BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Sebagaimanatelahdiketahuinyakeabsahan perjanjian jual beli yang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi yang ditunjang oleh perkembangan jaringan

PERJANJIAN ASURANSI MELALUI TELEMARKETING DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008

PROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH SECARA KREDIT. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB IV UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK. A. Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Yang Mengalami

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan jaman telah membawa perubahan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. bukti dalam ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. Dalam Bab mengenai hasil penelitian dan analisis ini, Penulis akan

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Dari uraian hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, penulis

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di Indonesia kian pesat,

BAB V PENUTUP. bloatware, penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM MELAKUKAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DI INDONESIA

A. Perlindungan Hukum yang dapat Diperoleh Konsumen Terhadap Cacat. Tersembunyi yang Terdapat Pada Mobil Bergaransi yang Diketahui Pada

BAB V PENUTUP. 1. Hubungan hukum antara pihak maskapai penerbangan dengan konsumen. berdasarkan pada Pasal 1320 dan Pasal 1338 KUHPerdata.

I. PENDAHULUAN. menimbulkan pengaruh terhadap berkembangnya transaksi-transaksi bisnis yang

BAB I PENDAHULUAN. telah mengakibatkan semakin beragamnya pula aneka jasa-jasa (features) fasilitas

UNDANG-UNDANG TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK BAB I KETENTUAN UMUM

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

JURNAL PERJANJIAN JUAL BELI MELALUI INTERNET (E-COMMERCE) DITINJAU DARI ASPEK HUKUM PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. pemesanan barang dikomunikasikan melalui internet, hampir semua barang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi sekarang semua teknologi semakin berkembang

TINJAUAN TENTANG DASAR HUKUM TRANSAKSI ELEKTRONIK DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu

BAB I PENDAHULUAN. serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Kegiatan usaha

BAB V PENUTUP. kesimpulan dari hasil penulusuran dan penelitian antara lain sebagai berikut:

Siska Y.Sirait : Legalitas kontrak perdagangan elektronik (E-Commerces) melalui internet..., 2005 USU Repository 2008.

informasi dunia sehingga mengharuskan dibentuknya pengaturan mengenai pengelolaan Informasi dan Transaksi Elektronik di tingkat nasional

PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM TRANSAKSI ON LINE

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Undang-Undang No 9 Tahun 1999 berjudul Undang-Undang tentang Perlindungan

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN TERHADAP TRANSAKSI JUAL BELI MENGGUNAKAN MEDIA SOSIAL

E-Journal Graduate Unpar Part B : Legal Science

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi,

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.62904/PP/M.IIIB/99/2015. Tahun Pajak : 2011

BAB V PENUTUP. terhadap turis asing sebagai konsumen, sehingga perjanjian sewamenyewa. sepeda motor, kepada turis asing sebagai penyewa.

BAB V PENUTUP. 1. Kekuatan Mengikat Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Yang Dilakukan. Melalui Transaksi Elektronik Ditinjau dari UU Ketenagakerjaan

BAB V PENUTUP. 1. Kebutuhan masyarakat akan kendaraan bermotor saat ini mudah diperoleh dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. persaingan yang sehat. Tujuan dari disampaikannya iklan tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan masyarakat. Salah satu bukti dari kemajuan di bidang

BAB III PENUTUP. 62 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan tidak terlepas dari kehidupan kita sehari-hari. Selama hidup manusia

BAB I PENDAHULUAN. bisnis yang pesat. Berbagai informasi telah dapat disajikan dengan canggih

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang ini banyak terjadi sengketa baik dalam kegiatan di

BAB V PENUTUP. Dari pembahasan mengenai Kajian Yuridis Atas Doktrin Caveat Venditor. Terhadap Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Pembeli Gawai dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mempunyai peran paling pokok dalam setiap perbuatan-perbuatan

BAB IV ANALISIS DUALISME AKAD PEMBIAYAAN MUD{ARABAH MUQAYYADAH DAN AKIBAT HUKUMNYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dikodratkan oleh sang pencipta menjadi makhluk sosial yang

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN DALAM TRANSAKSI JUAL BELI MELALUI BLACKBERRY MESSENGER (BBM) Oleh. Ardhita Dwiyana NIM.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menimbulkan suatu hubungan hukum yang dikategorikan sebagai suatu

ABSTRAK ABSTRACT. Key Word : , legal evidence, evidence

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sosialnya senantiasa akan melakukan

PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN. Karakteristik Pengadilan Negeri. Penyelesaian Sengketa Melalui Litigasi 11/8/2014

Perjanjian Jual Beli Barang Melalui Elektronik Commerce (E-Com)

BAB V PENUTUP. 1. Keabsahan dari transaksi perbankan secara elektronik adalah. Mendasarkan pada ketentuan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum

PENUNJUK UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. aksesifitas penggunaan teknologi yang semakin inovatif mendukung kegiatan

STIE DEWANTARA Sengketa Bisnis & Penyelesaiannya

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG Match Day 11 PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN

BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING

KEKUATAN MENGIKAT KONTRAK BAKU DALAM TRANSAKSI ELEKTRONIK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perikatan merupakan hubungan hukum yang tercipta karena adanya peristiwa

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PERBUATAN MELAWAN HUKUM DALAM PEMBOBOLAN AKSES INTERNET DIHUBUNGKAN DENGAN

BAB I PENDAHULUAN. sisi ekonomi. Dalam hal ini tanah pun dapat dibiarkan begitu saja atau dikelola

BAB V PENUTUP. 1. Persyaratan Pembangunan Rumah Susun dalam Tindakan. Hukum Pemesanan Rumah Susun

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA NIA WAYANTI PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS MELALUI FORUM ARBITRASE MENURUT UU NO.

BAB V PENUTUP. telah diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA WANPRESTASI DALAM TRANSAKSI E-COMMERCE

BAB IV KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM PERJANJIAN BERDASARKAN BUKU III BURGERLIJKE WETBOEK

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu globalisasi dunia. Fakta ketika batasan geografis yang membagi

ASPEK HUKUM PEMBUKTIAN YANG BERUPA AKTA

Tinjauan Yuridis Tentang Transaksi Elektronik di Internet di Tinjau dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik

PENERAPAN HUKUM PADA E COMMERCE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Cyber Law Pertama: UU Informasi dan Transaksi Elektronik

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh Dunia. Internet sebagai media komunikasi kini sudah biasa. memasarkan dan bertransaksi atas barang dagangannya.

RESUME TESIS KEABSAHAN BADAN HUKUM YAYASAN YANG AKTANYA DIBUAT BERDASARKAN KETERANGAN PALSU

Hukum Kontrak Elektronik

PPHI H. Perburuhan by DR. Agusmidah, SH, M.Hum

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

BAB IV. Putusan Pengadilan Agama Malang No.0758/Pdt.G/2013 Tentang Perkara. HIR, Rbg, dan KUH Perdata atau BW. Pasal 54 Undang-undang Nomor 7

BAB I PENDAHULUAN. mendesak para pelaku ekonomi untuk semakin sadar akan pentingnya

ELECTRONIC COMMERCE (E-COMMERCE) DITINJAU DARI HUKUM PERJANJIAN DAN UU ITE DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan makanan dengan memasaknya sendiri. Terlebih lagi

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERBUATAN-PERBUATAN PENDIRI SEBELUM PERSEROAN MEMPEROLEH PENGESAHAN BADAN HUKUM Oleh: Adem Panggabean BAB I PENDAHULUAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. A. Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Ojek Online (GO-JEK)

PENYELESAIAN SENGKETA PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH

BAB II TINJAUAN HUKUM TENTANG ALAT BUKTI SURAT ELEKTORNIK. ( )

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang mempunyai jumlah kendaraan yang tinggi.

MEDIASI. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENGAKUAN TERGUGAT SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM KASUS PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA SKRIPSI

BAB V PENUTUP. Berdasarkan analisis di atas penulis akan memberikan kesimpulan dari

ABSTRAK. Kata kunci: Perjanjian sewa-menyewa, akibat hukum, upaya hukum.

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya barang dan jasa yang melintasi batas-batas wilayah suatu negara

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V8.i4 ( )

PENTINGNYA KONTRAK BISNIS DAN PENYELESAIAN SENGKETA

BAB I PENDAHULUAN. tetapi hakikat profesinya menuntut agar bukan nafkah hidup itulah yang

Undang Undang Perlindungan Konsumen : Kebaharuan dalam Hukum Indonesia dan Pokok- Pokok Perubahannya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. mobilitas masyarakat yang semakin tinggi di era globalisasi sekarang ini. mengakibatkan kerugian pada konsumen.

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Sebagaimanatelahdiketahuinyakeabsahan perjanjian jual beli yang dibuat melalui media elektronik berdasarkan Buku III KUHPerdata dan Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi elektronik terjadi karena adanya tindakan hukum antara kedua belah pihak yang sedang melakukan hubungan hukun yang menimbulkan perjanjian yang di sepakati oleh kedua belah pihak sehingga timbul keabsahan perjanjian jual beli, kontrak elektronik dalam transaksi elektronik harus memiliki kekuatan hukum yang mengikat para pihak. Syarat sah dari suatu perjanjian sendiri tercantum dalam Pasal 1320 KUH Perdata sehingga dalam hal suatu kontrak yang dibuat melalui media ellektronik selama mengacu pada peraturan perundangan yang ada yakni UU ITE, KUH Perdata, dan PP 82/2012 maka kontrak tersebut dinyatakan sah dan mengikat para pihak. Berdasarkan yang sudah dijelaskan di atas maka penulis berkesimpulan bahwa pada dasarnya kontrak yang dibuat melalui media elektronik dalam hal ini adalah kontrak mengenai transaksi jual beli merupakan perluasan dari kontrak jual 97

98 beli pada umumnya yaitu tanpa melalui media elektronik, sementara itu di sisi lain mengenai legalitas dari kontrak elketronik yaitu dalam UU ITE dan juga PP No. 82 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Sistem Transaksi Elektronik. 2. Status alat bukti elektronik dalam perjanjian jual beli berdasarkan undang-undang nomor 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik. Adanya dalam Pasal 5 maka perjanjian elektronik dapat dikategorikan sebagai alat bukti hukum yang sah. Dalam pasal 164 H.I.R (284 RBg) dan 1866 KUH perdata ada lima alat bukti yang dapat diajukan proses persidangan. Alat bukti itu adalah : a. Bukti tulisan; b. Bukti dengan saksi; c. Persangkaan-persangkaan; d. Pengakuan; e. Sumpah. Dalam hal terdapat adanya ketentuan yang mengatur bahwa suatu alat bukti harus berbentuk dalam surat tertulis maka apabila alat bukti elektronik tersebut dapat untuk dicetak, dan apabila dikarenakan keadaan tertententu baik karena memang alat bukti elektronik tersebut tidak dapat dicetak atau demi keotentikan dan informasi ataupun dokumen elektronik tersebut maka sepanjang dapat dipertanggung jawabkan keasliannya maka dianggap sah.

99 Jadi pada dasarnya setiap dokumen elektronik dan atau informasi elektronik dan atau hasil cetaknya merupakan bukti yang sah dimana hal tersebut merupakan perluasan dari alat bukti yang sah menurut hukum acara yang berlaku di Indonesia. 3. Upaya hukum yang dapat di tempuh oleh para pihak dalam hal terjadi wanprestasi oleh salah satu pihak didasarkan atas kesepakatan kedua belah pihak mengenai pilihan hukum dan lembaga yang menyelesaikan permasalahan yang terjadi. Sebagaimana umumnya bahwa perselisihan dalam transaksi terjadi karena adanya kerugian yang diderita oleh salah satu pihak baik karena adanya wanprestasi maupun karena adanya perbuatan melanggar hukum. Penyelesaian melalui lembaga peradilan umum selalu dihindari, karena memakan waktu, biaya dan tenaga yang tidak sedikit. Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar pengadilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa (Pasal 1 angka 1 UU No. 30 Tahun 1999). Dalam hal arbitrase, terdapat tiga hal yang dapat dikemukakan diantaranya : a. Perjanjian arbitrase merupakan salah satu bentuk perjanjian; b. Perjanjian arbitrase harus dibuat dalam bentuk tertulis;

100 c. Perjanjian arbitrase tersebut merupakan perjanjian untuk menyelesaikan sengketa yang dilaksanakan di luar pengadilan umum. Sebagaimana telah di jelaskan sebagai kesimpulan penulis berkesimpulan bahwa proses upaya hukum dalam menyelesaikan sengketa dalam hal terjadi wanprestasi oleh salah satu pihak dalam sebuah transaksi jual beli melalui media elektronik tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan upaya penyelesaian sengketa dalam hal terjadi wanprestasi oleh salah satu pihak yang umumnya mengambil keputusan dengan melihat nominal dari objek yang di sengketakan.dalam mengajukan gugatan para pihak maupun pengadilan tetap harus memperhatikan mengenai syarat sah dalam sebuah perjanjan sebagaimana secara umum tercantum dalam Pasal 1320 KUH Perdata. B. Saran 1. Di dalam pengaturan hukum tentang transaksi elektronik di Indonesia, dunia internasional perlu percaya dalam melakukan kegiatan transaksi elektronik dengan orang atau pengusaha e- commerce Indonesia, untuk itu perlu dipertegas mengenai aturan hukum yang menjadi dasar keabsahan transaksi elektronik di Indonesia. Bahwa pada Pasal 9 UU ITE, dijelaskan pelaku usaha yang menawarkan produk melalui sistem elektronik, harus

101 menyediakan informasi yang lengkap dan benar berkaitan dengan syarat kontrak, produsen dan produk yang ditawarkan. Pasal 5 UU ITE telah mengatur secara khusus mengenai sahnya suatu perjanjian yang menyebutkan, bahwa bukti baru dapat dinyatakan sah apabila menggunakan sistem elektronik yang sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia. 2. Bahwa dalam sebuah kontrak elektronik bukti-bukti dalam perjanjian yang berbentuk data dan informasi elektronik harus tersimpan selama perjanjian masih mengikat para pihak. Tujuan dari penyimpanan data tersebut adalah untuk menjadi acuan dalam hal terjadi sengketa sebagai alat bukti elektronik sebagaimana diatur dalam Pasal 5 Undang-undang informasi dan transaksi elektronik. Dengan demikian data dan informasi yang telah tersimpan itu akan menjadi alat pembuktian yang dapat digunakan secara hukum dan harus meliputi informasi atau dokumen elektronik serta computer lainnya untuk memudahkan pelaksanaan hukumnya. Selain itu hasil cetak dari dokumen elektronik yang telah di simpan tersebut juga harus dapat dijadikan alat bukti sah secara hukum. Karena hal itu dalam praktik dikenal dan berkembang apa yang dinamakan bukti elektronik. Suatu buktie lektronik dapat memiliki kekuatan hukum apabila informasinya dapat dijamin keutuhannya, dapat dipertanggung jawabkan suatu keadaan tertentu. Orang yang mengajukan suatu bukti elektronik harus

102 dapat menunjukan bahwa informasi yang dimilikinya berasal dari sistem elektronik yang terpercaya. 3. Di dalam pembuatan sebuah kontrak elektronik para pihak harus melakukan kesepakatan berdasarkan KUH Perdata. Dalam hal upaya hukum penyelesaian sengketa tentang transaksi elektronik lebih baik menghindar dari penyelesaian hukum melalui jalur litigasi dan lebih memilih jalur non litigasi seperti arbitrase.penyelesaian lebih dipilih melalui arbitrase karena kekuatan putusannya yang bersifat final and binding sehingga mempunyai jaminan kepastian pelaksanaan dari putusan yang dihasilkan. Dalam konteks penyelesaian sengketa dalam transaksi jual beli melalui media elektronik model mekanisme penyelesaian sengketa secara arbitrase tampaknya lebih banyak mendekati kebutuhan para pihak.