PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 145/PMK.04/2006 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
TATALAKSANA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA DALAM RANGKA IMPOR MELALUI BANK DEVISA PERSEPSI/POS PERSEPSI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

Pasal II Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 30 Maret 2009 DIREKTUR JENDERAL,

SURAT SETORAN PABEAN, CUKAI, DAN PAJAK (SSPCP)

SURAT SETORAN PABEAN, CUKAI, DAN PAJAK (SSPCP)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: PER- 43 /BC/2011

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 213/PMK.04/2008

SALINAN /2013 NOMOR TENTANG NOMOR. Penerimaan. Penyetorann. administrasi. mendukung. dalam. negara, perlu tentang 30/PMK.04/ Negaraa. Denda.

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 118/KMK.04/2004 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

MENTERIKEUANGAN REPUBUK INDONES!A SALIN AN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PREBENDAHARAAN NOMOR : PER- 17 /PB/2006 TENTANG

DOKUMEN SUMBER PENERIMAAN

SISTEM PENERIMAAN NEGARA

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. telah di tunjuk oleh mentri keuangan. (pasal 1 angka 14 UU, KUP) SSP

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 7/PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Identifikasi Sistem dan Prosedur Penatausahaan Penerimaan Negara

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99/PMK.06/2006 TENTANG MODUL PENERIMAAN NEGARA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Resmi (2013:31) Surat Setoran Pajak (SSP) adalah surat yang oleh

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 69/PMK.04/2009 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 118/KMK. 04/2004 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 38/PJ/2009 TENTANG BENTUK FORMULIR SURAT SETORAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.03/2013 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

SURAT EDARAN Nomor SE-17/BC/2005 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

2011, No.35 2 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

Menimbang : Mengingat :

TENTANG TATA CARA PENAGIHAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115/PMK.05/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 32/PMK.

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 17/KMK

A. CONTOH FORMAT SURAT PERMOHONAN PERPANJANGAN JANGKA WAKTU PELUNASAN PEMBAYARAN PAJAK BAGI WAJIB PAJAK USAHA KECIL/WAJIB PAJAK DI DAERAH TERTENTU:

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 16 /BC/2008 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 274/PMK.04/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 115/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115 /PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI TENTANG

-1- PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 2 /BC/2011 TENTANG PENGELOLAAN JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 115/PMK.07/2013 TENTANG : TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P- 42 /BC/2010

NOMOR : 38/PMK.04/2005 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN BEA MASUK, DENDA ADMINISTRASI, DAN/ATAU BUNGA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2014 TENTANG SISTEM

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 26/PJ/2014 TENTANG SISTEM PEMBAYARAN PAJAK SECARA ELEKTRONIK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN CUKAI DAN/ATAU DENDA ADMINISTRASI MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 24/PMK.04/2011 TENTANG : TATA CARA PENAGIHAN DI BIDANG CUKAI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pihak-Pihak Terkait Penerimaan Negara. Dokumen-Dokumen Terkait Penerimaan Negara

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 147/PMK.04/2009 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70 / PMK.04 / 2009 TENTANG

Konsekuensi Penetapan Tarif dan Nilai Pabean

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-15/BC/2008 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: P- 05 /BC/2006

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 214/PMK.04/2008 TENTANG PEMUNGUTAN BEA KELUAR

No. SOP: 16/TMPB/2016. Revisi Ke - Tanggal Penetapan 7 Desember Tanggal Revisi: -

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 259/PMK.04/2010 TENTANG JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 31/BC/2007

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 455/KMK.04/2002 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Cukai sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 11 Tahun 1995 tent

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP- 27/BC/2004 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 13/PMK.04/2006 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P 14/BC/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 11/BC/2012 TENTANG

2013, No Menetapkan : Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049); 2. Peraturan Bersama Men

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Kementerian Keuangan. Rekening. Saldo Nihil. Treasury Single Account.

2018, No Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perubahan

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2018 TENTANG

PROSEDUR KERJA PENATAUSAHAAN PENERIMAAN NEGARA OLEH BANK PERSEPSI/DEVISA PERSEPSI/POS PERSEPSI (SG/SGG/SGGK)

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN

2 Mengingat Tata Cara Penghitungan dan Pemberian Imbalan Bunga; : Peraturan Menteri Keuangan Nomor 226/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Penghitungan dan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Rekening Penerimaan. KPPN. Penerapan. TSA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 17 /BC/2008 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/PMK.03/2013 TENTANG

PEMBERITAHUAN DAN PERHITUNGAN BEA KELUAR EKSPOR BARANG BAWAAN DAN KIRIMAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 186/PMK.03/2015 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : PER - 1/BC/2011 TENTANG

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 209/KMK.01/1999 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.224, 2010

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 146/PMK.04/2010 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 136/PMK. 03/2012 TENTANG

2017, No Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 111/PMK.04/2013 tentang Tata Cara Penagihan Bea Ma

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 80/PMK.03/2010 TENTANG

Transkripsi:

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 145/PMK.04/2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 84/KMK.04/2003 TENTANG TATALAKSANA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA DALAM RANGKA IMPOR DAN PENERIMAAN NEGARA ATAS BARANG KENA CUKAI BUATAN DALAM NEGERI MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyesuaian Mata Anggaran Penerimaan (MAP) dan efisiensi pelayanan penyetoran penerimaan negara dalam rangka impor, penerimaan cukai atas Barang Kena Cukai, dipandang perlu menyederhanakan format surat setoran; b. bahwa dalam rangka memudahkan wajib bayar menyetorkan penerimaan negara maka penyetoran penerimaan negara dapat dilakukan di Bank Persepsi, Bank Devisa Persepsi atau Pos Persepsi di setiap tempat atau melalui electronic banking (e-banking) setiap saat; c. bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a dan b diatas perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 84/KMK.04/2003 tentang Tatalaksana Pembayaran dan Penyetoran Penerimaan Negara Dalam Rangka Impor dan Penerimaan Negara Atas Barang Kena Cukai Buatan Dalam Negeri; Mengingat : 1. Keputusan Presiden Nomor 20/P Tahun 2005; 2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 84/KMK.04/2003 tentang Tatalaksana Pembayaran dan Penyetoran Penerimaan Negara Dalam Rangka Impor dan Penerimaan Negara Atas Barang Kena Cukai Buatan Dalam Negeri; 3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 99/PMK.06/2006 tentang Modul Penerimaan Negara. MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 84/KMK.04/2003 TENTANG TATALAKSANA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA DALAM RANGKA IMPOR DAN PENERIMAAN NEGARA ATAS BARANG KENA CUKAI BUATAN DALAM NEGERI. Pasal I Beberapa ketentuan dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 84/KMK.04/2003 tentang Tatalaksana Pembayaran dan Penyetoran Penerimaan Negara Dalam Rangka Impor dan Penerimaan Negara atas Barang Kena Cukai Buatan Dalam Negeri diubah sebagai berikut: 1. Ketentuan Pasal 1 diubah sehingga Pasal 1 berbunyi sebagai berikut: Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri Keuangan ini yang dimaksud dengan : 1. Modul Penerimaan Negara yang selanjutnya disebut MPN adalah modul penerimaan yang memuat serangkaian prosedur mulai dari penerimaan, penyetoran, pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan yang berhubungan dengan penerimaan negara dan merupakan bagian dari sistem penerimaan dan anggaran negara;

2. Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara untuk menampung seluruh penerimaan negara dan untuk membayar pengeluaran negara; 3. Penerimaan Negara adalah uang yang masuk ke kas negara. 4. Bank Persepsi adalah bank umum yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk menerima setoran penerimaan negara bukan dalam rangka impor, yang meliputi penerimaan pajak, cukai dalam negeri, dan penerimaan bukan pajak; 5. Bank Devisa Persepsi adalah bank umum yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk menerima setoran penerimaan negara dalam rangka ekspor dan impor; 6. Pos Persepsi adalah kantor pos yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk menerima setoran penerimaan negara; 7. Nomor Transaksi Penerimaan Negara yang selanjutnya disebut NTPN adalah nomor bukti transaksi penerimaan yang diterbitkan melalui Modul Penerimaan Negara; 8. Nomor Transaksi Bank yang selanjutnya disebut NTB adalah nomor bukti transaksi penerimaan yang diterbitkan oleh Bank Persepsi/Bank Devisa Persepsi; 9. Nomor Transaksi Pos yang selanjutnya disebut NTP adalah nomor bukti transaksi penerimaan yang diterbitkan oleh Pos Persepsi; 10. Bukti Penerimaan Negara yang selanjutnya disebut BPN adalah dokumen yang diterbitkan oleh Bank Persepsi/Bank Devisa Persepsi/Pos Persepsi atas transaksi penerimaan negara dengan teraan NTPN dan NTB atau NTPN dan NTP. 11. SSPCP adalah Surat Setoran Pabean, Cukai, dan Pajak Dalam Rangka Impor; 12. SSCP adalah Surat Setoran Cukai Atas Barang Kena Cukai dan PPN Hasil Tembakau; 13. BPPCP adalah Bukti Setoran Pabean, Cukai, dan Pajak Dalam Rangka Impor; 2. Ketentuan Pasal 2 ayat (2) diubah sehingga Pasal 2 berbunyi sebagai berikut: Pasal 2 (1) Penerimaan Negara Dalam Rangka Impor meliputi Bea Masuk, Bea Masuk berasal dari SPM Hibah, Denda Administrasi, Penerimaan Pabean Lainnya, Cukai, Penerimaan Cukai Lainnya, Jasa Pekerjaan, PPh Pasal 22 Impor, PPN Impor dan PPnBM Impor. (2) Penerimaan Negara Atas Barang Kena Cukai meliputi Cukai Hasil Tembakau, Cukai Etil Alkohol, Cukai Minuman Mengandung Etil Alkohol, Denda Administrasi, Penerimaan Cukai Lainnya, Jasa Pekerjaan dan PPN Hasil Tembakau. (3) Penerimaan Pabean Lainnya meliputi Bunga dan Biaya Surat Paksa. (4) Penerimaan Cukai Lainnya meliputi Bunga, Biaya Surat Paksa, Biaya Pengganti Pencetakan Pita Cukai dan Biaya Pengganti Pembuatan Label Tanda Pengawasan Cukai. 3. Ketentuan Pasal 3 ayat (1) dan ayat (2) diubah dan diantara ayat (1) dan ayat (2) disisipkan 1 (satu) ayat yaitu ayat (1a) sehingga Pasal 3 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 3 (1) Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor/Bendahara Penerimaan melakukan pembayaran Penerimaan Negara di Bank Devisa Persepsi/Pos Persepsi yang terhubung dengan MPN; (1a) Penyetoran Penerimaan Negara dilakukan melalui loket atau e-banking. (2) Tatalaksana pembayaran dan penyetoran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran I Peraturan Menteri Keuangan ini. 4. Ketentuan Pasal 4 diubah sehingga Pasal 4 berbunyi sebagai berikut: Pasal 4 (1) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, pembayaran dan penyetoran Penerimaan Negara Dalam Rangka Impor dapat dilakukan melalui : a. KPBC dalam hal : 1. tidak terdapat Bank Persepsi/Bank Devisa Persepsi/Pos Persepsi di kota/wilayah kerja KPBC tempat pemenuhan kewajiban pabean; atau 2. impor barang penumpang, awak sarana pengangkut, atau pelintas batas. b. PT.Pos Indonesia khusus untuk barang-barang kiriman pos. (2) Tatalaksana pembayaran dan penyetoran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a adalah sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran II Peraturan Menteri Keuangan ini. (3) Tatalaksana pembayaran dan penyetoran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b adalah sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran III Peraturan Menteri Keuangan ini 5. Ketentuan Pasal 7 diubah sehingga Pasal 7 berbunyi sebagai berikut: Pasal 7 Penerimaan Negara Dalam Rangka Impor yang diterima oleh KPBC disetor ke Kas Negara melalui Bank Devisa Persepsi/Bank Persepsi/Pos Persepsi pada hari kerja berikutnya. 6. Judul BAB III diubah sehingga BAB III berbunyi sebagai berikut: BAB III PENERIMAAN NEGARA ATAS BARANG KENA CUKAI 7. Ketentuan Pasal 8 ayat (1) dan ayat (3) diubah, ayat (2) dihapus dan diantara ayat (1) dan ayat (2) disisipkan 1 (satu) ayat yaitu ayat (1a), sehingga Pasal 8 berbunyi sebagai berikut: Pasal 8 (1) Pembayaran Penerimaan Negara Atas Barang Kena Cukai disetor ke Kas Negara di Bank Persepsi/Pos Persepsi; (1a) Pembayaran Penerimaan Negara Atas Barang Kena Cukai dapat disetor melalui loket atau e-banking; (2) Dihapus. (3) Tatalaksana pembayaran dan penyetoran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran VI Peraturan Menteri Keuangan ini.

8. Ketentuan Pasal 9 diubah sehingga Pasal 9 berbunyi sebagai berikut: Pasal 9 Pembayaran dan penyetoran PPN Hasil Tembakau dilakukan bersamaan dengan saat pembayaran dan penyetoran Cukai Hasil Tembakau. 9. Diantara Pasal 9 dan Pasal 10 disisipkan 1 (satu) Pasal yaitu Pasal 9A, yang berbunyi sebagai berikut : Pasal 9A (1) Pembayaran Cukai atas Barang Kena Cukai Buatan Dalam Negeri dan Barang Kena Cukai Impor yang pelunasan cukainya dengan pelekatan pita cukai, bersamaan dengan pelunasan CK-1. (2) Pembayaran Cukai atas Barang Kena Cukai Buatan Dalam Negeri yang pelunasan cukainya dengan cara pembayaran, bersamaan dengan pelunasan CK-14. (3) Pembayaran Cukai atas Barang Kena Cukai Impor yang pelunasan cukainya dengan cara pembayaran, bersamaan dengan pembayaran Bea Masuk dan Pajak Dalam Rangka Impor. 10. Ketentuan Pasal 10 ayat (1) dan ayat (2) diubah dan diantara ayat (1) dan ayat (20 disispkan 1 (satu) ayat yaitu ayat (1a) sehingga Pasal 10 berbunyi sebagai berikut: Pasal 10 (1) Penyetoran Penerimaan Negara Atas Barang Kena Cukai dilakukan dengan menggunakan formulir SSCP; (1a) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penyetoran Penerimaan Negara Atas Barang Kena Cukai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9A ayat (3) dilakukan dengan menggunakan SSPCP; (2) Bentuk dan isi SSCP adalah sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran VII Peraturan Menteri Keuangan ini. 11. Diantara BAB III dan BAB IV disisipkan 1 (satu) Bab, yaitu BAB IIIA yang berbunyi sebagai berikut: BAB III A VALIDASI PEMBAYARAN DAN PENGIRIMAN DATA Pasal 10A (1) SSPCP atau SSCP dinyatakan sah apabila ; a. SSPCP atau SSCP telah mendapat NTPN dan NTB atau NTPN dan NTP; atau b. BPN yang diterbitkan oleh Bank atau Kantor Pos telah mendapat NTPN dan NTB atau NTP; (2) NTPN dan NTB atau NTPN dan NTP yang terdapat pada formulir SSPCP atau SSCP atau BPN merupakan validasi atas penerimaan negara melalui Bank Persepsi/Bank Devisa Persepsi/Pos Persepsi; (3) Bentuk dan isi BPN untuk SSPCP atau BPN untuk SSCP adalah sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran VIII dan Lampiran IX Peraturan Menteri Keuangan ini.

Pasal 10B MPN mengirimkan data penerimaan negara ke Kantor Pusat DJBC secara real time. 12. Ketentuan Pasal 11 diubah sehingga Pasal 11 berbunyi sebagai berikut Pasal 11 Bank Devisa Persepsi, Bank Persepsi, Kantor Pelayanan Bea Cukai atau Pos Persepsi yang menerima pembayaran Penerimaan Negara Dalam Rangka Impor, Penerimaan Negara Atas Barang Kena Cukai wajib: a. Meneliti kelengkapan dan kebenaran pengisian formulir SSPCP atau SSCP; dan b. Mencocokkan penghitungan Penerimaan Negara Dalam Rangka Impor atau Penerimaan Negara Atas Barang Kena Cukai dengan dokumen yang dijadikan dasar penyetoran. 13. Lampiran I, Lampiran II, Lampiran III, Lampiran IV, Lampiran V, Lampiran VI, dan lampiran VII, diubah serta menambah 2 (dua) yaitu Lampiran VIII dan Lampiran IX sehingga menjadi sebagaimana ditetapkan Lampiran I, Lampiran II, Lampiran III, Lampiran IV, Lampiran V, Lampiran VI, dan lampiran VII, Lampiran VIII dan Lampiran IX Peraturan Menteri Keuangan ini. Pasal II 1. Pada saat Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku : a. Untuk pembayaran atau penyetoran yang dilakukan sebelum berlakunya Peraturan Menteri ini, masih tetap berlaku dan dilayani; b. Dokumen SSPCP atau SSCP yang belum sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan ini masih berlaku sampai dengan tanggal 28 Februari 2007; c. Terhadap transaksi penerimaan negara dengan SSPCP atau SSCP, apabila MPN tidak dapat menerbitkan NTPN, maka untuk kepentingan penyelesaian administrasi kepabeanan dan cukai, bank melakukan validasi SSPCP atau SSCP dengan NTB/NTP tanpa NTPN; d. Semua Peraturan Menteri Keuangan dan Peraturan Pelaksanaannya yang mengatur mengenai tatalaksana pembayaran dan penyetoran penerimaan negara dalam rangka impor dan penerimaan negara atas barang kena cukai, mengikuti ketentuan Peraturan Menteri Keuangan ini. 2. Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku sejak tanggal 1 Januari 2007. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Peraturan Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 29 Desember 2006 MENTERI KEUANGAN ttd. SRI MULYANI INDRAWATI

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 145/PMK.04/2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 84/KMK.04/2003 TENTANG TATALAKSANA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA DALAM RANGKA IMPOR, PENERIMAAN NEGARA ATAS BARANG KENA CUKAI BUATAN DALAM NEGERI TATALAKSANA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA DALAM RANGKA IMPOR MELALUI BANK DEVISA PERSEPSI/POS PERSEPSI A. Importir atau Wajib Bayar. 1. Mengisi dan menandatangani formulir Pemberitahuan Impor Barang (PIB) atau pemberitahuan Impor Barang Tertentu (PIBT) dengan lengkap dan benar. 2. Menerima Surat Penetapan Kekurangan Pembayaran Bea Masuk, Cukai, Pajak Dalam Rangka Impor (PDRI) dan atau denda administrasi/surat Teguran (ST)/Surat Paksa (SP)/Surat Pemberitahuan Sanksi Administrasi (SPSA) dari KPBC. 3. Mengisi formulir SSPCP dalam rangkap 4 (empat) dengan lengkap dan benar, untuk pembayaran semua Mata Anggaran Penerimaan (MAP). 4. Melakukan pembayaran di Bank Devisa Persepsi/Pos Persepsi, dengan menyerahkan : a. PIB, PIBT yang telah diisi dengan lengkap dan benar atau Surat Penetapan Kekurangan Pembayaran Bea Masuk, Cukai, PDRI dan atau denda administrasi /ST/SP/ SPSA; b. SSPCP yang telah diisi dengan lengkap dan benar; dan c. Uang pembayaran sejumlah nominal yang tercantum dalam SSPCP. 5. Menerima kembali PIB, PIBT, Surat Penetapan Kekurangan Pembayaran Bea Masuk, Cukai, PDRI dan atau denda administrasi /ST/SP/SPSA dan SSPCP dari Bank Devisa Persepsi, untuk dilengkapi dan diperbaiki, dalam hal dokumen tersebut belum diisi dengan lengkap dan benar. 6. Menyerahkan kembali PIB, PIBT, Surat Penetapan Kekurangan Pembayaran Bea Masuk, Cukai, PDRI dan/atau denda administrasi /ST/SP/SPSA dan SSPCP yang telah dilengkapi dan diperbaiki beserta uang pembayaran sebagaimana dimaksud dalam butir 4. 7. Menerima kembali dokumen yang telah dibubuhi tanda terima dari Bank Devisa Persepsi atau Bank Persepsi berupa : a. PIB, PIBT, Surat Penetapan Kekurangan Pembayaran Bea Masuk, Cukai, PDRI dan atau denda administrasi /ST/SP/SPSA dan dokumen pelengkap pabean lainnya; dan b. SSPCP lembar ke-1 atau BPN lembar ke-1 untuk disampaikan ke KPBC dan SSPCP lembar ke-3 atau BPN lembar ke-3 untuk Penyetor/Wajib Pajak; 8. Menyerahkan PIB, PIBT, Surat Penetapan Kekurangan Pembayaran Bea Masuk, Cukai, PDRI dan atau denda administrasi /ST/SP/SPSA dan SSPCP lembar ke-1 atau BPN lembar ke-1 sebagaimana dimaksud dalam butir 7 ke KPBC yang bersangkutan untuk dilakukan pemeriksaan dokumen dan atau pengurusan pengeluaran barang. B. Bank Devisa Persepsi/Pos Persepsi. 1. Menerima PIB, PIBT, Surat Penetapan Kekurangan Pembayaran Bea Masuk, Cukai, PDRI dan atau denda administrasi /ST/SP/SPSA dan SSPCP dari Importir atau Wajib Bayar. 2. Meneliti kebenaran penghitungan Penerimaan Negara Dalam Rangka Impor dalam PIB, PIBT, dan SSPCP. a. Penelitian SSPCP terutama mengenai : 1) Jumlah uang yang akan dibayar sesuai PIB, PIBT atau Surat Penetapan Kekurangan Pembayaran Bea Masuk, Cukai, PDRI dan atau denda administrasi /ST/SP/ SPSA; 2) Nomor Pokok Wajib Pajak ( NPWP);

3) Jenis Penerimaan ( Bea Masuk, Cukai, Denda Administrasi, Bunga, Biaya Surat Paksa, Jasa Pelayanan, PPN, PPn BM, dan PPh Pasal 22 ); 4) Dokumen dasar ( Nomor dan Tanggal PIB, PIBT, atau Surat Penetapan Kekurangan Pembayaran Bea Masuk, Cukai, PDRI dan atau denda administrasi /ST/SP/ SPSA); 5) Kode Mata Anggaran Penerimaan (MAP); 6) KPBC tempat pemenuhan kewajiban Pabean dan kode kantor; dan b. Untuk SSPCP dengan dokumen dasar pembayaran Surat Penetapan Kekurangan Pembayaran Bea Masuk, Cukai, PDRI dan atau denda administrasi /ST/SP/SPSA meneliti : 1) Jumlah yang dibayar yang tercantum dalam SSPCP dengan jumlah nominal yang tercantum dalam Surat Penetapan Kekurangan Pembayaran Bea Masuk, Cukai, PDRI dan atau denda administrasi /ST/SP/SPSA; dan 2) Apakah pembayaran yang dilakukan harus dikenakan bunga 2 % (dua persen) tiap bulan atau tidak. 3. Menerima uang pembayaran yang jumlahnya sama dengan jumlah nominal yang tercantum dalam SSPCP yang bersangkutan, apabila PIB, PIBT, Surat Penetapan Kekurangan Pembayaran Bea Masuk, Cukai, PDRI dan atau denda administrasi /ST/ SP/SPSA dan SSPCP telah diisi dengan lengkap dan benar. 4. Mengembalikan PIB, PIBT, Surat Penetapan Kekurangan Pembayaran Bea Masuk, Cukai, PDRI dan atau denda administrasi /ST/SP/SPSA dan SSPCP kepada Importir atau Wajib Bayar untuk dilengkapi dan diperbaiki, dalam hal dokumen tersebut belum diisi dengan lengkap dan benar. 5. Menerima kembali PIB, PIBT, Surat Penetapan Kekurangan Pembayaran Bea Masuk, Cukai, PDRI dan atau denda administrasi /ST/SP/SPSA dan SSPCP yang telah dilengkapi dan diperbaiki beserta uang pembayaran sebagaimana dimaksud dalam butir 3. 6. Merekam data penerimaan pada sistem komputer untuk setiap Mata Anggaran Penerimaan (MAP) sesuai modul bank. 7. Membubuhkan tanda terima dalam SSPCP atau BPN berupa : a. NTPN b. NTB ; c. Nomor SSPCP dan Unit KPPN; d. Tanggal dan waktu penerimaan pembayaran; e. Nama dan Tanda Tangan petugas penerima pembayaran; f. Cap Bank yang bersangkutan; dan 8. Membubuhkan Cap Tanggal pelunasan SSPCP dalam PIB, PIBT, atau Surat Penetapan Kekurangan Pembayaran Bea Masuk, Cukai, PDRI dan atau denda administrasi /ST/SP/SPSA. 9. Menyerahkan kembali dokumen yang telah dibubuhi tanda terima kepada Importir atau Wajib Bayar berupa: a. PIB, PIBT, Surat Penetapan Kekurangan Pembayaran Bea Masuk, Cukai, PDRI dan atau denda administrasi /ST/SP/SPSA, dan dokumen pelengkap Pabean lainnya; dan b. SSPCP lembar ke-1 atau BPN lembar ke-1 untuk disampaikan ke KPBC, dan SSPCP lembar ke-3 atau BPN lembar ke-3 untuk Penyetor/Wajib Pajak. 10. Mendistribusikan SSPCP atau BPN kepada : a. Lembar ke-1 untuk KPBC melalui Penyetor/Wajib Pajak; b. Lembar ke-2 untuk KPPN; c. Lembar ke-3 untuk Penyetor/Wajib Pajak; d. Lembar ke-4 untuk Bank Devisa Persepsi.

11. Menjawab permintaan konfirmasi mengenai suatu pembayaran atau penyetoran apabila ada permintaan dari KPBC. C. Kantor Pelayanan Bea dan Cukai (KPBC). 1. Menerima PIB, PIBT, Surat Penetapan Kekurangan Pembayaran Bea Masuk, Cukai, PDRI dan atau denda administrasi /ST/SP/SPSA dan SSPCP dari Importir atau Wajib Bayar. 2. Meneliti kelengkapan dan kebenaran pengisian PIB, PIBT, serta mencocokkan jumlah pembayaran yang tercantum dalam SSPCP atau BPN dengan jumlah Penerimaan Negara Dalam Rangka Impor yang seharusnya dibayar. 3. Mencocokkan jumlah yang dibayar yang tercantum dalam SSPCP atau BPN dengan jumlah nominal yang tercantum dalam Surat Penetapan Kekurangan Pembayaran Bea Masuk, Cukai, PDRI dan atau denda administrasi /ST/SP/SPSA, dalam hal pembayaran dilakukan dengan dokumen dasar Surat Penetapan Kekurangan Pembayaran Bea Masuk, Cukai, PDRI dan atau denda administrasi /ST/SP/SPSA. 4. Meneliti SSPCP lembar ke-1 atau BPN lembar ke-1 yang diterima dari Bank Devisa Persepsi; 5. Menatausahakan dokumen-dokumen yang berkenaan dengan impor termasuk data SSPCP atau BPN setiap hari, sesuai dengan petunjuk yang ditetapkan Direktur Jenderal Bea dan Cukai. 6. Apabila diperlukan, KPBC dapat meminta konfirmasi mengenai suatu pembayaran atau penyetoran Penerimaan Negara Dalam Rangka Impor kepada Bank Devisa Persepsi/Pos Persepsi tempat penyetoran. MENTERI KEUANGAN ttd. SRI MULYANI INDRAWATI

LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 145/PMK.04/2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 84/KMK.04/2003 TENTANG TATALAKSANA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA DALAM RANGKA IMPOR, PENERIMAAN NEGARA ATAS BARANG KENA CUKAI BUATAN DALAM NEGERI TATALAKSANA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA DALAM RANGKA IMPOR MELALUI KPBC A. Importir atau Wajib Bayar. 1. Mengisi dan menandatangani formulir PIB atau PIBT dengan lengkap dan benar. 2. Menerima Surat Penetapan Kekurangan Pembayaran Bea Masuk, Cukai, PDRI dan atau denda administrasi /ST/SP/SPSA dari KPBC. 3. Melakukan pembayaran di KPBC tempat pemenuhan kewajiban Pabean dengan menyerahkan : a. PIB atau PIBT yang telah diisi dengan lengkap dan benar atau Surat Penetapan Kekurangan Pembayaran Bea Masuk, Cukai, PDRI dan atau denda administrasi /ST/SP/ SPSA; dan b. Uang pembayaran yang jumlahnya sama dengan jumlah nominal yang tercantum dalam PIB, PIBT atau Surat Penetapan Kekurangan Pembayaran Bea Masuk, Cukai, PDRI dan atau denda administrasi /ST/SP/SPSA yang bersangkutan. 4. Menerima kembali PIB atau PIBT dari KPBC untuk dilengkapi dan diperbaiki, dalam hal pengisiannya belum lengkap dan benar. 5. Menyerahkan kembali PIB atau PIBT yang telah dilengkapi dan diperbaiki beserta uang pembayaran sebagaimana dimaksud dalam butir 3. 6. Menerima Bukti Pembayaran berupa BPPCP dari KPBC atas pembayaran Penerimaan Negara Dalam Rangka Impor. B. Kantor Pelayanan Bea dan Cukai (KPBC). 1. KPBC berkewajiban memungut, menerima, menyimpan, menyetorkan, dan menatausahakan Penerimaan Negara Dalam Rangka Impor sesuai ketentuan perundangundangan yang berlaku. 2. Menerima PIB atau PIBT atau Surat Penetapan Kekurangan Pembayaran Bea Masuk, Cukai, PDRI dan atau denda administrasi /ST/SP/SPSA yang diajukan oleh Importir atau Wajib Bayar. 3. Meneliti kelengkapan dan kebenaran Pengisian PIB atau PIBT. 4. Meneliti pembayaran yang menggunakan dokumen dasar Surat Penetapan Kekurangan Pembayaran Bea Masuk, Cukai, PDRI dan atau denda administrasi /ST/SP/SPSA, apakah atas pembayaran tersebut harus dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan atau tidak. 5. Menerima uang pembayaran yang jumlahnya sama dengan jumlah nominal yang tercantum dalam PIB, PIBT, Surat Penetapan Kekurangan Pembayaran Bea Masuk, Cukai, PDRI dan atau denda administrasi /ST/SP/SPSA apabila dokumen tersebut telah diisi dengan lengkap dan benar. 6. Mengembalikan PIB atau PIBT kepada Importir atau Wajib bayar untuk dilengkapi dan diperbaiki dalam hal pengisiannya belum lengkap dan benar. 7. Menerima kembali PIB atau PIBT yang telah dilengkapi dan diperbaiki beserta uang pembayaran sebagaimana dimaksud dalam butir 5. 8. Memberikan bukti pembayaran berupa BPPCP kepada Importir atau Wajib Bayar atas pembayaran Penerimaan Negara Dalam Rangka Impor. 9. Mendistribusikan BPPCP : a. Lembar ke-1 untuk pengeluaran barang;

b. Lembar ke-2 untuk KPBC; c. Lembar ke-3 untuk Penyetor. 10. 10.Menyetorkan seluruh penerimaan Penerimaan Negara Dalam Rangka Impor ke Kas Negara melalui Bank Devisa Persepsi/Bank Persepsi/Pos Persepsi; 11. Penyetoran sebagaimana dimaksud dalam butir 10 dilakukan setiap hari dengan ketentuan: a. Seluruh penerimaan pada hari itu harus disetorkan selambat-lambatnya pada hari kerja berikutnya; b. Untuk penyetoran Penerimaan Negara Dalam Rangka Impor digunakan satu formulir SSPCP dalam rangkap 4 (empat), untuk semua Mata Anggaran Penerimaan (MAP); c. Pengisian formulir SSPCP dilakukan dengan lengkap dan benar sesuai petunjuk pengisiannya; d. Formulir sebagaimana dimaksud dalam butir c diserahkan ke Bank Devisa Persepsi, Bank Persepsi atau Kantor Pos Persepsi beserta uang setoran yang jumlahnya sama dengan jumlah nominal yang tercantum dalam SSPCP. 12. Menerima bukti penyetoran dan menerima kembali SSPCP lembar ke-1, atau BPN lembar ke-1 yang telah dibubuhi tanda penerimaan oleh Bank Devisa Persepsi, Bank Persepsi atau Pos Persepsi. C. Bank Devisa Persepsi, Bank Persepsi atau Pos Persepsi. 1. Menerima setoran pembayaran Penerimaan Negara Dalam Rangka Impor dari KPBC dengan menggunakan formulir SSPCP. 2. Mendistribusikan SSPCP atau BPN kepada : a. Lembar ke-1 untuk KPBC; b. Lembar ke-2 untuk KPPN; c. Lembar ke-3 untuk Penyetor/Wajib Pajak; d. Lembar ke-4 untuk Bank Devisa Persepsi, Bank Persepsi atau Pos Persepsi. MENTERI KEUANGAN ttd. SRI MULYANI INDRAWATI

LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 145/PMK.04/2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 84/KMK.04/2003 TENTANG TATALAKSANA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA DALAM RANGKA IMPOR, PENERIMAAN NEGARA ATAS BARANG KENA CUKAI BUATAN DALAM NEGERI TATALAKSANA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA ATAS KIRIMAN POS MELALUI POS PERSEPSI. A. Importir atau Penerima Kiriman Pabean. 1. Menerima Penetapan Pencacahan dan Pembeaan Kiriman Pos (PPKP) yang dibuat/ditetapkan oleh KPBC yang di dalamnya ditetapkan besarnya Penerimaan Negara Dalam Rangka Impor yang harus dibayar oleh Importir atau Penerima Kiriman Pabean. 2. Mengisi dan menandatangani formulir SSPCP dengan lengkap dan benar, berdasarkan PPKP untuk pembayaran Penerimaan Negara Dalam Rangka Impor. 3. Melakukan pembayaran Penerimaan Negara Dalam Rangka Impor di Kantor Pos Persepsi dengan menyerahkan : a. PPKP dan SSPCP yang telah diisi dengan lengkap dan benar; dan b. Uang pembayaran yang jumlahnya sama dengan jumlah nominal yang tercantum dalam SSPCP yang bersangkutan. 4. Menerima kembali PPKP dan SSPCP dari Pos Persepsi untuk dilengkapi dan diperbaiki, dalam hal pengisiannya belum lengkap dan benar. 5. Menyerahkan kembali PPKP dan SSPCP yang telah dilengkapi dan perbaiki beserta uang pembayaran sebagaimana dimaksud dalam butir 3. 6. Menerima barang kiriman Pabean, SSPCP lembar ke-3 atau BPN lembar ke-3 dan PPKP lembar ke-3 setelah melaksanakan pembayaran Penerimaan Negara Dalam Rangka Impor. B. Pos Persepsi. 1. Meneliti kebenaran pengisian SSPCP dengan data yang tercantum dalam PPKP. 2. Menerima uang pembayaran yang jumlahnya sama dengan jumlah nominal yang tercantum dalam SSPCP apabila dokumen tersebut telah diisi dengan lengkap dan benar. 3. Mengembalikan PPKP dan SSPCP kepada Importir atau Penerima Kiriman Pabean untuk dilengkapi dan diperbaiki, apabila pengisiannya belum lengkap dan benar. 4. Menerima kembali PPKP dan SSPCP yang telah dilengkapi dan diperbaiki beserta uang pembayaran sebagaimana dimaksud dalam butir 2. 5. Menyerahkan Barang Kiriman Pabean, SSPCP lembar ke-3 atau BPN lembar ke-3 dan PPKP lembar ke-3 kepada Importir atau Penerima Kiriman Pabean. 6. Mendistribusikan SSPCP atau BPN: a. Lembar ke-1 untuk KPBC, dilampiri PPKP lembar ke-1; b. Lembar ke-2 untuk KPPN; c. Lembar ke-3 untuk Penyetor/Penerima kiriman Pabean, dilampiri PPKP lembar ke-3; d. Lembar ke-4 untuk Pos Persepsi, dilampiri PPKP lembar ke-4. 7. Menjawab permintaan konfirmasi mengenai suatu pembayaran atau penyetoran apabila ada permintaan dari KPBC. C. Kantor Pelayanan Bea dan Cukai (KPBC). 1. Membuat/menetapkan PPKP dengan mencantumkan besarnya Penerimaan Negara Dalam Rangka Impor yang harus dibayar oleh Penerima Kiriman Pabean, dalam rangkap 5 (lima): a. Lembar ke-1 untuk KPBC pada Kantor pos Lalu Bea (setelah Penerimaan Negara Dalam Rangka Impor dibayar);

b. Lembar ke-2 untuk loket Kantor Pos Persepsi; c. Lembar ke-3 untuk penerima kiriman pabean; d. Lembar ke-4 untuk Kantor Pusat Pos Persepsi; e. Lembar ke-5 untuk KPBC. 2. Menyerahkan PPKP : a. Lembar ke-1 s/d ke-4, ke Pos Persepsi menyertai Barang Kiriman Pabean yang telah diperiksa/dicacah; dan b. Lembar ke-5, ke KPBC sebagai arsip. 3. Menerima PPKP lembar ke-1 dilampiri SSPCP lembar ke-1 atau BPN lembar ke-1 dari Kantor Pos Persepsi. 4. Melakukan penatausahaan dokumen-dokumen yang berkenaan dengan Barang Kiriman Pabean termasuk SSPCP setiap hari sesuai petunjuk yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai. 5. Melakukan rekonsiliasi dengan cara meneliti/mencocokkan PPKP lembar ke-1, SSPCP lembar ke-1 atau BPN lembar ke-1 yang diterima dari Kantor Pos Persepsi, dengan PPKP lembar ke-5 yang ada pada KPBC. 6. Memberitahukan kepada Kantor Pos Persepsi pada setiap akhir bulan, apabila PPKP lembar ke-1 beserta lampirannya belum diterima sebagaimana dimaksud dalam butir 3. MENTERI KEUANGAN ttd. SRI MULYANI INDRAWATI

LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 145/PMK.04/2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 84/KMK.04/2003 TENTANG TATALAKSANA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA DALAM RANGKA IMPOR, PENERIMAAN NEGARA ATAS BARANG KENA CUKAI BUATAN DALAM NEGERI DEPARTEMEN KEUANGAN R.I DIT. JEND. BEA DAN CUKAI Kantor Pelayanan Bea dan Cukai... Kode Kantor : SURAT SETORAN PABEAN, CUKAI, DAN PAJAK DALAM RANGKA IMPOR (SSPCP) Lembar ke-1 Lembar ke-2 Lembar ke-3 Lembar ke-4 : KPBC : KPPN : PENYETOR : BANK/KANTOR POS & GIRO A. NPWP : Nama :... Alamat :...... Kode Pos... B. BERDASARKAN DOKUMEN :...NOMOR...TANGGAL... C. PENERIMAAN PABEAN, CUKAI DAN PAJAK Jenis Setoran MAP Jumlah Setoran Bea Masuk 412111 Rp... Bea Masuk Ditanggung Pemerintah atas Hibah (SPM) Nihil 412112 Rp... Denda Administrasi Pabean 412113 Rp... Penerimaan Pabean lainnya 412119 Rp... Cukai Etil Alkohol 411512 Rp... Penerimaan Cukai lainnya 411519 Rp... Denda Administrasi Cukai 411514 Rp... PNBP/Pendapatan DJBC 423146 Rp... Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Impor 411212 Rp... Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) Impor 411222 Rp... Pajak Penghasilan Pasal 22 (PPh Pasal 22) Impor 411123 Rp... Masa Pajak Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Beri tanda silang pada salah satu kolom bulan untuk masa yang berkenaan Tahun Diisi tahun terhutangnya pajak D. JUMLAH SETORAN PABEAN, CUKAI DAN PAJAK: Rp.......... Dengan Huruf :...... Diterima Oleh Bank / Pos : Nomor SSPCP: Unit KPPN : Tanggal : / / 20 Cap dan Tandatangan Nama Jelas... NTPN : NTB/NTP :

I. PETUNJUK PENGISIAN SURAT SETORAN PABEAN, CUKAI DAN PAJAK (SSPCP) - Pengisian SSPCP dilakukan dengan menggunakan huruf cetak kapital atau diketik. - Satu SSPCP digunakan untuk semua jenis penyetoran Penerimaan Pabean, Cukai dan Pajak, untuk satu dokumen Pabean. - Kesalahan pengisian akan merugikan penyetor sendiri. II. CARA PENGISIAN 1. Pada kolom kantor Pelayanan Bea dan Cukai (KPBC) diisi KPBC tempat pemasukan barang dimana PIB diajukan, KPBC setempat dimana kiriman pos dilalubeakan atau KPBC yang menerbitkan Surat Tagihan; 2. Huruf A : 1. Diisi Nomor Pokok Wajib Pajak yang dimiliki. 2. Diisi nama Pengusaha sesuai dengan kartu NPWP. 3. Diisi alamat Pengusaha sesuai kartu NPWP. 3. Huruf B : Diisi jenis, nomor dan tanggal dokumen yang digunakan sebagai dasar pembayaran/penyetoran (misalnya : PP-SAD, PIB, PIBT, SPKPBM atau SPSA/STCK- 1/ST/SP). 4. Huruf C : Diisi jenis penerimaan, Kode Mata Anggaran Penerimaan (MAP) dan jumlah setoran. - Bea Masuk 412111 - Bea Masuk Ditanggung Pemerintah atas Hibah (SPM) Nihil 412112 - Denda Administrasi Pabean 412113 - Penerimaan Pabean Lainnya 412119 - Cukai Etil Alkohol 411512 - Penerimaan Cukai Lainnya (misalnya : bunga, biaya surat paksa, biaya pengganti pencetakan pita cukai, biaya pengganti pembuatan label Tanda Pengawasan) 411519 - Denda Administrasi Cukai 411514 - Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)/Pendapatan DJBC 423146 - Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Impor 411212 - Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) Impor 411222 - Pajak Penghasilan Pasal 22 (PPh Pasal 22) Impor 411123 5. Pada kolom yang berkenaan dengan Masa Pajak, diberi tanda silang pada kolom bulan untuk masa yang berkenaan serta diisi tahun terhutangnya pajak untuk setoran dimaksud. 6. Huruf D : Diisi jumlah seluruh pembayaran dengan angka dan huruf. 7. Pada kolom pengesahan Bank atau Kantor Pos dan Giro diisi secara lengkap meliputi : (diisi oleh petugas Bank, Kantor Pos dan Giro). - Nama Bank/kantor Pos dan Giro tempat penyetoran; - Cabang Bank/kantor Pos dan Giro tempat penyetoran; - Tanggal, bulan dan Tahun penyetoran; - Tanda tangan dan nama jelas Petugas Bank/kantor Pos dan Giro. III. UKURAN DAN WARNA Ukuran : 210 X 297 MM Warna : Putih Keterangan : Lembar ke-1 (asli) jenis kertas HVS, lembar lainnya (copy) doorslag. MENTERI KEUANGAN ttd,- SRI MULYANI INDRAWATI

LAMPIRAN V PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 145/PMK.04/2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 84/KMK.04/2003 TENTANG TATALAKSANA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA DALAM RANGKA IMPOR, PENERIMAAN NEGARA ATAS BARANG KENA CUKAI BUATAN DALAM NEGERI DEPARTEMEN KEUANGAN R.I DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI Kantor Pelayanan Bea dan Cukai......... BUKTI PEMBAYARAN PABEAN, CUKAI, DAN PAJAK (BPPCP) Lembar Ke-1 : PENGELUARAN BARANG Lembar Ke-2 : KPBC Lembar Ke-3 : PENYETOR A. NOMOR :... B. N.P.W.P :.............. N A M A :........... A L A M A T :............ C. DOKUMEN DASAR PEMBAYARAN :... NOMOR :... TANGGAL.... D. JUMLAH PEMBAYARAN Jenis Setoran MAP Jumlah Setoran Bea Masuk 412111 Rp... Bea Masuk Ditanggung Pemerintah atas Hibah (SPM) Nihil 412112 Rp... Denda Administrasi Pabean 412113 Rp... Penerimaan Pabean lainnya 412119 Rp... Cukai Hasil Tembakau 411511 Rp... Cukai Etil Alkohol 411512 Rp... Cukai Minuman Mengandung Etil Alkohol 411513 Rp... Penerimaan Cukai lainnya 411519 Rp... Denda Administrasi Cukai 411514 Rp... PNBP/Pendapatan DJBC 423146 Rp... Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Impor 411212 Rp... Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) Impor 411222 Rp... Pajak Penghasilan Pasal 22 (PPh Pasal 22) impor 411123 Rp... E. JUMLAH PEMBAYARAN PABEAN, CUKAI DAN PAJAK : Rp... Dengan Huruf :........... Perhatian : 1. Jumlah Pajak Penghasilan Pasal 22 yang dipungut di atas merupakan angsuran atas Pajak Penghasilan yang terhutang untuk tahun pajak yang bersangkutan. Simpanlah bukti pemungutan ini baik-baik dan beritahukanlah jumlah yang telah dipungut ini dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh; 2. Jumlah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebagai pajak Masukan dikreditkan sesuai dengan tata cara pengkreditan; 3. Harap diisi dengan: BENAR dan LENGKAP, terutama N.P.W.P dan Alamat lengkap penerima penghasilan. PEMUNGUT / DITJEN BEA DAN CUKAI Kantor :... N P W P :... Alamat :... Tanggal :... Waktu :... Bendahara Penerimaan,... NIP. 0600 Catatan : Kurs yang digunakan sebagai dasar penghitungan... = Rp......

PETUNJUK PENGISIAN BUKTI PEMBAYARAN PABEAN, CUKAI DAN PAJAK (BPPCP) - Pengisian BPPCP dilakukan dengan menggunakan huruf cetak kapital atau diketik. - Satu BPPCP digunakan untuk semua jenis penyetoran Penerimaan Pabean, Cukai dan Pajak untuk satu dokumen Pabean. - Kesalahan pengisian akan merugikan penyetor sendiri. I. CARA PENGISIAN 1. Pada kolom kantor Pelayanan Bea dan Cukai (KPBC) diisi KPBC tempat pemasukan barang dimana PIB diajukan, KPBC setempat dimana kiriman pos dilalubeakan atau KPBC yang menerbitkan Surat Tagihan; 2. Huruf A : Diisi dengan Nomor Bukti Pembayaran sesuai urutan yang dibuat KPBC 3. Huruf B : 1. Diisi Nomor Pokok Wajib Pajak yang dimiliki. 2. Diisi nama Pengusaha sesuai dengan kartu NPWP. 3. Diisi alamat Pengusaha sesuai kartu NPWP. 4. Huruf C : Diisi jenis, nomor dan tanggal dokumen yang digunakan sebagai dasar pembayaran / penyetoran (misalnya : PP-SAD, PIB, PIBT, SPKPBM atau SPSA/STCK-1/ST/SP). 5. Huruf D : Diisi jenis penerimaan, Kode Mata Anggaran Penerimaan (MAP) dan jumlah setoran. - Bea Masuk 412111 - Bea Masuk Ditanggung Pemerintah atas Hibah (SPM) Nihil 412112 - Cukai Hasil Tembakau 411511 - Cukai Etil Alkohol 411512 - Cukai Minuman Mengandung Etil Alkohol 411513 - Denda Administrasi 411514 - Penerimaan Cukai Lainnya (misalnya : bunga, biaya surat paksa, biaya pengganti pencetakan pita cukai, biaya pengganti pembuatan label Tanda Pengawasan) 411516 - Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)/Pendapatan DJBC 423146 - Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Impor 411212 - Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) Impor 411222 - Pajak Penghasilan Pasal 22 (PPh Pasal 22) Impor 411123 6. Huruf E : Diisi jumlah seluruh pembayaran dengan angka dan huruf. 7. Pada kolom Penyetor/Wajib Pajak, diisi tanggal/bulan/tahun pengisian SSCP, Cap, Tanda Tangan dan Nama jelas Penyetor/Wajib pajak. 8. Pada kolom pengesahan Bank atau Kantor Pos dan Giro diisi secara lengkap meliputi : (diisi oleh petugas Bank, Kantor Pos dan Giro). - Nama Bank/kantor Pos dan Giro tempat penyetoran; - Cabang Bank/kantor Pos dan Giro tempat penyetoran; - Nomor SSCP; - Unit KPPN; - Tanggal, bulan dan Tahun penyetoran; - Waktu penyetoran (jam dan menit); dan - Tanda tangan dan nama jelas Petugas Bank/kantor Pos dan Giro. III. UKURAN DAN WARNA Ukuran : 210 X 297 MM Warna : Putih Keterangan : Lembar ke-1 (asli) jenis kertas HVS, lembar lainnya (copy) doorslag. MENTERI KEUANGAN ttd,- SRI MULYANI INDRAWATI

LAMPIRAN VI PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 145/PMK.04/2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 84/KMK.04/2003 TENTANG TATALAKSANA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA DALAM RANGKA IMPOR, PENERIMAAN NEGARA ATAS BARANG KENA CUKAI BUATAN DALAM NEGERI TATALAKSANA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA ATAS BARANG KENA CUKAI A. Pengusaha Pabrik/Tempat Penyimpanan atau Pengusaha Pabrik Hasil Tembakau. Untuk Pembayaran dan Penyetoran Cukai Etil Alkohol dan Cukai Minuman Mengandung Etil Alkohol. 1. Mengisi dan menandatangani formulir Pemberitahuan Pengeluaran (CK-14) dengan lengkap dan benar. 2. Khusus untuk pembayaran dan penyetoran Cukai Minuman Mengandung Etil Alkohol, selain mengisi dan menandatangani formulir CK-14, Pengusaha juga mengisi dan menandatangani formulir Daftar Perincian Minuman Mengandung Etil Alkohol. Bentuk dan isi formulir tersebut sebagaimana terlampir pada halaman terakhir Lampiran VI Keputusan Menteri Keuangan Nomor 84/KMK.04/2003. 3. Menyerahkan CK-14 ke KPBC untuk dilakukan penelitian dan penomoran. 4. Mengisi formulir SSCP dalam rangkap 4 (empat) dengan lengkap dan benar, untuk pembayaran semua Mata Anggaran Penerimaan (MAP) berdasarkan CK-14. 4 Melakukan pembayaran di Bank Persepsi atau Pos Persepsi, dengan menyerahkan : a. CK-14 dan SSCP yang telah diisi dengan lengkap dan benar; b. Formulir Daftar Perincian Minuman Mengandung Etil Alkohol yang telah diisi dengan lengkap dan benar, dalam hal pembayaran dan penyetoran Cukai Minuman Mengandung Etil Alkohol; dan c. Uang pembayaran sejumlah nominal yang tercantum dalam SSCP. 5. Menerima kembali CK-14, formulir Daftar Perincian Minuman Mengandung Etil Alkohol dan SSCP dari Bank Persepsi atau Pos Persepsi untuk dilengkapi dan diperbaiki, dalam hal pengisiannya belum lengkap dan benar. 6. Menyerahkan kembali CK-14, formulir Daftar Perincian Minuman Mengandung Etil Alkohol dan SSCP yang telah dilengkapi dan diperbaiki beserta uang pembayaran sebagaimana dimaksud dalam butir 4. 7. Menerima kembali dokumen yang telah dibubuhi tanda terima dari Bank Persepsi atau Pos Persepsi berupa: a. CK-14; b. Daftar Perincian Minuman Mengandung Etil Alkohol, dalam hal penyetoran dan pembayaran Cukai Minuman Mengandung Etil Alkohol; dan c. SSCP lembar ke-1 atau BPN lembar ke-1 untuk disampaikan ke KPBC dan SSCP lembar ke-3 atau BPN lembar ke-3 untuk Penyetor. 8. Menyerahkan dokumen ke KPBC/Bendahara Penerimaan Bea dan Cukai berupa: a. CK-14; b. Daftar Perincian Minuman Mengandung Etil Alkohol lembar ke-1 dan ke-2, dalam hal penyetoran dan pembayaran Cukai Minuman Mengandung Etil Alkohol; dan c. SSCP lembar ke-1 atau BPN lembar ke-1. 9. Menerima kembali dokumen dari KPBC/Bendahara Penerimaan Bea dan Cukai berupa : a. CK-14 yang telah diisi dan ditandatangani oleh Pejabat Bea dan Cukai/Bendahara Penerimaan Bea dan Cukai; dan

b. Daftar Perincian Minuman Mengandung Etil Alkohol, dalam hal penyetoran dan pembayaran Cukai Minuman Mengandung Etil Alkohol. Untuk Pembayaran dan Penyetoran Cukai Hasil Tembakau Atas Pemesanan Pita Cukai Secara Tunai. 1. Mengisi dan menandatangani Dokumen Pemesanan Pita Cukai (CK-1) dengan lengkap dan benar. 2. Menyerahkan CK-1 ke KPBC untuk dilakukan penelitian dan penomoran. 3. Mengisi formulir SSCP dalam rangkap 4 (empat) dengan lengkap dan benar, untuk pembayaran semua Mata Anggaran Penerimaan (MAP) berdasarkan CK-1. 3. Melakukan pembayaran di Bank Persepsi atau Pos Persepsi dengan menyerahkan : a. CK-1 dan SSCP yang telah diisi dengan lengkap dan benar; dan b. Uang pembayaran sejumlah nominal yang tercantum dalam SSCP. 4. Menerima kembali CK-1 dan SSCP dari Bank Persepsi atau Pos Persepsi untuk dilengkapi dan diperbaiki, dalam hal pengisiannya belum lengkap dan benar. 5. Menyerahkan kembali CK-1 dan SSCP yang telah dilengkapi dan diperbaiki beserta uang pembayaran sebagaimana dimaksud dalam butir 3. 6. Menerima kembali dokumen yang telah dibubuhi tanda terima dari Bank Persepsi atau Pos Pesepsi berupa: a. CK-1; dan b. SSCP lembar ke-1 atau BPN lembar ke-1 untuk disampaikan ke KPBC, SSCP lembar ke-3 atau BPN lembar ke-3 untuk Penyetor/Wajib Pajak. 7. Menyerahkan dokumen ke KPBC/Bendahara Penerimaan Bea dan Cukai berupa: a. CK-1; dan b SSCP lembar ke-1 atau BPN lembar ke-1. Untuk Pembayaran dan Penyetoran Cukai Hasil Tembakau Atas Pemesanan Pita Cukai dengan Mendapatkan Penundaan Pembayaran Cukai. 1. Mengisi formulir SSCP dalam rangkap 4 (empat) dengan lengkap dan benar, untuk pembayaran semua Mata Anggaran Penerimaan (MAP) berdasarkan CK-1. 2. Melakukan pembayaran di Bank Persepsi atau Pos Persepsi dengan menyerahkan : a. Fotocopy CK-1 dan SSCP yang telah diisi dengan lengkap dan benar; dan b. Uang pembayaran sejumlah nominal yang tercantum dalam SSCP. 3. Menerima kembali fotocopy CK-1 dan SSCP dari Bank Persepsi atau Pos Persepsi untuk dilengkapi dan diperbaiki, dalam hal pengisiannya belum lengkap dan benar. 4. Menyerahkan kembali SSCP yang telah dilengkapi dan diperbaiki beserta uang pembayaran sebagaimana dimaksud dalam butir 2. 5. Menerima SSCP atau BPN yang telah dibubuhi tanda terima dari Bank Persepsi atau Pos Persepsi: a. Lembar ke-1 untuk disampaikan ke KPBC; b. Lembar ke-3 untuk Penyetor/Wajib Pajak. 6. Menyerahkan SSCP lembar ke-1 atau BPN lembar ke-1 ke KPBC/Bendahara Penerimaan Bea dan Cukai. Untuk Pembayaran dan Penyetoran Denda Administrasi. 1. Menerima Surat Pemberitahuan Pengenaan Sanksi Administrasi (SPPSA)/Surat Tagihan Cukai (STCK-1)/Surat Teguran (ST)/Surat Paksa (SP) dari KPBC. 2. Mengisi formulir SSCP dalam rangkap 4 (empat) dengan lengkap dan benar berdasarkan SPPSA/STCK-1/ST/SP yang diterbitkan oleh KPBC. 3. Melakukan pembayaran di Bank Persepsi atau Pos Persepsi dengan menyerahkan : a. SPPSA/STCK-1/ST/SP dan SSPCP yang telah diisi dengan lengkap dan benar; dan

b. Uang pembayaran sejumlah nominal yang tercantum dalam SSCP. 4. Menerima kembali SPPSA/STCK-1/ST/SP dan SSPCP dari Bank Persepsi atau Pos Persepsi untuk dilengkapi dan diperbaiki, dalam hal pengisiannya belum lengkap dan benar. 5. Menyerahkan kembali SPPSA/STCK-1/ST/SP dan SSCP yang telah dilengkapi dan diperbaiki beserta uang pembayaran sebagaimana dimaksud dalam butir 3. 6. Menerima kembali dokumen yang telah dibubuhi tanda terima dari Bank Persepsi atau Pos Persepsi berupa SPPSA/STCK-1/ST/SP dan SSCP lembar ke-1 atau BPN lembar ke-1 dan SSCP lembar ke-3 atau BPN lembar ke-3. 7. Menyerahkan SSCP lembar ke-1 atau BPN lembar ke-1 ke KPBC/Bendahara Penerimaan Bea dan Cukai. B. Bank Persepsi atau Pos Persepsi. 1. Menerima dokumen yang telah diisi dan ditandatangani oleh Pengusaha berupa: a. CK-14, dalam hal pembayaran dan penyetoran Cukai Etil Alkohol dan Cukai Minuman Mengandung Etil Alkohol; b. Daftar Perincian Minuman Mengandung Etil Alkohol, dalam hal pembayaran dan penyetoran Cukai Minuman Mengandung Etil Alkohol; c. CK-1, dalam hal pembayaran dan penyetoran Cukai Hasil Tembakau atas pemesanan pita Cukai secara tunai; d. Fotocopy CK-1, dalam hal pembayaran dan penyetoran Cukai Hasil Tembakau atas pemesanan pita Cukai secara kredit; dan atau e. SPPSA/STCK-1/ST/SP untuk pembayaran dan penyetoran Denda Administrasi; dan f. SSCP lembar ke-1 s/d ke-4. 2. Meneliti kebenaran : a. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); b. Jenis penerimaan yang disetor; c. Penghitungan jumlah Cukai; d. Jumlah uang yang dibayar sesuai yang tercantum dalam CK-14, CK-1 atau SPPSA/STCK-1/ST/SP; dan e. Mencocokan SSCP dengan CK-14, CK-1 atau SPPSA/STCK-1/ST/SP. 3. Menerima uang pembayaran yang jumlahnya sama dengan jumlah nominal yang tercantum dalam SSCP yang bersangkutan, apabila CK-14, CK-1 dan SSCP telah diisi dengan lengkap dan benar. 4. Mengembalikan CK-14, CK-1, SPPSA/STCK-1/ST/SP dan SSCP kepada Pengusaha untuk dilengkapi dan diperbaiki, apabila SSCP belum diisi dengan lengkap dan benar dan atau tidak sesuai dengan yang tercantum dalam CK-14, CK-1 atau SPPSA/STCK- 1/ST/SP. 5. Menerima kembali dokumen CK-14, CK-1 atau SPPSA/STCK-1/ST/SP dan SSCP yang telah dilengkapi dan diperbaiki beserta uang pembayaran sebagaimana dimaksud dalam butir 3. 6. Membubuhkan tanda terima dalam SSCP berupa : a. Tanggal dan waktu penerimaan pembayaran, yaitu tanggal dan waktu penerimaan uang atau tanggal dan waktu kliring jika pembayarannya dengan uang giral; b. Nama dan Tanda Tangan petugas penerima pembayaran; c. Nomor SSCP dan Unit KPPN; dan d. Cap Bank/Pos Persepsi yang bersangkutan; 7. Menyerahkan kembali dokumen kepada Pengusaha berupa: a. CK-14, dalam hal pembayaran dan penyetoran Cukai Etil Alkohol dan Cukai Minuman Mengandung Etil Alkohol;

b. Daftar Perincian Minuman Mengandung Etil Alkohol, dalam hal pembayaran dan penyetoran Cukai Minuman Mengandung Etil Alkohol; c. CK-1, dalam hal pembayaran dan penyetoran Cukai Hasil Tembakau atas pemesanan pita Cukai secara tunai; dan atau d. SPPSA/STCK-1/ST/SP dalam hal pembayaran dan penyetoran Denda Administrasi, dan e. SSCP lembar ke-1 dan ke-3 atau BPN lembar ke-1 dan lembar ke-3. 8. Mendistribusikan SSCP : a. Lembar ke-1 untuk KPBC melalui Penyetor/Wajib Pajak; b. Lembar ke-2 untuk KPPN; c. Lembar ke-3 untuk Penyetor/Wajib Pajak; dan d. Lembar ke-4 untuk Bank Persepsi atau Pos Persepsi. 9. Menjawab permintaan konfirmasi mengenai suatu pembayaran atau penyetoran apabila ada permintaan dari KPBC. C. Kantor Pelayanan Bea dan Cukai (KPBC). 1. Menerima dokumen dari Pengusaha berupa: a. CK-14, dalam hal pembayaran dan penyetoran Cukai Etil Alkohol dan Cukai Minuman Mengandung Etil Alkohol; b. Daftar Perincian Minuman Mengandung Etil Alkohol, dalam hal pembayaran dan penyetoran Cukai Minuman Mengandung Etil Alkohol; dan atau c. CK-1, dalam hal pembayaran dan penyetoran Cukai Hasil Tembakau atas pemesanan pita Cukai secara tunai; dan d. SSCP lembar ke-1 atau BPN lembar ke-1. 2. Meneliti kebenaran pengisian dokumen dan penghitungan jumlah Penerimaan Negara atas Barang Kena Cukai dalam dokumen sebagaimana dimaksud dalam butir 1. 3. Mengembalikan dokumen sebagaimana dimaksud dalam butir 1 kepada Pengusaha untuk diperbaiki apabila pengisian dan penghitungannya belum lengkap dan benar, atau dalam hal terdapat kekurangan pembayaran Penerimaan Negara atas Barang Kena Cukai, memberitahukan kepada Pengusaha untuk melunasinya. 4. Menomori ck-14 dan ck-1 setelah memastikan kebenaran pengisiannya. 5. Mencatat nomor dan tanggal SSCP dalam: a. CK-14; b. CK-1; atau c. Buku Rekening Kredit. 6. Menyerahkan kembali CK-14 yang telah diisi dan ditandatangani Bendahara Penerimaan Bea dan Cukai kepada Pengusaha. 7. Meneliti kebenaran jumlah Denda Administrasi yang tercantum dalam SSCP dan SPPSA/STCK-1/ST/SP, dalam hal pembayaran dan penyetoran Denda Administrasi. 8. Menatausahakan dan membukukan Penerimaan Negara atas Barang Kena Cukai. 9. Meminta konfirmasi kepada dalam hal ada keraguan atas kebenaran dokumen pembayaran. 10. Apabila diperlukan, KPBC dapat meminta konfirmasi mengenai suatu pembayaran atau penyetoran Penerimaan Negara atas BKC kepada Bank Persepsi atau Pos Persepsi tempat penyetoran. MENTERI KEUANGAN ttd,- SRI MULYANI INDRAWATI

LAMPIRAN VII PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 145/PMK.04/2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 84/KMK.04/2003 TENTANG TATALAKSANA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA DALAM RANGKA IMPOR, PENERIMAAN NEGARA ATAS BARANG KENA CUKAI BUATAN DALAM NEGERI DEPARTEMEN KEUANGAN R.I DIT. JEND. BEA DAN CUKAI Kantor Pelayanan Bea dan Cukai... Kode Kantor : SURAT SETORAN CUKAI ATAS BARANG KENA CUKAI DAN PPN HASIL TEMBAKAU (SSCP) Lembar ke-1 Lembar ke-2 Lembar ke-3 Lembar ke-4 : KPBC : KPPN : PENYETOR : BANK/KANTOR POS & GIRO A. NPWP : Nama :... Alamat :...... Kode Pos... B. BERDASARKAN DOKUMEN :...NOMOR...TANGGAL... C. PENERIMAAN CUKAI DAN PAJAK Jenis Setoran MAP Jumlah Setoran Cukai Hasil Tembakau 411511 Rp... Cukai Etil Alkohol 411512 Rp... Cukai Minuman Mengandung Etil Alkohol 411513 Rp... Penerimaan Cukai lainnya 411519 Rp... Denda Administrasi Cukai 411514 Rp... PNBP/Pendapatan DJBC 423146 Rp... Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Hasil Tembakau 411211 Rp... Masa Pajak Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Beri tanda silang pada salah satu kolom bulan untuk masa yang berkenaan Tahun Diisi tahun terhutangnya pajak E. JUMLAH SETORAN CUKAI DAN PAJAK : Rp............ Dengan Huruf :...... Diterima Oleh Bank / Pos : Nomor SSCP : Un it KPPN : Tanggal : / / 20 Cap dan Tandatangan NTPN : NTB/NTP : Nama Jelas...

I. PETUNJUK PENGISIAN SURAT SETORAN CUKAI ATAS BARANG KENA CUKAI DAN PPN HASIL TEMBAKAU (SSCP) - Pengisian SSCP dilakukan dengan menggunakan huruf cetak kapital atau diketik. - Satu SSCP digunakan untuk semua jenis penyetoran Penerimaan Cukai dan PPN Hasil Tembakau, untuk satu dokumen Cukai. - Kesalahan pengisian akan merugikan penyetor sendiri. II. CARA PENGISIAN 1. Pada kolom kantor Pelayanan Bea dan Cukai (KPBC) diisi KPBC yang membawahi Reksan Cukai 2. Huruf A: 1. Diisi Nomor Pokok Wajib Pajak yang dimiliki. 2. Diisi nama Pengusaha sesuai dengan kartu NPWP. 3. Diisi alamat Pengusaha sesuai kartu NPWP. 3. Huruf B: Diisi jenis, nomor dan tanggal dokumen yang digunakan sebagai dasar pembayaran/penyetoran (misalnya : CK-1, CK-14 atau SPPSA/STCK-1/ST/SP). 4. Huruf C: Diisi jenis penerimaan, Kode Mata Anggaran Penerimaan (MAP) dan jumlah setoran. - Cukai Hasil Tembakau - Cukai Etil Alkohol - Cukai Minuman Mengandung Etil Alkohol - Denda Administrasi 411511 411512 411513 411514 - Penerimaan Cukai Lainnya (misalnya : bunga, biaya surat paksa, biaya pengganti pencetakan pita cukai, biaya pengganti pembuatan label Tanda Pengawasan) 411516 - Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)/Pendapatan DJBC - Pajak Pertambahan Nilai (PPN) hasil Tembakau 423146 411211 5. Pada kolom yang berkenaan dengan Masa Pajak, diberi tanda silang pada kolom bulan untuk masa yang berkenaan serta diisi tahun terhutangnya pajak untuk setoran dimaksud. 6. Huruf D: Diisi jumlah seluruh setoran Cukai dan Pajak dengan angka dan huruf. 7. Pada kolom Penyetor/Wajib Pajak, diisi tanggal/bulan/tahun pengisian SSCP, Cap, Tanda Tangan dan Nama jelas Penyetor/Wajib pajak. 8. Pada kolom pengesahan Bank atau Kantor Pos dan Giro diisi secara lengkap meliputi : (diisi oleh petugas Bank, Kantor Pos dan Giro). - Nama Bank/kantor Pos dan Giro tempat penyetoran; - Cabang Bank/kantor Pos dan Giro tempat penyetoran; - Tanggal, bulan dan Tahun penyetoran; - Tanda tangan dan nama jelas Petugas Bank/kantor Pos dan Giro. III. UKURAN DAN WARNA Ukuran : 210 X 297 MM Warna : Putih Keterangan : Lembar ke-1 (asli) jenis kertas HVS, lembar lainnya (copy) doorslag. MENTERI KEUANGAN ttd. SRI MULYANI INDRAWATI

LAMPIRAN VIII PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 145/PMK.04/2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 84/KMK.04/2003 TENTANG TATALAKSANA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA DALAM RANGKA IMPOR, PENERIMAAN NEGARA ATAS BARANG KENA CUKAI BUATAN DALAM NEGERI Departemen Keuangan RI Direktorat Jenderal Perbendaharaan 1. Identitas Wajib Bayar Identitas # BUKTI PENERIMAAN NEGARA Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak Dalam Rangka Import _ _. _ _ _ _ _. _. _ _ _. _ _ _ NPWP Badan Importir Nama _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ Nama Badan Importir Alamat _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ Nama Jalan Kota _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ Nama Propinsi / Kabupaten 2. Pengelola dan Nomor Administrasi Dokumen Pengelola Berdasarkan Dokumen _ _ _ _ _ _ _ _ - _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ - _ _ / _ _ / _ _ _ _ KPBC Jenis Nomor Dokumen Tanggal Dokumen 3. Rincian Pembayaran Bea Masuk Bea Masuk berasal dari SPM Hibah Denda Administrasi Penerimaan Pabean Lainnya Cukai Hasil Tembakau Cukai Etil Alkohol Cukai Minuman Mengandung Etil Alkohol Penerimaan Cukai lainya Jasa Pekerjaan Rp. _ _ _. _ _ _. _ _ _ PPN Impor NPWP _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ PPnBM Impor NPWP _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ PPh Pasal 22 Impor NPWP _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ Jumlah Pembayaran Dengan Huruf MENTERI KEUANGAN ttd. Diterima Oleh Bank / Pos : Tanggal : / / 20 Cap dan Tandatangan Nama Jelas... SRI MULYANI INDRAWATI