif BB artinya beban ditumpu oleh 2 bogie, yang masing- asing bogie terdiri 2 gandar dan satu gandar terdiri dari dua roda Sehingga: Jika berat lokomotif ( Wlok) = 56 ton, maka; Gaya kepada bogie (Pbogie = Pb) = Wlok/2 = 56/2 ton = 28 ton; Gaya gandar (Pgandar = Pg) = Pb/2 = 28/2 ton = 14 ton Gaya roda statis (Pstatis = Ps) = Pg/2 = 14/2 ton = 7 ton Gaya gandar, lebih dikenal dengan beban gandar (axle load) - Lokomotif Jenis CC, lokomotif ditumpu 2 bogie, masing-masing bogie terdiri 3 gandar, dan masing-masing gandar terdiri 2 roda Sehingga: Jika berat lokomotif ( Wiok ) = 84 ton, maka; Gaya kepada bogie (Pbogie = Pb) = Wlok/2 = 84/2 ton = 42 ton Gaya gandar (Pgandar = Pg) = Pb/2 = 42/3 ton = 14 ton Gaya roda statis (Pstatis = Ps) = Pg/2 = 14/2 ton = 7 ton Di Indonesia, jenis lokomotif CC ada 2 jenis beratnya; CC-202, dengan berat 108 ton, atau beban gandar 18 ton CC-201 dan CC-203, dengan berat 84 ton atau beban gandar 14 ton Gaya Kereta (Cai; Goach), Kereta dipakai untuk angkutan penumpang, sehingga karakteristiknya adalah kenyamanan (perlu ruang yang cukup) dan kecepatan yang tinggi (faktor gaya dinamis), Berat Kereta jika dimuati adalah sekitar 40 ton, dan ditumpu dengan 2 bogie (Pb = 20 ton), dengan masing-masing bogie terdiri 2 gandar (Pg = 10 ton), sehingga Ps = 5 ton.

Gaya Gerbong (Wagon), Gerbong dipakai untuk angkutan barang, dimana yang diperlukan terutama dari segi beratnya sehingga muatannya dapat besar (massal dan berat). Prinsip beban sama, dan satu gerbong dapat terdiri dari 2 gandar (tanpa bogie) dan 4 gandar (dengan 2 bogie) Faktor Dinamis, Faktor dinamis diakibatkan oleh getaran-getaran dari kendaraan rel, akibat angin, dan kondisi geornetri (ketidak rataan) jalan. Untuk mentransformasikan gaya statis kepada gaya dinamis, diformulasikan faktor dinamis sebagai berikut: Ip = 1 + 0,01 (V/1,609-5) Dimana: V = kecepatan kereta api ( km/jam) Sebagai Contoh: Lok CC-201.., dengan V = 100 km/jam dan Ps = 7 ton, maka: Ip = 1+0,01 (0,62X 100-5) = 1,57 Pd = Ps X Ip =7 X 1,57 ton = 10,99 ton Gambaran beban vertikal yang diakibatkan oleh kendaraan rel, dapat dilihat pada gambar 1,2 berikut:

Gambar 1.2 Lokomotif dan Gerbong

1.2.2 Gaya Transversal (Lateral) Gaya ini disebabkan adanya gaya sentrifugal, Snake motion, dan ketidak rataan geometri jalan rel, bekerja pada titik yang sama dengan gaya vertikal di rel. Gaya ini menyebabkan tercabutnya terpon dan geseran pelat tandas (base plate) pada bantalan kayu, sehingga dapat merubah geometri jalan rel, dan pada kondisi tertentu dapat mengakibatkan loncatnya roda keluar rel (anjlogan, derailment). Besarnya gaya lateral, dibatasi agar rel roda tidak keluar rel, besarnya adalah: P lateral / P vertikal < 1,2 Pada kondisi dimana rel dan roda sama-sama aus, maka pembatasan lebih kecil, yaitu: P lateral / P vertikal < 0,75 Secara skematis gaya lateral dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 1.3: Gaya Lateral

1.2.3 Gaya Longitudinal Gaya ini diakibatkan terutama oteh perubahan suhu pada rel ( thermal strees ), dan untuk konstruksi kereta api modern, dimana dipakai rel panjang (long welded nails), gaya ini sangat memegang peranan penting. Tambahan pada gaya longitudinal ini adalah gaya adhesi (akibat gesekan roda dan rel) dan gaya rem (akibat pengereman kendaraan rel). Penjelasan lebih rinci, dapat dilihat pada pembahasan rel panjang menerus. 1.3 PERHITUNGAN KOMPONEN-KOMPONEN JALAN 1.3.1 Distribusi gaya pada struktur jalan rel Secara garis besar distribusi gaya vertikal dapat dijelaskan sebagai berikut: Beban dan roda (dinamis) diterima oleh rel, disini tegangan kontak yang terjadi sangat besar, sehingga menentukan dalam pemilihan mutu baja rel. Beban rel didistribusikan dari dasar rel ke bantalan dengan perantaraan pelat andas (baseptate, bantalan kayu), ataupun alas karet (rubber pad, bantalan beton) Beban bantalan didistribusikan dari dasar bantalan ke balas, yang seterusnya didistribusikan ke tubuh jalan rel.

Secara skematis distribusi gaya vertikal dapat dilihat pada Gambar-1.4.