Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)

dokumen-dokumen yang mirip
LAUNCHING RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI (RAN-PG) TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. MDGs lainnya, seperti angka kematian anak dan akses terhadap pendidikan

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI

2017, No Indonesia Nomor 5360); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi (Lembaran Negara Republik Indones

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2017 TENTANG KEBIJAKAN STRATEGIS PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RPJMN KESEHATAN DAN GIZI MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan). Maka kesehatan adalah dasar

PERKEMBANGAN PENCAPAIAN

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

ii RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016

PEMBANGUNAN SOSIAL BUDAYA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

5 / 7

BAB I PENDAHULUAN. Mulai dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu

WALIKOTA MADIUN WALIKOTA MADIUN,

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG

WALIKOTA PROBOLINGGO

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB I PENDAHULUAN. ketahanan pangan pada tingkat nasional, regional, maupun rumah tangga. Menurut

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH DINAS KESEHATAN Jalan Jend.Sudirman No.24 Telp SUNGAI PENUH Kode Pos : 37112

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

Pokok-Pokok Kebijakan Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kualitas Gizi Faktor Penting Pembangunan

BUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG

GRAFIK KECENDERUNGAN CAKUPAN IBU HAMIL MENDAPAT 90 TABLET TAMBAH DARAH (Fe3) DI INDONESIA TAHUN

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh Selamat pagi dan Salam Sejahtera Bagi Kita Semua,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN

BULETIN 1 MEI 2013 PERKEMBANGAN GERAKAN 1000 HPK PERIODE EMAS PADA 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN DATA KUNCI

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

SALINAN. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana. Mengingat : 1. Fusat, Pemerintah Daerah, dan para pemangku. Menimbang : a.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan suatu bangsa adalah meningkatkan kesejahteraan setiap warga negara. Peningkatan kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. yakni gizi lebih dan gizi kurang. Masalah gizi lebih merupakan akibat dari

SERIBU HARI UNTUK NEGERI

PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2007 Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. H.

Daya tahan rendah Mudah sakit Kematian

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Masyarakat (IPM). IPM terdiri dari tiga aspek yaitu pendidikan,

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

SAMBUTAN BUPATI MALINAU PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI DAN ADVOKASI SERIBU HARI PERTAMA KEHIDUPAN (1000 HPK) RABU, 27 JULI 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF DINAS KESEHATAN PROVINSI BANTEN

BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN

TANTANGAN PROGRAM GIZI DI INDONESIA. Doddy Izwardy Direktur Bina Gizi Kementerian Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB VII PENUTUP. a. Terjadi pengurangan proporsi anggaran APBD untuk kegiatan program gizi

KERANGKA ACUAN PROGRAM GIZI PUSKESMAS KAMPAR KIRI

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK

KEBIJAKAN KEMENTERIAN KESEHATAN DALAM AKSELERASI PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU

BALITA PADA RUMAHTANGGA MISKIN DI KABUPATEN PRIORITAS KERAWANAN PANGAN DI INDONESIA LEBIH RENTAN MENGALAMI GANGGUAN GIZI

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) : MEWUJUDKAN JAWA TIMUR LEBIH SEJAHTERA, BERDAYA SAING MELALUI KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

BAB I PENDAHULUAN. Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals

Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Ditjen Bina Kesmas Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 23 Nopember 2010

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

Keynote Speech. Pengendalian Produk Tembakau dan Pembangunan Berkelanjutan. Prof. Bambang P.S. Brodjonegoro, MUP, Ph.D. Menteri PPN/Kepala Bappenas

Tabel 4.1 Keterkaitan Sasaran Strategi dan Arah Kebijakan dalam Pencapaian Misi Renstra Dinas Kesehatan

RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan

O. BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat terpenuhi. Namun masalah gizi bukan hanya berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN. besar. Masalah perbaikan gizi masuk dalam salah satu tujuan MDGs tersebut.

BAB V. MATRIKS RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BADAN KETAHANAN PANGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

MEMUTUSKAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. memasuki era globalisasi karena harus bersaing dengan negara-negara lain dalam

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 10 TAHUN 2008

TUJUAN 4. Menurunkan Angka Kematian Anak

I. PENDAHULUAN. Selama beberapa periode belakangan ini, pembangunan sosial di Indonesia

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

S PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

Transkripsi:

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)

I. Pendahuluan II. III. IV. Pangan dan Gizi Sebagai Investasi Pembangunan Analisis Situasi Pangan dan Gizi di Indonesia Rencana Aksi V. Matriks Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2

3

Masih tingginya angka kemiskinan 14,1 persen (BPS, 2009) 13,3 persen (BPS, 2010) Masih tingginya disparitas angka kekurangan gizi pada balita per provinsi NTB : 30,5 persen (Riskesdas 2010) Sulut : 10,6 persen (Riskesdas 2010) Masih tingginya jumlah penduduk yang sangat rawan pangan (kurang dari 1.400 Kkal/orang/hari) 11,07 persen (BPS, 2008) 14,47 persen (BPS, 2009) 4

Undang-Undang No. 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun 2005-2025 menegaskan bahwa Pembangunan dan perbaikan gizi dilaksanakan secara lintas sektor meliputi produksi, pengolahan, distribusi, hingga konsumsi pangan dengan kandungan gizi yang cukup, seimbang, serta terjamin keamanannya. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 secara tegas telah memberikan arah pembangunan pangan dan gizi yaitu meningkatkan ketahanan pangan dan status kesehatan dan gizi masyarakat. 5

3. Instruksi Presiden No 3 tahun 2010, tentang penyusunan: a) NASIONAL: Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011 2015 b) DAERAH: Penyusunan Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi 6

Sebagai acuan dalam melaksanakan pembangunan pangan dan gizi bagi institusi pemerintah, organisasi non pemerintah, institusi swasta, masyarakat dan pelaku lain, baik pada tataran nasional, provinsi, maupun kabupaten dan kota 7

Melalui serangkaian workshops, seminar, studi literatur, dan diskusi terbatas Melibatkan: Kementerian/Lembaga Perguruan Tinggi Organisasi Profesi di bidang pangan dan gizi International Partner 8

TANTANGAN 1. Sosial dan Budaya Disparitas kemiskinan Disparitas pendidikan Persepsi hak asasi manusia Pemberdayaan keluarga dan pengarusutamaan gender Persepsi kesehatan reproduksi Tabu makanan, kepercayaan dan perilaku yang bertentangan dengan kesehatan 2. Sistem Pangan dan Gizi Sumberdaya manusia Infrastruktur Pembiayaan Implementasi Standar Pelayanan Minimal Ketahanan pangan terkait dengan climate change Kewaspadaan (surveilans) pangan dan gizi terkait dengan tingkat kemiskinan Pengawasan mutu dan keamanan pangan Koordinasi dan kemitraan Penelitian pangan dan gizi termasuk kurang zat gizi mikro 5 PILAR RENCANA AKSI 1. Perbaikan Gizi Masyarakat terutama pada ibu pra hamil, ibu hamil dan anak 2. Peningkatan Aksesibilitas Pangan yang beragam 3. Peningkatan Pengawasan Mutu dan Keamanan Pangan 4. Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) 5. Penguatan Kelembagaan Pangan dan Gizi KELUARAN 1. Meningkatnya cakupan ASI ekslusif, D/S, KN dan K4 2. Meningkatnya tingkat keragaman konsumsi dan skor PPH 3. Meningkatnya cakupan jajanan anak sekolah yang memenuhi syarat dan produk PIRT tersertifikasi 4. Meningkatnya jumlah rumahtangga yang melakukan PHBS 5. Meningkatnya jumlah kab/kota yang mempunyai SKPD bidang Pangan dan Gizi 6. Meningkatnya peraturan perundangan Pangan dan Gizi 7. Meningkatnya tenaga D3 gizi puskesmas dan PPL kecamatan SASARAN PEMBANGUNAN PANGAN DAN GIZI PADA TAHUN 2015 Prevalensi anak balita Gizi kurang: 15.5% Pendek: 32% Konsumsi pangan dengan asupan kalori 2.000Kkal/hr 9

1. Prioritas pelayanan kesehatan dan gizi berkelanjutan harus difokuskan pada periode emas kehidupan yaitu masa ibu prahamil, masa ibu hamil (janin dalam kandungan), bayi dan anak baduta dengan paket intervensi kesehatan-gizi yang sudah terbukti efektif. 2. Peningkatan aksesibilitas pangan di tingkat rumah tangga pada wilayah sangat rawan pangan dan wilayah rawan pangan melalui (1) pengembangan desa mandiri pangan dan lumbung pangan masyarakat; dan (2) percepatan diversifikasi pangan sumber daya lokal dan pengembangan agroindustri di perdesaan untuk memperluas lapangan kerja. 3. Peningkatan pengetahuan, keterampilan, sikap serta perubahan perilaku/budaya konsumsi pangan masyarakat kearah konsumsi pangan yang semakin beragam, bergizi seimbang, dan aman 10

4. Penerapan standar keamanan pangan berdasarkan kajian risiko, meneruskan teknologi inovatif yang tepat guna, memberdayakan pemerintah daerah dalam peningkatan pengawasan, kuantitas dan kualitas pengawas makanan dan mengembangkan sistem kewaspadaan pangan dan gizi. 5. Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) melalui upaya mendorong kebijakan sehat bidang pangan dan gizi, penguatan pengawasan sosial, pembinaan PHBS di rumah tangga, dan internalisasinya dalam kurikulum pendidikan di sekolah dasar dan menengah. 6. Peningkatan kemitraan dan kerjasama multi-sektor dalam lembaga nasional pangan dan gizi yang efektif, serta membentuk badan yang bersifat paralel sampai tingkat daerah. 11

12

1. Pangan dan Gizi untuk Pertumbuhan dan Kecerdasan Anak yang memiliki status gizi kurang atau buruk mempunyai resiko kehilangan tingkat kecerdasan atau IQ sebesar 10-15 poin 2. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan dan Produktivitas Dengan diperbaikinya konsumsi pangan dan status gizi, produktivitas masyarakat miskin dapat ditingkatkan sebagai modal untuk memperbaiki ekonominya dan mengentaskan diri dari kemiskinan 3. Pangan dan Gizi sebagai Penentu Daya Saing Bangsa Masalah pangan dan gizi dalam jangka panjang dan menengah akan terjadi kehilangan generasi (generation lost) 13

14

15

Angka prevalensi kekurangan gizi pada anak 0-59 bulan yang memiliki kecenderungan menurun 16

Terjadi disparitas skor PPH antara perdesaan dan perkotaan 17

Hasil monitoring : adanya penurunan produk TMS (tidak memenuhi syarat) dari tahun 2006-2009. Produk pangan yang mengandung bahan berbahaya masih berfluktuasi di antara 10 persen sampai 13 persen Produk yang mengandung bahan tambahan pangan berlebih juga berfluktuasi di sekitar 15 persen sampai 30 persen 18

41 persen keluarga yang mempunyai perilaku pemberian makanan bayi yang benar 34, 3 persen cakupan pemberian ASI Eksklusif (Susenas 2009) 56 persen anak balita yang melakukan penimbangan balita 4 kali atau lebih 1,7 persen anak 5-9 tahun yang merokok (2010) 48,2 persen kurang melakukan aktivitas fisik 23 persen kebiasaan cuci tangan yang benar 38,7 persen penduduk melakukan PHBS 19

Inpres No.14 Tahun 1974 terbentuknya kelompok kerja fungsional antar kementerian Inpres No.20 Tahun 1979 terbentuk Badan Perbaikan Gizi Daerah Terbentuknya Dewan Ketahanan Pangan melalui Peraturan Presiden No.83 Tahun 2006 20

21

Disparitas angka prevalensi kekurangan gizi yang masih tinggi antarprovinsi 22

Terjadi disparitas angka prevalensi pendek (stunting) pada anak 0-59 bulan yang tinggi antarprovinsi 23

Juga terjadi disparitas penduduk sangat rawan pangan (konsumsi energi < 1.400 Kkal/hari yang cukup tinggi antarprovinsi 24

STRATIFIKASI PROPINSI 25

26

27

Kebijakan: Peningkatan status gizi masyarakat terutama ibu dan anak melalui ketersediaan, akses, konsumsi dan keamanan pangan, perilaku hidup bersih dan sehat termasuk sadar gizi, sejalan dengan penguatan mekanisme koordinasi lintas bidang dan lintas program serta kemitraan. 28

1. Perbaikan gizi masyarakat terutama pada ibu pra hamil, ibu hamil, dan anak melalui peningkatan ketersediaan dan jangkauan pelayanan kesehatan berkelanjutan yang difokuskan pada intervensi gizi efektif pada ibu pra-hamil, ibu hamil, bayi, dan anak baduta. 2. Peningkatan aksesibilitas pangan yang beragam melalui peningkatan ketersediaan dan aksesibilitas pangan yang difokuskan pada keluarga rawan pangan dan miskin. 3. Peningkatan pengawasan mutu dan keamanan pangan melalui peningkatan pengawasan keamanan pangan yang difokuskan pada makanan jajanan yang memenuhi syarat dan produk industri rumah tangga (PIRT) tersertifikasi. 29

4. Peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) melalui peningkatan pemberdayaan masyarakat dan peran pimpinan formal serta non formal terutama dalam perubahan perilaku atau budaya konsumsi pangan yang difokuskan pada penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal, perilaku hidup bersih dan sehat, serta merevitalisasi posyandu. 5. Penguatan kelembagaan pangan dan gizi melalui penguatan kelembagaan pangan dan gizi di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten dan kota yang mempunyai kewenangan merumuskan kebijakan dan program bidang pangan dan gizi, termasuk sumber daya serta penelitian dan pengembangan. 30

31

Untuk pelaksanaan kebijakan dan strategi di tingkat provinsi, maka provinsi dikelompokkan menjadi empat strata berdasarkan: proporsi penduduk sangat rawan pangan (cut off point 14,47 persen) dan persentase pendek pada anak balita (cut off point 32 persen) 32

Strategi 5 Pilar Rencana Aksi Stratifikasi Provinsi Gizi Masyarakat Aksesibilitas Pangan Mutu dan Keamanan Pangan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Kelembagaa npangan dan Gizi Strata 1 X X X X X Strata 2 XX XXX XX XX XX Strata 3 XXX XX XX XXX XX Strata 4 XXX XXX XXX XXX XXX Keterangan: Jumlah x menunjukkan tingkat intensitas intervensi yang dilakukan 33

Kebijakan: Melanjutkan penurunan prevalensi kurang gizi pada ibu dan anak dan mempertahankan tingkat konsumsi masyarakat, agar berkontribusi terhadap percepatan pencapaian MDGs 1, 4, 5 dan 6. Strategi: 1. Peningkatan aksesibilitas pangan dengan mengembangkan pemetaan kabupaten dan kota berdasarkan indikator prevalensi pendek anak balita dan asupan kalori < 1400 Kkal/orang/hari untuk prioritas penanganan wilayah. 2. Penguatan kelembagaan pangan dan gizi dengan harmonisasi Rencana Aksi Pangan dan Gizi di tingkat kabupaten dan kota untuk mencapai target MDGs. 34

3. Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat melalui peningkatan akses informasi dan edukasi tentang PHBS bidang pangan dan gizi kepada individu, keluarga, dan masyarakat terutama untuk menanggulangi gizi lebih dan penyakit tidak menular terkait gizi. 4. Peningkatan pengawasan mutu dan keamanan pangan dengan menjaga mutu dan keamanan pangan termasuk makanan jajanan, produk industri rumah tangga (PIRT), dan air minum 5. Perbaikan gizi masyarakat dengan mengukur panjang/tinggi badan semua anak baduta setiap 6 bulan selama bulan distribusi kapsul vitamin A. 35

Kebijakan: Melanjutkan penurunan prevalensi kurang gizi pada ibu dan anak dan meningkatkan tingkat konsumsi masyarakat terutama di daerah sangat rawan pangan. Strategi: 1. Penguatan kelembagaan pangan dan gizi dengan meningkatkan sumber daya termasuk anggaran dan SDM bidang pangan. 2. Peningkatan aksesibilitas pangan dengan : (i) Meningkatkan aksesibilitas pangan beragam untuk memenuhi asupan kalori minimal 2000 Kkal/orang/hari terutama bagi rumah tangga miskin, daerah terpencil dan daerah perbatasan dan (ii) mempercepat penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal yang bermutu dan aman 36

3. Peningkatan pengawasan mutu dan keamanan pangan dengan meningkatkan kesadaran tentang keamanan pangan 4. Peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat dengan meningkatkan pemberdayaan masyarakat untuk mencapai kemandirian keluarga khususnya remaja dan perempuan dalam berperilaku hidup bersih dan sehat termasuk sadar gizi 5. Perbaikan gizi masyarakat dengan memfokuskan pelayanan berkelanjutan pada ibu pra-hamil, ibu hamil dan anak baduta dengan intervensi paket pelayanan kesehatan dan gizi. 37

Kebijakan: Mempercepat penurunan prevalensi kurang gizi pada ibu dan anak dan mempertahankan tingkat konsumsi masyarakat untuk mencapai asupan kalori 2000 Kkal/orang/hari. Strategi: 1. Penguatan kelembagaan pangan dan gizi dengan (i) mengembangkan peta SDM terkait gizi termasuk D3 gizi dan petugas kesehatan lain untuk identifikasi kesenjangan deskripsi pekerjaan dan kompetensi petugas dan (ii) menjalin implementasi SPM bidang kesehatan dan bidang pangan, 38

2. Perbaikan gizi masyarakat dengan mengembangkan kebijakan dan strategi untuk kegiatan aksi yang menjangkau semua perempuan pra-hamil dan ibu hamil dengan paket pelayanan kesehatan reproduksi dan gizi, termasuk program penanggulangan WUS KEK dan anemia, dan peningkatan program keluarga berencana serta dengan mendorong pengembangan dan penerapan kebijakan sehat terkait pangan dan gizi termasuk pemberian ASI Eksklusif (0-6 bulan) dan makanan pendamping ASI (6-24 bulan) berbasis sumberdaya pangan lokal, pemasaran makanan formula untuk anak, dan konsumsi garam beryodium 3. Peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat dengan menguatkan gerakan pemberdayaan masyarakat untuk mendukung PHBS bidang pangan dan gizi melalui peningkatan kemitraan lintas sektor, swasta, dan peran serta organisasi sosial kemasyarakatan 39

4. Peningkatan pengawasan mutu dan keamanan pangan dengan meningkatkan kesadaran tentang keamanan pangan 5. Peningkatan aksesibilitas pangan dengan mengembangkan pemetaan kabupaten dan kota berdasarkan indikator prevalensi pendek anak balita dan asupan kalori < 1.400 Kkal/orang/hari untuk prioritas penanganan wilayah. 40

Kebijakan: Mempercepat penurunan prevalensi gizi kurang pada ibu dan anak dan peningkatan ketersediaan dan aksesibilitas pangan yang beragam untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat. Strategi: 1. Penguatan kelembagaan pangan dan gizi dengan: (i) meningkatkan kemitraan dan kerjasama multi-sektor dalam badan pangan dan gizi tingkat provinsi yang efektif dan badan yang bersifat paralel di tingkat kabupaten dan kota; (ii) memantau dengan intensif implementasi program terkait dengan pengentasan kemiskinan termasuk meningkatkan anggaran yang mampu mengungkit kinerja utama kabupaten dan kota. 41

; (iii) pemutakhiran deskripsi pekerjaan untuk SDM terkait pangan dan gizi di semua tingkat (provinsi, kabupaten dan kota, kecamatan dan desa/kelurahan) untuk memenuhi kebutuhan tenaga sesuai dengan arah program pangan dan gizi, termasuk memberikan insentif kepada petugas yang bekerja di area penduduk yang tak terlayani dan (iv) peningkatan advokasi dan sosialisasi pengembangan kebijakan sehat mendukung pangan dan gizi di semua jenjang administrasi 2. Perbaikan gizi masyarakat dengan meningkatkan ketersediaan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan berkelanjutan pada ibu dan anak sejak janin dalam kandungan, persalinan, neonatal, bayi dan anak baduta dengan paket intervensi gizi efektif. 42

3. Peningkatan aksesibilitas pangan dengan meningkatkan aksesibilitas pangan yang beragam, aman, dan bergizi seimbang untuk memenuhi asupan kalori minimal 2.000 Kkal/orang/hari terutama bagi rumah tangga miskin, daerah terpencil dan daerah perbatasan. 4. Peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat dengan meningkatkan pemberdayaan perempuan dan keluarga dalam menerapkan PHBS temasuk sadar gizi. 5. Peningkatan pengawasan mutu dan keamanan pangan dengan meningkatkan kesadaran tentang keamanan pangan 43

44

MATRIK RENCANA AKSI 45

Provinsi menyusun rencana aksi daerah (RAD-PG) bersama kabupaten dan kota, diharapkan selesai pada tahun 2011 Bappenas akan mengkoordinasikan penyusunan pedoman RAD-PG dan segera mensosialisasikannya 46

47