BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis

BABI PENDAHULUAN. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan. sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. yang memang harus terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik agar. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah salah satu upaya dalam mencerdaskan. kehidupan bangsa. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional juga

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan kepribadian dan akhlak mulia. Menurut Undang-Undang. mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam usaha pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

RPP. Pengertian RPP. Komponen RPP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah aspek penting dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. ataupun tinta hitam tergantung yang menuliskannya. No. 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa :

RPP. Pengertian RPP. Komponen RPP

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. berkala agar tetap relevan dengan perkembangan jaman. pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan Undang Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

I. PENDAHULUAN. Fokus isu-isu strategis pendidikan di Indonesia sekarang ini adalah permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. antara pendidikan dengan tingkat perkembangan bangsa tersebut yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Guru sebagai salah satu dari komponen pendidikan

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat digolongkan menjadi dua yaitu: tenaga pendidik (guru) dan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kedudukan guru mempunyai arti penting dalam pendidikan. Arti penting itu bertolak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum merupakan hal penting dalam sistem pendidikan Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. (SDM). Oleh karenanya, mengingat begitu pentingnya peran pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

MAKALAH 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KAPITA SELEKTA

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi. Azzra (Ambarita, 2010:37) mengatakan seorang guru yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional, mendefinisikan pendidikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dibutuhkan. pendidikan, karena pendidikan merupakan wahana untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

DAFTAR ISI. II. PEMBELAJARAN PENGAYAAN A. Pembelajaran Menurut SNP... B. Hakikat Pembelajaran Pengayaan... C. Jenis Pembelajaran Pengayaan...

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia memerlukan berbagai macam pengetahuan dan nilai. Terkait

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa. Peningkatan mutu pendidikan berarti pula peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa: kecerdasan peserta didik semata, tetapi juga untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN. sekolompok orang (kepala sekolah guru-guru, staf, dan siswa) untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRY

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

(Seminar Nasional Lembaga Kebudayaan) Edisi 1 Tahun 2017 Halaman E-ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 9. tentang Perlindungan Anak mmenyatakan bahwa setiap anak berhak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu permasalahan yang dihadapi Bangsa Indonesia sampai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB.I. PENDAHULUAN. landasan moral, dan etika dalam proses pembentukan jati diri bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diperolehnya seorang warga negara dapat mengabdikan diri

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perubahan zaman, semakin maju pula peradaban dunia yaitu

I. PENDAHULUAN. pendidikan adalah agar anak tersebut bertambah pengetahuan dan keterampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting sebagai sarana yang tepat untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusianya. Kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari kualitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar anak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu proses belajar mengajar yang dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membangun peradaban manusia di era modern seperti saat ini. Pada hakikatnya. mengalami perubahan (Wayan Somayasa, 2013: 2).

BAB V PEMBAHASAN DAN TEORI HASIL PENELITIAN. 1. Indikator dan tujuan rencana pelaksanaan pembelajaran berbasis

PERANAN MGMP PENJAS DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU PENJAS. Oleh. Drs. Andi Suntoda S., M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kegiatan pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru merupakan orang yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: Perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. suatu lembaga pendidikan. Kurikulum menyangkut suatu rencana dan

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. sebab itu hampir semua negara menempatkan pendidikan sebagai suatu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Suatu bangsa bisa dikatakan telah maju apabila seluruh warga negaranya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Guru merupakan faktor penentu pertama yang menentukan keberhasilan pembelajaran di dalam kurikulum 2013 yaitu kesesuaian kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) dengan kurikulum dan buku teks. Persiapan diri guru menjadi hal yang sangat penting karena guru akan mengemban amanah pembelajaran yang bertujuan mendorong peserta didik, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan (mempersentasikan), terhadap apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pelajaran (Anonim, 2013). Berdasarkan UU No. 14 tahun 2005 Pasal 10 menyatakan bahwa guru harus memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Posisi guru sebagai tenaga profesional mempunyai tujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional. Adapun fungsi pendidikan nasional sesuai dengan UU No.20 Tahun 2003 adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Seiring dengan berkembangnya pendidikan dan perubahan kurikulum di Indonesia maka pedoman standar nasional pendidikan telah mengalami perubahan, jika sebelumnya berdasarkan No.19 Tahun 2005 masa sekarang No.32 tahun 2013 dengan tujuan tercapainya pendidikan nasional dan sesuai dengan Peraturan Perundangan tersebut berhubungan dengan standar proses yang menyatakan guru diharapkan dapat mengembangkan perencanaan pembelajaran. Hal ini selaras juga dengan perubahan standar proses yang terkandung di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No.41 Tahun 2007 yang telah mengalami perubahan menjadi Permendiknas No.65 tahun 2013 yang 1

2 disesuaikan dengan Kurikulum 2013. RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Standar Nasional Pendidikan tersebut meliputi : standar isi; standar proses ; standar kompetensi kelulusan; standar tenaga kependidikan; standar sarana dan prasarana; standar pengelolaan; standar pembiayaan; dan standar penilaian. Dalam hal pengembangan kurikulum, Standar Isi (SI) dan Standar kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum (Mulyasa, 2008). Berdasarkan PP 19 Tahun 2005, Pasal 20 dinyatakan bahwa perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar dan penilaian hasil belajar.kegiatan pembelajaran adalah kegiatan guru dalam menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan bimbingan, melaksanakan pembelajaran yang bermutu, menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran, menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan terhadap peserta didik. Kegiatan bimbingan adalah kegiatan guru dalam menyusun rencana bimbingan, melaksanakan bimbingan, mengevaluasi proses dan hasil bimbingan, serta melakukan perbaikan tindak lanjut bimbingan dengan memanfaatkan hasil evaluasi (Permenpan 16 pasal 1, 2009). Rincian kegiatan guru mata pelajaran sebagai berikut: menyusun kurikulum pembelajaran pada satuan pendidikan; menyusun silabus pembelajaran; menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran; melaksanakan kegiatan pembelajaran; menyusun alat ukur/soal sesuai mata pelajaran; menilai dan mengevaluasi proses dan hasil belajar pada mata pelajaran yang diampunya; menganalisis hasil penilaian pembelajaran; melaksanakan pembelajaran/perbaikan dan pengayaan dengan memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi; menjadi pengawas penilaian

3 dan evaluasi terhadap proses dan hasil belajar tingkat sekolah dan nasional; membimbing guru pemula dalam program induksi; melaksanakan publikasi ilmiah; dan membuat karya inovatif. (Permenpan 16 pasal 13, 2009). Hasil penelitian Sumarno (2009) menyatakan bahwa pemberdayaan kemampuan guru yang meliputi peningkatan kualifikasi pendidikan, pelatihan penyusunan silabus dan RPP, serta penataan penulisan karya ilmiah terhadap guru berpengaruh positif terhadap kinerja guru. Kinerja guru (melalui indikator pengetahuan, sikap, keterampilan) berpengaruh positif terhadap kualitas pendidikan (kualitas nilai, dan kuantitas belajar). Kinerja guru memiliki peran yang penting di dalam mempengaruhi peningkatan kualitas pendidikan di Sekolah Dasar. Hal ini menyiratkan bahwa kemampuan menyusun RPP merupakan bagian dari upaya peningkatan kualitas pendidikan. Guru seharusnya melakukan perencanaan pembelajaran dengan baik dan dipersiapkan sebelum melaksanakan pembelajaran dan matang. Namun sebaliknya berdasarkan pengamatan di lapangan para guru menyusun RPP secara tergesa-gesa, hanya menyalin dari RPP yang sudah ada tanpa melakukan perbaikan dan tidak menjadikan pembelajaran adalah suatu hal yang menyenangkan dan penuh inovatif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan (Safardi, 2009) yang mengatakan bahwa pada kenyataannya saat ini guru dalam membuat RPP tidak dirancang dengan baik, kebanyakan RPP yang disusun tidak dijadikan sebagai acuan dalam proses belajar mengajar melainkan guru cenderung berpedoman terhadap buku paket (buku pegangan) sehingga RPP yang disusun guru hanya digunakan untuk pelengkap administrasi saja. Selaras dengan pengamatan yang dilakukan Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (2013) yang menyatakan bahwa kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak guru tidak menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Adapun faktor yang menyebabkan guru tidak menyusun RPP antara lain

4 tidak memahami dengan benar apa sebenarnya hakikat RPP, bagaimana prinsipprinsip penyusunan RPP dan kegunaan penyusunan RPP. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menyatakan bahwa aktivitas para guru kimia dalam pelaksanaan pembelajaran kimia sebagai pencerminan kemampuan para guru dalam mengimplementasikan teori teori pembelajaran dalam proses belajar mengajar masih belum memadai pada SMA di Kota Medan dan telah menunjukkan bahwa hasil supervisi akademik pada tahun 2010 bahwa guru memiliki seperangkat mengajar dengan 58,68% dan profil kerja guru yang baik hanya 47,50% (Wahyuni, 2012). Pelaksanaan kompetensi profesional guru banyak mendapatkan kesulitan dalam memperdalam dan menekuni silabus dan RPP. Selain itu, kurang aktif atau jarang mengikuti program sosialisasi pembuatan RPP yang dilaksanakan oleh sekolah atau pun institusi terkait yang lain (Marsigit, 2007). Dalam penelitian (Yahaya, dkk. 2011) mengatakan bahwa pelatihan guru dapat memperbaiki diri, memperdalam ilmu pengetahuan dan memperoleh kemampuan untuk mencapai kompetensi profesional guru. Lebih lanjut (Winarsih dan Mulyani, 2012) telah berhasil meningkatkan profesional guru lesson study untuk memperbaiki kualitas pembelajaran oleh guru. Analisis kemampuan guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran telah banyak dilakukan penelitian, berdasarkan hasil penelitian (Wijaya, 2011) menunjukkan bahwa: (1) kemampuan awal guru dalam menyusun RPP tergolong masih rendah karena guru kebingungan dalam merumuskan RPP karena mata pelajaran yang diajarkan berbeda dengan latar belakang yang dimiliki dan tidak memiliki inisiatif dalam menyusun RPP karena hanya menyalin dari MGMP; (2) penerapan supervisi klinis untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP terbagi menjadi dua siklus dalam setiap siklus melalui tiga tahap yakni tahap pendahuluan, observasi dan umpan balik. Penerapan supervise klinis dapat dikatakan berhasil karena ketiga tahap dalam setiap siklus berjalan lancar;(3) penerapan supervise dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP.

5 Di samping itu, hasil penelitian (Silaban, 2011) menunjukkan kualitas penyusunan RPP kimia di Sumatera Utara sebesar 68,18%.. Di dalam penelitian (Gusti, 2012) penelitiannya menunjukkan bahwa kualitas pelaksanaan pembelajaran kimia di sekolah masih belum jelas dan belum sesuai dengan kualitas yang diharapkan. Lebih lanjut (Eko, dkk. 2009) juga telah melakukan penelitian yang menunjukkan kompetensi profesional rendah dari guru dan persepsi siswa adalah sedang. Hal yang selaras dalam penelitian (Ginanjar, dkk. 2012) telah meneliti bahwa struktur RPP yang dibuat oleh guru masih kurang rinci dan kurang dilaksanakan sepenuhnya sebagai acuan pembelajaran. Penelitian (Roehrig, et all. 2007), analisis data menunjukkan bahwa pelaksanaan kurikulum sangat dipengaruhi oleh keyakinan guru tentang pengajaran dan pembelajaran serta adanya fasilitas yang mendukung di sekolah. Penelitian (Meltem, et all. 2007) menyatakan bahwa hasil analisis data antara guru dan siswa sedang berusaha untuk menyesuaikan diri dan berperan sebagai fasilitator dalam pembelajaran aktif. Dalam konteks ini pengalaman pembelajaran sebelumnya menjadi kendala untuk proses adaptasi. Selain itu kelas yang ramai, perbedaaan individu, status sosial ekonomi, orang tua yang menghargai nilai, pembatasan fisik dan tidak cukup pelatihan guru secara interns sebagai faktor masalah utama pelaksanaan. Pendidikan di Indonesia pada saat sekarang sedang mengalami peralihan kurikulum yaitu perubahan dari kurikulum sebelumnya KTSP menjadi kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan proses pembelajaran yang mengimplementasikan pendekatan scientific (ilmiah) meliputi ranah afektif (sikap), ranah psikomotorik (keterampilan) dan ranah koqnitif (pengetahuan). Beberapa diantaranya kriteria pendekatan pembelajaran scientific adalah materi pembelajaran berbasis fakta, mendorong dan menginspirasi siswa, tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik. Ternyata kurikulum seperti yang telah diuraikan di atas telah banyak dilakukan oleh pendidikan di luar negeri. Dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan (Marks, et all. 2008) yang bertujuan untuk mendorong kompetensi siswa dalam merefleksikan penggunaan informasi ilmu pengetahuan yang

6 berhubungan dengan kehidupan sehari hari. RPP kimia dikembangkan dalam proyek Participatory Action Research. Rancangan pembelajaran yang disusun oleh guru sangat mudah diterapkan, memotivasi siswa dan membangun pembahasan yang intensif di kalangan para siswa sehingga meningkatkan ranah koqnitif tingkat tinggi dan ranah psikomotorik. Selain itu penelitian di Jerman (Eilks and Feirabend, 2011)melakukan rencana pembelajaran kimia pada pokok bahasan penggunaan etanol sebagai sumber energy alternatif dan terbarukan dengan mengkaitkan pada penanganan isu-isu ilmiah dan teknologi dalam masyarakat dan sangat penting untuk merefleksikan materi kimia pada dimensi sosial umum. Lebih lanjut penelitian yang telah dilakukan (Eilks, et all. 2012) di Jerman dan Israel melakukan rencana pembelajaran untuk mengembangkan ranah psikomotorik (keterampilan) dan berusaha untuk berkontribusi pada pengembangan profesional dari semua peserta didik di bidang studi tertentu dan pembelajaran yang menghasilkan produk untuk kepentingan umum. Penelitian ini berfokus pada pengembangan profesional guru yang disesuaikan dengan pengembangan kurikulum dan rencana pembelajaran untuk penyebaran secara luas. Penelitian (Astrid, et all. 2007) yang telah membahas bagaimana mengurangi ketidaksesuaian antara hasil koqnitif (pengetahuan) dan afektif (sikap) dari kurikulum kimia dan apa yang harus dicapai yaitu kebermaknaan belajar siswa pada kehidupan sehari hari dengan isu-isu sosial. Oleh karena itu, pada kasus ini diperlukan untuk memunculkan kompetensi pedagogik, kompetensi profesional dan kompetensi sosial seorang guru dalam merancang suatu pembelajaran yang baik. Di samping itu, penelitian (Harrison and Treagust, 1998) mengungkapkan bahwa siswa memiliki kesulitan memisahkan materi belajar dari kenyataan. Penggunaan bahasa yang dipergunakan guru pada saat pembelajaran kimia pada kenyataan membuat siswa kebingungan ketika siswa mencoba untuk mengasimilasi dan mengakomodasikan ide ide ilmiah dan mendiskusikan materi yang analogis sehingga guru juga harus memiliki keterampilan bahasa yang baik untuk mendefenisikan materi pelajaran dengan sederhana dan mudah dipahami siswa yang dituangkan di dalam rancangan pembelajaran.

7 Penelitian (Gaspar, et all. 1998) telah meneliti tentang pandangan dan praktek dari guru sains sekolah menengah menuju perencanaan pembelajaran. Dalam penelitian ini diajukan dua pertanyaan utama yaitu Apakah yang akan dilakukan guru sebelum mempersiapkan pelajaran mereka? dan Apakah gurumenyusun atau memikirkan perencanaan pembelajaran mereka sendiri?. Hasil dari penelitian ini menjadi pedoman untuk memikirkan bagaimana cara cara perencana pembelajaran yang mungkin disosialisakan dalam program pelatihan. Berdasarkan uraian di atas sangat diperlukan suatu analisis mengenai penyusunan RPP yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui kemampuan guru dalam menyusun, memahami dan memeroses kegiatan pembelajaran yang tertuang dalam RPP yang merupakan hal terpenting sebelum melaksanakan proses pembelajaran. 1.2. Identifikasi Masalah Untuk memberikan arahan terhadap penelitian ini maka diidentifikasi permasalahan penelitian sebagai berikut: (1) Belum tersedia publikasi tentang kemampuan guru mata pelajaran kimia menyusun RPP sesuai dengan standar proses ; (2) Kenyataan menunjukkan bahwa umumnya guru mata pelajaran kimia SMAN di Kabupaten Deliserdang belum menyusun RPP yang merupakan karyanya sendiri dan sesuai dengan peningkatan keunggulan daerah serta keunggulan sekolah masing-masing; (3) Kenyataan menunjukkan bahwa guru mata pelajaran kimia cenderung belum menggunakan RPP yang disusunnya sebagai pedoman penyelenggaraan proses belajar mengajar di kelas; (4) adanya kecenderungan guru berpedoman kepada buku paket (buku pegangan); (5) adanya perubahan kurikulum yang mengubah peraturan pemerintah tentang standar pendidikan nasional dan standar proses; (6) adanya kenyataan bahwa guru belum memahami hakikat menyusun RPP; (7) adanya kenyataan bahwa guru belum memahami prinsip pengembangan RPP; (8) kenyataan bahwa guru kurang aktif atau jarang mengikuti program sosialisasi RPP yang dilaksanakan oleh

8 sekolah oleh instansi terkait; dan (9) Kenyataannya banyak guru mengalami kesulitan dalam menyusun RPP secara mandiri. 1.3. Batasan Masalah Mengingat luasnya kajian tentang kualitas perencanaan (RPP) yang disusun guru dalam penyelenggaraan PBM mata pelajaran kimia, maka penelitian dibatasi pada kesesuaian RPP yang disusun guru mata pelajaran kimia kelas X pada materi pokok ikatan kimia dan sifat larutan elektrolit dan non-elektrolit di SMAN Se-Kabupaten Deliserdang yang dirujuk oleh Dinas Pendidikan mengimplementasikan kurikulum 2013 dan dsesuaikan dengan standar proses dan prinsip-prinsip pengembangan rancangan pembelajaran sesuai dengan pedoman pengembangan kurikulum 2013. 1.4. Rumusan Masalah Secara umum permasalahan penelitian ini terkait dengan pemahaman guru mata pelajaran kimia SMAN di Kabupaten Deliserdang dalam menyusun dan menerapkan RPP berdasarkan Kurikulum 2013. Untuk memberikan arahan penelitian ini lebih spesifik maka disusun rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana kelengkapan dokumen RPP yang disusun guru mata pelajaran kimia SMAN di Kabupaten Deliserdang dibandingkan kelengkapan RPP yang ditetapkan dalam Standar Proses untuk Pendidikan Menengah (Permendiknas RI No. 65 Tahun 2013)? 2. Bagaimana kesesuaian isi dokumen RPP mata pelajaran kimia guru SMAN di Kabupaten Deliserdang dengan Standar Proses untuk Pendidikan Dasar Menengah (Permendiknas RI No. 65 Tahun 2013)? 3. Apakah terdapat perbedaan kualitas RPP mata pelajaran Kimia Kelas X berdasarkan Materi Pokok di SMAN Se-Kabupaten Deli Serdang? 4. Apakah terdapat perbedaan kualitas RPP mata pelajaran kimia Kelas X berdasarkan sekolah di SMAN Se-Kabupaten Delisedang?

9 1.5. Tujuan Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan mendeskripsikan pemahaman guru mata pelajaran mata pelajaran kimia kelas X SMA dalam RPP berdasarkan Kurikulum 2013 di SMAN Se-Kabupaten Deliserdang. Secara khusus penelitian ini ditujukan untuk memperoleh informasi tentang: 1. Kelengkapan dokumen RPP mata pelajaran kimia di SMAN Se-Kabupaten Deliserdang sesuai dengan Standar Proses untuk Pendidikan Menengah (Permendiknas RI No. 65 Tahun 2013). 2. Kesesuaian isi dokumen RPP mata pelajaran kimia di SMAN Se-Kabupaten Deliserdang dengan Standar Proses untuk Pendidikan Menengah (Permendiknas RI No. 65 Tahun 2013). 3. Perbedaan kualitas RPP mata pelajaran kimia Kelas X berdasarkan materi pokok di SMAN Se-Kabupaten Deliserdang. 4. Perbedaan kualitas RPP mata pelajaran kimia Kelas X berdasarkan sekolah di SMAN Se-Kabupaten Deliserdang. 1.6.Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada tenaga pendidik dan pengembang kurikulum yang bersifat teoritis dan praktis: 1. Manfaat teoritis; hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk memperluas wawasan guru dan pengembangan kurikulum khususnya guru bidang studi kimia dalam penyusunan RPP pada Kurikulum 2013 di sekolah masingmasing. 2. Manfaat Praktis; hasil penelitian diharapkan bermanfaat sebagai sumbangan informasi bagi guru-guru, pengelola, pengembang, dan lembaga-lembaga pendidikan dalam dinamika pelaksanaan dan pengembangan penyusunan RPP pada Kurikulum 2013, bahan perbandingan bagi peneliti yang lain, yang membahas dan meneliti permasalahan yang sama.