PERHITUNGAN LAJU KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK DI KABUPATEN SOLOK MENGGUNAKAN PEMOGRAMAN DELPHI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan bisnis, industri, dan lain sebagainya. Sehingga diperlukan peramalan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I - 1

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keharusan yang harus dipenuhi. Ketersediaan energi listrik yang

PERHITUNGAN LOAD FORECAST PADA KAPASITAS FEEDER 20 KV (APLIKASI PT. PLN RAYON BELANTI PADANG)

STUDI PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK TAHUN WILAYAH KOTA PADANG SIDIMPUAN DENGAN METODE GABUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya energi adalah kekayaan alam yang bernilai strategis dan

STUDI PEMBANGUNAN PLTU KAMBANG 2x100 MW DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL DI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

BAB 1 PENDAHULUAN. ke seluruh wilayah Indonesia. Hal ini diatur dalam UU No 15 tahun Tentang Ketenaga-listrikan pada pasal 1 yang berbunyi:

PROYEKSI KEBUTUHAN DAYA LISTRIK DI PROPINSI SULAWESI TENGAH TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan maupun pengembangan suatu wilayah. Besarnya peranan tersebut mengharuskan

PERBANDINGAN METODE GABUNGAN DAN METODE KECENDERUNGAN (REGRESI LINIER) UNTUK PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK WILAYAH SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Faktor-faktor yang..., Iva Prasetyo Kusumaning Ayu, FE UI, 2010.

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu. yang meliputi wilayah Rengat dan Tembilahan di sebelah Hilir.

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya energi adalah segala sesuatu yang berguna dalam. membangun nilai di dalam kondisi dimana kita menemukannya.

BAB 4 INDIKATOR EKONOMI ENERGI

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB II KONDISI UMUM DAERAH

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Seperti diketahui PDRB adalah penjumlahan dari seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB)

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Semua barang dan jasa sebagai hasil dari kegiatan-kegiatan ekonomi yang beroperasi

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung.

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2014 meningkat sebesar 5,91% dibandingkan dengan akhir tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu perencanaan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat dalam segala

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

Analisis Krisis Energi Listrik di Kalimantan Barat

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan kapasitas pembangkit tenaga listrik.(dikutip dalam jurnal Kelistrikan. Indonesia pada Era Millinium oleh Muchlis, 2008:1)

Kata kunci: beban GI, perkiraan, regresi linier berganda

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

ANALISIS RAMALAN KEBUTUHAN BEBAN ENERGI LISTRIK DI REGIONAL SUMATERA UTARA TAHUN DENGAN METODE GABUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. satu perhatian besar dari berbagai negara-negara di dunia. Sumber daya energi

PRAKIRAAN KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK PROPINSI BALI SAMPAI TAHUN 2018 DENGAN METODE REGRESI BERGANDA DERET WAKTU

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF TERTENTU DI JAWA TIMUR

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK

BAB II TINJAUAN TEORITIS

*) Bibit Supardi, S.Pd., MT adalah guru SMAN 3 Klaten dan Alumni S2 Mikrohidro Magister Sistem Teknik UGM.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi telah mencakup pada prinsip pengembangan usaha kepada

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. energi perlu dilaksanakan secara berdaya guna dan berhasil guna. Disisi lain

IV. GAMBARAN UMUM INFRASTRUKTUR

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. dengan kebutuhan energi yang semakin meningkat. Pemenuhan kebutuhan energi

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Lampung yang dikukuhkan berdasarkan Undang-Undang Negara Republik

ANALISA BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN SAMBUNGAN LISTRIK SEKTOR INDUSTRI DI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Transmisi, dan Distribusi. Tenaga listrik disalurkan ke masyarakat melalui jaringan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Studi Perencanaan Pembangunan PLTU Batubara Asam Asam650 MW 10 Unit DalamRangkaInterkoneksi Kalimantan - Jawa. OLEH : Gilang Velano

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

PROYEKSI KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK TAHUN PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA BARAT & BANTEN MENGGUNAKAN SOFTWARE LEAP

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan tenaga listrik dalam era globalisasi ini merupakan salah satu

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. melonjak dengan tinggi dan cepat, khususnya kebutuhan listrik bagi rumah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. listrik yang semakin meningkat sehingga diperlukan energy alternatif untuk energi

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

I. PENDAHULUAN. kalangan masyarakat. Perusahaan Listrik Negara (PLN) memiliki peran

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

2015, No Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5530); 3. Peraturan Pemerintah Nomor tentang Kebijakan Energi Nasi

III. METODE PENELITIAN. hardware Prosesor intel dual core 1,5 GHz, Memory Ram 1 GB DDR3, Hard

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari pulau

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 3 (2015), Hal ISSN :

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PRAKIRAAN DAN ANALISA KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK PROVINSI SUMATERA BARAT HINGGA TAHUN 2024 DENGAN METODE ANALISIS REGRESI LINEAR BERGANDA

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KONDISI UMUM DAERAH

PERAMALAN (FORECASTING)

ANALISIS INDUSTRI GAS NASIONAL

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah deskriptif yaitu penelitian dilakukan

BERITA RESMI STATISTIK

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. sebagai mesin penggerak pembangunan di Indonesia. Selain berkontribusi

I Putu Surya Atmaja. Proceeding Seminar Tugas Akhir

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

Transkripsi:

PERHITUNGAN LAJU KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK DI KABUPATEN SOLOK MENGGUNAKAN PEMOGRAMAN DELPHI ( ),. h h,. ( ),.,. ( ) (1) Mahasiswa Teknik Elektro, Universitas Bung Hatta, (2) Dosen Teknik Elektro, Universitas Bung Hatta. E-mail: mirzaagustianrezi@rocketmail.com Abstrak Penelitian kebutuhan energi listrik di kabupaten Solok ini bertujuan memprediksi laju pertumbuhan kebutuhan (Konsumen) energi listrik di kota Solok dari tahun ke tahun dan menghitung pertumbuhan kebutuhan energi listrik di masa yang akan datang sesuai undang-undang no. 20 tahun 2002 tentang ketenagalistrikan dalam bab IV, pasal 5 ayat (1) mengamanatkan bahwa pemerintah daerah wajib menyusun rencana umum ketenagalistrikan daerah. Dan uu no 30 tahun 2009 tentang ketenagalistrikan diatur bahwa pemerintah daerah termasuk kabupaten/kota memiliki wewenang dalam pengembangan energi di wilayahnya. Jumlah konsumsi energi listrik di kabupaten Solok tahun 2018 yaitu sebesar 142.910.376 kwh, sektor rumah tangga masih menjadi sektor yang memiliki kebutuhan listrik tertinggi yaitu 117.504.254 pada tahun 2018, selanjut nya sektor pemerintahan sebesar 8.979.871 kwh, permintaan energi listrik terbesar ketiga yaitu sektor bisnis dengan jumlah permintaan sebanyak 8.162.912 kwh, setelah sektor bisnis konsumsi listrik terbesar di tahun 2018 yaitu sektor sosial dengan permintaan sebanyak 5.215.248 kwh, dan sektor dengan permintaan energi listri terendah adalah sektor industri yaitu hanya sebesar 3.048.090 kwh, hal ini dikarenakan belum banyak nya industri di solok saat ini. 1. Pendahuluan Konsumsi listrik setiap tahunnya terus meningkat sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karena itu, prakiraan kebutuhan listrik jangka panjang sangat diperlukan agar dapat menggambarkan kondisi kelistrikan saat ini dan masa datang. Dengan diketahuinya perkiraan kebutuhan listrik jangka panjang akan dapat ditentukan jumlah kebutuhan energi listrik di masa yang akan datang agar dapat di sesuaikan dengan kapastitas pembangkit yang tersedia Dari data tahun 2012 konsumsi listrik sektor rumah tangga sektor solok naik sebesar 2,85 %, sektor industri sebesar 2,05 %, sektor bisnis 1,7 %, sektor sosial sebesar 2,45 %, dan sektor pemerintah 1,18 %. sedangkan konsumsi energi listrik Silungkang sektor rumah tangga sebanyak 2,97 %, sektor industri 0, sektor bisnis -2,002 %, sektor sosial sebesar 1,13 %, dan sektor 13,6 %. konsumsi energi listrik Kayu Aro sektor rumah tangga sebanyak 2,93%, sektor industri 5,97%,, sektor bisnis 0,81 %, sektor sosial sebesar 2,28 %, dan sektor pemerintah -0,02 %. konsumsi energi listrik Muaro Labuh sektor rumah tangga sebanyak 3,36 %, sektor industri 0 %,, sektor bisnis 6,44 %, sektor sosial sebesar 4,24 %, dan sektor pemerintah 3,13 %. konsumsi energi listrik singkarak sektor rumah tangga sebanyak 0,64 %, sektor industri -2,28 %,, sektor bisnis 1,08 %, sektor sosial sebesar 2,70 %, dan sektor pemerintah 0,73 %.. Untuk mencapai tersedianya tenaga listrik yang ada sekarang pembangunan dan pengembangan sistem kelistrikan yang dikelola oleh PLN perlu dikembangkan dengan penggunaan sumber energi tanpa bahan bakar minyak dalam rangka menghemat penggunaan bahan bakar minyak, sekaligus mengatasi masalah kekurangan akan bahan bakar minyak dan ini dapat dilakukan dengan pemanfaatan sumber energi seperti tenaga air, angin, biogas, surya dan lain sebagainya. Kebutuhan akan tenaga listrik dari pelanggan selalu bertambah dari waktu ke waktu. Untuk tetap dapat melayani kebutuhan tenaga listrik dari para pelanggan, maka sistem tenaga listrik haruslah dikembangkan seirama dengan kenaikan kebutuhan akan tenaga listrik dari

para pelenggan. PLN sebagai perusahaan yang diberi kewenangan untuk mengelola energi listik harus memberikan pelayanan yang baik, dalam hal pemenuhan kebutuhan energi listrik, menjamin keamanan, kenyamanan dan kehandalan pengoperasiannya baik masa sekarang maupun dimasa yang akan datang. 2. Landasan Teori Kabuaten Solok terletak pada posisi 0º32" LU - 1º45" LS, 100º27" BT - 101º41" BT dengan luas 57,64 km² (0,14% dari luas Provinsi Sumatera Barat). Wilayah administrasi Kota Solok berbatasan dengan Kabupaten Solok dan Kota Padang. Kota Solok memiliki peran sentral di dalam menunjang perekonomian masyarakat Kota Solok dan Kabupaten Solok pada umumnya. Topografi Kota Solok bervariasi antara dataran dan berbukit dengan ketinggian 390 dpl serta curah hujan rata-rata 184,31 mm kubik per tahun. Terdapat tiga anak sungai yang melintasi Kota Solok, yaitu Sungai Batang Lembang, Sungai Batang Gawan dan Sungai Batang Air Binguang. Suhu udara berkisar dari 26,1 C sampai 28,9 C. Dilihat dari jenis tanah, 21,76% tanah di Kota Solok merupakan tanah sawah dan sisanya 78,24% berupa tanah kering Penyediaan tenaga listrik untuk memenuhi kebutuhan wilayah Propinsi Sumatera Barat secara umum diusahakan oleh PT. PLN (Persero). Usaha pembangkitan dan transmisi untuk wilayah Sumetera Selatan, Bengkulu, Jambi, Riau dan Sumatera Barat dikelola sepenuhnya oleh PT. PLN (Persero) KIT-LUR SUMBAGSEL yang berpusat dikota Palembang. Untuk melayani kebutuhan pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik untuk wilayah Sumatera Barat dilakukan oleh PT. PLN (Persero) KIT -LUR SUMBAGSEL Sektor Padang, Sektor Bukittinggi dan Sektor Ombilin. Usaha pendistribusian dan penjualan energi listrik untuk wilayah Sumatera Barat dilakukan sepenuhnya oleh PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Barat. Berdasarkan wilayah usaha, PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Barat terbagi dalam 3 cabang; yaitu Cabang Padang, Cabang Bukittinggi dan Cabang Solok. Setiap cabang dibagi dalam beberapa daerah kerja. PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Barat cabang Padang terdiri atas daerah kerja Padang, Painan, Pariaman, Sicincin dan Lubuk Alung, Rayon Tabing dan Sungai Penuh yang merupakan perluasan daerah kerja PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Barat di Propinsi Jambi. PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Barat cabang Solok terdiri atas daerah kerja Solok, Silungkang, Sijunjung, Muaro Labuh, Sulit Air, Talawi, Saning Bakar, Sitiung dan Sawahlunto. PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Barat cabang Bukittinggi terdiri atas daerah kerja Bukittinggi, Payakumbuh, Padang Panjang,Batusangkar,Lubuk Sikaping, Lubuk Basung dan Simpang IV. 2.2. Kondisi Kelistrikan Kabupaten Solok Ketersediaan energi listrik Kabupaten Solok di pasok sepenuhnya dari PT.PLN (PERSERO), kehandalan sistem kelistrikan mengalami penurunan akibat dari meningkatnya permintaan energi listrik yang tidak diikuti dengan penambahan kapasitas pembangkit. Bahkan pada tahun 2012, cadangan yang tersedia (reserve margin) pada kondisi normal tinggal 25%. Hal ini semakin memburuk pada waktu berlangsung perawatan dan perbaikan pada pembangkit yang berlangsung pada bulan Mei dan Juni. Akibatnya, pada tahun-tahun yang telah berjalan, terjadi pemadaman listrik secara bergiliran, tak terkecuali pada pelanggan di wilayah Kabupaten Solok.. Di sektor ketenagalistrikan, melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), Pemerintah Kabupaten Solok telah menyatakan misinya, yaitu Menjaga Keberlanjutan Kegiatan Perekonomian Masyarakat. Dalam rangka tetap menjaga keberlanjutan kegiatan perekonomian masyarakat, pemerintah daerah berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan melaksanakan fungsi ekonomi, pariwisata, lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas umum. Program yang dijalankan adalah Program Peningkatan Pemanfaatan Energi Terbarukan. Kondisi kelistrikan Kabupaten Solok tetap mengandalkan pasokan dari sistem jaringan listrik PLN Subsistem Solok. Wilayah kerja sistem ini meliputi kota solok,

kabupaten Solok, kota Sawah Lunto, dan Kabupaten Sawahlunto Sijunjung.Energi listrik pada pusat-pusat beban di wilayah kerja ini di pasok melalui GI Solok (20MVA),GI Salak (20 MVA dan 25 MVA ) dan GI Kiliranjao (20 MVA) 2.2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kebutuhan Energi Listrik Penggunaan tenaga listrik diperkirakan akan selalu meningkat setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan oleh semakin berkembangnya kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi. Banyak faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kebutuhan tenaga listrik, seperti faktor ekonomi, kependudukan, kewilayahan, dan lain-lain. Menurut tingkat kebutuhan energi listrik dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini: 1. Faktor Ekonomi Faktor ekonomi yang mempengaruhi tingkat kebutuhan tenaga listrik adalah pertumbuhan PDRB (Prod uk Domestik Regional Bruto). Secara umum, PDRB dapat dibagi menjadi 3 sektor, yaitu PDRB sektor komersial (bisnis), sektor industri dan sektor publik. Kegiatan ekonomi yang dikategorikan sebagai sektor komersial/bisnis adalah sektor listrik, gas dan air bersih, bangunan dan konstruksi, perdagangan, serta transportasi dan komunikasi. Kegiatan ekonomi yang termasuk sektor publik adalah jasa dan perbankan, termasuk lembaga keuangan selain perbankan. Sektor Industri sendiri adalah mencakup kegiatan industri migas dan manufaktur. 2. Faktor Pertumbuhan Penduduk Pertumbuhan penduduk memiliki pengaruh besar terhadap kebutuhan tenaga listrik selain faktor ekonomi. Sesuai dengan prinsip demografi, pertumbuhan penduduk akan terus turun setiap tahunnya sampai pada suatu saat akan berada pada kondisi yang stabil. 3. FaktorPerencanaan Pembangunan Daerah Berjalannya pembangunan daerah akan sangat dipengaruhi oleh tingkat perekonomian daerah itu sendiri. Dalam hal ini baik langsung maupun tidak langsung, faktor ekonomi sangat berpengaruh terhadap kebutuhan energi listrik seiring dengan berjalannya pembangunan. Pemerintah Daerah sebagai pelaksana pemerintahan di tingkat daerah akan mengambil peran penting dalam perencanaan pengembangan wilayah. Hal itu berbentuk kebijakan yang tertuang dalam berbagai produk peraturan daerah. Termasuk di dalamnya adalah perencanaan tentang tata guna lahan, pengembangan industri, kewilayahan, pemukiman dan faktor geografis. 4. Faktor Lain-lain Selain 3 faktor di atas, ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi tingkat kebutuhan energi listrik di antaranya luas bangunan konsumen, tingkat pekerjaan, jumlah anggota keluarga dan lain-lain. Namun beberapa faktor tersebut hanya berpengaruh dalam kajian spesifik masing-masing sektor tarif dan bukan dalam skala makro. 2.3 Forcesting (Peramalan) Peramalan (forecasting) adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Peramalan diperlukan karena adanya kesenjangan waktu (timelag) antara kesadaran dibutuhkannya suatu kebijakan baru dengan waktu pelaksanaan kebijakan tersebut. Jika perbedaan waktu tersebut panjang, maka peran peramalan begitu penting dan sangat dibutuhkan terutama dalam penentuan waktu kapan akan terjadinya sesuatu, sehingga dapat dipersiapkan tindakan yang perlu dilakukan.

2.3.1 Jenis-Jenis Peramalan Pada umumnya peramalan dapat dibedakan dari beberapa segi tergantung dari cara melihatnya. Apabila dilihat dari sifat penyusunnya, maka peramalan dapat dibedakan atas dua macam, yaitu : 1.Peramalan yang subjektif, yaitu peramalan yang didasarkan atas perasaan atau intuisi dari orang yang menyusunnya. 2.Peramalan yang objectif, peramalan yang didasarkan atas data yang relevan pada masa lalu dengan menggunakan teknik-teknik dan metode dalam penganalisaan data tersebut Disamping itu, dilihat dari jangka waktu ramalan yang disusun. Maka peramalan dapat dibedakan atas dua macam pula yaitu: a. Peramalan jangka panjang, yaitu peramalan yang dilakukan untuk penyusunan hasil ramalan jangka waktunya lebih dari satu setengah tahun atau tiga semester. b. Peramalan jangka pendek, yaitu peramalan yang dilakukan untuk penyusunan hasil ramalan dalam jangka waktu yang kurang dari satu setengah tahun atau tiga semester. Berdasarkan sifat ramalan yang telah disusun, maka peramalan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1. Peramalan kualitatif, yaitu peramalan yang didasarkan atas data kualitatif pada masa lalu. 2. Peramalan kuantitatif, yaitu peramalan didasarkan atas data kuantitatif pada masa lalu. Hasil peramalan yang dibuat sangat bergantung pada metode yang digunakan dalam peramalan tersebut. Dengan peramalan yang berbeda akan diperoleh hasil peramalan yang berbeda. Ada pun yang perlu diperhatikan dari penggunaan metode-metode tersebut adalah baik tidaknya metode yang dipergunakan, dimana sangat ditentukan oleh perbedaan atau penyimpangan 2.3.2 Metode Regresi a.regresi linier antara hasil peramalan dengan kenyataan yang terjadi. Regresi linier sederhana menunjukkan hubungan antara data/variabel tidak bebas (misalnya data masa lalu) dengan satu variabel bebas.dari variabel bebas ini dihitung variavel tak bebas.dengan regresi linier ditentukan garis kecenderungan (trend line) untuk kemudian dipakai untuk memperkirakan beban di masa yang akan datang Secara umum bentuk matematika persamaan regresi linier adalah Y=a+bx dengan y= data beban/perkiraan a= koefesien nilai y jika x bernilai 0 b= koefesien kemiringan garis regresi dengan a dan b dapat dicari dengan persamaan ( )( ) = ( ) = ( ) b.regresi Linier Berganda Metode regresi linier berganda digunakan untuk menentukan pola atau kecenderungan data tahunan masa lalu Y= a+ + +...+ c.moving average Moving averagre adalah rata-rata bergerak dari data beban atau energi dalam eriode 1 tahun. ( ) = ( 6)+.. + ( )+.. + ( 5) 12

2.4 Data Dalam melakukan studi permintaan energi listrik perbulan untuk PLN (persero) wilayah kabupaten solok sampai tahun 2018 digunakan analisis regresi linier konsumsi energi listrik di masa lalu, yang nanti akan diperoleh suatu perkiraan permintaan energi listrik masing masing sektor meliputi sektor : rumah tangga, industri, bisnis, sektor sosial dan pemerintah TAHUN 2008 2009 2010 2011 2012 RT 1736160 41816671 48428049 54571242 59655893 INDUSTRI 0 2011258 2159848 2102468 2208886 BISNIS 1688140 2608926 5926625 3963277 6576264 SOSIAL 92583 1789619 2204796 5053807 2754439 PEMRT 2264821 4299699 5625352 6345250 6322161 Salah satu data ranting Sektor Solok Seperti yang terlihat di tabel di atas ini, kemudian di buat model matematis nya yang akan di masukkan kedalam pemograman delphi 2.5. Kesimpulan 1. Sektor Rumah Tangga Total kebutuhan Energi sektor Rumah tangga 2018 adalah 117.504.254 kwh 2. Sektor Industri sektor industri memiliki permintaan terendah, ini disebabkan belum banyaknya pabrik di daerah Solok untuk saat ini Total Kebutuhan Energi listrik Industri 2018 adalah 3.048.090 kwh 3. Sektor Bisnis Sedangkan pada tahun 2018 permintaan Energi Listrik disektor komersial meningkat hingga 8.162.912 kwh 4. Sektor Sosial Jumlah Permintaan Energi Listrik Tahun 2018 Sektor Sosial Adalah Sebanyak 5.215.248 KWh 5. Sektor Pemerintah sektor Pemerintahan permintaan Energi Listrik nomor dua tertinggi setelah sektor rumah tangga Jumlah Permintaan Energi Listrik Tahun 2018 Sektor Pemerintal Adalah Sebanyak 8.979.871 kwh Gambar hasil proyeksi menggunakan pemograman delphi untuk menghitung laju pertumbuhan energi listrik nya

Saran 1. Dalam menghitung pertumbuhan kebutuhan energi listrik metode perhitungan sangat menentukan akurat nya hasil perhitungan 2. Pemograman delphi sangat baik digunakan karna sangat memudah untuk memasukkan model perhitungan kedalam bentuk pemograman. 3. Untuk penelitian yang akan datang sebaik nya memasukkan berbagai variabel seperti pengembangan suatu daerah, teknologi pembangkit, dan hal lain yang menebabkan peningkatan pemakaian listrik 2.6. Daftar Pustaka 1. Dinas Pertambangan Dan Energi Propinsi Sumatera Barat (2003), Rencana Umum Ketenagalistrikan Propinsi Sumatera Barat. 2. Lestari, Wahyu Dian (2004), Analisa Perkiraan pertumbuhan Pelanggan Dan Kebutuhan Energi Listrik Di Sumatera Barat Untuk Mandapatkan Besar Tegangan Menengah. 3. Sumanto (1993), Metode Prakiraan Kebutuhan Energi Listrik Berdasarkan Kecenderungan Pemakaian Sektoral. 4. Nugroho, Agung (2006), Metode Pengaturan Penggunaan Tenaga Listrik Dalam Upaya Penghematan Bahan Bakar Pembangkit Dan Energi. 5. Agus widiyanto mikha, Mpd, statistik terapan 2013 6. Oetomo Tri Winarno Perencanaan Energi dan Profil Energi