PEMBERIAN MAKAN PADA KELOMPOK RENTAN DALAM SITUASI DARURAT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

KODE UNIT : O JUDUL UNIT

KODE UNIT : O JUDUL UNIT

1. Memahami pengertian dan ruang lingkup hunian / shelter

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada usia 6 bulan saluran pencernaan bayi sudah mulai bisa diperkenalkan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Mencegah kekurangan gizi pada anak, mencegah stanting.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2080, 2014 BNPB. Logistik. Penanggulangan Bencana. Standarisasi.

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

2.1 Intervensi sanitasi dilakukan sesuai dengan disain. 2.2 Sarana Pembuangan Tinja (Jamban) darurat disediakan.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

HUBUNGAN ANTARA UMUR PERTAMA PEMBERIAN MP ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6 12 BULAN DI DESA JATIMULYO KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITR TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. Titik berat tujuan pembangunan Bangsa Indonesia dalam pembangunan jangka

STATUS GIZI IBU HAMIL SERTA PENGARUHNYA TERHADAP BAYI YANG DILAHIRKAN

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. cukup makan, maka akan terjadi konsekuensi fungsional. Tiga konsekuensi yang

BAB IX PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. MDGs lainnya, seperti angka kematian anak dan akses terhadap pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran seseorang hingga berusia 18 atau 24 bulan. Masa-masa bayi adalah

KODE UNIT O JUDUL UNIT

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN BANTUAN AKIBAT BENCANA DI KABUPATEN BLORA

Masalah Gizi di Indonesia dan Posisinya secara Global

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia yang berkualitas dalam pembangunan Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak seimbang menimbulkan masalah yang sangat sulit sekali

PERKEMBANGAN PENCAPAIAN

Food 1000 HPK. for Kids. Warisan untuk Anak Cucu. Asal... Luar Biasa! 1000 HPK. Kehamilan Usia 1 Tahun Usia 2 Tahun. GEN CERDAS Bisa Diturunkan,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menurunkan prevalensi kurang gizi sesuai Deklarasi World Food Summit 1996

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. prekursor / provitamin A / karotenoid yang mempunyai aktivitas biologik

PENDAHULUAN Latar Belakang

ARIS SETYADI J

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

! 1! BAB 1 PENDAHULUAN

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

Pemberian Makanan Tambahan dalam meningkatkan status gizi anak

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya kesadaran,

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN. Kesimpulan penelitian Manfaat Penyuluhan Gizi dalam Upaya Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Sekitar anak-anak di negara berkembang menjadi buta setiap

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan,

PENDAHULUAN Latar Belakang

Memperkenalkan indikator pemberian makan pada bayi dan anak-anak (IYCF) ke dalam sistem pengawasan gizi nasional: pelajaran dari Vietnam

I. PENDAHULUAN. suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan. terjangkau dan aman dikonsumsi bagi setiap warga untuk menopang

PENDAHULUAN. Setiap manusia mengalami siklus kehidupan mulai dari dalam. kandungan (janin), berkembang menjadi bayi, tumbuh menjadi anak,

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan oleh ibu. Salah satu pemenuhan kebutuhan gizi bayi ialah

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Pengantar Prinsip Kemanusiaan

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PEMBERIAN BANTUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR KORBAN BENCANA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan.

S PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Bab 5. Dasar Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yakni gizi lebih dan gizi kurang. Masalah gizi lebih merupakan akibat dari

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri)

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

Transkripsi:

PEMBERIAN MAKAN PADA KELOMPOK RENTAN DALAM SITUASI DARURAT (yuniz) I. PENDAHULUAN Salah satu situasi kedaruratan yang sering menimbulkan banyak korban, adalah kejadian bencana, yang merupakan suatu keadaan yang tidak diinginkan dan biasanya terjadi secara mendadak disertai dengan jatuhnya banyak korban. Kejadian bencana di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Data bencana di Indonesia menyebutkan antara tahun 2003-2005 telah terjadi 1.429 kejadian bencana, dimana bencana hidrometeorologi merupakan bencana yang paling sering terjadi, yaitu 53,3 % dari total kejadian bencana di Indonesia. Disamping bencana alam, Indonesia memiliki potensi munculnya bencana akibat ulah manusia sebagai risiko dari beberapa kegiatan yang memiliki potensi timbulnya bencana, antara lain penebangan hutan yang tidak terkendali, pembakaran hutan, proses industri, dan sebagainya. Bencana tersebut antara lain banjir, longsor dan pencemaran lingkungan dan sebagainya. Disisi lain, Indonesia memiliki jumlah penduduk yang besar, yaitu lebih dari 220 juta jiwa dengan persebaran yang tidak merata, terdiri berbagai macam suku/etnis, agama/kepercayaan, budaya, politik yang dapat menjadi pemicu munculnya konflik horizontal maupun vertikal yang pada akhirnya akan menimbulkan permasalahan kemanusiaan. Salah satu permasalahan yang sampai saat ini masih dihadapi dalam upaya penanggulangan bencana terutama untuk memenuhi kebutuhan dasar bagi masyarakat dan korban bencana adalah kebutuhan pangan, khususnya yang terkait dengan pemenuhan nilai gizi yang memenuhi standar minimal terutama pada kelompok rentan. II. PEMBERIAN MAKAN DALAM SITUASI DARURAT Penyebab langsung kekurangan gizi adalah penyakit dan atau asupan makan yang tidak mencukupi, yang pada akhirnya diakibatkan oleh tidak cukupnya pangan, kesehatan, ataupun perawatan pada tingkat rumah tangga atau masyarakat.

Dalam penanganan gizi pada situasi darurat, respons untuk mencegah dan memperbaiki kekurangan gizi memerlukan pencapaian standar-standar minimum tidak hanya dari sisi makanan saja namum juga termasuk pelayanan kesehatan, pasokan air dan sanitasi, hingga hunian dan penampungan Pada dasarnya tujuan pemberian pangan dalam situasi darurat adalah: a. Bertahan hidup b. Mempertahankan/memperbaiki status gizi, utamanya pada kelompok rentan c. Menyelamatkan aset produksi d. Menghindari migrasi missal e. Menjamin tersedianya pangan dalam jumlah yang cukup unuk seluruh penduduk. f. Mendorong rehabilitasi keadaan secara swadaya masyarakat g. Mengurangi kerusakan sistem produksi pangan dan pemasarannya Prinsip dasar yang wajib dipenuhi dalam pemberian pangan dalam situasi darurat meliputi koordinasi, bantuan spesifik, makanan untuk umum berdasarkan pemenuhan 2100 kalori, waktu pendistribusian yang tepat, standarisasi jumlah kebutuhan bahan makanan, partisipasi masyarakat, serta pemantauan dan evaluasi termasuk penetapan target. Kelompok yang paling sering menanggung risiko dalam situasi darurat adalah perempuan, anak-anak, orang lanjut usia, penyandang cacat, dan penyandang HIV/AIDS (ODHA). Dalam konteks tertentu, orang juga bisa menjadi rentan karena alasan asal etnis, afiliasi keagamaan, politik, atau pengungsian. Kerentanan tertentu mempengaruhi kemampuan orang untuk menghadapi dan bertahan hidup dalam suatu bencana, dan mereka yang paling beririko harus diidentifikasi dalam setiap konteks. Berikut ini merupakan standar tandar bantuan gizi untuk kelompok berisiko: - Bayi berumur kurang dari enam bulan harus diberi ASI secara eksklusif atau dalam kasus-kasus khusus dapat diberikan susu pengganti ASI yang tepat dalam jumlah yang memadai. - Anak-anak berumur 6-24 bulan mempunyai akses terhadap makanan tambahan yang bergizi dan sarat energi. - Perempuan yang hamil atau menyusui mempunyai akses terhadap gizi dan bantuan tambahan - Perhatian khusus diberikan untuk melindungi, meningkatkan dan mendukung perawatan gizi bagi wanita usia subur.

- Informasi, pendidikan dan pelatihan yang tepat tentang gizi diberikan kepada para professional yang relevan, juru rawat, dan lembaga-lembaga yang bergerak dalam praktek pemberian makan bayi dan anak. - Akses kaum lanjut usia untuk mendapatkan makanan yang bergizi dan dukungan gizi yang tepat dilindungi, ditingkatkan, dan didukung. - Keluarga yang mempunyai anggota keluarga sakit kronis, termasuk mereka yang menderita HIV/AIDS dan anggota keluarga yang mempunyai kecacatan tertentu mempunyai akses terhadap makanan bergizi yang tepat dan dukungan gizi yang memadai. - Terbangun system berbasis komunitas untuk menjamin perawatan individu-individu yang rentan secara semestinya. Dalam bahasan berikutnya akan lebih didalami mengenai pemberian makan pada masing-msing kelompok rentan yang banyak dijumpai khususnya di Indonesia pada situasi darurat, dalam hal ini adalah bayi dan balita, ibu hamil dan menyusui, serta lansia. III. BAYI DAN ANAK Morbiditas dan mortalitas bayi dan anak umumnya meningkat selama situasi darurat, sehingga diperlukan intervensi yang spesifik untuk melindungi dan mencapai pemberian makan yang optimal A. Pemberian Makanan Bayi ASI eksklusif merupakan makanan terbaik untuk bayi dibawah 6 bulan. Bayi yang diberi ASI eksklusif seharusnya tidak mendapatkan makanan prelaktasi, air, makanan selingan, ataupun makanan tambahan. Hingga saat ini tingkat pemberian ASI eksklusif masih sangat rendah sehingga menjadi sangat penting untuk mempromosikan dan mendukung pemberian ASI terutama ketika praktik kebersihan dan perawatan tidak berjalan dan terdapat risiko infeksi yang tinggi, salah satunya dalam situasi darurat. Namun demikian, ada kasus-kasus pengecualian ketika seorang bayi tidak dapat disusui secara eksklusif (misalnya karena ibu meninggal, atau bayi terlanjur sepenuhnya mendapat susu pengganti). Dalam kasus tersebut perlu digunakan jumlah pengganti ASI yang mencukupi sesuai standar Codex Alimentarius dan dianjurkan untuk menyusu ulang sedapat mungkin. Pengganti ASI bisa berbahaya karena sulitnya proses persiapan secara aman, termasuk botol susu yang tidak

direkomendasikan karena tidak higienis, dan sulitnya air bersih dalam kondisi darurat. Dalam penggunaan pengganti ASI, petugas kesehatan diwilayah yang bersangkutan wajib mengawasi penggunaannya dengan aman dengan pendistribusian yang mengacu pada Kode Internasional tentang Pemasaran Pengganti ASI termasuk bila ada peraturan pemerintah setempat. Pada intinya, panduan prinsi pemberian makan pada bayi 0-6 bulan dalam situasi darurat adalah sebagai berikut: 1. Semua bayi harus tetap diberi ASI - bayi memiliki hak untuk mendapat ASI sejak lahir - harus ada upaya maksimal pemberian ASI meskipun ibu mengalami masalah - upaya relaktasi harus dilakukan terlebih dahulu sebelum mengambil alternatif pemberian susu formula 2. Ciptakan lingkungan yang optimal sebagai dukungan pemberian ASI, lanjutkan sampai 2 thn 3. Penggunaan PASI (cth. susu formula) dikendalikan dengan pedoman: - pemberian PASI hanya diberikan pada bayi yang sudah tidak mungkin mendapat ASI, dengan nilai gizi yang mencukupi, diberikan dengan cangkir - pemberian PASI dibawah pengawasan nakes - pemberian PASI bagi bayi tertentu tidak boleh menggangu proses pemberian ASI disekitarnya - rekomendasi penggunaan cangkir, bukan botol susu untuk meminimalisir risiko diare B. Pemberian Makanan untuk Anak Balita Pemberian ASI harus berlanjut paling tidak selama dua tahun pertama anak. Pada usia enam bulan, anak-anak memerlukan makanan yang padat energy sebagai tambahan ASI. Sejumlah 30% dari kandungan energi dalam menu balita disarankan berasal dari sumber lemak. Apabila anak usia 6-24 bulan tidak mempunyai akses terhadap ASI, makan makanan yang diberikan harus memenuhi untuk mencukupi kebutuhan gizi mereka. Harus diupayakan cara untuk mempersiapkan makanan pelengkap yang tepat untuk anak anak terutama dibawah usia 24 bulan. Hal ini dimungkinkan dengan

pengadaan komoditas makanan khusus atau pengadaan peralatan, bahan bakar, dan air. Dari sisi kebutuhan suplementasi, balita wajib mendapatkan vitamin A sesuai dengan program yang sudah berjalan. IV. IBU HAMIL DAN MENYUSUI Risiko yang terkait dengan tidak memadainya asupan gizi pada ibu hamil dan menyusui mencakup komplikasi kehamilan, kematian ibu, kelahiran bayi dengan berat badan kurang, dan pemberian ASI yang tidak lengkap. Dengan demikian angka-angka yang dimunculkan dalam perencanaan untuk pemberian jatah umum harus mempertimbangkan kebutuhan tambahan bagi ibu hamil dan menyusui. Ibu hamil dan menyusui harus mendapatkan suplemen zat besi setiap hari. Disamping itu para ibu yang baru melahirkan juga perlu dipastikan telah mendapat kapsul vitamin A sesuai program yang sudah berjalan. Jadi, prinsip yang harus terpenuhi pada pemberian makan bagi ibu hamil dan menyusui dalam situasi darurat adalah: 1. Ibu hamil mendapatkan tambahan sejumlah 285 kkal/hari 2. Ibu menyusui ++ 500 kkal/hari 3. Pemberian mikronutrient sesuai keadaan kehamilan 4. Minimal 2.100 kalori terpenuhi V. LANSIA Lansia merupakan salah satu kelompok rentan yang masih seringkali terabaikan. Padahal faktor faktor risiko gizi yang mengurangi akses lansia ke makanan karena proses menua termasuk penyakit dan kecacatan, stress psikologis, serta keadaan darurat justru membutuhkan perhatian khusus dalam pemberian makanannya. Dengan demikian, angka rata-rata dalam pemberian jatah umum perlu mempertimbangkan kebutuhan gizi bagi lansia ditambah perhatian khusus dalam perawatan mereka. Secara lebih rinci, prinsip dalam pemberian makan bagi lansia dalam keadaan darurat adalah sebagai berikut: 1. Lansia harus mampu mengakses sumber-sumber pangan termasuk bantuan pangan dengan lebih mudah. 2. Makanan disesuaikan dengan kondisi lansia serta mudah disiapkan dan dikonsumsi. 3. Makanan yang diberikan pada lansia harus memenuhi kebutuhan protein tambahan serta vitamin dan mineral.

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSIAPAN, PENGOLAHAN, DAN PEMBERIAN MAKANAN PADA KELOMPOK RENTAN DALAM SITUASI DARURAT A. Budaya dan Kebiasaan Makan Setempat Pemberian makanan dalam situasi darurat hendaknya tetap memperhatikan apa saja jenis bahan makanan yang umum dikonsumsi oleh masyarakat diwilayah darurat dan bagaimana mereka biasa mengolah bahan tersebut untuk dikonsumsi. Bila makanan yang diberikan tidak memperhatikan pola kebiasaan setempat, setinggi apapaun nilai gizinya maka daya terima masyarakat akan rendah dan hal ini berbahaya terutama bagi kelompok rentan. B. Cadangan Bahan Makanan Kering Bahan makanan kering menjadi penting dalam situasi darurat, terutama pada masa awal bencana untuk mempertahankan kondisi fisik dan menghindari kelaparan. C. Bahan Bakar Keadaan darurat mengakibatkan terbatasnya bahan bakar untuk memasak. Padahal umumnya dalam situasi darurat masyarakat mengungsi dan tinggal bersama diwilayah yang relatif aman secara berkelompok sehingga bahan bakar dalam jumlah besar menjadi sangat dibutuhkan untuk memasak dalam jumlah yang banyak. Memperhatikan hal diatas, maka diperlukan pemilihan jenis bahan makanan yang lebih mudah masak atau matang. Sebagai contoh kacangkacangan kering membutuhkan waktu lama untuk proses pemasakan sehingga perlu dihindari untuk pemasakan dalam jumlah besar. Saat ini penyediaan bahan bakar dalam jumlah besar dengan kompor khusus yang hemat bahan bakar sudah dimiliki oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan digunakan pada dapur-dapur darurat di tenda pengungsian. D. Sarana penunjang Pemberian makanan berhubungan dengan banyak aspek, tidak terbatas pada makanan itu sendiri saja. Untuk menyelenggarakan makanan terutama bagi kelompok yang rentan, sarana penunjang menjadi bagian penting yang harus diperhatikan agar pengolahan terjamin kebersihannya.

Penyediaan air bersih sebagai sarana penunjang wajib dipenuhi untuk standar persiapan hingga pengolahan makanan dalam situasi darurat. Dengan penyediaan air bersih, risiko untuk kontaminasi penyakit bisa dikurangi bahkan dihindari. Selain air bersih, penggunaan alat masak juga menjadi bagian penting mengingat proses persiapan hingga pengolahan pasti membutuhkan alat. Alat-alat dalam penyediaan makanan harus terstandar dan aman digunakan. VII. MONITORING DAN TINDAK LANJUT Pemberian makanan dalam situasi darurat terutama pada kelompok rentan tidak terbatas kewajiban sampai individu dari kelompok rentan menerima makanan yang diberikan, namun perlu pengawasan serta tindak lanjut untuk memastikan tujuan dari pemberian makanan seperti telah dibahas diatas dapat tercapai. Pengawasan atau monitoring dapat dilakukan pada proses pendistribusian bantuan dan pendistribusian makanan di level komunitas dan bahkan sampai tingkat rumah tangga. Pada tahap tindak lanjut tetap perlu diupayakan bahwa korban bencana memahami apa kebutuhan mereka dalam hal makanan dan bagaimana akses pencapaiannya, serta kewaspadaan pasca bencana untuk mencegah masalah gizi yang muncul. VIII. KESIMPULAN A. Kelompok rentan membutuhkan perhatian khusus dalam pemberian makan pada situasi darurat yang sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing dan berbeda dengan golongan umum lainnya. B. Pemberian makan perlu memperhatikan faktor kebiasaan masyarakat diwilayah bencana, ketersediaan bahan pangan serta sarana penunjang dan pola pengolahan makanan C. Perlu pengawasan terhadap bantuan pangan terutama susu formula

IX. DAFTAR PUSTAKA Food and Nutrition Needs in Emergency. WHO 2002 Pedoman Pelaksanaan Penanganan Gizi dalam Situasi Darurat. Kemkes RI 2010 Piagam Kemanusiaan dan Standar Minimum dalam Respons Bencana, Proyek SPHERE, 2004 The Management of Nutrition in Major Emergencies.WHO, Geneva, 2000 The Food and Nutrition Handbook.WFP, 2000.