UNTAET REGULASI NOMOR 2001/1 TENTANG PENDIRIAN TENTARA NASIONAL TIMOR LOROSAE

dokumen-dokumen yang mirip
REGULASI NOMOR 28/2001 TENTANG PENDIRIAN DEWAN MENTERI

UNTAET REGULASI NOMOR 2001/8 TENTANG PENDIRIAN REZIM UNTUK MENGATUR LALU LINTAS DI TIMOR LOROSAE

UNTAET Administrasi Transisi Perserikatan Bangsa-Bangsa di Timor Lorosae REGULASI NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG SUSUNAN KEJAKSAAN DI TIMOR TIMUR

UNTAET REGULASI NO. 2002/2 TENTANG PELANGGARAN KETENTUAN BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PRESIDEN PERTAMA

REGULASI NO. 2000/04

REGULASI NO. 2001/11

UNTAET REGULASI NO.2000/03 TENTANG PENDIRIAN KOMISI PELAYANAN UMUM. Wakil Khusus Sekretaris-Jenderal (selanjutnya disebut: Administrator Transisi),

REGULASI NO. 2000/09

REGULASI NO. 2001/20

REGULASI NO. 2001/17

UNTAET INSTRUKSI NOMOR 5/2001 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN KENDARAAN BERMOTOR DI TIMOR LOROSAE

REGULASI NO. 2000/14

Tentang Pendirian Kantor Catatan Sipil demi Timor Lorosae

REGULASI NO. 2000/11

REGULASI NO. 2001/06

REGULASI NO. 2000/12

REGULASI NO. 2001/14 TENTANG MATA UANG RESMI DI TIMOR LOROSAE

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1953 TENTANG KEDUDUKAN HUKUM ANGGOTA ANGKATAN PERANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

REGULASI NO. 2001/18

UNDANG-UNDANG REPUBLIK IDNONESIA NOMOR 16 TAHUN 1953 TENTANG KEDUDUKAN HUKUM ANGGOTA ANGKATAN PERANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1959 TENTANG PANGKAT-PANGKAT MILITER KHUSUS, TITULER DAN KEHORMATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

REGULASI NO. 2000/13

NOMOR 31 TAHUN 1997 TENTANG PERADILAN MILITER

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SERIKAT,

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945;

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1997 TENTANG PERADILAN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2015

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2014

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

REGULASI NO. 2000/05

Indeks: ANGKATAN PERANG. IKATAN DINAS SUKARELA (MILITER SUKARELA). ANGGOTA.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN KEDUA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1997 TENTANG PERADILAN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SERIKAT,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNTAET REGULASI NO. 2001/02

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah tiang penyangga

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1997 TENTANG PERADILAN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

REGULASI NO. 2001/10

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2010

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LAMBANG PALANG MERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1997 TENTANG HUKUM DISIPLIN PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINDAK PIDANA DESERSI YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA TNI. mengenai fungsi, tugas dan tanggungjawab mereka sebagai anggota TNI yang

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Ta

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Penggunaan Senjata Api Dinas di Lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; Mengingat : Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 1996 te

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SERIKAT,

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

REGULASI NO. 2000/06

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pencarian dan Pertolongan adalah segala usaha dan

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 37 TAHUN 1948

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANATOMI KEAMANAN NASIONAL

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 84, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3713)

2018, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Wilayah Udara adalah wilayah kedaulatan udara di a

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1957 TENTANG ANGGOTA ANGKATAN PERANG BERDASARKAN IKATAN DINAS SUKARELA (MILITER SUKARELA)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2002 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi, dan Merendahkan Martabat Manusia

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1966 TENTANG PEMBERIAN PENSIUN, TUNJANGAN BERSIFAT PENSIUN DAN TUNJANGAN KEPADA MILITER SUKARELA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 74, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3703)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia,

LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1994 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1952 TENTANG PERATURAN DEWAN KEHORMATAN MILITER. Presiden Republik Indonesia,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 127, 2004 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4439)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1994 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENANGKALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1950 TENTANG SUSUNAN DAN KEKUASAAN PENGADILAN KEJAKSAAN DALAM LINGKUNGAN PERADILAN KETENTARAAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1958 TENTANG PEMBERHENTIAN MILITER SUKARELA DARI DINAS TENTARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2005 TENTANG SEKRETARIAT NEGARA DAN SEKRETARIAT KABINET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Sumber Hk.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1966 TENTANG PEMBERIAN PENSIUN, TUNJANGAN BERSIFAT PENSIUN DAN TUNJANGAN KEPADA MILITER SUKARELA

Transkripsi:

UNITED NATIONS United Nations Transitional Administration Unies in East Timor UNTAET NATIONS UNIES Administration Transitoire des Nations au Timor Oriental UNTAET/REG/2001/1 Januari 31 2001 REGULASI NOMOR 2001/1 TENTANG PENDIRIAN TENTARA NASIONAL TIMOR LOROSAE Wakil Khusus Sekretaris Jendral (selanjutnya disebut: Administrator Transisi), Mengingat wewenang yang diberikan kepada Administrator Transisi sesuai dengan Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa Nomor 1272 (1999) tertanggal 25 Oktober 1999, Setelah konsultasi dengan Dewan Nasional, dan mengingat bahwa Dewan ini dapat mengusulkan perubahan dengan Regulasi ini pada masa dapan, Atas tujuan pendirian Tentara Nasional Timor Lorosae pada zaman transisi, Mengumumkan yang berikut ini: Bagian 1 Definisi 1.1 Apabila digunakan dalam Regulasi ini, istilah yang di bawah mempunyai arti yang berikut ini: (b) instruksi adminstrasi berarti sarana tertulis yang dikeluarkan oleh Administrator Transisi, utusan sipilnya, atau Panglima Tentara Nasional, yang menentukan atau berkaitan dengan hal-hal sebagaimana dimaksud dalam Bagian 20 Regulasi ini; pesawat terbang berarti pesawat udara, helikopter, pesawat laut, balon, balon layangan, kapal udara dan pesawat lain yang melayang; amunisi berarti sarana yang diciptakan atau diperuntukkan untuk pergunaan dalam senjata api sebagai proyektil atau yang mengandung

bahan yang mudah terbakar yang diciptakan atau dimaksudkan membuat kembang api dalam senjata api agar meluncurkan proyektil; (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k) persenjataan dan peralatan berarti barang bergerak yang digunakan untuk menjalankan pelatihan dan operasi militer. Sebagai contohnya, barang tersebut termasuk, tetapi tidak terbatas dengan: pakaian seragam, perlangkapan lapangan, persediaan, kendaraan, kapal, pesawat terbang, senjata api berat, senjata api ringan, senjata api tiruan, amunisi, peledak, alat, bahan bakar dan rangsum; Panglima Tentara Nasional berarti Kepala Tentara Nasional yang diangkat sebagaimana dimaksud dalam Bagian 4.2 Regulasi ini; daerah pertahanan berarti tanah, laut, ruang udara atau sebagian dari dasar laut atau lapisan tanah-bawah di dasar laut mendalam, bangunan atau sebagian dari sebuah bangunan yang disisihkan, digunakan atau dikendalikan agar tujuan pertahanan; pertahanan darurat berarti ancaman terhadap kedamaian atau keamanan Timor Lorosae yang menurut Administrator Transisi dianggap cukup besar agar perlu siaga militer tinggi atau mobilisasi Tentara Nasional Cadangan sebagaimana dimaksud dalam Bagian 16 Regulasi ini; Bahan peledak berarti senyawa kimia atau campuran mekanis yang mengandung unsur-unsur yang mengoksidasi atau mudah terbakar yang karena takaran, jumlah atau kemasan, kalau dinyalakan oleh api, pergeseran, gegaran, pukulan, atau peledakan dari sebagian daripadanya, dapat atau bermaksud menyebabkan ledakan. Sebagai contoh, bahan peledak termasuk tetapi tidak terbatas dengan: serbuk mesiu, luluhan yang digunakan untuk peledakan, dinamit, sumbu detonator dan sebagainya, serbuk yang tidak berasap, granat, ranjau atau alat peledak apa pun. Bahan peledak tidak termasuk bahan bakar minyak kecuali kalau digabungkan dengan campuran lain yang bertujuan menyebabkan peledakan; senjata api berarti sebuah alat, yang telah atau belum dirakit, yang telah siap digunakan atau belum, yang diciptakan, diubah atau mudah digantikan untuk meluncurkan proyektil dengan cara kembang api yang dibuat di dalam alat tersebut dengan menyalakan bahan bakar, dan termasuk tambahan yang diciptakan atau bermaksud dipasang dengan alat tersebut; senjata api tiruan berarti sebuah alat yang mirip senjata api yang dapat salah mengira sebagai senjata api benar; perwira berarti seorang yang memegang pangkat dalam Tentara Nasional sebagaimana dimaksud dalam bagian 17.1 Regulasi ini;

(l) (m) (n) (o) (p) pemilikan berarti mempunyai penguasaan atau pengendalian secara fisik, yang langsung atau tidak. Pemilikan terjadi ketika seorang mempunyai atau membawa sesuatu, atau apabila seorang yang berada dalam tempat atau kendaraan sehingga dia mempunyai penjagaan, pengendalian atau akses mudah. serdadu berarti seorang yang memegang pangkat dalam Tentara Nasional sebagaimana dimaksud dalam Bagian 17.3 Regulasi ini kendaraan berarti alat pengangkut, yang diawaki atau tidak, yang digerakkan dengan cara apapun, untuk mengangkut muatan di darat, termasuk kendaraan ampibi saat berada di darat; kapal berarti kendaraan air jenis apapun, bagaimanapun cara digerakkan dan yang diawaki atau tidak, termasuk kendaraan darat atau air saat berada di dalam air; perang berarti penyerbuan atau serangan yang telah atau belum dinyatakan, atau penyerbuan atau serangan yang dianggap akan terjadi terhadap Timor Lorosae oleh musuh atau kekuatan bersenjata yang telah atau belum kenal. Bagian 2 Pendirian dan Tujuan Tentara Nasional 2.1 Regulasi ini bermaksud untuk mendirikan Tentara Nasional Timor Lorosae. 2.2 Tujuan Tentara Nasional termasuk yang berikut ini: dan membela secara militer Negara Timor Lorosae, rakyat dan wilayahnya; (b) di atas permintaan penguasa sipil, membantu masyarakat sipil apabila terjadinya bencana alam atau keadaan darurat lain. 2.3 Tentara Nasional tidak dapat dimobilisasi atau digunakan dalam hal-hal yang berkaitan dengan keamanan dalam negeri, masalah polisi atau perselisihan sosial, kecuali sebagaimana dimaksud dalam Bagian 16.1 Regulasi ini. Bagian 3 Tugas Tentara Nasional 3.1 Tunduk Regulasi ini, dan sebagaimana dimaksud dalam Regulasi UNTAET lain, tugas Tentara Nasional dan anggota-anggota Tentara Nasional adalah menjalankan

perintah resmi Administrator Transisi dan perwira-perwira tinggi agar mencapai tujuan Regulasi ini. 3.2 Dengan menjalankan tugasnya pada saat keadaan damai, semua anggota Tentara Nasional wajib bertindak menurut undang-undang hak asasi manusia internasional sebagaimana dimaksud dalam Bagian 2 Regulasi UNTAET Nomor 1999/1. 3.3 Dengan menjalankan tugasnya saat adanya perselisihan bersenjata, semua anggota Tentara Nasional wajib mematuhi prinsip-prinsip undang-undang hak asasi manusia internasional yang diterapkan dalam perselisihan bersenjata, serta dengan prinsip-prinsip undang-undang kemanusiaan internasional, dan pada khususnya, konvensi yang berikut ini: Konvensi-Konvensi Geneva tertanggal Augustus 12, 1949; (b) Tambahan protokol Konvensi-Konvensi Geneva tertanggal Augustus 12, 1949, yang berkaitan dengan Perlidungan Korban Perselisihan Internasional dan Non-Internasional tertanggal Juni 8, 1997; dan Konvensi tentang Pelarangan atau Pembatasan terhadap Pergunaan Senjata Biasa Tertentu Yang Dianggap Dapat Merugikan Dengan Cara Kelebihan atau yang Mempunyai Akibat Sembarangan tertanggal Oktober 10, 1980. Bagian 4 Penguasaan dan Pengendalian atas Tentara Nasional 4.1 Tentara Nasional selalu ada dibawah pengendalian Administrator Transisi. Administrator Transisi mempunyai penguasaan, pengendalian dan wewenang administrasi tertinggi atas Tentara Nasional. Kekuasan yang diberi kepada Panglima Tentara Nasional, sebagaimana dimaksud dalam Bagian 4.3, dijalankan sesuai dengan dan menurut instruksi Administrator Transisi; 4.2 Administrator Transisi dapat mengangkat seorang perwira dari Tentara Nasional menjadi Panglima Tentara Nasional; 4.3 Tunduk pada Bagian 4.1, Panglima Tentara Nasional menguasai Tentara Nasional; 4.4 Sewaktu-waktu, Panglima Tentara Nasional dapat diskors atau diberhentikan oleh Administrator Transisi. Bagian 5 Unsur-Unsur Tentara Nasional

5.1 Tentara Nasional Timor Lorosae terdiri dari dua unsur, yaitu Tentara Nasional Tetap dan Tentara Nasional Cadangan. 5.2 Tentara Nasional Tetap terdiri dari: Nasional; dan perwira yang diangkat dan serdadu yang bergabung dengan Tentara (b) perwira dan serdadu yang dikirim kepada Tentara Nasional dari Tentara Nasional Cadangan. 5.3 Tentara Nasional Cadangan terdiri dari: Nasional; dan perwira yang diangkat dan serdadu yang bergabung dengan Tentara (b) perwira dan serdadu yang dikirim kepada Tentara Cadangan dari Tentara Nasional Tetap. Bagian 6 Tanggung Jawab Pidana dan Disiplin Tentara Nasional 6.1 Anggota-anggota Tentara Nasional tunduk pada undang-undang pidana yang berlaku di Timor Lorosae serta dengan Kitab Disiplin Militer, yang selanjutnya akan ditentukan oleh Regulasi-Regulasi UNTAET. 6.2 Disamping bertanggungjawab atas tindakan pidana di bawah undang-undang pidana sipil yang berlaku di Timor Lorosae, termasuk Regulasi UNTAET Nomor 2000/15 tentang Pendirian Dewan Hakim yang Berjuridiksi Eksklusif atas Tindak Pidana Berat, kalau terjadinya tindakan sebagaimana dimaksud dalam Bagian 4 sampai 7 dalam Regulasi UNTAET Nomor 2000/15 yang dilakukan oleh pangkat bawah, pangkat tinggi tidak terlepas dari tanggung jawab pidana apabila pangkat tinggi tersebut telah mengetahui atau patut mengetahui bahwa pangkat bawah akan atau telah melakukan tindakan tersebut akan tetapi pangkat tinggi tersebut tidak mengambil langkah yang perlu atau patut agar menghalang terjadinya tindakan tersebut atau menghukum pelakunya. 6.3 Walaupun seorang anggota Tentara Nasional bertindak atas perintah dari perwira tinggi, dia tidak terlepas dari tanggung jawab pidana. Bagian 7 Anggota Sukarela 7.1 Tentara Nasional terdiri hanya dari orang-orang yang secara sukarela, melamar dan diterima menjadi anggota Tentara Nasional. Bagian 8

Usia Minimum Menjadi Anggota Tentara Nasional 8.1 Anggota Tentara Nasional harus berusia di atas 18 tahun sebelum dapat menjadi anggota Tentara Nasional. Bagian 9 Pengangkatan Perwira 9.1 Administrator Transisi atau utusan sipilnya, sesuai dengan syarat-syarat dan tunduk pada ketentuan dan kebutuhan sebagaimana dimaksud atau ditentukan oleh instruksi administrasi dapat: (b) mengangkat seorang menjadi perwira dalam Tentara Nasional; menaikkan pangkat perwira dalam Tentara Nasional, dan: memberi pangkat-pangkat kepada orang-orang yang diangkat sebagaimana dimaksud di atas. 9.2 Dengan mengangkat seorang menjadi perwira dalam Tentara Nasional, Administrator Transisi atau utusan sipilnya, dapat menentukan bahwa tugasnya berlaku atas jangka waktu yang tertentu. 9.3 Apabila jangka waktu bertugas sebagai perwira dalam Tentara Nasional berakhir pada saat perang atau keadaan darurat, jangka waktu tersebut dianggap dilanjutkan sampai dengan akhirnya perang atau keadaan darurat. 9.4 Seorang perwira dalam Tentara Nasional yang diangkat atas jangka waktu yang tertentu, pada atau sebelum jangka waktunya berakhir, dapat melanjutkan tugasnya untuk jangka waktu yang tertentu atau pengangkatan yang tetap. Administrator Transisi atau utusan sipilnya, melalui sarana tertulis, dapat melanjutkan pengangkatan tersebut untuk jangka waktu yang tertentu atau merubah pengangkatannya agar menjadi pengangkatan tetap. 9.5 Seorang yang diangkat sebagai perwira dalam Tentara Nasional, wajib bersumpah dan tunduk kepada sumpah sebagai perwira, sebagaimana ditentukan oleh instruksi administrasi. 9.6 sumpah sebagai perwira bermaksud: bermaksud menerima pengangkatan yang diberi; dan (b) mengikat orangnya untuk bertugas sebagai perwira dalam Tentara Nasional dan bertindak sesuai dengan sumpahnya.

9.7 Pengangkatan atau kenaikan pangkat seorang perwira dalam Regulasi ini, tidak bermaksud ada kontrak sipil di antara Administrasi Transisi Timor Lorosae dan perwira yang bersangkutan. Bagian 10 Pemberhentian Pengangkatan Perwira 10.1 Administrator Transisi atau utusan sipilnya dapat memberhentikan pangangkatan seorang perwira berdasarkan alasan yang berikut ini: (b) (d) (e) perwira tersebut mangkir tanpa izin terus-menerus untuk jangka waktu tiga bulan; perwira tersebut dihukum dan Panglima Tentara Nasional telah mengesahkan secara tertulis, bahwa setelah menimbang sifat dan beratnya pelanggaran tersebut, maka pelanjutan jabatannya tidak sesuai lagi dengan kepentingan Tentara Nasional; perwira tersebut tidak mampu atau tidak cakap menjalankan tugasnya dan kekurangan tersebut tidak sanggup diatasinya; Oleh karenta tingkah laku perwira, maka pelanjutan jabatannya dianggap tidak sesuai lagi dengan kepentingan Tentara Nasional; Oleh karena kekurangan kemampuan perwira, maka pelanjutan jabatannya dianggap tidak sesuai dengan kepentingan Tentara Nasional. Bagian 11 Pendaftaran dalam Tentara Nasional 11.1 Seorang dapat menjalankan tugasnya sebagai serdadu dalam Tentara Nasional: untuk jangka waktu tertentu; atau sampai telah mencapai usia pension, sebagaimana dimaksud dalam Regulasi atau instruksi administrasi UNTAET. 11.2 Apabila diterima untuk bertugas dalam Tentara Nasional, orang tersebut wajib bersumpah dan tunduk pada sumpah sebagai serdadu, sebagaimana dimaksud oleh instruksi administrasi. 11.3 Bersumpah dan tunduk pada sumpah sebagai serdadu: bermaksud orang tersebut bergabung dengan Tentara Nasional untuk jangka waktu yang tertentu atau sampai telah mencapai usia pension; dan

(b) mengikat orang tersebut untuk bertugas sebagai serdadu dalam Tentara Nasional, dan bertindak sesuai dengan sumpahnya. 11.4 Dengan menjadi serdadu dalam Regulasi ini, tidak bermaksud ada kontrak sipil di antara Administrasi Transisi Timor Lorosae dan orang tersebut. Bagian 12 Pemberhentian Serdadu 12.1 Sewaktu-waktu seorang serdadu dapat diberhentikan oleh Panglima Tentara Nasional berdasarkan dan sesuai dengan tata cara sebagaimana dimaksud dalam instruksi administrasi. Bagian 13 Wajib Tugas 13.1 Anggota-anggota Tentara Nasional Tetap wajib menjalankan tugasnya secara fulltime. 13.2 Anggota-anggota Tentara Nasional Cadangan tidak wajib menjalankan tugasnya dengan secara fill-time kecuali dengan alasan yang berikut ini: sebagaimana dimaksud dalam Bagian ini; atau (b) apabila dimobilisasi untuk tugas full-time terus-menerus sebagaimana dimaksud dalam Bagian 16.1 Regulasi ini. 13.3 Panglima Tentara Nasional dapat mengeluarkan instruksi administrasi yang menentukan jangka waktu pelatihan bagi Tentara Nasional Cadangan. Anggota-anggota Tentara Nasional Cadangan wajib menjalankan tugasnya secara full-time selama pelatihan tersebut berlaku. Section 14 Non-Diskriminasi 14.1 Tentara Nasional tidak dapat melakukan diskriminasi terhadap anggotanya atau seorang yang sedang melamar menjadi anggota Tentara Nasional berdasarkan atas ras, warna kulit, jenis kelamin, agama, pendapat politik atau pendapat lain, bahasa, suku etnis atau aslih, harta benda, kelahiran atau status lain. Bagian 15 Imbalan Bagi Anggota-anggota Tentara Nasional 15.1 Melalui instruksi, Administrator Transisi dapat menentukan: imbalan bagi anggota-anggota Tentara Nasional;

(b) Nasional; pembayaran tunjangan atau imbalan lain bagi anggota-anggota Tentara pembayaran ganti rugi bagi anggota-anggota Tentara Nasional atau keluarga anggota-anggota Tentara Nasional. 15.2 Penetapan yang di atas disesuaikan dengan Regulasi UNTAET Nomor 2000/20. Bagian 16 Mobilisasi Tentara Nasional Cadangan 16.1 Pada saat perang atau keadaan darurat, Administrator Transisi dapat memerintah semua, atau sebagian dari Tentara Nasional Cadangan, atau anggota-anggota siapa pun dari Tentara Nasional Cadangan, untuk bertugas secara full-time terus-menerus. 16.2 Semua anggota atau satuan Tentara Nasional Cadangan yang bersangkutan dengan Bagian 16.1, akan bertugas secara full-time terus-menerus sampai Administrator Transisi memberhentikan tugasnya. Bagian 17 Pangkat-Pangkat dalam Tentara-Nasional 17.1 Pangkat-pangkat tinggi yang berada dalam Tentara Nasional berikut ini: (b) (d) (e) (f) (g) Brigadir Jenderal Kolonel Letnan Kolonel Mayor Kapten Letnan Letnan Dua 17.2 Administrator Transisi dapat mengubah, melalui instruksi administrasi, susunan pangkat sebagaimana ditentukan dalam Bagian 17.1 Regulasi ini. 17.3 Pangkat-pangkat bawahan yang berada dalam Tentara Nasional berikut ini: (b) Sersen-sersen (i) Sersen Mayor (ii) Sersen Kepala (iii) Sersen Satu (iv) Sersen Dua (v) Sersan Prajurit-prajurit

(i) Kopral (ii) Prajurit Calon-calon (i) Calon Perwira (ii) Calon Serdadu 17.4 Administrator Transisi dapat mengubah, melalui instruksi administrasi, susunan pangkat-pangkat Tentara Nasional sebagaimana dimaksud dalam Bagian 17.3 Regulasi ini. Bagian 18 Wilayah Pembelaan 18.1 Administrator Transisi atau utusan sipilnya, dapat melarang atau membatasi jalan masuk ke dalam wilayah pembelaan dan membuat ketentuan untuk menjamin pengendalian dan keamanan wilayah pembelaan tersebut. Bagian 19 Persenjataan dan Peralatan 19.1 Tentara Nasional berwenang mendapat, memelihara dan menggunakan persenjataan dan peralatan untuk tujuan militer yang diberi kepadanya di bawah wewenang Regulasi UNTAET, sesuai dengan ketentuan dalam Bagian ini. 19.2 Anggota-anggota Tentara Nasional berwenang mempunyai dan menggunakan persenjataan dan peralatan sebagaimana ditentukan dalam bijaksana penguasaan dan instruksi administrasi. 19.3 Panglima Tentara Nasional adalah yang membuat bijaksana penguasaan dan mengeluarkan instruksi administrasi untuk menjamin: bahwa persenjataan dan peralatan hanya dapat digunakan untuk tujuan militer yang sesuai dengan tujuan tersebut; (b) bahwa persenjataan dan peralatan dipelihara secara baik supaya menghalang terjadinya pencurian, pemberosan atau perusakan; bahwa senjata api, amunisi dan peledak yang dipunyai Tentara Nasional atau anggota-anggota Tentara Nasional, pada setiap saat harus dipertanggungjawabkan dan digunakan secara aman. Bagian 20 Instruksi Administrasi

20.1 Administrator Transisi dapat mengeluarkan instruksi administrasi yang menentukan semua hal yang diperlukan untuk melaksanakan tujuan Regulasi ini. 20.2 Administrator Transisi dapat mengutus kekuasaan untuk mengeluarkan instruksi administrasi kepada Wakil Administrator Transisi atau utusan sipil lain kecuali kekuasaan sebagaimana dimaksud dalam Bagian 15.1, 17.2 dan 17.4 Regulasi ini. Administrator Transisi juga dapat mengutus kekuasaan untuk mengeluarkan instruksi administrasi kepada Panglima Tentara Nasional terhadap hal-hal yang berkaitan dengan tetapi tidak terbatas dengan hal yang berikut ini: operasi, penyelenggaraan, pelatihan, disiplin, kemampuan, dan urusan atas Tentara Nasional; (b) kesejahteraan anggota-anggota Tentara Nasional dan keluarga rumah tangganya; pendaftaran, pengangkatan, kenaikan pangkat dan pemberhentian anggotaanggota Tentara Nasional; (d) peraturan pertempuran dan peraturan pergunaan senjata api; (e) pendapatan, pergunaan, pemeliharaan dan pertanggungjawaban atas persenjataan dan peralatan; (f) menjaga keamanan umum dalam, atau pada saat menjalankan pelatihan, operasi atau pelaksanaan militer; (g) pemeriksaan mayat dan penyelesaian hal-hal yang berkaitan dengan mayat anggota-anggota Tentara Nasional yang meninggal dunia pada saat menjalankan tugasnya; dan (h) hak cuti bagi anggota-anggota Tentara Nasional. Bagian 21 Pemberlakuan 21.1 Regulasi ini mulai berlaku pada tanggal ditandatangani. Sergio Vieira de Mello Administrator Transisi