Cara uji fisika - Bagian 4: Pemeriksaan kemasan kaleng produk perikanan

dokumen-dokumen yang mirip
Cara uji fisika - Bagian 1: Penentuan suhu pusat pada produk perikanan

Cara uji kimia- Bagian 2: Penentuan kadar air pada produk perikanan

Cara uji kimia - Bagian 1: Penentuan kadar abu pada produk perikanan

Cara uji fisika Bagian 2: Penentuan bobot tuntas pada produk perikanan

Ikan segar - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

SNI Standar Nasional Indonesia. Ikan tuna dalam kaleng Bagian 1: Spesifikasi

Ikan beku Bagian 1: Spesifikasi

Filet kakap beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

SNI Standar Nasional Indonesia. Udang beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Cara uji kimia - Bagian 3: Penentuan kadar lemak total pada produk perikanan

Ikan tuna dalam kaleng Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

SNI Standar Nasional Indonesia. Filet kakap beku Bagian 1: Spesifikasi

Es untuk penanganan ikan - Bagian 1: Spesifikasi

Tuna loin segar Bagian 1: Spesifikasi

LAPORAN PRAKTIKUM PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN SAMBUNGAN GANDA PADA KALENG

Udang beku Bagian 1: Spesifikasi

Kepiting (Scylla Serrata) kulit lunak beku Bagian 1: Spesifikasi

Cara uji kimia - Bagian 4: Penentuan kadar protein dengan metode total nitrogen pada produk perikanan

Tuna loin segar Bagian 2: Persyaratan bahan baku

Sarden dan makerel dalam kemasan kaleng

Tuna dalam kemasan kaleng

SNI Standar Nasional Indonesia. Saus cabe

SNI Standar Nasional Indonesia. Baja tulangan beton. Badan Standardisasi Nasional

SNI Standar Nasional Indonesia

Baja profil kanal U proses canai panas (Bj P kanal U)

SNI. Baja Tulang beton SNI Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional BSN

Cara uji fisika Bagian 7: Pengujian filth pada produk perikanan

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica)

Baja lembaran, pelat dan gulungan canai panas (Bj P)

Kayu gergajian Bagian 2: Pengukuran dimensi

Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP )

Jahe untuk bahan baku obat

Susu segar-bagian 1: Sapi

Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak dan lemak secara gravimetri

SNI Standar Nasional Indonesia. Sari buah tomat. Badan Standardisasi Nasional ICS

SNI 0123:2008. Standar Nasional Indonesia. Karton dupleks. Badan Standardisasi Nasional ICS

Baja tulangan beton hasil canai panas Ulang

Baja lembaran lapis seng (Bj LS)

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana)

Baja lembaran lapis seng (Bj LS)

Baja profil siku sama kaki proses canai panas (Bj P Siku sama kaki)

Cara koreksi kepadatan tanah yang mengandung butiran kasar

Bambu lamina penggunaan umum

Sosis ikan SNI 7755:2013

Cara uji bliding dari beton segar

Telur ayam konsumsi SNI 3926:2008

SNI 0103:2008. Standar Nasional Indonesia. Kertas tisu toilet. Badan Standardisasi Nasional ICS

Kulit masohi SNI 7941:2013

Cara uji kandungan udara dalam beton segar dengan metode tekan

JANGKA SORONG I. DASAR TEORI

Kertas, karton dan pulp Cara uji kadar abu pada 525 o C

Pengemasan sidat atau belut hidup melalui sarana angkutan udara

Mutu karkas dan daging ayam

Pengemasan benih ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) pada sarana angkutan udara

SNI. Baja tulangan beton SNI Standar Nasional Indonesia ICS ~ Stanzfardisasi. w $$: '" Nasioi:al. -..

Benih panili (Vanilla planifolia Andrews)

SNI Standar Nasional Indonesia. Saus tomat ICS Badan Standardisasi Nasional

Semen portland campur

Cara uji abrasi beton di laboratorium

Terasi udang SNI 2716:2016

Baja lembaran dan gulungan lapis paduan aluminium seng (Bj.L AS)

Pulp Cara uji kadar selulosa alfa, beta dan gamma

Uji mutu fisik dan fisiologis benih sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen)

Tata cara pembuatan benda uji di laboratorium mekanika batuan

SNI 7273:2008. Standar Nasional Indonesia. Kertas koran. Badan Standardisasi Nasional ICS

Kertas dan karton - Cara uji kekasaran Bagian 1: Metode Bendtsen

SPESIFIKASI TEKNIK KOMPOR GAS BAHAN BAKAR LPG SATU TUNGKU DENGAN SISTEM PEMANTIK MEKANIK KHUSUS UNTUK USAHA MIKRO

Katup tabung baja LPG

SNI 4482:2013 Standar Nasional Indonesia Durian ICS Badan Standardisasi Nasional

SNI 3165:2009. Standar Nasional Indonesia. Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis Perumusan SNI Pertanian.

Baja tulangan beton dalam bentuk gulungan

METODE PENGUJIAN CAMPURAN ASPAL DENGAN ALAT MARSHALL

Benih panili (Vanilla planifolia Andrews)

Kayu lapis untuk kapal dan perahu

SNI 7827:2012. Standar Nasional Indonesia. Papan nama sungai. Badan Standardisasi Nasional

Metode uji penentuan ukuran terkecil rata-rata (UKR) dan ukuran terbesar rata-rata (UBR) butir agregat

Bentuk baku konstruksi pukat hela ganda udang (double rigger shrimp trawl)

Cara uji kelarutan aspal modifikasi dalam toluen dengan alat sentrifus

Cara uji berat jenis tanah

Kertas dan karton - Cara uji kilap Sudut 75 derajat (75 )

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik

Kertas dan karton - Cara uji daya serap air- Metode Cobb

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah

MAKALAH MIKROMETER SEKRUP Leave a comment

Air demineral SNI 6241:2015

Cara uji slump beton SNI 1972:2008. Standar Nasional Indonesia

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 4: Cara uji kadar uap air dengan metoda gravimetri

SNI 4230:2009. Standar Nasional Indonesia. Pepaya

Batang uji tarik untuk bahan logam

Benih lada (Piper nigrum L)

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton

Cara uji sifat tahan lekang batu

Air dan air limbah- Bagian 3: Cara uji padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid, TSS) secara gravimetri

Pemanfaat tenaga listrik untuk keperluan rumah tangga dan sejenisnya Label tanda hemat energi

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan

Air dan air limbah Bagian 26 : Cara uji kadar padatan total secara gravimetri

Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air

ALAT UKUR PRESISI 1. JANGKA SORONG Jangka sorong Kegunaan jangka sorong Mengukur Diameter Luar Benda Mengukur Diameter Dalam Benda

Cara uji kuat lentur beton normal dengan dua titik pembebanan

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan darat

Transkripsi:

Standar Nasional Indonesia Cara uji fisika - Bagian 4: Pemeriksaan kemasan kaleng produk perikanan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional

Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3 Pemeriksaan fisik kaleng bagian dalam dan luar... 1 4 Penentuan kevakuman kaleng (derajat kehampaan)... 2 5 Penentuan head space (ruang hampa)... 2 6 Penentuan overlap... 3 7 Pelaporan... 4 8 Keamanan dan keselamatan kerja (K3)... 4 Lampiran A (normatif) Gambar peralatan... 5 Lampiran B (normatif) Komponen sambungan ganda kaleng... 7 Lampiran C (normatif) Persyaratan sambungan ganda kaleng dan nilai persentasi overlap kaleng... 8 Bibliografi... 9 Tabel 1 Standar derajat kehampaan... 2 i

Prakata Dalam rangka memberikan jaminan mutu dan keamanan pangan terhadap komoditas produk perikanan yang akan dipasarkan di dalam dan luar negeri, maka perlu disusun suatu Standar Nasional Indonesia (SNI) metode uji yang dapat memenuhi jaminan tersebut. Standar ini merupakan revisi dari SNI 01-2372.4-1998, Pemeriksaan produk perikanan yang dikalengkan yang telah dirumuskan oleh Panitia Teknis Perikanan melalui rapat-rapat teknis, rapat prakonsensus dan rapat konsensus nasional pada tanggal 18 Maret 2005 di Jakarta. Dihadiri oleh wakil-wakil produsen, konsumen, asosiasi, lembaga penelitian, perguruan tinggi serta instansi terkait sebagai upaya untuk meningkatkan jaminan mutu dan keamanan pangan. Berkaitan dengan penyusunan Standar Nasional Indonesia ini, maka aturan-aturan yang dijadikan dasar atau pedoman adalah: 1 Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan. 2 Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI. No. KEP. 01/MEN/2002 tentang Sistem Manajemen Mutu Terpadu Hasil Perikanan. 3 Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI. No. KEP. 06/MEN/2002 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemeriksaan Mutu Hasil Perikanan yang Masuk ke Wilayah Republik Indonesia. 4 Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI. No. KEP. 21/MEN/2004 tentang Sistem Pengawasan dan Pengendalian Mutu Hasil Perikanan untuk Pasar Uni Eropa. 5 Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (POM) No.03725/B/SK/VII/89 tanggal 10 Juli 1989 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam dalam Makanan dan No.03726/B/SK/VII/89 tanggal 10 Juli 1989 tentang Batas Maksimum Cemaran Mikroba dalam Makanan. 6 Data verifikasi metoda pengujian kadar abu laboratorium kimia BPPMHP, 2004. ii

Cara uji fisika - Bagian 4: Pemeriksaan kemasan kaleng produk perikanan 1 Ruang lingkup Standar ini menetapkan metode pemeriksaan kemasan kaleng yang digunakan untuk produk perikanan meliputi, fisik kaleng bagian luar dan dalam, kevakuman kaleng (derajat kehampaan), penentuan ruang hampa (head space) dan persentase overlap yang menentukan baik atau buruknya proses penutupan kaleng. 2 Istilah dan definisi 2.1 head space ruang hampa udara yang terdapat pada bagian atas produk kaleng 2.2 overlap tingkat kekencangan/nilai pengerutan penyambungan lipatan badan dan tutup kaleng pada saat proses pembentukan sambungan ganda (double seam) 2.3 double seam sambungan yang terbentuk dari lipatan yang saling mengunci antara lekukan (curl) tutup (lid) dengan lekukan bibir (flange) badan kaleng 2.4 produk perikanan ikan termasuk biota perairan lainnya yang ditangani dan/atau diolah untuk dijadikan produk akhir yang berupa ikan segar, ikan beku dan olahan lainnya yang digunakan untuk konsumsi manusia 3 Pemeriksaan fisik kaleng bagian dalam dan luar 3.1 Prinsip Pemeriksaan fisik secara visual 3.2 Peralatan a) Tang (alat pemukul kaleng); b) Seam micrometer atau alat lain yang sesuai; c) Jangka sorong (dial caliper) skala 0,02 mm d) Alat pembuka kaleng; e) Gergaji besi (seam slitting saw machine); f) Kikir; g) Pisau; h) Alat pengukur kehampaan (vacuum gauge); CATATAN Gambar peralatan pada lampiran A. 1 dari 9

3.3 Prosedur a) Periksa kerusakan kaleng seperti: pengkaratan, penggembungan, atau pencekungan pada kaleng. b) Periksa bunyi kaleng pada kondisi belum dibuka, dengan melakukan pemukulan kaleng dengan menggunakan tang (alat pemukul kaleng) pada posisi kaleng diatas meja, dengarkan bunyinya nyaring atau tidak nyaring. Kaleng dinyatakan baik apabila berbunyi nyaring dan kurang baik apabila berbunyi tidak nyaring. c) Periksa fisik kaleng bagian dalam setelah kaleng dibuka. Periksa kerusakan kaleng seperti pengkaratan, penghitaman atau perubahan-perubahan pada lapisan dalam kaleng. 4 Penentuan kevakuman kaleng (derajat kehampaan) 4.1 Prinsip Pengukuran derajat kehampaan pada produk kaleng dengan menggunakan alat pengukur kehampaan (vacuum gauge) 4.2 Prosedur a) Cuci kaleng dengan air bersih kemudian keringkan dengan lap bersih atau kertas tissu. Letakkan kaleng pada tempat datar dan ukur kehampaan dengan cara menancapkan alat pengukur kehampaan pada bagian tengah permukaan tutup kaleng. b) Bandingkan nilai kevakuman yang tertera pada jarum penunjuk alat pengukur kehampaan dengan standar derajat kehampaan pada Tabel 1. Tabel 1 Standar derajat kehampaan Tall round can Oval can Cylinder can Tipe kaleng Derajat kehampaan ( psi ) 8 4 5 5 Penentuan head space (ruang hampa) 5.1 Prinsip Pengukuran jarak permukaan produk dengan tutup kaleng, menggunakan alat jangka sorong (dial caliper). 5.2 Prosedur a) Buka kaleng secara hati-hati dengan memakai alat pembuka kaleng. b) Letakkan kaleng pada permukaan datar kemudian ukur jarak permukaan produk dengan tutup kaleng dengan menggunakan alat jangka sorong. c) Ruang hampa udara maksimal 1/10 tinggi kaleng. 2 dari 9

6 Penentuan overlap 6.1 Prinsip Pengukuran kerapatan penutupan kaleng dengan alat seam micrometer atau alat lain yang sesuai. 6.2 Prosedur Penentuan overlap merupakan cara untuk menentukan baik atau buruknya proses penutupan kaleng. Untuk memudahkan penentuan sambungan ganda yang akan diukur, dapat dilihat pada Lampiran B. Penentuan dilakukan dengan alat seam micrometer sebagai berikut: a) Keluarkan isi kaleng lalu cuci kaleng dengan air bersih. b) Letakkan kaleng di atas meja dengan posisi tidak bergerak. c) Ukur kedalaman (counter sink), ketebalan dari sambungan ganda body hook (BH) dan cover hook (CH) (thickness) dan lebar sambungan kaleng (width)(w). Baca pada sleede dan thimble. CONTOH: Sleede = 0,5 Thimble = 18 Dibaca = 0,68 Sleede = 0,5 Thimble = 8 Dibaca = 0,58 Untuk mengetahui persyaratan sambungan ganda dan nilai persentase overlap kaleng dapat dilihat pada Lampiran C. d) Potong secara memanjang dengan gergaji besi atau seam slitting saw machine selebar 1cm. Kikir bagian sambungan ganda kaleng yang telah dipotong tadi untuk memisahkan body dan cover kaleng. e) Ukur body hook (BH), cover hook (CH), end plate thickness (EPT) dan body plate thickness (BPT). 6.3 Perhitungan Hitung nilai overlap kaleng (%) sebagai berikut: BH + CH +EPT - W % overlap = X 100% W (2 EPT + BPT) Dengan: BH adalah panjang lipatan badan kaleng (body hook), dinyatakan dalam milimeter (mm); CH adalah panjang lipatan tutup kaleng (cover hook), dinyatakan dalam milimeter (mm); W adalah lebar sambungan kaleng (width), dinyatakan dalam milimeter (mm); EPT adalah ketebalan tutup kaleng (end plate thickness), dinyatakan dalam milimeter (mm); BPT adalah ketebalan badan kaleng (body plate thickness), dinyatakan dalam milimeter (mm). 3 dari 9

7 Pelaporan Laporkan hasil pemeriksaan kaleng sebagai berikut: a) Pemeriksaan fisik kaleng bagian luar dan dalam dilaporkan sebagai baik atau tidak baik. b) Penentuan kevakuman kaleng dilaporkan dalam derajat kehampaan (psi). c) Penentuan head space dilaporkan dalam angka perbandingan antara ruang hampa dengan tinggi kaleng. d) Penentuan overlap dilaporkan dalam bentuk persen (%) dengan 2 angka di belakang koma. Jika diperoleh angka desimal kurang dari 5 (lima) maka pembulatan turun, tetapi jika lebih dari 5 (lima) pembulatan naik. CONTOH: 60,454 dibulatkan menjadi 60,45 60,466 dibulatkan menjadi 60,47 Jika diperoleh angka desimal 5 (lima) yang akan dibulatkan dari angka genap yang ada di depannya, maka angka lima tersebut menjadi hilang tetapi jika angka di depannya ganjil maka pembulatan akan naik. CONTOH: 60,765 dibulatkan menjadi 60,76 60,475 dibulatkan menjadi 60,48 8 Keamanan dan keselamatan (K3) Untuk menjaga keamanan dan keselamatan kerja selama melakukan pemeriksaan produk perikanan yang dikalengkan maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: a) Menggunakan baju laboratorium; b) Kacamata pelindung; c) Sarung tangan selama bekerja. 4 dari 9

Lampiran A (normatif) Gambar peralatan Peralatan untuk membuka kaleng Kikir Pembuka kaleng Tang Pembuka kaleng Badan Ujung Spindle Anvil Thimble Kerangka Sleeve Seam micrometer 5 dari 9

Gergaji besi (seam slitting saw machine) Cara melepas tutup kaleng Body Hook Pengukuran derajat kevakuman Pengukuran Pengukuran Head Space head space 6 dari 9

Lampiran B (normatif) Komponen sambungan ganda kaleng OPERASI PERTAMA OPERASI PERTAMA OPERASI OPERASI KEDUA KEDUA Thickness Thickness Thickness Width Width (W) (W) Countersink Countersink Width (W) Width (W) Body Hook (BH) BodyHook Overlap (BH) Cover Cover Hook Hook (CH) (CH) Countersink Body Body Cover Cover Body Cover Cover End Plate Thickness (EPT) Body Plate Thickness Body Plate Thickness (BPT) (BPT 7 dari 9

Lampiran C (normatif) Persyaratan sambungan ganda kaleng dan nilai persentasi overlap kaleng C.1 Persyaratan sambungan ganda a) Kedalaman (counter sink) pada umumnya adalah 0,128 (3,25 mm) b) Ketebalan dari sambungan ganda body hook (BH) dan cover hook (CH) (thickness) 0,0575 (1,45 mm) sambungan ganda terlalu rapat 0,059 (1,50 mm) sambungan ganda baik 0,061 (1,55 mm) sambungan ganda terlalu longgar/buruk C.2 Persyaratan nilai persentase overlap a) Kesempurnaan body hook (BH) dan cover hook (CH) biasanya berukuran 0,075 0,85 (1,9 mm 2,15 mm). b) Lebar sambungan kaleng (witdh) maksimum 0,125 (3,2 mm), yang ideal adalah 0,118 (3,0 mm). c) Standar minimum overlap sebesar 55% dan maksimum sebesar 65%. 8 dari 9

Bibliografi Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet, M. Wotton. 1987. Ilmu Pangan. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta Food and Drud Administration, Bacteriological Analytical Manual. 8 th edition. 1998. Winarno, F.G. 1994. Sterilisasi Komersial Produk Pangan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 9 dari 9