BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERCOBAAN II PENGARUH SURFAKTAN TERHADAP KELARUTAN A. Tujuan 1. Mengetahui dan memahami pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat 2.

KARBOHIDRAT DALAM BAHAN MAKANAN

A. Sifat Fisik Kimia Produk

BIOKIMIA Kuliah 1 KARBOHIDRAT

KARBOHIDRAT PROTEIN LEMAK KIMIA KESEHATAN KELAS XII SEMESTER 5

A. Senyawa organik sintesis

KARBOHIDRAT. Karbohidrat berasal dari kata karbon (C) dan hidrat atau air (H 2 O). Rumus umum karborhidrat dikenal : (CH 2 O)n

Analisa Karbohidrat. Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc

KARBOHIDRAT. Pendahuluan. Pertemuan ke : 3 Mata Kuliah : Kimia Makanan / BG 126

KARBOHIDRAT PROTEIN LEMAK

I. PENDAHULUAN. Pasta merupakan produk emulsi minyak dalam air yang tergolong kedalam low fat

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA HIDROLISIS AMILUM (PATI)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SIFAT PERMUKAAN SISTEM KOLOID PANGAN AKTIVITAS PERMUKAAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Fransiska Victoria P ( ) Steffy Marcella F ( )

Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasil gliserol, dengan rumus umum : O R' O C

PERTEMUAN 2 PERCOBAAN KARBOHIDRAT TUGAS PRAKTIKUM : MENGIDENTIKASI LARUTAN SAMPEL, APAKAH TERMASUK MONO, DI ATAU POLISAKARIDA DAN APA JENISNYA.

I. PENDAHULUAN (Ditjen Perkebunan, 2012). Harga minyak sawit mentah (Crude Palm

Perbandingan aktivitas katalis Ni dan katalis Cu pada reaksi hidrogenasi metil ester untuk pembuatan surfaktan

HASIL DAN PEMBAHASAN

KARBOHIDRAT. Sulistyani, M.Si

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karena karbohidrat merupakan sumber kalori yang murah. Jumlah kalori yang

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

KIMIA. Sesi. Review IV A. KARBOHIDRAT

Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap flavor dan berperan terhadap pembentukan warna.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. berasa dan tidak berwarna. Pengunaannya dalam dunia industri sangat luas. meliputi industri farmasi, kosmetik, dan bahan pangan.

A. RUMUS STRUKTUR DAN NAMA LEMAK B. SIFAT-SIFAT LEMAK DAN MINYAK C. FUNGSI DAN PERAN LEMAK DAN MINYAK

I. PENDAHULUAN. Metil ester sulfonat (MES) merupakan surfaktan anionik yang dibuat melalui

TINJAUAN PUSTAKA Beras Struktur Beras Penggilingan Padi menjadi Beras

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan determinasi tanaman.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Evaluasi Belajar Tahap Akhir K I M I A Tahun 2005

PERPINDAHAN MASSA KARBOHIDRAT MENJADI GLUKOSA DARI BUAH KERSEN DENGAN PROSES HIDROLISIS. Luluk Edahwati Teknik Kimia FTI-UPNV Jawa Timur ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201

DIKTAT PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS XII IPA 2009/2010

membantu pemerintah dalam menanggulangi masalah pengangguran dengan

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah

Gambar 1. Contoh Gugus Fungsi Surfaktan (Myers, 1946)

D. Tinjauan Pustaka. Menurut Farmakope Indonesia (Anonim, 1995) pernyataan kelarutan adalah zat dalam

TINJAUAN PUSTAKA. berat kering beras adalah pati. Pati beras terbentuk oleh dua komponen yang

B. Struktur Umum dan Tatanama Lemak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : PUJI ASTUTI A

BAB III KOMPOSISI KIMIA DALAM SEL. A. STANDAR KOMPETENSI Mahasiswa diharapkan Mampu Memahami Komposisi Kimia Sel.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit (Elaeis Guineesis Jacq) merupakan salah satu tanaman perkebunan

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

BAB I PENDAHULUAN. Ester gula asam lemak merupakan non-ionik emulsifier yang bersifat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva yang terbentuk

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN KARBOHIDRAT II UJI MOORE. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Praktikum Biokimia Pangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

ABSTRAK. Kata Kunci : Amilase, Zea mays L., Amonium sulfat, Fraksinasi, DNS.

SINTESIS SURFAKTAN ALKIL POLIGLIKOSIDA DARI GLUKOSA DAN DODEKANOL DENGAN KATALIS ASAM

Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BISNIS BEKATUL KAYA MANFAAT

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. bahan yang memiliki sifat rentan terhadap kerusakan oleh lingkungan luar dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Minyak jelantah merupakan minyak goreng yang telah digunakan beberapa kali.

BAB I PENDAHULUAN. gugus hidrofilik pada salah satu sisinya dan gugus hidrofobik pada sisi yang

4. PEMBAHASAN 4.1. Analisa Kimia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

I. PENDAHULUAN. Persediaan bahan bakar fosil yang bersifat unrenewable saat ini semakin

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe

I. PENDAHULUAN. menurun. Penurunan produksi BBM ini akibat bahan bakunya yaitu minyak

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu tanaman perkebunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. pengepresan (Abbas et al., 1985). Onggok yang dihasilkan dari proses pembuatan

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi

KOMPONEN KIMIA BAHAN PANGAN dan PERUBAHANNYA AKIBAT PENGOLAHAN. Oleh : Astuti Setyowati

Lampiran 1. Determinasi Tanaman Jarak Pagar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. komersial dilakukan secara setahap dengan hasil samping berupa dedak

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sabun adalah senyawa garam dari asam-asam lemak tinggi, seperti

I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Percobaan, (2) Tujuan Percobaan, (3) Prinsip Percobaan, dan (4) Reaksi Percobaan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. asam ataupun enzimatis untuk menghasilkan glukosa, kemudian gula

Transkripsi:

6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Surfaktan Glukosa Ester Beberapa jenis surfaktan dapat dibuat dari bahan baku mono atau oligosakarida yang direaksikan dengan kelompok hidroksil, sebagai contoh esterifikasi sukrosa dengan asam lemak menghasilkan sukrosa ester. Glukosa adalah salah satu mono sakarida yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan surfaktan. Esterifikasi glukosa dengan asam lemak jenuh (asam stearat) secara enzimatis menghasilkan glukosa mono stearat. Glukosa ester adalah surfaktan nonionik yang banyak digunakan pada bidang farmasi, kosmetik dan industri makanan (Yu dkk., 2008). 2.1.1 Pengertian Surfaktan Surfaktan merupakan suatu molekul yang memiliki gugus hidrofilik dan gugus lipofilik sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan minyak. Aktifitas surfaktan diperoleh karena sifat ganda dari molekulnya yaitu bagian polar yang suka dengan air (hidrofilik) dan bagian non polar yang suka dengan minyak/lemak (lipofilik). Bagian polar molekul surfaktan dapat bermuatan positif, negatif atau netral. Secara umun bagian non polar (lipofilik) merupakan rantai alkil yang panjang dan bagian polar (hidrofilik) mengandung gugus hidroksil. Jenis Surfaktan Berdasarkan muatannya surfaktan terbagi atas 4 jenis (Holmberg dkk., 2004) yaitu :

7 1. Anionik (Gugus polar bermuatan negatif) Contoh : --OCH 2 COO - - ( alkyl ether carboxylate) ; --C 6 H 6 SO 3 (alkylbenzene sulfonat) 2. Kationik (Gugus polar bermuatan positif) Contoh : CH 3 (CH 2 ) 15 SO - 4 N + (CH 3 ) 3 Br - (cetyl trimetyl ammonium bromide). 3. Nonionik (Surfaktan netral) Contoh : C 12 H 25 (OCH 2 CH 2 O) 6 OH (dodecyl hexaoxyethylene glycol monoether) 4. Zwitterionic (Gugus polar bermuatan positif dan negatif) Contoh : CH 11 H 23 CONH (CH 2 ) 3 N + (CH 3 ) 2 CH 3 COO - 2.1.2.1 Pengertian Glukosa Ester Glukosa ester dibuat dengan menggunakan bahan baku glukosa dan asam lemak atau fatty acid dengan cara reaksi enzimatis mono ester dengan katalis enzim lipase. Glukosa ester juga dapat dibuat dengan menggunakan bahan baku glukosa yang berasal dari beras dan asam lemak atau fatty acid dengan katalisator asam kuat. Asam lemak yang digunakan berupa asam lemak jenuh rantai panjang, sedangkan asam kuat yang digunakan adalah asam sulfat. 2.1.2.2 Bahan Baku 1 Beras Beras dihasilkan dari tanaman padi merupakan salah satu jenis bahan pangan pokok sebagian besar penduduk Indonesia. Tanaman padi (Oryza sativa L.) berasal dari Asia dimana saat ini ada 20.000 varietas padi di dunia. Varietas padi dikembangkan untuk pembudidayaan padi di dataran rendah. Lembaga Penelitian Padi Internasional dan Program Pengujian Padi Internasional mengembangkan varietas khusus yang disesuaikan dengan berbagai macam kondisi lahan, misalnya kekeringan, banjir/genangan air, dan tahan terhadap serangan hama. Biji padi atau gabah terdiri dari kariopsis ( beras pecah kulit atau brown rice) sebanyak 72 82 %

8 dan kulit gabah atau sekam 18 28 %. Kariopsis tersusun dari 1-2% perikarp, 4-6 % aleuron dan testa, 2 3 % lemma, 89 94 % endosperm. Penggilingan gabah menghasilkan 25 % sekam, 8 % dedak, 2 % bekatul dan 65 % beras giling. (Haryadi, 2006). Beras mengandung beberapa komponen yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan lainnya. Besarnya masing-masing komponen penyusun pada beras dipengaruhi oleh varietas, lingkungan budaya dan metoda analisa yang dilakukan. Kandungan karbohidrat berkisar 74,9 77,8 %; protein 7,1 8,3 %; lemak 0,5 0,9 %; sedangkan vitamin dan komponen lainnya ditemukan dalam jumlah yang kecil. Karbohidrat merupakan penyusun utama beras dimana sebagian besar dari karbohidrat adalah pati, sedangkan komponen lainnya adalah glukosa, sukrosa, dekstrin. Kandungan protein beras kurang lebih 8 % pada beras pecah kulit dan 7 % pada beras giling, sedangkan lemak atau lipida besarnya berkisar 2,4 3,9 % pada beras pecah kulit dan 0,3 0,6 % pada beras giling. Kandungan vitamin, pada beras dalam bentuk tiamin sebesar4 µ/g, riboflavin 0,6 µ/g, niasin, dan piridoksin 50 µ/g (Kusmiadi, 2008). Beras dari berbagai macam varietas yang memiliki komposisi penyusun yang berbeda-beda terutama kandungan amilosa-amilopektinnya. Perbedaan ini sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah, pemupukan, lingkungan tempat tumbuhnya, dan iklim. Varietas-varietas indica yang ditanam di daerah tropis mengandung amilosa sedang sampai tinggi. Varietas Japonica yang umumnya ditanam di daerah subtropis mempunyai kandungan amilosa rendah. Secara umum varietas beras dapat dibedakan menjadi 3 golongan berdasarkan kandungan amilosanya, yaitu : golongan amilosa rendah mempunyai kandungan amilosa 10 20 %, golongan amilosa sedang mempunyai kandungan amilosa 20 25 % dan golongan amilosa tinggi mempunyai kandungan amilosa 25 32%. Perbandingan antara amilosa dan amilopektin dijadikan dasar dalam menentukan mutu rasa dan tekstur nasi. Beras dengan kandungan amilosa tinggi menghasilkan nasi pera dan kering, sebaliknya beras dengan kandungan amilosa rendah menghasilkan nasi yang lengket dan lunak (Haryadi, 2006).

9 Karbohidrat. Salah satu komponen utama dari beras adalah karbohidrat. Karbohidrat merupakan senyawa yang terbentuk dari molekul Carbon, Hidrogen dan Oksigen (Irawan, 2007). Karbohidrat merupakan polihidroksi aldehida atau keton, atau senyawa yang menghasilkan senyawa ini bila dihidrolisa. Secara umum terdapat tiga macam karbohidrat berdasarkan jumlah monosakarida yang ada di dalam molekul karbohidrat, yaitu monosakarida (karbohidrat tunggal), oligosakarida, dan polisakarida. Monosakarida merupakan gula sederhana yang larut di dalam air, contohnya : glukosa, fruktosa, galaktosa, manosa dan ribosa. Struktur molekul terbuka dan struktur cincin dari monosakrida dapat dilihat pada Gambar 2.1 dan 2.2. Gambar 2.1 Strukur molekul terbuka monosakarida (http://cybergoldenword-knowledge.blogspot.com/kimia-pangan.html) d-glukosa d- fruktosa d- galaktosa d- manosa d- ribosa Gambar 2.2 Struktur cincin monosakarida. (http://cybergoldenword-knowledge.blogspot.com/kimia-pangan.html)

10 Oligosakarida adalah rantai pendek unit monosakarida yang terdiri dari 2 sampai 10 unit monosakarida yang digabung bersama-sama oleh ikatan kovalen dan biasanya bersifat larut dalam air. Oligosacaharida yang terdiri dari 2 unit monosakarida dikenal sebagai disakarida misalnya : maltose, sukrosa dan laktosa, dan terdiri dari 3 unit monosakarida, misalnya : rafinosa. Struktur molekul dari maltose, sukrosa dan laktosa dapat dilihat pada Gambar 2.3. Maltosa Sukrosa Laktosa Gambar 2.3 Struktur molekul maltosa, sukrosa dan laktosa. (http://cybergoldenword-knowledge.blogspot.com/kimia-pangan.html) Polisakarida adalah polimer monosakarida yang terdiri dari ratusan atau ribuan monosakarida, contohnya tepung, sellulosa, polisakarida larut dalam air dan membentuk larutan kolloid. Struktur molekul dari polisakarida dapat dilihat pada Gambar 2.4. Gambar 2.4 Struktur molekul polisakarida (Lucas, 1953)

11 2 Glukosa Salah satu monosakarida yang paling banyak penggunaannya adalah glukosa. Rumus bangun glukosa dapat dilihat pada Gambar 2.5. Gambar 2.5 Rumus bangun glukosa (Lucas, 1953) Konversi karbohidrat menjadi glukosa dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu : 1. Hidrolisa dari oligosakarida, misalnya hidrolisa sukrosa C 12 H 22 O 11 + H 2 O C 6 H 12 O 6 + C 6 H 12 O 6 sukrosa glukosa fruktosa 2. Hidrolisa dari polisakarida, misalnya starch (tepung) (C 6 H 10 O 5 )n + n H 2 O n C 6 H 12 O 6 tepung glukosa 3. Hidrolisa dari polisakarida, misalnya starch (tepung) dengan enzim amilase enzim amilase (C 6 H 10 O 5 )n + n H 2 O n C 6 H 12 O 6 tepung glukosa Pada pembuatan glukosa secara fermentasi, tepung beras ditambah sejumlah air sehingga menjadi buburan tepung. Selanjutnya kedalam buburan tepung tersebut ditambahkan enzim alfa amilase sehingga terjadi proses liquifikasi. Proses dilanjutkan dengan penambahan enzim beta amilase untuk menghasilkan glukosa. Fungsi enzim dalam proses fermentasi adalah sebagai bio katalis Hidrolisa dengan

12 menggunakan enzim memberikan keuntungan antara lain produk lebih murni, biaya pemurnian lebih murah dan tanpa produk-produk sampingan yang berbahaya. Mekanisme reaksi fermentasi dengan menggunakan enzim adalah sebagai berikut : K 1 K 3 Enzim + Substrat Aktivitas kompleks Enzim + Produk K 2 K 4 Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim: ph, suhu, konsentrasi substrat dan lokasi substrat. 3 Asam Lemak (Fatty Acid) Asam lemak sering disebut juga dengan asam alkanoat atau asam karboksilat berderajat tinggi (mempunyai panjang rantai C lebih dari 6). Secara umum asam lemak dibedakan menjadi : 1. Asam lemak jenuh yaitu asam lemak yang hanya memiliki ikatan tunggal di antara atom-atom carbon penyusunnya. Contoh : asam stearat, asam palmitat. 2. Asam lemak tidak jenuh yaitu asam lemak yang memiliki paling sedikit satu ikatan ganda diantara atom-atom karbon penyusunnya. Contoh : asam oleat, asam linoleat. Asam lemak merupakan asam lemah, di dalam air terdisosiasi sebagian. Asam lemak secara umum berbentuk cair atau padat pada suhu ruang (27 C). Semakin panjang rantai C penyusunnya, semakin mudah membeku dan semakin sukar melarut. Asam lemak jenuh bersifat lebih stabil (tidak mudah bereaksi) dibanding asam lemak tak jenuh. Ikatan ganda pada asam lemak tak jenuh menyebabkan asam lemak mudah bereaksi atau terosidasidengan oksigen. Adanya asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh biasanya terdapat dalam suatu minyak jenis tertentu. Pada minyak kelapa sawit disamping terdapat asam lemak jenuh juga mengandung asam lemak tidak jenuh seperti ditunjukkan pada Tabel 2.1.

13 Tabel 2.1 Komposisi asam lemak minyak sawit (Ang dkk., 1999) Jenis Asam Lemak Komposisi (% berat) Asam Palmitat, C16 44,3 Asam stearat, C18 4,6 Asam miristat, C14 1,0 Asam oleat, C18 38,7 Asam linoleat, C18 10,5 Lainnya 0,9 Asam palmitat, stearat dan miristat termasuk golongan asam lemak jenuh sedangkan oleat dan linoleat merupakan asam lemak tidak jenuh..minyak sawit yang sebagian besar mengandung asam palmitat 44,3% dan asam oleat 38,7% merupakan sumber bahan baku potensial untuk surfaktan jenis ester sulfonat, methyl oleat, methyl palmitat dan etilene glikol monoester (Sadi, 1993). 2.1.2.3 Proses Pembuatan Glukosa Ester dari Beras Glukosa ester dihasilkan dengan cara esterifikasi glukosa yang berasal dari beras dengan asam lemak jenuh dan katalisator asam sulfat. Pada awalnya dilakukan proses penepungan beras. Tepung beras ditimbang sebanyak 125 gram dilarutkan dengan aquadest sampai volumenya 1 liter. Selanjutnya tepung beras difermentasi menggunakan enzim alfa dan beta amilase menghasilkan glukosa, pada suhu 60-80 o C, selama 16 20 jam dengan penambahan enzim sebesar 0,5 2,5 ml. Tekanan operasi dan kecepatan pengadukan dijaga konstan yaitu 1 atm dan 400 rpm. Glukosa yang terjadi di esterifikasi menggunakan asam lemak jenuh dan katalisator asam sulfat pekat pada suhu 65 85 o C, selama 60 100 menit sehingga menghasilkan glukosa ester dalam bentuk crude dengan reaksi sebagai berikut : H 2 SO 4 + H2O

14 2.1.2.4. Glukosa Ester Sebagai Food Emulsifier Food Emulsifier Surfaktan (emulsifier) telah digunakan pada industri makanan untuk sejak berabad-abad yang lalu. Surfaktan yang diguanakan pada industry makanan dikenal food emulsifier. Food emulsifier alami misalnya lecithin berasal dari kuning telur dan berbagai protein yang berasal dari susu banyak digunakan pada beberapa macam produk makanan, misalnya mayonnaise, kuah selada, dan lain-lain. Pada saat ini food emulsifier buatan seperti sorbitan ester, senyawa-senyawa ethoksilat, dan sukrosa ester banyak digunakan sebagai food emulsifier (Tadros, 2005). Asam lemak yang mempunyai jumlah atom Carbon 8 22 bereaksi dengan sukrosa menghasilkan sukrosa ester. Secara umum asam lemak yang berantai panjang (asam palmitat, asam oleat, asam stearat) lebih mudah bereaksi dengan sukrosa. Tata nama sukrosa ester yang dihasilkan tergantung pada jenis asam lemak yang digunakan, misalnya digunakan asam stearat maka dihasilkan sukrosa stearat (Whitehurst, 2004). Karena glukosa mempunyai sifat yang hampir sama dengan sukrosa, maka glukosa juga dapat bereaksi dengan berbagai macam asam lemak menghasilkan glukosa ester. Kestabilan Emulsi Uji kestabilan emulsi dilakukan untuk larutan blanko (campuran minyak air, tanpa penambahan surfaktan dan larutan yang merupakan campuran minyak air dengan penambahan surfaktan pada jumlah tertentu, selanjutnya waktu pemisahan diamati. Secara umum waktu pemisahan pada larutan blanko lebih cepat, sehingga kestabilan emulsinya rendah karena dengan adanya penambahan surfaktan bertujuan untuk meningkatkan stabilitas emulsi. Emulsi merupakan campuran dua zat (fase cair) yang saling tidak larut akibat adanya bagian molekul polar dan nonpolar, tetapi tidak terpisah secara spontan. Hal

15 ini disebabkan ada salah satu zat yang terdispersi ke dalam zat lain. Surfaktan merupakan suatu molekul amphiphilic mampu meningkatkan kestabilan partikel yang terdispersi (minyak) dan mengontrol jenis formasi emulsi misalnya emulsi oil-inwater. Hal ini disebabkan surfaktan dapat menurunkan energi permukaan dari antar muka minyak-air dan menurunkan sejumlah energi yang dibutuhkan untuk membentuk permukaan baru dari minyak ataupun air. Gugus hidrofilik akan berinteraksi dengan air dan gugus hidrofobik (nonpolar) akan mengikat minyak. Semakin besar jumlah surfaktan yang ditambahkan dalam suatu emulsi, maka akan semakin meningkat kestabilan emulsi. Hal ini disebabkan semakin banyak gugus hidrofilik yang mengikat molekul air dan juga semakin bertambahnya gugus hidrofobik yang mengikat molekul minyak. Hidrophilic-Lipophilic Balance (HLB) Hidrophilic-Lipophilic Balance (HLB) adalah angka yang menunjukkan perbandingan antara grup hidrophil dan lipophil pada surfaktan. Angka HLB yang berbeda menunjukkan perbedaan sifat surfaktan. Hidrophilic-Lipophilic Balance (HLB) digunakan sebagai petunjuk memilih suatu emulsifier untuk berbagai macam kegunaan. Emulsifiers dengan HLB rendah cocok untuk water-in-oil ( W/O) emulsion, sedangkan yang mempunyai HLB tinggi cocok untuk oil-in-water (O/W) emulsion. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.2. Nilai HLB surfaktan yang berbeda selain menunjukkan sifat juga menunjukkan fungsi fungsi surfaktan yang berbeda. Range nilai HLB dari 0 sampai 20, masing-masing nilai mempunyai fungsi yang berlainan. Tabel 2.3 menunjukkan fungsi surfaktan berdasarkan nilai HLB.

16 Tabel 2.2 Macam-macam surfaktan berdasarkan (www.hlb.com) HLB dan tipe emulsi Tabel 2.3 Hubungan harga HLB terhadap fungsi surfaktan(www.riken.vitamin.com) Karakteristik dalam air Tidak terdispersi Sedikit terdispersi Milky dispersion Stable milky dispersion Transparent dispersion Larutan koloid HLB Rasio Hidrophilik Lipophilik Fungsi 0 0 100 1 2-3 10 90 Anti foaming agent 4-5 20 80 W/O 6 emulsification 30 70 7 Wetting 8-9 40 60 agent 10-11 50 50 12 60 40 13 Cleaning 14-15 70 30 agent 16-17 80 20 Solubilizing 18 agent 19 90 10 O/W emulsification

17 Critical Micelle Concentration (CMC). Critical Micelle Concentration atau CMC merupakan sifat penting surfaktan yang menunjukkan batas konsentrasi kritis surfaktan dalam suatu larutan. Di atas CMC, surfaktan akan membentuk micelle atau agregat. Dosis optimum pemakaian surfaktan adalah di sekitar harga CMC nya. Penggunaan dosis surfaktan yang jauh diatas harga CMC mengakibatkan terjadinya emulsi balik (remulsification) dan dari segi ekonomi tidak menguntungkan. Penentuan CMC pada umumnya dengan cara mengukur tegangan muka atau tegangan antar muka dari larutan surfaktan sebagai fungsi dari konsentrasi. Makin tinggi konsentrasi surfaktan menyebabkan tegangan muka makin rendah sampai mencapai suatu konsentrasi dimana tegangan antar mukanya konstan. Batas awal konsentrasi mulai konstan disebut CMC. Harga CMC dapat ditentukan dari sifat atau karakteristik surfaktan seperti : surface tension, conductivity, solubilization, dimana ditunjukkan pada Gambar 2.6.. Gambar 2.6 Parameter fisis surfaktan dan harga CMC nya (Holmberg et al., 2004).