Universitas Lampung. Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. dialami oleh siapa saja dan dapat terjadi dimana saja baik dirumah, tempat

III. METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan metode rancangan acak terkontrol dengan pola post test only

ABSTRAK. EFEK PROPOLIS INDONESIA MEREK X DALAM MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT JANTAN GALUR Swiss-Webster

ABSTRAK EFEK PROPOLIS DAN MADU TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA MENCIT SWISS WEBSTER. : Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes

PENGARUH PROPOLIS SECARA TOPIKAL TERHADAP FIBROBLAS PASCA LUKA BAKAR PADA MENCIT (MUS MUSCULUS) Oleh : RAUZATUL FITRI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang

I. PENDAHULUAN. (Nurdiana dkk., 2008). Luka bakar merupakan cedera yang mengakibatkan

I. PENDAHULUAN. yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi cedera luka bakar di Indonesia sebesar 2,2% dimana prevalensi

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kulit merupakan organ terluar pada tubuh manusia yang menutupi

KARYA TULIS ILMIAH. PERBEDAAN EKSTRAK BUAH DAN EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) TERHADAP SEL PMN PADA PROSES PENYEMBUHAN LUKA GINGIVA

PERBANDINGAN TINGKAT KESEMBUHAN LUKA BAKAR ANTARA PEMBERIAN MADU DAN KLINDAMISINSECARA TOPIKAL PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK ETANOL BIJI SEMANGKA (Citrullus lanatus Thunb.) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA SAYAT PADA MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN DEWASA

ABSTRAK. PENGARUH BUBUK KULIT TELUR AYAM PETERNAK (Gallus gallus domesticus) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA MENCIT Swiss-Webster JANTAN

PENYEMBUHAN LUKA INSISI SECARA MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS-WEBSTER

Kata kunci: Penyembuhan luka, Ulserasi, Mukosa Oral, Sirih Merah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan rancangan

ABSTRAK. EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli SECARA IN VITRO

III. METODE PENELITIAN. pendekatan Pre test - Post Test Only Control Group Design. Perlakuan hewan coba dilakukan di animal house Fakultas Kedokteran

ABSTRAK EFEK EKSTRAK KULIT MANGGIS (Garcinia Mangostana L.) TERHADAP WAKTU PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only

BAB III METODE PENELITIAN. random pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar jantan.

ABSTRAK PERBANDINGAN EFEK SEDUHAN TEH HITAM, TEH HIJAU DAN TEH PUTIH TERHADAP KADAR LOW DENSITY LIPOPROTEIN

ABSTRAK EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN BINAHONG

BAB I PENDAHULUAN. Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan eksperimental dengan randomized pre post test control

III. METODE PENELITIAN

Kata kunci: salep ekstrak herba meniran, triamcinolone acetonide, penyembuhan luka

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN LEMBAYUNG (Vigna unguiculata) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS DIABETES MELLITUS DENGAN INDUKSI ALOKSAN

PERBANDINGAN EFEK AIR PERASAN DAUN BLUSTRU

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah true experimental dengan pre-post test with

ABSTRAK. PENGARUH GETAH PISANG (Musa paradisiaca) TERHADAP DURASI PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS WEBSTER

BAB I PENDAHULUAN. mulut, yang dapat disebabkan oleh trauma maupun tindakan bedah. Proses

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kimia, kini penggunaan obat-obatan herbal sangat populer dikalangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

III. METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan metode rancangan acak terkontrol dengan pola post test only

PEMBAHASAN. seperti hernia inkarserata, masih merupakan perdebatan. Implantasi benda asing

ABSTRAK. Christina Melissa Siswanto, Pembimbing I : Fen Tih, dr., M.Kes. Pembimbing II : Dr. Meilinah Hidayat, dr., M.Kes.

ABSTRAK. EFEK EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL LDL PADA TIKUS JANTAN GALUR WISTAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan kasus cedera yang sering dialami oleh setiap manusia. Luka

I. PENDAHULUAN. Luka bakar merupakan penyebab kematian ke-2 di dunia yang bukan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan desain posttest

ABSTRAK PENGARUH DAUN DEWA (Gynura segetum [Lour] Merr.)TERHADAP WAKTU PENYEMBUHAN LUKA INSISI PADA MENCIT Swiss Webster JANTAN

Maria Caroline Wojtyla P., Pembimbing : 1. Endang Evacuasiany, Dra., MS., AFK., Apt 2. Hartini Tiono, dr.

BAB 5 HASIL PENELITIAN

PERBANDINGAN EFEK EKSTRAK ETANOL UMBI BAWANG DAYAK

ABSTRAK PENGARUH SUPLEMENTASI VITAMIN D 3 DOSIS TINGGI TERHADAP KALSIFIKASI TULANG FEMUR JANIN MENCIT GALUR SWISS WEBSTER

BAB I PENDAHULUAN. dengan luka terbuka sebesar 25,4%, dan prevalensi tertinggi terdapat di provinsi Sulawesi

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Antibiotik adalah obat yang digunakan sebagai obat anti infeksi,

DAYA HAMBAT EKSTRAK SABUT KELAPA (COCOS NUCIFERA) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI ESCHERICHIA COLI DAN

ABSTRAK. PENGARUH BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT BETINA GALUR SWISS WEBSTER

EFEKTIVITAS GEL PUTIH TELUR PADA LUKA INSISI TIKUS PUTIH (RATTUS NORVEGICUS) MELALUI PENGAMATAN PANJANG AREA LUKA DAN KEPADATAN DEPOSIT KOLAGEN

BAB I PENDAHULUAN. gigi, puskesmas, dan rumah sakit adalah pencabutan gigi. Pencabutan gigi

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB III METODE PENELITIAN. Desain pada penelitian ini adalah eksperimen laboratorium dengan

ABSTRAK. Christina., Pembimbing: 1. Laella K. Liana, dr., Sp.PA, M.Kes 2. Endang Evacuasiany, Dra., MS., AFK., Apt

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan post-test only control group design. Hewan uji dirandomisasi baik

PERBANDINGAN KECEPATAN PENYEMBUHAN LUKA INSISI DENGAN PEMBERIAN VITAMIN C DAN EKSTRAK BUAH MORINDA CITRIFOLIA

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran. Dasitya Kurnia Rachman G

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

Kata kunci : air perasan buah blustru, air perasan buah nanas, penyembuhan luka

ABSTRAK. PENGARUH BANDOTAN (Ageratum conyzoides L.) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA MENCIT BETINA GALUR SWISS WEBSTER. Pembimbing II: Hartini Tiono, dr.

ABSTRAK. Pembimbing I : Dr. Meilinah Hidayat, dr., M.Kes Pembimbing II : Hartini Tiono, dr., M.Kes

ABSTRAK. Kata kunci: Lendir bekicot, luka insisi, waktu penyembuhan luka. Universitas Kristen Maranatha

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2006 HALAMAN PENGESAHAN

ABSTRAK. Albert Christopher Ryanto, Pembimbing I: Heddy Herdiman, dr., M.Kes. Pembimbing II: Christine Sugiarto, dr., Sp.PK.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian

Gambar 6. Desain Penelitian

ABSTRAK. PENGARUH PEMBERIAN INFUSA Musa paradisiaca.linn (Musaceae) TERHADAP TUKAK LAMBUNG PADA TIKUS GALUR WISTAR YANG DIINDUKSI ASETOSAL

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental menggunakan post test only

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

TERAPI TOPIKAL CLINDAMYCIN DIBANDINGKAN DENGAN NIACINAMIDE + ZINC PADA ACNE VULGARIS LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH EKSTRAK ETANOL RIMPANG KENCUR (Kaempferia YANG DIINDUKSI ASAM ASETAT ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

ABSTRAK. EFEK PROPOLIS TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS (Rattus norvegicus) GALUR WISTAR JANTAN

BAB III METODE PENELITIAN. dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan lalu dibandingkan kerusakan

ABSTRAK. Aldora Jesslyn O., 2012; Pembimbing I : Penny Setyawati M, dr., Sp.PK, M.Kes. Pembimbing II : Sijani Prahastuti, dr., M.Kes.

BAB III METODE PENELITIAN. terkontrol. Menggunakan 25 ekor tikus putih ( Rattus norvegicus) jantan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. : Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

ABSTRAK. EFEK GASTROPROTEKTIF AIR PERASAN DAUN PISANG (Musa paradisiaca L.) PADA TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIINDUKSI ASPIRIN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. proliferasi, dan remodeling jaringan (Van Beurden et al, 2005). Fase proliferasi

ABSTRACT THE EFFECT OF CALCIUM AND VITAMIN D TOWARDS HISTOPATHOLOGICAL CHANGES OF WISTAR MALE RAT S KIDNEY WITH THE INDUCED OF HIGH LIPID DIET

TERAPI TOPIKAL AZELAIC ACID DIBANDINGKAN DENGAN NIACINAMIDE+ZINC PADA AKNE VULGARIS LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

ABSTRAK. Meigi Suwarto, 2013 : dr. Kartika Dewi, M.Kes. Sp.Ak.PA (K) : dr. Jeanny Ervie Ladi, M.Kes., PA

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS WISTAR JANTAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK ETANOL RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.) TERHADAP MUKOSA GASTER PADA MODEL MENCIT SWISS WEBSTER YANG DIINDUKSI ASETOSAL

ABSTRAK PENGARUH KALSIUM TERHADAP KADAR KOLESTEROL DARAH TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian post test only controlled group design. Universitas Lampung dalam periode Oktober November 2014.

BAB IV METODE PENELITIAN

ABSTRACT THE EFFECT OF OLIVE OIL ADDITION INTO OATMEAL IN LOWERING BLOOD TOTAL CHOLESTEROL AND LDL (LOW DENSITY LIPOPROTEIN) IN WISTAR STRAIN RAT

Efektivitas lumatan daun sirih hijau dibandingkan dengan povidine iodine sebagai alternatif obat luka

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Luka bakar merupakan masalah pada kulit yang sering terjadi di

ABSTRAK. Stefany C.K, Pembimbing I : Laella Kinghua Liana, dr., Sp.PA, M.Kes. Pembimbing II: Endang Evacuasiany, Dra., MS., AFK.

PENGARUH EKSTRAK BUAH MERAH

ABSTRAK. GAMBARAN HISTOPATOLOGI LAMBUNG MENCIT GALUR Swiss Webster JANTAN PASCA PEMBERIAN MINYAK BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam.

PENGARUH EKSTRAK BUAH MERAH

ABSTRAK. UJI TOKSISITAS SUBKRONIS DERMAL MINYAK ROSMARINI (Rosmarinus officinalis L) PADA TIKUS WISTAR DENGAN PARAMETER HEMATOLOGI DAN BIOKIMIAWI

Transkripsi:

Perbandingan Tingkat Kesembuhan Luka Bakar dengan Pemberian Madu dan Pemberian Gentamisin Topikal pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Arif Mz 1), Muhartono 2) Email: m.arif770@gmail.com 1) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, 2) Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Abstrak Madu diduga berperan sebagai antibakteri dan saat ini sudah dimanfaatkan sebagai penanganan korban luka bakar. Penelitian ini bertujuan membandingkan tingkat kesembuhan luka bakar dengan pemberian madu dan gentamisin topikal. Pada penelitian menggunakan 9 ekor tikus jantan galur Spraque dawley dijadikan subyek penelitian. Tikus dibagi menjadi 3 kelompok secara random yaitu: K1 (kontrol), K2 (madu 100%), K3 ( Gentamisin Topikal Gel 0,1% 10gr) setelah 14 hari pengamatan. Dari hasil penelitian luka bakar pada kulit tikus menunjukann rata-rata kesembuhan kulit secara histopatologis pada K1, K2, dan K3 adalah 0,817±2,57, 0,774±4,23, dan 0,691±4,27 dengan nilai P=0,001 pada uji Kruskal-Wallis. Pada analisa Mann-Whitney test nilai p pada tiap kelompok adalah: antara K1 dan K2 p=0,001 kemudian K1 dan K3 p=0,001, untuk uji kelompok K2 dan K3 p=0,936. Pada hasil uji klinis didapat rata-rata 50,70±15,28 pada K1, 94,48±6,07 pada K2 dan K3, 92,14±6,85. Pada uji ANOVA didapatkan p=0,039, dilanjutkan pada uji post hoc terdapat perbedaan bermakna pada kelompok K1 terhadap kelompok K2 dan K3 dengan nilai p=0,001. Dan tidak terdapat perbedaan bermakna antara kelompok K2 dan K3 dengan nilai p=0,585. Simpulan, madu dapat dijadikan sebagai obat alternatif pada luka bakar sebagai pengganti antibiotik gentamisin topikal, terutama di daerah terpencil. Kata kunci : Gentamisin topikal, luka bakar, madu. THE COMPARISON OF BURNS WOUND HEALING LEVEL BETWEEN HONEY AND TOPICAL GENTAMICIN TREATMENT ON WHITE RATS(Rattus Norvegicus) Arif Mz 1), Muhartono 2) 1) Medical Faculty Student of Lampung Univesity, 2) Medical Faculty Lecturer of Lampung University Abstract Honey thought to act as an antibacterial agent and have been used to heal skin burns. This study aims to compare therate of healing of burns with honey and gentamicin topical administration. In studies using 9 Spraque Dawleys train male ratsused as subjects of research. Rats were divided into 3 groups at random, which are: K1 (control), K2 (honey 100%), K3(Gentamicin Topical Gel 0.1 % 5 gr) after 14days of treatment, it was observed. From the research on mice skin burns to average histopathological cure of skin in the treated group K1, K2and K3 were 0.817±2.57, 0.774±4.23 and 0.691±4.27 with a value of p=0.001 in the Kruskal-Wallis test. On Mann-Whitney analysis test p values for each group are: between K1 and K2 p= 0.001, then K1 and K3 p=0.001, K2 and K3 group p=0.936. On the results of clinical trials gained an average 50.70±15.28 on K1, 94.48±6.07 in K2 and K3, 92.14±6.85. The ANOVAtest obtained p=0.039, followed by the post hoc tests results significant differences in the K1 to the K2 and K3 with p=0.001. And there were no significant differences between the K2 and K3 groups with p=0.585. Conclusion, honey can be used as an alternative medicine to heal skin burn instead of gentamicin topical antibiotics, especially in remote areas. word: Burns, gentamicin topical, honey. Pendahuluan 33

Penelitian Kwakman dan Zaat (2012) dikatakan madu bermafaat sebagai antibakteri. Menurut Mundo dkk., (2004), bahwa pertumbuhan bakteri patogen seperti Escherichia coli, Listeria monocytogenes, dan Staphylococcus aureusdapat dihambat oleh pemberian madu. Pemberian madu pada media tanam yang telah ditanam bakteri-bakteri tersebut memperlihatkan zona penghambatan.dari segi estetika pemakaian madu memiliki kelebihan karena dapat digunakan untuk menghaluskan kulit, serta pertumbuhan rambut dibandingkan pemakaian antibiotik (Ratnayani dkk., 2008). Saat iniresistensi obat antibiotika merupakan hal yang sering terjadi dikarenakan pemakaian antibiotika yang tidak terkendali, hal ini juga terjadi pada pemberian antibiotika kepada luka bakar. Sebagai contoh pada obat golongan aminoglikosida, mikroorganisme bisa berubah menjadi resisten dengan cara memperoleh kemampuan untuk memproduksi enzim yang menginaktifasi aminoglikosida dengan cara adenililasi, asetilasi, atau fosforilasi (Katzung, 2004). Salah satu obat topikal yang sering digunakan adalah gentamisin. Gentamisin merupakan salah satu jenis antibiotik golongan Aminoglikosida. Antibiotik ini sangat sensitif terhadap basil Gram-negatif yang aerobik, dan kurang efektif dalam keadaan anaerobik atau fakultatif. Aktivitasnya terhadap bakteri Gram-negatif sangat terbatas. Penggunaaan antibiotika yang saat ini dimanfaatkan untuk mencegah infeksi akibat rusaknya jaringan kulit pada penanganan luka bakar, menimbulkan berbagai efek samping, dan sepertinya belum tergantikan oleh obat lain. Di lain pihak madu diduga berperan sebagai antibakteri dan saat ini sudah dimanfaatkan sebagai penanganan korban luka bakar sudah diketahui banyak manfaatnya (Morar dkk., 2009). Metode Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang akan menggunakan metode rancangan acak terkontrol dengan pola post test only controlled group design. Tikus penelitian didapat dari Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Pemilihan secara random yang dibagi menjadi 3 34

kelompok sebanyak 18 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) betina dewasa galur Sprague Dawley berumur 3-4 bulan, dengan pengulangan sebanyak 6 kali, akan digunakan sebagai subjek penelitian. Penentuan jumlah sampel ini menurutfrederer (1967). Pada penelitian ini digunakan 1 kelompok kontrol, 1 kelompok madu, dan 1 kelompok gentamisin topical. 3 kelompok perlakuan tersebut dengan menggunakanan rumus - (Frederer), maka didapatkan hasil 6 pengulangan pada setiap kelompoknya (Mattjik dan Sumertajaya, 2006). Kriteria dari penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus)betina dewasa galur Sprague Dawleyberumur 3-4 bulan Sehat (tidak tampak penampakan rambut kusam, rontok, atau botak dan aktif).memiliki berat badan sekitar 200-250 gram.variabel bebas dari penelitian ini adalah zat aktif yang diberikan pada tikus putih yaitu madu dan gentamisin topikal. Penyembuhan diobservasi pada stase penyembuhan satu dan dua yaitu, Fase Inflamasi dan Fase Proliferasi. Sampel biopsi diambil pada hari ke 14. Gambaran yang dinilai adalah panjang repitelisasi, sel radang dan scab dengan sistem scoring pada pembesaran 40x (scor lesio pada kulit): Skoring untuk reepitelisasi 1 : jika tidak ada reepitelisasi 2 : 1/4 area luka bakar 3 : 2/4 area luka bakar 4 : 3/4 area luka bakar 5 : Lebih dari 3/4 area luka bakar Skoring untuk sel radang: 1 : sel radang menyebar dengan kepadatan sangatrapat (>79 sel per lapang pandang ) 2 : sel radang menyebar dengan kepadatan rapat(40 sampai 79 sel per lapang pandang) 3 : sel radang menyebar dengan kepadatan sedang(20 sampai 39 sel per lapang pandang) 35

4 : sel radang menyebar dengan kepadatan rendah (1 sampai 19 sel per lapang pandang) 5. : tidak ada sel radang Skor untuk scab: 1 : scab memenuhi >3/4 permukaan epitel 2 : scab memenuhi 3/4 permukaan epitel 3 : scab memenuhi 2/4 permukaan epitel 4 : scab memenuhi 1/4 permukaan epitel 5 : scab memenuhi <1/4 permukaan epitel Nilai rata-rata pengambilan skor: S1+S2+S3 = Sr 3 Catatan: 1 Bila hasil rata-rata bentuk koma 0,33 maka dibulatkan menjadi nilai skor dibawahnya. Contoh: 4,33 maka akan dibulatkan menjadi skor 4. 2 Apabila hasil rata-rata bentuk koma 0,66 maka dibulatkan menjadi nilai skor diatasnya. Contoh: 4,66 maka dibulatkan menjadi skor 5. Hasil pengukuran diameter yang dihasilkan dari penelitian ini selanjutnya dibuat rataannya dan dihitung simpangannya dengan menggunakan standard deviasi (rerata ± SD). Selanjutnya data yang didapat pada penelitian ini dianalisis dengan menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) dan dilanjutkan dengan Uji Tukey dengan selang kepercayaan 95% (α=0.05) dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 17.0 for windows (Mattjik dan Sumertajaya 2006). Hasil Pada K1 didapatkan adanya reepitelisasi. Pada daerah bekas luka juga ditemukan adanya fibroblast, kolagen namun sebagian sampel masih banyak ditemukan serbukan sel radang, neutrophil, pus dan pembentukan scab. 36

Gambar 1. Gambaran histopatologis kulit tikus K1 dengan pewarna H.E (perbesaran 400 kali, potongan melintang). Pada K2 didapatkan adanya reepitelisasi, dan daerah luka pada kulit digantikan dengan jaringan ikat fibroblast dan kolagen yang normal ditemukan pada luka, juga ditemukan sel-sel radang. Selain itu pada salah satu sampel masih ditemukan adanya scab. Gambar 2. Gambaran histopatologis kulit tikus K2 dengan pewarna H.E (perbesaran 400 kali, potongan melintang). Pada K3 didapatkan adanya reepitelisasi, dan jaringan epitel lama digantikan dengan fibroblast dan kolagen, serta ditemukan sel-sel radang disekitar luka juga scab pada beberapa sampel. 37

Gambar 3. Gambaran histopatologis kulit tikus K3 dengan pewarna H.E (perbesaran 400 kali, potongan melintang). Kemudian dilakukan uji statistik dari nilai yang tiap sampel didapat. Untuk menilai apakah terdapat perbedaan bermakna antar kelompok. Dan didapatkan rata-rata hasil sebagai berikut: Tabel 1. Rata-rata hasil pengamatan histopatologis. Sampel Skoring Tingkat Kesembuhan Kulit Mean+S.D. LP1 LP2 LP3 LP4 LP5 K1 1 3 2 3 2 2 2,57±0,817 2 2 2 2 1 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 2 2 2 5 2 1 3 2 2 6 4 3 2 3 4 K2 1 5 4 4 3 5 4,23±0,774 2 4 3 4 5 5 3 5 5 5 4 4 4 3 3 5 5 3 5 4 5 5 4 5 6 3 4 4 4 5 K3 1 4 4 4 4 4 4,27±0,691 2 4 4 5 3 5 3 3 4 4 5 5 4 4 5 4 5 4 5 5 5 3 5 4 6 5 4 5 3 5 Pada pengamatan histologis didapatkan nilai rata-rata untuk setiap sampel adalah K1 2,57±0,817, K24,23±0,774 dank3 4,27±0,691 sehingga dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan nilai pada setiap kelompok maka dilakukan uji statistik ANOVA untuk melihat kemaknaan dari nilai tersebut. 38

Untuk mengetahui apakah memenuhi syarat untuk uji ANOVA maka dilakukan uji normalitas data menggunakan uji Shapiro-Wilk dengan hasil K1 0,001, K2 0,001, K3 0,001 sehingga data tidak lolos uji normalitas (p>0.005). kemudian dilanjutkan dengan uji Kruskal-Wallis didapatkan nilai p=0,001 artinya terdapat perbedaan paling tidak 2 kelompok uji. Dan dilanjutkan uji Mann- Whitney untuk melihat kemaknaan. Tabel 2. Hasil Uji Kemaknaan menggunakan uji kruscal Wallis Kelompok 1 2 3 1-0,001 0,001 2 - - 0,936 3 - - - Hasil uji Kruskal Wallis diatas menunjukan paling tidak dua kelompok mempunya perbedaan yang bermakna yaitu, kelompok K1 dan K2 (p=0,001) kemudian antara K1 dan K3 (p=0,001). untuk uji antara kelompok K2 dan K3 tidak terdapat perbedaan yang bermakna karena p=0,936. Hasil secara klinis didapatkan persentase rata-rata perkelompok sebagai berikut: Tabel 3. Persentase rata-rata penyembuhan pada kelompok madu, gentamisin topikal dan kontrol. HARI K1(%)±SD K2(%)±SD K3(%)±SD 1. 0±0 0±0 0±0 2. -8,76±7,04-4,30±2,58-1,53±6,29 3. -8,97±4,90-3,20±3,86 4,59±5,38 4. -7,46±8,90-1,90±7,62 7,77±5,99 5. -6,47±8,63 3,57±10,26 11,31±7,82 6. -5,01±10,75 8,36±6,46 14,62±8,28 7. -2,85±11,44 16,18±5,73 21,56±7,48 8. 0,54±8,54 27,09±6,32 25,06±6,24 9. 6,52±8,50 40,45±6,84 31,85±7,47 10. 8,31±8,96 50,70±6,02 38,68±9,8 11. 16,52±6,74 54,39±8,41 51,09±9,35 12. 34±14,20 64,17±11,77 65,72±15,89 13. 42,50±12,24 81,40±11,22 82,99±10,62 14. 50,70±15,28 94,48±6.07 92,14±6,85 39

Pada hari pertama persentase rata-rata kelompok K1, K2 dan K3 adalah 0±0 karena hari pertama saat pertama kali tikus diberi perlakuan. Pada beberapa kasus persentase rata-rata penyembuhan menjadi minus itu dikarenakan luka membesar. Pada hari keempatbelas dapat dilihat persentase kelompok K1 50,70±15,28, K2 94,48±6,07 dan K3 92,14±6,85 dikarenakan pada kelompok K2 dan K3 sebagian luka masi belum sembuh total sedangkan pada kelompok K1 seluruh luka belum sembuh total. Untuk itu dilakukan uji ANOVA untuk melihat kemaknaan perbedaan pada kelompok hari keempatbelas. Sebagai sarat uji ANOVA maka dilakukan dilakukan uji Shapiro-Wilk pada data, sehingga didapat K1 (p=0,554), K2 (p=0,013) dan K3 (p=0,332) data dianggap normal bila (p>0.005) dan dilanjutkan menggunakan uji varians data untuk melihat homogenitas data. Dari uji varians data semua data yang dinyatakan lulus uji varian jika (p>0.005) yang menandakan tidak ada perbedaan varian data pada tiap kelompok, dan hasil uji varian untuk kelompok hari keempat belas adalah (p=0,039). Maka dapat dilanjutkan uji ANOVA untuk melihat apakah terdapat perbedaan pada kelompok hari keempat belas dan uji ANOVA menghasilkan p=0.001 yang berarti paling tidak terdapat dua kelompok yang berbeda secara bermakna. Untuk melihat kelompok tersebut dilakukan uji post hoc LSD. Tabel 4. Tabel uji post Hoc LSD Kelompok Kelompok Sig, 1 2 0,001 3 0,001 2 1 0,001 3 0,585 3 1 0,001 2 0,585 Pada uji post hoc terdapat perbedaan bermakna pada kelompok K1 terhadap kelompok K2 dan K3 dengan nilai p=0,001. Dan tidak terdapat perbedaan bermakna antara kelompok K2 dan K3 dengan nilai p=0,585. 40

Pembahasan Setelah terjadi kerusakan reaksi tubuh terhadap luka akan memulai respon inflamasi pada fase ini rentan terjadi penghambat kesembuhan antara lain jika terdapat benda asing dan infkesi pada luka maka fase inflamasi akan menjadi panjang. Endotoksin dari kuman dapat memicu pelepasan kolagenase dan pelepasan fagositosis yang mengakibatkan degradasi kolagen dan jaringan sekitarnya yang sebelumnya merupakan jaringan normal. (Zumaro,2009). Menurut Kasyaningrum dan Putra (2000), madu dapat dapat mempercepat kesembuhan luka bakar pada manusia, oleh karena madu mempunyai efektifitas anti inflamasi, anti bakteri dan stimulan regenerasi jaringan sehingga menghasilkan penyembuhan luka yang baik. Kelompok perlakuan madu dan gentamisin topikal mempunyai perbedaan bermakana dengan kelompok kontrol, hal ini juga didukung dengan hasil uji statistik dari penilaian secara klinis. Berdasarkan pengamatan patologi anatomi, secara umum terlihat bahwa proses kesembuhan luka kelompok kontrol berjalan lebih lambat dibandingkan dengan perlakuan madu gentamisin topikal. Hal ini terjadi karena pada madu terdapat flavonoid yang dapat menghambat mediatormediator radang yaitu mengurangi efek siokin (Interleukin-1 dan Tumor Necrosis Factor (TNF)) yang dihasilakan oleh makrofag dan sitokin reseptor yang secara umum akibatnya tampak pada penekanan rasa nyeri, demam dan kerusakan jaringan (Molan, 1999). Gentamisin topikal merupakan salah satu jenis antibiotik golongan Aminoglikosida. Gentamisin topikal bekerja dengan cara menembus bakteri Gram-negatif melalui porin, berikatan dengan ribosom 30S sehingga menghambat sintesis protein disusul dengan kematian sel. Aktivitas yang optimal (tanpa efek toksik) tercapai dengan kadar Gentamisin 4-8µg/ml. namun setelah kontak dengan antibiotik, biasanya terjadi penurunan kepekaan sehingga pemberian antibiotik ini harus secara tepat dan hati-hati (Syarif dan Ascobat, 2007) Pada penelitian ini didapatkan hasil tingkat kesembuhan luka bakar secara klinis lebih baik, hal ini terlihat dari hasil pengukuran diameter luka bakar yang 41

menunjukan bahwa luka bakar yang diberikan madu sebagai agen penyembuh terlihat lebih baik. Namun, setelah diuji secara statistik perbedaan tersebut tidak signifikan. Simpulan Madu dapat dijadikan sebagai obat alternatif pada luka bakar sebagai pengganti antibiotik gentamisin topikal, terutama di daerah terpencil yang sulit untuk mendapatkan antibiotik gentamisin topikal. Daftar Pustaka Eroschenko, V.P. 2003. Atlas Histologi di Fiore dengan Korelasi Fungsional. EGC. Jakarta. hlm 135-145. Kasyaningrum, H,.Putra, S.T. (2000). Peranan Madu sebagai Terapi alternative Penyembuhan Luka.Media IDI Cabang Surabaya : Surabaya, Maret (17) : 14-21. Katzung, B.G. 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik. Salemba Medika. Jakarta. hlm 1-9,729. Mattjik, A.A., Sumertajaya. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. IPB Press. Jilid 1 Edisi Kedua. 287 hlm. Molan, P.C. (1999).Why honey is effective as a medicine 1. Its use in modern medicine.bee World 82 (2) : 80-92. Morar, N., Willis-Owen,S.A.G., Moffatt, M.F., Cookson, W.O.C.M. (2006) The genetics of atopic dermatitis. J Allergy Clin Immunol,118. Ratnayani, K. Adhi, NMAD., Gitadewi, IGAMAS. 2008. Penentuan kadar glukosa dan fruktosa madu randu dan madu kelengkeng dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi. Jurnal Kimia 2. Vol 2 No 2. hal 77-86. Sjamsuhidajat, R., De Jong, W. 2007. Buku Ajar Ilmu Bedah Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta : EGC. Syarif, A.,Ascobat, P. 2007. Farmakologi dan Terapi. 5 th ed.departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; Jakarta 585-731 hlm. Zumaro, A. 2009. Perbedaan angka kejadian infeksi luka operasi herniorafi teknik Lichtenstein menggunakan mesh monofilament makropori dengan herniorafi teknik shouldice pada operasi hernia inkarserata. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang. Hlm 31. 42