BAB 1 PENDAHULUAN. Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan, Terj. Rahmani Astuti, dkk, (Bandung: Mizan, 2002), hlm. 3.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang ada dalam diri peserta didik. Pendidikan dianggap sebagai. diatur oleh Undang-Undang Republik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. demikian pesatnya. Sebagai konsekuensi logis, kita harus menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. penelitian tentang pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. (Yogyakarta: Teras, 2010), hlm Juwariyah, Dasar-Dasar Pendidikan Anak dalam Al-Qur an,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2003), hlm Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. Cipta, 2005), hlm.14. akhlak siswa kelas VII MTs MDI Jatirejo kecamatan Ampelgading Pemalang (Semarang: IAIN Walisongo), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. manusia seutuhnya. Tujuan ini tertera pada Garis Besar Haluan Negara

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Tanpa pendidikan akan sulit

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wilda Akmalia Fithriani, 2013

BAB V PEMBAHASAN. pada mata pelajaran PAI di SDI Miftahul Huda Plosokandang. Tulungagung, dibuktikan dari perolehan nilai

BAB I PENDAHULUAN. 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm Undang-undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) (UU RI No.

Tatik Haryani, Bambang Priyo Darminto Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo

BAB I PENDAHULUAN. Sayangnya, kemajuan dibidang ini tidak diimbangi dengan kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Islam yang akan menjadikan pendidikan berkualitas, individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Jogyakarta: Media Wacana Press, 2003), hlm Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,

HUBUNGAN KECERDASAN SPIRITUAL (SQ) DENGAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP PAWYATAN DAHA 2 KOTA KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. dikenang sepanjang masa, sejarah akan menulis dikemudian hari. Di sekolahsekolah. pelajaran umum maupun mata pelajaran khusus.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia mulai diperkenalkan sebagai suatu pendekatan baru. Pada

KORELASI SIKAP SPIRITUAL QUOTIENT (SQ) DENGAN AKHLAK SISWA DI M.Ts. IRSYADUTH THULLAB TEDUNAN KECAMATAN WEDUNG KABUPATEN DEMAK TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Sochib, Pola Asuhan Orang Tua Dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri, Rineka Cipta, Jakarta, 1998, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran penting dalam rangka memelihara

BAB I PENDAHULUAN. sendirinya akibat ulah para penduduknya. Kejahatan, penipuan, dan korupsi

DAFTAR KEPUSTAKAAN. Abdul Mujib dan Yusuf Muzakir, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, Jakarta : Rajawali Pers, 2001.

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian

BAB I PENDAHULUAN. menemukan program baru dalam meningkatkan mutu serta kualitas. pendidikan dilembaga mereka, agar tidak kalah dengan lembaga-lembaga

Kecerdasan Spiritual ( Spiritual Quotient )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan Islam menurut Suyanto (2008: 83) adalah terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. sejak terjadinya conception antara sel telur dan sel kelamin laki-laki

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai kehidupan guna membekali siswa menuju kedewasaan dan. kematangan pribadinya. (Solichin, 2001:1) Menurut UU No.

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: Sinar Baru Al-Gasindo, 1995), hlm Nana Sujana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang

DAFTAR PUSTAKA. Rasulullah di Masa kini, Jogjakarta: IRCiSoD. 2006

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori teori yang mendukung dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akademik (Intelligence Quotient atau sering disebut IQ ) mulai dari bangku

BAB I PENDAHULUAN. keshalehan akan sangat bergantung kepada pendidikan masa kecilnya

BAB I PENDAHULUAN. ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang terdapat dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa pemerintah sedang giat-giatnya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah sebuah anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pustaka Setia,Bandung, 2001, hlm Tim Pustaka Setia, UUD 45; Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.

BAB I PEDAHULUAN. Pendidikan juga mengarahkan pada penyempurnaan potensi-potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. baik intelektual, emosional dan spiritual. Gulen sebagaimana dikutip

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

BAB I PENDAHULUAN. para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam upaya

BAB IV URGENSI PENDIDIKAN AGAMA PADA ANAK USIA 6-12 TAHUN DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku pemimpin pada lembaga-lembaga pendidikan seringkali menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang primer dan fundamental. Pengertian keluarga disini berarti nuclear family

BAB I PENDAHULUAN. Jiwa, (Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1995), hlm Dadang Hawari, Al-Qur an Ilmu Kedokteran jiwa dan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan negara 1. yang tersebar diseluruh tubuh 2.

BAB I PENDAHULUAN. Di era modern ini, begitu pentingnya nilai dalam menjaga keharmonisan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. tumbuh dengan jiwa islami sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

PENGARUH IKLIM SEKOLAH DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. asuh dan arahan pendidikan yang diberikan orang tua dan sekolah-sekolah

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan. negara (Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, 2013: 1).

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 1 Terlepas dari tujuan

BAB I PENDAHULUAN. bertumpu pada landasan epistemologis mengenai manusia seutuhnya, yaitu. potensi menuju kehidupan yang lebih baik.

Baru, (Bandung: Rosdakarya, 2008), hlm. 120.

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm 36.

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN IMPLIKASI. Berdasarkan hasil temuan penelitian dapat diberikan beberapa kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Allah. Manusia. Bagan 1.1 Allāh sebagai sumber ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kompetensi dalam bidangnya, yang akan tetap bisa berperan dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak lepas dari berbagai halangan dan tantangan. Banyak usaha yang telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

BAB I PENDAHULUAN. terlalu banyak bermain, hura-hura, tawuran, mempraktikkan

BAB I PENDAHULUAN. Dwi Prasetia Danarjati, dkk, Psikologi Pendidikan, Graha Ilmu, Yogjakarta, 2014, Hlm.3 2

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional, (Bandung: Citra Umbara, 2009), hlm Undang-Undang Sisdiknas No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

BAB I PENDAHULUAN. serta sumber belajar. Pendidikan dan pengajaran bukanlah sesuatu yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Noviyanto, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. Sepanjang kita hidup, maka di situlah ada proses pendidikan. Pendidikan juga

BAB I PENDAHULUAN. Amzah, 2007), hlm. 55. Pemikiran dan Kepribadian Muslim, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 150.

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. menyosialisasikan kemampuan baru kepada mereka agar mampu mengantisipasi

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan BIMBINGAN DAN KONSELING OLEH :

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Dwi Istikhomah Hidayati, dan Suparno, Hubungan Antara Kematangan Vokasional dengan Motivasi Berwirausaha pada Siswa SMK, hlm. 217.

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memiliki anak dengan kecerdasan intelektual tinggi merupakan dambaan bagi setiap orang tua, sehingga berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan prestasi intelektual anak. Anggapan ini disebabkan karena pada umumnya orang berpendapat bahwa anak yang pintar atau memiliki kecerdasan intelektual atau Intelligence Quotient (IQ) tinggi pasti akan sukses dalam menjalani kehidupannya dan sebaliknya, anak yang bodoh atau dikatakan memiliki IQ rendah pasti akan gagal dalam menjalani kehidupannya. Tetapi anggapan tersebut dipatahkan oleh Daniel Goleman seorang Profesor dari Harvard University yang pada pertengahan 1990-an telah mempopulerkan penelitian dari banyak neurolog dan psikolog yang menunjukkan bahwa kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ), sama pentingnya dengan kecerdasan intelektual. 1 Dewasa ini pengembangan tentang kecerdasan manusia baik IQ maupun EQ telah banyak dilakukan para ahli. IQ dan EQ berperan penting dalam kehidupan manusia yaitu agar manusia bisa memanfaatkan teknologi dengan efektif dan efisien, serta bisa 1 Danah Zohar, SQ Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual Dalam Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan, Terj. Rahmani Astuti, dkk, (Bandung: Mizan, 2002), hlm. 3. 1

membangun hubungan antar manusia yang efektif. Namun tanpa adanya Spiritual quotient (SQ) maka keberhasilan itu tidak ada gunanya, karena IQ dan EQ tidaklah cukup membawa dan mengantarkan kita pada kebahagiaan dan kebenaran yang hakiki. 2 Dalam kehidupan masyarakat pelajar, terdapat kesan bahwa agama tidak lagi menjadi pengatur dan pengontrol sikap dan tindakan mereka dalam hidup. Mereka dididik dan dilatih untuk memenuhi otaknya dengan ilmu pengetahuan, melatih kecakapan, melatih keterampilan, akan tetapi mentalnya dibiarkan tidak tumbuh dan berkembang, serta jiwanya kosong dari kepercayaan kepada tuhan dan moralnya semakin jauh dari agama. Hal ini menimbulkan kesadaran bagi kita bahwa kesuksesan atau keberhasilan tidak semata-mata dipengaruhi oleh kemampuan rasio saja namun juga kecerdasan spiritual. Pemahaman akan pendidikan agama sangatlah diperlukan agar pemahaman tersebut dapat menjadikan dasar pengamalan dan dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Pendidikan yang baik bisa dikatakan pendidikan yang bisa memberikan sumbangan pada semua bidang pertumbuhan individu. Di antaranya adalah dalam bidang pertumbuhan spiritual dan moral (akhlak). Pendidikan yang baik dapat menolong individu menguatkan iman, aqidah, dan pengetahuannya terhadap Tuhannya dan dengan hukum-hukum, 2 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power, (Jakarta: Arga, 2003), hlm. 65. 2

ajaran-ajaran dan moral agamanya. Begitu juga membentuk keinginan yang betul dalam melaksanakan tuntutan-tuntutan iman yang kuat kepada Allah SWT dan pemahaman yang sadar terhadap ajaran-ajaran agama, nilai-nilainya dalam kehidupan sehari-hari pada seluruh bentuk tingkah lakunya dan hubunganhubungannya dengan Tuhannya, dengan orang lain dan seluruh makhluk lainnya. 3 Manusia merupakan makhluk termulia dari segenap makhluk dan wujud lain di alam jagad. Keistimewaan ini menyebabkan manusia dijadikan khalifah di muka bumi untuk mengelola apa-apa yang ada di dalamnya dan untuk saling bahu membahu antara sesama manusia serta memakmurkan bumi ini yang kemudian dipercaya untuk memikul amanah berupa tugas dalam menciptakan tata kehidupan yang bermoral di bumi ini. Oleh karena itu akhlak sangat penting ditanamkan pada anak sejak usia dini. Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting sekali, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dan bangsa. 4 Akhlak merupakan alat untuk membedakan antara manusia dengan hewan. Manusia tanpa 3 Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: al- Husna, 1992), hlm. 35. 4 Rachmat Djatnika, Sistem Ethika Islami (Akhlak Mulia), (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1996), hlm. 11. 3

akhlak adalah manusia yang berbahaya, ia akan lebih jahat dan lebih buas dari pada binatang buas sendiri. Dengan demikian, jika akhlak lenyap dari diri masingmasing manusia, kehidupan ini akan kacau balau dan masyarakat menjadi berantakan. Kejayaan dan kemuliaan hidup manusia pada dasarnya sangat ditentukan oleh akhlak manusia itu sendiri. Sebaliknya, kerusakan atau kehancuran kehidupan manusia dan lingkungan sangat ditentukan oleh akhlak manusia pula. Itulah sebabnya akhlak penting untuk dijaga dengan baik agar kehidupan ini tidak punah atau lenyap. Sebagaimana yang dikatakan oleh pujangga Islam yaitu penyair Syauqi Bek: Sesungguhnya, kejayaan suatu umat (bangsa) terletak pada akhlak selama mereka berakhlak mulia; Maka apabila akhlak (yang baiknya) telah hilang, maka hancurlah bangsa itu. 5 Rasulullah SAW. diutus diantaranya adalah membawa ummat manusia kepada akhlaqul karimah. Seperti sabda nabi: Saya diutus (ke dunia) ialah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. 6 Agama Islam selain memerintahkan berhubungan baik dengan orang tua, juga mengharuskan berhubungan baik dengan 1992), hlm. 54. 5 Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Rajawali Pers, 6 Zahruddin AR dan Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), hlm. 15. 4

sesama. Dalam hal ini SQ membantu individu menanamkan nilainilai aqidah, akhlak dan ibadahnya. Anak didik diharapkan mampu mengimplementasikan norma-norma yang ada baik dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Sementara itu usia remaja sebagai proses masa perkembangan seseorang yakni suatu tahap menuju kedewasaan, tidak terkecuali siswa di M.Ts. Irsyadudth Thullab. Masa remaja ini sering disebut sebagai masa transisi. Zakiah Daradjat menyebutkan bahwa anak-anak terutama yang sedang berumur belasan tahun dan mulai remaja, banyak yang sukar dikendalikan, nakal, keras kepala, berbuat keonaran, maksiat dan hal-hal yang mengganggu ketenteraman umum. 7 Setiap manusia pada dasarnya mempunyai banyak kecerdasan sebuah anugerah yang luar biasa dahsyat dari Allah ini sayang sekali bila tidak dikembangkan dengan baik. Salah satu dari banyaknya kecerdasan ialah kecerdasan spiritual. Ari Ginanjar Agustian berpendapat bahwa kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap perilaku dan kegiatan menuju manusia yang seutuhnya melalui langkahlangkah dan pemikiran yang bersifat fitrah. Dan berprinsip hanya karena Allah SWT. Kecerdasan spiritual membimbing kita untuk mendidik hati menjadi benar. Jika pendidikan yang ada selama ini lebih 7 Zakiah Daradjat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: Haji Masagung, 1993), hlm. 64. 5

banyak menekankan segi-segi pengetahuan kognitif intelektual, pendidikan hati justru ingin menumbuhkan segi-segi kualitas psikomotorik dan kesadaran spiritual yang reflektif dalam kehidupan sehari-hari. Begitu penting kecerdasan spiritual bagi kehidupan seseorang karena kecerdasan spiritual mendidik hati kita ke dalam budi pekerti yang baik dan bermoral di tengah arus demoralisasi perilaku akhir-akhir ini seperti sikap destruktif dan tindak kekerasan secara kolektif. Kecerdasan spiritual tidak saja efektif untuk mencegah perilaku manusia yang destruktif, tetapi juga menjadi pembimbing manusia untuk menapaki hidup secara sopan dan beradab. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji dan melakukan penelitian kuantitatif dengan judul korelasi sikap spiritual quotient (SQ) dengan akhlak siswa di M.Ts. Irsyaduth Thullab Tedunan Tedunan Kecamatan Wedung Kabupaten Demak tahun ajaran 2013/2014. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan beberapa pokok permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana Sikap Spiritual quotient (SQ) siswa di M.Ts. Irsyaduth Thullab Tedunan Kecamatan Wedung Kabupaten Demak Tahun Ajaran 2013/2014? 6

2. Bagaimana akhlak siswa di M.Ts. Irsyaduth Thullab Tedunan Kecamatan Wedung Kabupaten Demak Tahun Ajaran 2013/2014? 3. Adakah korelasi antara sikap Spiritual quotient (SQ) dengan akhlak siswa di M.Ts. Irsyaduth Thullab Tedunan Kecamatan Wedung Kabupaten Demak Tahun Ajaran 2013/2014? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Dari permasalahan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui sikap spiritual quotient (SQ) siswa di M.Ts. Irsyaduth Thullab Tedunan Kecamatan Wedung Kabupaten Demak Tahun Ajaran 2013/2014. 2. Untuk mengetahui akhlak siswa di M.Ts. Irsyaduth Thullab Tedunan Kecamatan Wedung Kabupaten Demak Tahun Ajaran 2013/2014. 3. Untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara sikap spiritual quotient (SQ) dengan akhlak siswa di M.Ts. Irsyaduth Thullab Tedunan Kecamatan Wedung Kabupaten Demak Tahun Ajaran 2013/2014. Adapun manfaat yang diharapkan adalah: 1. Manfaat secara teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas cakrawala pengetahuan tentang hubungan antara Sikap spiritual quotient dan akhlak bagi peneliti secara khusus 7

dan mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Walisongo secara umum. b. Hasil penelitian ini memberikan masukan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Walisongo untuk menambah referensi bahan pustaka. c. Hasil penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan Ilmu Tarbiyah terutama dibidang psikologi pendidikan dan akhlak. 2. Manfaat secara praktis a. Bagi peserta didik, untuk memberi peluang dan ruang gerak revolusi spiritual disamping revolusi intelektual dan emosionalnya. b. Bagi lembaga pendidikan, untuk dapat digunakan sebagai tolak ukur bahwa kecerdasan spiritual atau SQ sangat dibutuhkan oleh para siswa guna meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan ajaran agama Islam. c. Bagi guru, untuk dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi di bidang akhlak siswa dan membina kecerdasan spiritual siswa menjadi lebih baik di dalam sekolah maupun lingkungan sekitar. d. Bagi Penulis, untuk memenuhi salah satu sarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam dan peneliti memperoleh pengalaman langsung bagaimana sikap dan perilaku yang baik ketika di sekolah maupun masyarakat 8