BAB II KAJIAN TEORITIS. menentukan keberhasilan sebagai bentuk dari pencapaian tujuan bersama yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian tentang pengelolaan Soft Skills siswa di SMA Negeri 1 Limboto

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional kabupaten hingga diimplementasikan langsung disekolah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan utama yang dihadapi bangsa Indonesia adalah minimnya nilainilai

NUR ENDAH APRILIYANI,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

PEDOMAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang buruk dan tidak berkembang akan berpengaruh juga terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. Nasional No. 20/2003, bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dengan potensi tersebut, seseorang akanmenjadi manfaat atau tidak untuk dirinya

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan salah satu cabang seni yang mempunyai fungsi melatih

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pada kehidupan sekarang ini, semua

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menyatakan bahwa wartawan dipahami sebagai orang yang

II. KAJIAN PUSTAKA. Salah satu unsur penting yang paling menentukan dalam meningkatkan kualitas

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

I. PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan telah

I. PENDAHULUAN. Fokus isu-isu strategis pendidikan di Indonesia sekarang ini adalah permasalahan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. banyak faktor diantaranya lingkungan, keluarga dan pendidikan.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan rekomendasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Nasional, menyebutkan bahwa pendidikan (education) adalah usaha sadar dan

BAB XI LAYANAN KEGIATAN EKSTRA KURIKULER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rina Hanifah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dalam pengembangan pendidikan di Indonesia pihak

Interpersonal Skills Communications

BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhuk sosial, yang antar individunya membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan ketelitian dari masing-masing individu dalam mengambil

BAB I PENDAHULUAN. untuk lebih maksimal saat mengajar di sekolah. adalah matematika. Pembelajaran matematika di sekolah dasar dirancang

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam khasanah totalitas mekanisme kerja keorganisasian, dari sekian

ETIK UMB MANFAAT SOFT SKILL. Nabil Ahmad Fauzi, M.Soc.Sc. Ekonomi. Manajamen. Modul ke: Fakultas. Program Studi.

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti, bahkan dalam skala global masih jauh dibawah negara-negara

BAB II LANDASAN TEORITIS. Menurut Gibbons (2002), self directed learning adalah peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan pada Pasal 3, disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wahana yang sangat strategis dalam

Jurnal Darussalam, Volume 8, No.1, Januari - Juni FUNGSI VISI DAN MISI DALAM PERENCANAAN PENDIDIKAN Oleh: H. Hamdaini * Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing,

, 2014 Program Bimbingan Belajar Untuk Meningkatkan Kebiasaan Belajar Siswa Underachiever Kelas Iv Sekolah Dasar Negeri Cidadap I Kota Bandung

1. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang

A. Rencana Strategis Kementerian Sekretariat Negara 2010-

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu menjadi suatu paradigma yang sangat kental bagi setiap orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

Manual Mutu Sumber Daya Manusia Universitas Sanata Dharma MM.LPM-USD.10

BAB I PENDAHULUAN. mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting karena pendidikan salah satu penentu mutu sumber daya

PENGEMBANGAN PROFESIONALISME

VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka meningkatkan citra, kerja dan kinerja instansi pemerintah

Model Hipotetik Bimbingan dan konseling Kemandirian Remaja Tunarungu di SLB-B Oleh: Imas Diana Aprilia 1. Dasar Pemikiran

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. humanistik untuk meningkatkan kemandirian belajar peserta didik yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Konstruksi nasional dalam bidang pendidikan merupakan salah satu upaya

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Melalui bahasa, setiap individu dapat meningkatkan

BAB IV ANALISIS KUALITAS SOFT SKILL MAHASISWA PRODI EKONOMI SYARI AH DALAM KESIAPANNYA MENGHADAPI DUNIA KERJA

BAB I PENDAHULUAN. masalah pendidikan. Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan di dalam negeri maupun di luar negeri. Tentunya perubahan

2015 ANALISIS KEBUTUHAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU BAHASA DAERAH SUNDA

BAB I PENDAHULUAN. ditangani, dan tidak akan pernah selesai untuk dikerjakan dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu disiplin ilmu yang berkembang demikian

BAB III METODE PENELITIAN. Kayubulan kecamatan Limboto kabupaten Gorontalo. SMA Negeri 1 Limboto

BAB I PENDAHULUAN. tua, lingkungan masyarakat sekitarnya, dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasiona No 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. ini berpengaruh terhadap berbagai aspek. Salah satunya terhadap kegiatan

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perusahaan yang siap berkompetisi harus memiliki manajemen

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi yang berkembang merupakan dambaan setiap lembaga atau

STANDAR KEMAHASISWAAN

BAB I PENDAHULUAN. pribadi manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. pikir manusia, sehingga dapat mengimbangi terhadap gejala perubahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tuti Rohayati, 2014

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Belajar dari pengalaman negara-negara maju di dunia ini, tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. beriteraksi dengan lingkungan. Bermodalkan pendidikan tersebut manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dijalani oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pendidikan untuk mewujudkan tujuannya. Guru

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberadaan suatu perusahaan pada umumnya mempunyai tujuan jangka

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang

BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

TESIS. Oleh Oleh : Edy Pramono NIM : P

BAB I PENDAHULUAN. evaluasi. Kesemua unsur-unsur pembelajaran tersebut sangat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. masa sekarang menuju masa depan dengan nilai-nilai, visi, misi dan strategi

melalui Tridharma, dan; 3) mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan nilai Humaniora.

Transkripsi:

8 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Pengelolaan Soft Skills Siswa Pengelolaan adalah proses penataan kegiatan yang akan dilaksanakan melalui fungsi-fungsi manajemen tentu gunanya sebagai tolak ukur untuk menentukan keberhasilan sebagai bentuk dari pencapaian tujuan bersama yang telah disepakati. Hal ini didukung oleh pendapat Alam (2007:127), yang mengemukakan bahwa pengelolaan adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian kegiatan anggota organisasi dan proses penggunaan sumber daya organisasi lainnya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Kemudian Suprianto dan Muhsin (2008:142), mengatakan bahwa pengelolaan adalah keterampilan untuk meramu komponen dan unsur-unsur yang terlibat dalam suatu sistem untuk mencapai hasil/tujuan yang direncanakan. Sedangkan menurut Kiyosaki dan Lechter (2005:104), bahwa pengelolaan adalah sebuah kata yang besar sekali yang mencakup pengelolaan uang, waktu, orang, sumber daya, dan terutama pengelolaan informasi. Sedangkan menurut Hamidi dan Lutfi (2010:153), Pengelolaan didefinisikan sebagai bekerja dengan orang-orang secara pribadi dan kelompok untuk mencapai tujuan organisasional atau lembaga. Lebih lanjut Hasibuan (2006:2), pengelolaan adalah Ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sudirman (2009:25), memandang bahwa

9 manajemen sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota. Dalam dunia pendidikan khususnya sekolah pengelolaan Soft Skills siswa merupakan sesuatu yang harus diperhatikan dan dikelola secara lansung oleh pihak pemerintah, kepala sekolah, guru, orang tua siswa dan siswa. Pengelolaan Soft Skills siswa harus diperhadapkan dengan proses perumusan program yang disesuaikan dengan visi-misi sekolah sebagai dasar acuan untuk dapat melahirkan program-program yang mendukung tercapainya tujuan sekolah dengan adanya ketersediaan sarana dan prasarana penunjang mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta keberlanjutan. Soft Skills merupakan hal yang urgen untuk setiap manusia yang lahir dengan berbagai profesi. Soft Skills sengaja dilahirkan yakni untuk bisa mengembangkan diri lebih baik dengan cara menerapkan manajemen diri untuk bisa terampil dalam mengatasi problematika kehidupan yang semakin hari semakin maju. Dengan adanya Soft Skills didiri manusia maka ada kecenderungan untuk manusia bisa berkembang didalam dirinya secara efektif maupun yang akan dilakukan untuk bisa berinteraksi satu sama lain. Hal tersebut di dukung oleh pendapat Elfindri dkk (2010:67), yang mengemukakan bahwa Soft Skills merupakan keterampilan dan kecakapan hidup, baik itu sendiri, berkelompok, atau bermasyarakat, serta dengan sang pencipta. Lebih lanjut Muqowim (2012:6), yang memaparkan bahwa Soft Skills merupakan keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (Interpersonal Skills) dan keterampilan dalam mengatur dirinya sendiri (Intrapersonal Skills) yang mampu mengembangkan unjuk kerja secara maksimal. Soft Skills dalam setiap profesi diartikan sama

10 seperti kejujuran, komitmen, tanggung jawab, semangat, kepercayaan, kesederhanaan, kerjasama, menghargai orang lain, dan Integritas. Sedangkan Soft Skills merupakan keterampilan hidup untuk menjadi pribadi yang hangat dan lembut. (Klaus, 2007:2). Kemudian Mudlofir (2012:200), mengemukakan bahwa Soft Skills adalah kemampuan mengelola diri secara tepat dan kemampuan membangun relasi dengan orang lain secara efektif kemampuan mengelola diri disebut dengan Intrapersonal Skills, sedangkan kemampuan membangun relasi dengan orang lain disebut dengan Interperonal Skills. Kemudian Elfindri dkk (2009:49), mengemukakan bahwa Soft Skills merupakan keterampilan dan kecakapan hidup, baik untuk sendiri, berkelompok, atau bermasyarakat. dengan mempunyai Soft Skills membuat keberadaan seseorang akan semakin terasa di tengah masyarakat. Keterampilan akan berkomunikasi, keterampilan emosional, keterampilan, berbahasa, keterampilan berkelompok, memiliki etika dan moral, santun, dan keterampilan spiritual. Setiap orang mempunyai Soft Skills yang sama namun yang membedakan satu dengan yang lainnya adalah kemampuan Hard Skills yang dimilikinya. Soft Skills dalam dunia pendidikan khususnya sekolah dikelola lansung oleh pihak kepala sekolah dan guru serta siswa. Pengelolaannya dilaksanakan melalui tatanan ilmu manajemen yang substansinya yakni membahas tentang perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Pengelolaan Soft Skills siswa dalam suatu sekolah sepenuhnya dibawah naungan lansung dari pihak kepala sekolah, guru, dan siswa. Soft Skills Siswa yang diterapkan oleh guru tersebut meliputi moral knowing, moral feeling, moral

11 action. Hal tersebut didukung oleh pendapat Muqowim (2012:11), bahwa cara mengembangkan Soft Skills siswa yakni melalui moral knowing, moral feeling, dan moral action. Profesi guru yang tentunya memberikan pemahaman ilmuilmu secara lansung kepada siswa khususnya yang berkaitan dengan Soft Skills masuk pada ranah kompetensi guru dilihat dari kompetensi kepribadian dan sosial sedangkan tugas guru yang mencerminkan kemampuan secara teknik yang dituangkan dalam pengajaran masuk pada ranah kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional. Hal ini di dukung oleh pendapat Lickona (dalam TIM Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007:244), menekankan pentingnya pentingnya 3 komponen karakter yang baik (components of good character) yaitu moral knowing atau pengetahuan tentang moral, moral feeling atau perasaan tentang moral dan moral action atau perbuatan tentang moral. Hal ini diperlukan agar siswa didik mampu memahami, merasakan dan mengerjakan sekaligus nilainilai kebajikan. Pengelolaan Soft Skills siswa dalam suatu sekolah dikelola melalui kegiatan pembelajaran akademik dan kegiatan ekstrakurikuler non akademik. Soft Skills siswa yang biasa dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran selalu dinilai kurang efektif dalam mengembangkan kemampuan Soft Skills siswa karena siswa terlihat jenuh dan bosan dalam setiap menerima pelajaran yang diberikan oleh guru sebab pendidikan yang diterima oleh siswa kebanyakan adalah pendidikan berbasis kelas walaupun berbagai strategi digunakan namun, kenyataan yang didapati pada pendidikan dalam suatu sekolah bahwa siswa lebih

12 cenderung suka menikmati pelajaran diluar kelas berbasis kegiatan ekstrakurikuler. Pengelolaan Soft Skills siswa dalam suatu sekolah menuntut siswa untuk lebih aktif mengembangkan potensi yang dimiliki antara satu potensi dengan potensi lain agar proses pencapaian tujuan yang diinginkan oleh siswa dapat terwujud melalui pola pikir yang dimiliki dan direalisasikan pada kegiatankegiatan pembelajaran ataupun kegiatan-kegiatan diluar jam pelajaran yang berhubungan dengan organisasi kesiswaaan. Olehnya disamping siswa bergelut dalam dunia organisasi maka diperlukan motivasi secara lansung dari pihak sekolah karena memberikan motivasi secara implisit akan membuat siswa lebih percaya diri untuk bisa berbaur satu dengan yang lain melalui kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah atau Organisasi kesiswaan. Melalui wadah tersebut siswa akan mendapatkan suatu pengalaman terhadap proses interaksi dengan publik secara lansung. Siswa dalam kesehariannya nanti untuk mencapai kesuksesan dipandang perlu menetapkan tujuan yang sesuai dengan keinginannya serta didukung secara lansung oleh pembinaan-pembinaan moral baik itu dilingkungan orang tua maupun sekolah dan masyarakat. Siswa akan aktif bila tujuan yang diinginkannya sejalan dengan keyakinannya sebagai peserta didik. Peran aktif siswa mengenai kegiatan akademik dan non akademik perlu menerapkan prinsip keyakinan pada siswa. Hal tersebut harus dilakukan agar siswa punya kemauan dan optimis dalam setiap mengembangkan minat dan bakatnya baik dari segi pembelajaran akademik maupun non akademik. Prinsip dimiliki siswa dalam suatu sekolah harus diarahkan selalu oleh guru melalui

13 kegiatan-kegiatan yang bersifat positif agar tidak terjadi penyimpanganpenyimpangan yang akan merugikan siswa itu sendiri dengan jalan mengembangkan tujuan dan keyakinannya secara efektif. Siswa dalam menerima pelajaran maupun dalam berorganisasi dibutuhkan sebuah skills yang dapat menunjang keberhasilannya dalam menjalani setiap kegiatan sehari-hari yang berhubungan dengan rutinitasnya. Konsentrasi yang dimiliki siswa sangatlah penting untuk mengembangkan Soft Skills siswa agar dikemudian hari jika siswa tersebut terjun dilingkungan masyarakat dan dunia kerja maka kepekaan terhadap masalah-masalah yang ditemui dapat diselesaikan dengan baik. B. Penjabaran Fungsi-fungsi Manajemen dalam Pengelolaan Soft Skills Siswa. 1. Perencanaan Program Soft Skills Perencanaan merupakan hal utama yang harus dilakukan dalam tahap menuju pelaksanaan suatu kegiatan. proses perencanaan haruslah dinilai matang untuk menunjang keberhasilan sebuah program. Perencanaan kegiatan akan tercapai melalui kesepakatan-kesepakatan yang di bahas dalam persiapan penjalanan program. Tujuan bersama dapat dicapai dengan efektif dengan melihat berbagai keadaan terutama sarana dan prasarana yang menunjang. Hal ini didukung oleh Gea dan Wulandri, (2005:263) yang mengemukakan bahwa perencanaan merupakan kumpulan dari pengambilan keputusan tentang situasi. Maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan adalah proses inovasi dan penetapan

14 secara tepat mengenai ragam hal yang akan dilaksanakan dimasa mendatang yang erat kaitannya dengan pencapaian tujuan yang telah dirapatkan dan ditetapkan. Perencanaan program Soft Skills dalam suatu sekolah dibentuk melalui rapat-rapat dewan guru dan rapat-rapat organisasi kesiswaan. Rapat dewan guru mengenai program pengembangan Soft Skills terlahir dari penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menentukan berbagai macam strategi agar siswa terlihat tidak jenuh dan bosan dalam menerima pembelajaran. Sedangkan program Soft Skills yang dibentuk melalui rapat organisasi kesiswaan lebih membahas mengenai penyusunan kegiatan ekstrakurikuler yang tujuannya mengembangkan minat bakat siswa agar lebih teraktualisasi. Kontribusi Soft Skills dalam kegiatan akademik disuatu sekolah belum maksimal sepenuhnya dicermati oleh peserta didik sedangkan kontribusi Soft Skills siswa dalam kegiatan non akademik ekstrakurikuler lebih maksimal hal ini dipengaruhi karena pola pikir siswa selalu diperhadapkan dengan teori sedangkan praktek yang menjadi bidang keahlian sedikit diaktualisasikan dan dikembangkan oleh guru. Perencanaan program Soft Skills dinilai akan efektif dengan menerapkan komponen-komponen perencanaan melalui 5 W + 1 H guna menunjang keberhasilan program secara keseluruhan. Hal ini didukung oleh G.R Terry ada suatu target yang akan dicapai yaitu program. Didalam suatu perencanaan ada 5 W dan 1 H yaitu what, where, who, when, why dan How.

15 2. Pelaksanaan program Soft Skills Siswa Pelaksanaan program Soft Skills siswa dilaksanakan secara sadar dari sekelompok pihak sekolah dengan menggunakan kemampuan, teknik serta keterampilan yang matang guna menunjang efektifitas dan efisiensi untuk tercapainya tujuan organisasi sesuai seperti yang diharapkan dalam arti lain bahwa Pelaksanaan terjadi karena adanya tujuan dari sekelompok orang yang mempunyai kreatifitas dan tujuan yang sama. Hal ini didukung oleh Lyer dkk (dalam Efendi dan Makhfudli, 2009:157) yang mengemukakan bahwa pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. (dalam Sagala 2007:60) mengemukakan bahwa pelaksanaan berarti meransang anggota-anggota kelompok melaksanakan tugas-tugas dengan antusias dan kemauan yang baik. Pelaksanaan program Soft Skills siswa dilaksanakan secara langsung oleh para guru dan siswa tentu berdasarkan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya yang dibahas melalui wadah organisasi sekolah. Pelaksanaan program Soft Skills siswa harus merujuk pada tujuan organisasi yang ditetapkan bahwa Soft Skills siswa dikembangkan harus sesuai dengan minat bakat dan kemampuan individu masing-masing agar hasilnya akan terlihat baik. Kemampuan para siswa dalam menjalankan program Soft Skills siswa merupakan suatu bentuk pengembangan kemandirian siswa dalam berorganisasi hingga siswa tahu akan gunanya saling kerja sama dan mencapai tujuan bersama olehnya peran serta dukungan pihak dari

16 luar sekolah dibutuhkan berupa dukungan orang tua siswa dan dukungan pemerintah serta dukungan sarana prasarana penunjang seluruh kegiatan pengembangan Soft Skills Siswa. 3. Monitoring dan evaluasi program Soft Skills siswa Monitoring dan Evaluasi adalah bagian dari sebuah sistem pengelolaan yang tujuannya menilai atau melihat tolak ukur dari pelaksanaan kegiatankegiatan yang telah direncanakan baik dilingkungan sekolah, pemerintah maupun swasta. Monitoring adalah segala aktivitas kegiatan yang gunanya untuk memantau proses pelaksanaan dari sebuah kegiatan yang dilaksanakan. Monitoring atau Pengawasan perlu dilaksanakan yang gunanya tentu untuk melihat sejauh mana tingkat keberhasilan dari sebuah kegiatan. kegiatan dapat efektif dan efisien bila pengawasan yang dilakukan berjalan dengan baik sebaliknya kegiatan akan terlihat buruk bila pengawasan yang dilakukan tidak dilakukan secara baik yakni melalui tahapan-tahapan dan prosedur yang benar. Hal ini didukung oleh Susanta dan Deni (dalam Barnawi dan Arifin, 2012:30), fungsi pengawasan disekolah dapat dibedakan menjadi 3 yakni: (1) mengusahakan suatu struktur yang terorganisasi dengan baik dan sederhana untuk menghilangkan salah pengertian diantara personel sekolah. (2) mengusahakan supervise yang kuat untuk menghilangkan gap yang terjadi dalam keseluruhan program sekolah. (3) mengusahakan informasi yang akurat dalam pembuatan keputusan dan penilaian terhadap pelaksanaan pendidikan. Proses monitoring program Soft Skills siswa mengacu pada hasil pelaksanaan yang telah dijalankan dengan prosedur yang telah disepakati pada

17 perencanaan awal program. Monitoring perlu dilakukan untuk melihat sejauh mana perkembangan kegiatan selama pelaksanaan kegiatan mulai dari pembukaan kegiatan sampai dengan selesai kegiatan. Monitoring biasa dilakukan oleh pihakpihak yang memang telah ditunjuk sesuai dengan kapasitasnya didalam organisasi. Sedangkan evaluasi penting dilakukan yang tujuannya mengetahui kekurangan-kekurangan yang terjadi selama kegiatan berlansung dan selesai dilaksanakan gunanya adalah sebagai masukkan agar nantinya kegiatan yang dilaksanakan dimasa mendatang jika terjadi kekurangan-kekurangan yang serupa dapat ditanggulangi secara baik. 4. Keberlanjutan program Soft Skills siswa Keberlanjutan program soft skills siswa dalam suatu sekolah haruslah dikembangkan dan diteruskan oleh generasi berikutnya agar peningkatan mutu sekolah sesuai dengan peningkatan mutu lulusan secara umum. Keberlanjutan program soft skills siswa harus didukung oleh semua pihak mulai dari pemerintah dinas pendidikan sampai pihak sekolah yang menyentuh secara langsung akan keberlanjutan program. Dukungan sarana prasarana juga harus menunjang secara keseluruhan agar penerapan program pengelolaan Soft Skills nanti akan berjalan lancar. C. Soft Skills akademik dan non akademik Soft Skills akademik selalu erat kaitannya dengan kegiatan pembelajaran secara khusus yang diterima peserta didik atau siswa yang dituangkan melalui media dan perangkat pembelajaran seperti rencana pelaksanaan pembelajaran dan paling banyak Soft Skills akademik adalah penanaman teori-teori yang

18 disampaikan oleh guru. Siswa dalam konteks pengembangan Soft Skills pembelajaran dituntut untuk bisa mengembangkan teori yang disampaikan guru melalui pemahaman konsep secara keseluruhan setelah itu dituangkan melalui kegiatan praktek jika berhubungan dengan mata pelajaran yang berisi praktek. Sedangkan Soft Skills ekstrakurikuler adalah proses pengembangan aktualisasi siswa yang dilakukan melalui kegiatan-kegiatan diluar dari kegiatan akademik atau dalam artian bersifat non akademik berupa kegiatan Meeting Class yang isinya adalah kegiatan Olimpiade seperti debat bahasa inggris, latihan dasar kepemimpinan, Rohis dan kegiatan meeting class berupa olahraga karate, basket, sepak bola dan kesenian berupa vokalia dan paduan suara. Melalui Soft Skills ekstrakurikuler pengembangan minat bakat siswa lebih tereksplor dengan baik karena siswa akan lebih bebas dan rileks dalam berekspresi akan kemampuan personalnya. Soft Skills ekstrakurikuler dalam suatu sekolah selalu dikembangkan dan diprogramkan melalui wadah organisasi kesiswaan dengan dukungan dari kepala sekolah dan guru. sebagai tujuan untuk mengembangkan kemampuan berorganisasi para siswa juga disesuaikan dengan visi misi sekolah yang menjadi acuan para siswa untuk mencapai tujuan sekolah. Kontribusi kegiatan ekstrakurikuler sangat besar dalam menunjang keberhasilan prestasi siswa yang juga akan secara lansung berimbas pada kegiatan pembelajaran disaat siswa menerima pelajaran didalam kelas. Siswa yang berkembang dengan cepat pada kegiatan ekstrakurikuler adalah siswa yang mampu menerima minat dan bakatnya melalui unjuk kerja dengan maksimal untuk dapat dikembangkan secara baik.