PETUNJUK PRAKTIS PENULISAN KARYA ILMIAH 1 Usmawadi, SH.,MH 2

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN PEDOMAN PENULISAN KARYA ILMIAH ( SKRIPSI, TESIS, DISERTASI, ARTIKEL, MAKALAH, DAN LAPORAN PENELITIAN )

TATA CARA PENULISAN ILMIAH. Oleh : YAYA SUNARYA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada kamar kos-kosan yang berlokasi di

Metode Penulisan Karya Ilmiah: Teknik Pengutipan dan Penulisan Daftar Pustaka. Oleh: Janawi

PANDUAN PENULISAN PROPOSAL

Cara Penulisan Footnote, Ibid, Op.Cit, Loc. Cit Yang Benar

BAGIAN II DESKRIPSI KOMPONEN PROPOSAL SKRIPSI ATAU TUGAS AKHIR

BAB III METODE PENELITIAN. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan kepemimpinan

INTERNSHIP & CAREER DEVELOPMENT (ICD) FE UNS 1

Pedoman Penulisan Skripsi 1 BAB I. PEDOMAN UMUM

Pedoman Penulisan Proposal Penelitian, Tugas Akhir dan Skripsi

TATA CARA DAN TEKNIK PENULISAN TUGAS AKHIR SKRIPSI, STUDI KASUS DAN LEGAL MEMORANDUM (S1), TESIS (S2) DAN DISERTASI (S3)

PANDUAN PENULISAN MANUSKRIP FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG TAHUN 2012

BAB III METODE PENELITIAN. dari lembaga yang bersangkutan yaitu Sekolah Tinggi Agama Islam

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan secara sengaja karena masih adanya suatu kenyataan dalam

PEDOMAN PENYUSUNAN PROPOSAL DAN LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu yang diperlukan untuk melakukan penelitian ini dimulai dari

BAB III METODE PENELITIAN. metode pengolahan dan analisis data, dan uji keshahihan data.

PENGACUAN, CATATAN KAKI, CATATAN AKHIR, DAN BIBLIOGRAFI. Ali Saukah

Catatan Akhir adalah sistem pengacuan dengan cara menempatkan informasi tentang identitas lengkap suatu sumber rujukan di bagian akhir sebuah artikel

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

SISTEMATIKA LAPORAN PENELITIAN ANTROPOLOGI

Pemanfaatan Sumber Pustaka

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pelanggaran prosedur perceraian bagi PNS di

BAB III METODE PENELITIAN. tindakan, dll, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk katakata. memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

BAB III METODE PENELITIAN

PEDOMAN PENULISAN TUGAS AKHIR MAHASISWA PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA POLITEKNIK NEGERI MEDAN MEDAN 2015

BAB III METODE PENELITIAN. sosial dalam suasana yang berlangsung secara wajar atau alamiah, bukan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. yang berasal dari Bahasa Inggris : method, bahasa latin : methodus, Yunani :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dalam penelitian, hal ini disebabkan karena berhasil tidaknya suatu penelitian

Bahasa Indonesia UMB TATA TULIS DALAM RAGAM ILMIAH. Kundari, S.Pd, M.Pd. Komunikasi. Komunikasi. Modul ke: Fakultas Ilmu. Program Studi Sistem

PEDOMAN PENYUSUNAN SKRIPSI. Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Kristen Petra

BAB III METODE PENELITIAN. mendekati masalah yang diteliti dengan sifat hukum yang nyata atau sesuai dengan kenyataan

III. METODE PENELITIAN. Cara penulisan skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan normatif dan empiris

PEDOMAN TEKNIS PENULISAN TUGAS AKHIR MAHASISWA

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN LKTI FASILKOM UNSRI 2016

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI. Hal I. FORMAT PENULISAN SECARA UMUM... 1 II. BAGIAN-BAGIAN TUGAS AKHIR... 6

BAB III METODE PENELITIAN. ilmiah adalah proses analisa yang meliputi metode-metode penelitian untuk

PEDOMAN PENULISAN SKRIPSI Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma

BAB III METODE PENELITIAN. yang dapat diamati dari orang-orang (subyek) itu sendiri. 1

PEDOMAN LOMBA KARYA TULIS ILMIAH

Thohirin, Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan Konseling, Jakarta, Rajawali Pers, 2013, hlm. 1

BAB III METODE PENELITIAN. dipengaruhi atau ditentukan oleh tepat tidaknya penelitian atau penentuan metode

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan kepada metode,

TEKNIS PENULISAN KARYA ILMIAH KHUSUS MENGENAI RUJUKAN/REFERENSI DAN TEKNIS PENULISANNYA PROGRAM PASCASARJANA UNISNU JEPARA

BAB III METODE PENELITIAN

PANDUAN KERJA PRAKTEK FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM JOMBANG

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. lapangan (field research). Penelitian (research) adalah usaha yang dilakukan

PROPOSAL DAN LAPORAN TUGAS AKHIR 2017

Pendahuluan Page 1 PENDAHULUAN

PEDOMAN PENYUSUNAN USULAN PENELITIAN DAN PENULISAN DISERTASI

BAB III METODE PENELITIAN. inkuisi pemahaman berdasarkan pada tradisi-tradisi metodologis yang jelas tentang

DAFTAR PUSTAKA Daftar bibliografi atau literatur yang menjadi acuan (telah dikutip) dalam penulisan Dilengkapi dengan nama pengarang dan informasi pen

III. METODE PENELITIAN. yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris, pendekatan yuridis normatif

BAB III METODE PENELITIAN. mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang, dan interaksi

KARAKTERISTIK PENULISAN ARTIKEL ILMIAH Luluk Sri Agus Prasetyoningsih

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini masuk dalam kategori penelitian kualitatif.

PANDUAN RANCANGAN PROYEK PERUBAHAN DIKLAT KEPEMIMPINAN TK. IV BALAI DIKLAT KEPEMIMPINAN MAGELANG 2015

DAFTAR ISI. Hal I. FORMAT PENULISAN SECARA UMUM... 1 II. BAGIAN-BAGIAN TUGAS AKHIR... 5

Untuk penulisan skripsi/tesis, minimal harus duduk dulu mencari dan membaca buku sekurangnya 50 jam di perpustakaan.

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode Historis dengan

BAB III METODE PENELITIAN. outsourcing selain itu perusahaan ini terbuka dalam memberikan informasi tentang

Teknik Penulisan Referensi (Footnote, Endnote and Parenthetical Reference Method) Kompilasi oleh Muliadi Nur

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENGUMPULAN DATA. penelitian hukum empiris kualitatif. Penelitian hukum empiris adalah sebuah

III. METODE PENELITIAN. metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari

PEDOMAN PENULISAN SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kualitatif. Menurut Kirk dan Miller pengertian penelitian

BAB I Pendahuluan A. Kedudukan Karya Tulis di Perguruan Tinggi

PEDOMAN PENULISAN LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

Koridor Umum Penulisan Artikel Ilmiah

SISTEMATIKA KULIAH KERJA PAMONG (KKP)

Yogi Suwarno, SIP. MA.

BAGIAN 1 PEDOMAN PENULISAN SKRIPSI. A. Proposal Skripsi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. mencatat, merumuskan, dan menganalisis sampai menyusun laporan. 1

MATERI KULIAH E-LEARNING. PENYUSUNAN PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF Oleh Dr Triana Noor Edwina DS, M.Si

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif naturalistik. Naturalistik yaitu pengambilan data secara alami atau

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. permasalahan penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Ditinjau dari sudut pandang pendekatannya, penelitian yang penulis lakukan

CATATAN KAKI (FOOT NOTE) Materi Perkuliahan MKI Ari Kusmiatun PBSI-FBS-UNY

FORMAT PENULISAN PKL UNTUK MAHASISWA

BAB III METODE PENELITIAN. Kahayan Tradisional Modern Palangka Raya, akan dilaksanakan

STUDI MAGISTER TERAPAN

PANDUAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) PENULISAN KARYA ILMAH / TUGAS AKHIR UJIAN KOMPREHENSIF AMIK POLIBISNIS

Perbandingan Publikasi Internasional Indonesia di Scopus Periode 2010-April 2016

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang memiliki persaingan usaha yang sangat ketat

BAB III METODE PENELITIAN. Cabang USU. Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan September 2015 sampai

Kriteria Kontributor. Materi Naskah dan Proses Seleksi

TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH

BAB III METODE PENELITIAN. dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci.

BAB III METODE PENELITIAN. menjelaskan apa saja yang ada di lokasi penelitian.

BAB II PROPOSAL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

1 PETUNJUK PRAKTIS PENULISAN KARYA ILMIAH 1 Usmawadi, SH.,MH 2 A. PENGANTAR Bentuk penulisan hukum, baik untuk kalangan praktisi maupun akademisi dalam pembuatan atau penulisannya tidak dapat dilepaskan dari peroses penelitian hukum (legal research). Hal ini selaras dengan pendapat salah seorang ahli yang menyatakan bahwa: 3 sesungguhnya kegiatan sehari-hari seorang dosen, seorang hakim, seorang pengacara, jaksa, notaris, konsultan hukum, dan penulis di bidang hukum tidak terlepas dari legal research. Jadi suatu penelitian hukum dapat dikatakan secara tanpa disadari telah dilakukan oleh kalangan yang tugasnya berkaitan dengan masalah hukum dalam tugas mereka sehari-hari. Tulisan untuk kedua kalangan ini, tidak akan dapat dibuat secara benar tanpa melalui proses penelitian hukum. Yakni sejak pemilihan topik (menentukan masalah) diikuti dengan pembuatan usulan penelitian, pengumpulan, pengolahan dan analisis data hingga penulisan laporan sebagai hasil akhir. Bentuk hasil akhirnya, tergantung pada untuk apa penelitian (hukum) dilakukan. Bagi mahasiswa hasil akhirnya dapat berupa skripsi (S1), thesis (S2), atau disertasi (S3). Sedangkan bagi (para) peneliti atau penulis dapat berupa laporan penelitian, makalah, naskah buku, dan lain-lain karya ilmiah. Karangan(tulisan) ilmiah harus memperhatikan syarat-syarat yang merupakan cirinya antara lain: 4 1. Obyektif. 2. Sopan dan rendah hati. 3. Jujur. 4. Jelas-tegas, singkat, sederhana dan teliti. 5. Kompak, berkelanjutan dan lancar. Dalam membuat karya ilmiah, penulisnya terikat dengan seperangkat norma (kode etik-penulis) yang berlakuh. Oleh sebab itu penulis harus memahami etika 1. Disampaikan dalam acara Pembekalan Teknis Penulisan Karya Ilmiah mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya yang dilaksanakan pada tanggal 7 Oktober 2014 di Palembang. 2. Dosen FH UNSRI dalam mata kuliah Hukum Internasional, Hukum Laut Internasional dan Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional. Sekarang menjabat sebagai Koordinator Perkuliahan Fakultas Hukum UNSRI Kampus Palembang. 3. Sunarjati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia pada Akhir Abad Ke-20, Alumni, Bandung, 1994, hal. 131 4.I Made Wirartha, Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi, Penerbit Andi, Yogyakarta., 2006., hal. 53-54

2 penulisan karya ilmiah secara baik. Etika atau aturan dalam menulis ini masih sering diabaikan, sehingga masih sering terjadi kecurangan dalam bentuk plagiat. B. PEMILIHAN TOPIK DAN PEMBUATAN PROPOSAL Seperti disebutkan bahwa penulisan karya ilmiah dibuat sebagai hasil penelitian. Penelitian melalui beberapa tahap, yakni sejak pemilihan topik (menentukan masalah) diikuti dengan pembuatan usulan penelitian, pengumpulan, pengolahan dan analisis data hingga penulisan laporan sebagai hasil akhir. Secara garis besar, kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam setiap tahap adalah: 1. Tahap pendahuluan dan persiapan; 2. Tahap Pengumpulan data; 3. Pengolan Data dan Analisis Data; dan 4. Penulisan Laporan 1. Pemilihan Topik. Suatu topik atau ide penelitian dapat ditemukan seseorang pada saat kapanpun dan dimanapun. Semakin banyak seseorang membaca (igra) lingkungannya, semakin banyak dan mudah pula yang bersangkutan menemukan topik-topik penelitian. 5 Topik suatu penelitian dapat ditemukan melalui: diskusi, membaca, berita lewat mess media (cetak dan audio), dan hasil pengamatan di lapangan. Namun demikian dalam pemilihan bidang (topik) penelitian perlu memperhatikan: 6 a. Relevansi dan urgensi dari masalah atau bidang yang diteliti dengan keadan masyarakat; b. Waktu dan tenaga serta dana yang tersedia. Pendapat lain, menyatakan bahwa dalam menentukan bidang (topik/ pokok masalah) dalam suatu penelitian harus memperhatikan: 7 a. Manageble topic. Artinya topik harus terjangkau oleh penliti setelah mempertimbangkan latar belakang pengetahuan, kecakapan dan kemampuan. b. Obtainable. Guna membahas topik cukup tersedia bahan-bahan, (kepustakaan, teknik pengumpulan data dikuasai, letak daerah, penguasaan bahasa, larangan-larangan sosial dll). c. Significance of topic. 5. Burhan Bungin., Metodologi Penelitian Soail Format-format Kuantitatif dan Kualitatif., Airlangga University Press., Surabaya, 2001, hal. 41 6. Bambang Waluyo., Penelitian Hukum Dalam Praktek., Sinar Garfika, Jakarta, 1991, hal. 25 7. Marzuki., Metodologi Riset, BPEE-UII, Yogyakarta, 1989., hal. 26

3 Penelitian yang dilakukan harus memberikan sumbangan kepada pengetahuan yang ada. Juga topik tersebut mempunyai kegunaan praktis yang mendesak dan terhadap hasil penelitian itu banyak orang yang tertarik. d. Interested topic. Topik dapat mengaktifkan minat yang pasif, tanpa ada hadiah-hadiah yang tersembunyi atas kesuksesan penelitiannya. Setelah topik yang akan diteliti ditentukan dengan memperhatikan keempat hal diatas, maka sudah harus dikumpulkan bahan atau tulisan-tulisan mengenai topik tersebut sebanyak mungkin. Pada awalnya tentu merupakan topik yang sangat luas, sehingga perlu terus dipersempit pada sub topik-sub topik yang lebih kecil lagi. 2. Pembuatan Proposal Proposal penelitian memuat komponen sebagai berikut: a. Judul penelitian; b. Latar belakang; c. Perumusan masalah; d. Kerangka Teoriti; e. Tujuan; f. Keguanaan; g. Metode Penelitian; h. Jadwal penelitian; i. Personalia; j. Anggaran biaya penelitian. Pedoman dalam pembuatan masing-masing komponen usulan sperti disebutkan di atas, secara ringkas sebagai berikut: a. Pembuatan Judul. Judul merupakan bagian pertama dari suatu usulan penelitian, oleh sebab itu judul yang baik harus bisa mencerminkan permasalahan atau variavel-variabel penelitian serta memberikan gambaran umum atau gambaran keseluruhan masalah yang akan diungkapkan. 8 Pemilihan judul dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu: 9 1. Kesesuaian judul dengan isi kegiatan penelitian; dan 2. Pemakaian kata-kata dalam judul tersebut. Selain itu dalam pembuatan judul, harus digunakan kata-kata yang jelas, tandas, pilih-pilih, literer, singkat, deskriptif dan tidak merupakan pertanyaan. Hindari pemakaian kata-kata yang kabur, terlalu puitis, dan bombastis. 8. Hadari Nawawi., Metode Penelitian Bidang Sosial., Gajah Mada University Press, Yogyakarta, Cet. Kelima, 1991., hal. 41 9. Marzuki., Op.Cit., hal. 27

4 b. Latar Belakang. Latar belakang sering juga dipakai istilah latar belakang masalah atau pendahuluan. Istilah mana yang akan dipakai tidak menjadi masalah, sebab pada intinya hal-hal yang harus dimuat dalam bagian ini adalah sebagai berikut: 10 1. Menceritakan alasan-alasan mengapa kita memilih masalah penelitian yang demikian, apa yang sudah diketahui tentangnya serta situasi yang melandasi atau melatarbelakanginya;dan 2. Menceritakan manfaat praktis dari studi yang bersangkutan, serta kesenjangan penelitian yang mungkin hendak dijembatani. Pada bagian ini, peneliti memaparkan suatu uraian yang menunjukan latar belakang dipilihnya masalah yang hendak ditelitinya. c. Perumusan Masalah. Setelah menentukan bidang (topik) yang akan diteliti dan ditentukan judul, maka langkah selanjutnya adalah merumuskan masalah yang ada dalam penelitian. Dalam melakukan penelitian perumusan masalah adalah hal yang pertama mesti dilakukan. Tanpa ada masalah tidak akan ada penelitian ilmiah (no problem, no scientific study). Secara singkat yang dimaksud dengan masalah adalah ungkapan rasa ingin tahu tentang sesuatu hal dalam bentuk kalimat pertanyaan. 11 Dalam setiap disiplin ilmu, termasuk disiplin ilmu hukum banyak masalah yang dapat diangkat menjadi masalah penelitian. Perumusan masalah penelitian idealnya sederhana tetapi cukup jelas, sehingga mudah dimengerti dan tidak bertele-tele ataupun berlebihan. Pedoman umum dalam merumuskan masalah di antaranya: 12 1. Dalam bentuk pertanyaan; 2. Hendaklah jelas dan padat; 3. Harus berisi implikasi adanya data untuk memecahkan masalah; 4. Harus merupakan dasar dalam membuat hipotesa; 5. Harus menjadi dasar bagi judul penelitian. Namun demikian, bukan merupakan suatu kesalahan jika dirumuskan dalam bentuk pernyataan. Jadi perumusan masalah dapat dirumuskan dalam dua bentuk, yakni berupa kalimat pertanyaan dan dalam kalimat pernyataan. d. Kerangka Teoritis. Pada sub bagian ini selain istilah kerangka teoritis, juga sering dipakai istilah landasan teoritis. Teori-teori dapat diperoleh dari semua sumber utama, laporan- 10. Cesar M.Mercado. Alih bahasa C. Sardjono., Langkah-Langkah Penelitian Ilmu Sosial., FSOSPOL, Universitas Sebelas Maret., 1982, hal. 7 11. Wasty Soemanto., Pedoman Teknik Penulisan Skripsi (Karya Ilmiah)., Bumi Aksara, Jakarta, 1988., hal 9-10. 12. Moh.Nasir., Metode Penelitian., Ghalia Indonesia, Jakarta,Cek ketiga, 1988, hal. 143

5 laporan penelitian (abstrak, jurnal ilmiah, tesis, disertasi dan laporan penelitian lainnya) dan buku-buku teks (texbook). 13 Dalam bagian kerangka teoritis atau landasan teoritis ini harus diutarakan dan diketengahkan ulasan bahan bacaan yang mendukung konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian. Antara lain berisi pengkajian terhadap teori-teori, definisi-definisi tertentu yang dipakai sebagai landasan pengertian dan landasan operasional dalam pelaksanaan penelitian. Dari kerangka teoritis yang baik dan mendalam akan diperoleh suatu usulan penelitian yang baik dan juga hasil penelitian yang valid. 14 Menurut Cesar M. Mercado 15, kerangka teori menggambarkan dari teori yang mana suatu problem riset berasal (seperti dalam beberapa studi eksperimental) atau dengan teori yang mana problem itu dikaitkan. Langka awal dalam mengembangkan teori adalah membaca literatur-literatur yang relevan. Cara lain dalam pembentukan suatu kerangka teori adalah dengan melihat teori-teori lain yang erat hubungannya dengan bidang yang diteliti. Misalnya, penelitian tentang penerapan hukum (peraturan perundang-undangan), maka yang dicari adalah teori yang membahas tentang penerapan hukum. Salah seorang di antaranya adalah Soerjono Soekanto yang membahas faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum. 16 e. Tujuan. Tujuan penelitian pada umumnya sebagai sarana untuk memperoleh data normatif dan empiris tentang suatu gejala, peristiwa yang terjadi dalam masyarakat. Pada bagian ini merupakan pernyataan tentang apa yang ingin dicapai. Menurut Cesar M. Mercado, 17 jika permasalahan dinyatakan dalam bentuk interogatif atau pertanyaan, maka tujuan atau sasaran riset dinyatakan dalam bentuk deklaratif. Tujuan penelitian harus dimulai dengan ungkapan-ungkapan seperti: Guna menentukan apakah atau Guna mengetahui atau mengidentifikasi, mengolah dan menganalisis, dst. 13. Perlu dikemukakan bahwa teori yang diperoleh dari laporan penelitian sering di-kelompokan dalam subtopik tinjauan studi (review of related studies). Sedangkan teori yang diperoleh darui buku-buku teks dikelompokan dalam subtopik tinjauan pustaka (review of related literature). 14. Bambang Waluyo, Op cit, hal.30 15. Cecar M.Mercado, Op cit., hal. 12. Sarjana juga menyatakan bahwa kerangka teoritis muncul setelah tujuan penelitian atau paling tidak setelah hipotesa. Ini disebabkan karena hipotesa merupakan penjabaran dari teori. Namun yang penting diingat adalah bahwa hipotesa bersumber dari teori. 16. Lihat lebih lanjut buku Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, CV. Rajawali, Jakarta 1983 17. Cecar M.Mercado, Op cit., hal. 11

6 Rumusan tujuan harus selalu berpedoman pada permasalahan penelitian sehingga sejalan dan konsisten antara tujuan penelitian dengan permasalahannya. Apa yang menjadi permasalahan harus dinyatakan sebagai tujuan penelitian. 6. Kegunaan. Bagian ini lazimnya dikaitkan dengan manfaat praktek maupun teori dari suatu penelitian. Kegunaaan dalam praktek biasanya hasil penelitian dapat memberikan jalan keluar yang akurat dari permasalahan yang dihadapi. Sedangkan secara teoritis hasil penelitian dapat mengungkapkan penemuan teori-teori baru atau pengembangan teori-teori yang telah ada. g. Metode Penelitian. Perlu diperhatikan bahwa komponen-komponen yang harus diuraikan dalam bagian ini antara penelitian hukum normatif dan penelitian hukum empiris berbeda satu sama lain. Hal ini, disebabkan oleh perbedaan jenis data utama yang dipakai. Dalam penelitian hukum normatif bagian ini memuat: 1. Tipe penelitian; 2. Lokasi penelitian; 3. Pendekatan (antara lain: pendekatan deskriptif yuridsi analitis, pendekatan historis, dan pendekatan komparatif/perbandingan, dll.. sesuai dengan masalah yang diteliti). 4. Analisa data (kualitatif atau kuantitatif). Lazimnya dalam penelitian kepustakaan data yang terkumpul dianalisis secara kualitatif. Sedangkan dalam penelitian hukum empiris atau sosiologis sub-bagian metode penelitian ini berisi: 1. Tipe penelitian; 2. Lokasi penelitian; 3. Teknik penentuan sampel (probabilitas, non-probabilitas atau multistage sample); 4. Teknik pengumpulan data (kuestioner, wawancara dan observasi() e. Analisis data (kualitatif atau kuantitatif) h. Jadwal Penelitian. i. Personalia. j. Anggaran Biaya Penelitian.

7 C. PENGUMPULAN DATA Dalam bagian ini akan diuraikan jenis-jenis data dan teknik pengumpulan data, baik dalam penelitian hukum normatif maupun dalam penelitian hukum empiris. 1. Penelitian Hukum Normatif. Dalam penelitian hukum normatif teknik pengumpulan data adalah studi kepustakaan, maksudnya peneliti mengumpulkan bahan-bahan yang sudah berbentuk tertulis. Bahan-bahan dalam bentuk tertulis dalam penelitian hukum disebut dengan bahan hukum. Studi kepustakaan merupakan metode utama yang dipakai dalam penelitian hukum normatif. Namun demikian dalam pelaksanaannya, adakalanya penelitian kepustakaan dilengkapi dengan data lapangan yang sifatnya sebagai pelengkap atau pendukung. Sehingga dapat dipakai teknik pengumpulan data melalui penyebaran kuestioner, wawancara dan pengamatan. Namun karena sifatnya sebagai data pelengkap atau pendukung, data yang diutamakan adalah tetap data hasil studi kepustakaan. Pengumpulan bahan-bahan kepustakaan, secara singkat dapat dikatakan dilakukan dengan mengunjungi lembaga atau instansi yang diperkirakan menyediakan atau menyimpan data yang diperlukan, yakni antara lain: a. Perpustakaan; b. Pusat Dokumentasi; c. Arsip; dan d. Musium. 2. Penelitian Hukum Empiris Dalam penelitian hukum empiris yang juga lazim dipakai dalam penelitian ilmu sosial. Secara umum melalui kuestioner, wawancara dan pengamatan. b. Kuestioner Kuestioner disebut juga dengan metode angket, 18 adalah kumpulan pertanyaan yang dibuat secara sistematis dalam sebuah daftar pertanyaan yang akan disebarkan atau diserahkan kepada para sampel atau responden untuk diisi. Atau dengan kata lain, kuestioner merupakan suatu daftar yang berisikan suatu rangkaian pertanyaan pengenai sesuatu hal atau dalam sesuatu bidang. 19 Bentuk umum pertanyaan dalam suatu kuestinoer terdiri dari: 1. Pertanyaan terbuka (open question); 2. Pertanyaan pilihan berganda (multiple choice question); dan 3. Pertanyaan dua pilihan (dichotomous question). 18. Burhan Bungin., Op cit, hal. 130-132 19. Selo Soemardjan dan Koentjaraningrat, Penyusun dan Penggunaan Kwestioner, dalam Koentjaraningrat., Metode-Metode Penelitian Masyarakat., PT. Gramedia, Jakarta, 1977, hal. 215

8 c. Wawancara Dalam wawancara ada dua pihak, yaitu interviewer dan interviewee. Interviewer (pewawancara) atau yang mencari informasi yang mengajukan pertanyaan, meminta penjelasan dan menggali keterangan-keterangan yang lebih mendalam. Sedangkan interviewee (yang diwawancarai) atau pemberi informasi (information suplyer, respondent) yang menjawab pertanyaanpertanyaan yang diajukan oleh interviewer. Ada beberapa bentuk wawancara: 1. Interview terpimpin (guided interview); 2. interviewer bebas; dan 3. Interview bebas terpimpin (controlled interview). d. Observasi Observasi atau pengamatan adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan peneliti. Tujuan observasi adalah untuk mendiskripsikan setting (keadaan), kegiatan yang terjadi, orang yang terlibat di dalam kegiatan, waktu kegiatan dan makna yang diberikan oleh para pelaku yang diamati tentang peristiwa yang bersangkutan. 20 D. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 1. Pengolahan Data Dalam penelitian hukum normatif pengolahan data, berupa membaca kembali bahan-bahan pustaka yang berhasil dikumpulkan, diikuti dengan membuat catatancatatan pada secarik kertas berupa kartu. Dengan membuat catatan dalam kartu dan atau dikelompokan dalam stop map akan sangat membantu sewaktu penulisan laporan atau proses-proses berikutnya. Pengolahan data pada hakekatnya berarti kegiatan untuk mengadakan sistimatisasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis. Sistimatisasi berarti, membuat klasifikasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis untuk memudahkan pekerjaan menganalisis dan konstruksi. 21 Sedangkan dalam penelitian hukum empiris, jika memakai kuestioner, maka pengolahan datanya meliputi tahap: a. Editing. b. Koding.. c. Tabulasi. 20. Burhan Ashshofa.,Metode Penelitian Hukum., Rineka Cipta, Cet. Ke 3, Jakarta, 2001.,hal. 58. 21. Soerjono Soekonto, Op.Cit., hal. 251

9 Sedangkan apabila metode pengumpulan datanya melalui wawancara atau pengamatan berpedomanlah dengan yang dikemukakan oleh Bogdan dan Taylor sebagai berikut: 22 a. Bacalah dengan teliti catatan lapangan anda. Seluruh data, baik yang berasal dari pengamatan, wawancara, 23 komentar peneliti sendiri, gambar, foto, dokumen, hendaknya ditelaah secara mendalam. Semua memiliki potensi yang sama kuat untuk menghasilkan sesuatu yang dicari; b. Berilah kode pada beberapa judul pembicaraan tertentu. Setelah diberik kode hendaknya data itu dipelajari,dibaca dan ditelaah lagi, kemudian disortir dan diuji untuk dimasukan ke dalam kelompok tertentu yang akan menjadi cikal bakal tema; c. Susunlah menurut tipelogi. Kerangka klasifikasi atau tipelogi bermanfaat dalam menemukan tema dan pembentukan hipotesa. Baca dan pelajari kembali data. Buatlah catatan tentang bagaimana subjek penelitian mengelompokkan orangorang dan perilaku mereka, apa yang bagaimana perbedaannya; dan d. Bacalah kepustakaan yang ada kaitannya dengan masalah dan setting penelitian. 2. Analisis Data Analisis data adalah kegiatan menganalisis data-data yang telah diolah seperti disebutkan di atas. Bentuk analisis data tergantung dengan jenis data, yaitu apakah secara kualitatif atau kuantitaif. 24 Analisa secara kuantitatif digunakan apabila data yang diperoleh kebanyakan bersifat pengukuran (angka-angka karena menggunakan kuestioner). Sebaliknya dipakai analisa secara kualitatif jika datanya berupa keterangan dan bahan-bahan tertulis. Di antara kedua cara analisis ini, cara analisis kualitatif paling banyak digunakan dalam penelitian hukum. 22. Dikutif dalam Lexy J.Maleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, Cet.ketujuh, 1996., hal. 104-105 23. Jika menggunakan alat bantu rekam (tape recorder) setelah dilakukan proses transkripsi. 24. Dijelaskan oleh Soerjono Soekanto bahwa dalam ilmu-ilmu sosial pada umumnya dipengaruhi oleh dua perspektif teoritis pokok, yaitu aliran positivis dan fenomologi. Perbedaan pokok antara keduanya, antara lain: a. Pada positivisme yang terpenting adalah meneliti fakta atau sebab-sebab terjadinya gejala-gejala sosial tertentu; b. Pada fenomologi yang terpenting adalah memahami perilaku manusia dari sudut pandangan orang itu sendiri; c. Para positivis berusaha untuk mengumpulkan data melalui daftar pertanyaan yang berstruktur dan alat-alat pengumpulan data lainnya, yang menghasilkan data kuantitatif serta memungkinkan untuk membuat korelasi antara gejala-gejala, dengan mempergunakan statistik; d. Seorang fenomenoloog akan berusaha untuk mengumpulkan data dengan tertutama menggunakan pengamatan terlibat, pedoman pertanyaan, dan mungkin menganalisa dokumen-dokumen pribadi. Bertolak dari perspektif-perspektif di atas, maka ada suatu kecenderungan bahwa para fenomenolog lebih mementingkan pengolahan, analisa dan konstruksi data secara kualitatif. Sebaliknya para positivis lebih kepada penggunaan metode kuantitatif. Lihat lebih lanjut, Op.Cit, hal. 249-151

10 Analisis terhadap bahan-bahan (data) yang telah dikumpulkan dan diolah dilakukan menurut cara-cara analisis atau metode penafsiran (interpretasi) hukum yang lazim digunakan dalam bidang ilmu hukum. E. PENULISAN LAPORAN Langkah pertama untuk mencapai hasil yang maksimal dan sangat membantu membuat laporan penelitian adalah membuat kerangka laporan penelitian (out line). Dalam membuat laporan penelitian dan skripsi, termasuk karya ilmiah lainnya disesuaikan dengan gaya selingkung masing-masing instansi yang terkait. Oleh karena itu, bentuk laporan berbeda-beda untuk setiap instansi atau bahkan Perguruan Tinggi. Namun demikian yang berbeda tersebut adalah strukturnya atau bentuknya saja, sedangkan materi atau isi laporan pada dasarnya sama. Secara sederhana kerangka laporan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Judul = usulan penelitian. 2. Halaman pengesahan 3. Abstrak (Lihat bagian cara membuat abstrak) 4. Kata Pengantar 5. Daftar Isi 6. Bab. Pendahuluan Bab Pendahuluan sebagian besar adalah perubahan atau perbaikan dari usulan penelitian, sebab bab terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, kerangka teoritis, tujuan dan kegunaan, metode penelitian. Khusus dalam bagian metode penelitian, jika dalam usulan masih berupa rencana, maka dalam laporan sudah selesai dilaksanakan. Misalnya, data akan dikumpulkan di.menjadi data telah dikumpulkan di. 7. Bab Temuan dan Pembahasan Bab ini sering juga disebut bab penyajian data dan analisa data. Pada intinya sama bahwa pada sub-bab temuan/penyajian memuat penemuan-penemuan yang dalam penelitian berupa data yang sudah melalui proses pengolahan, baik editing, koding dan tabulasi. Kemudian dalam sub-bab pembahasan/analisa data adalah data yang sudah dianalisis secara kualitatif dan/atau kuantitatif. Dalam menganalisis data, peneliti seringkali memakai kutipan-kutipan dari penelitian terdahulu atau pendapat ahli dari buku-buku untuk mempertajam analisanya. Pengutipan ini selain menambah bobot ilmiah hasil penelitian juga akan menambah pengetahuan peneliti. Oleh sebab itu, perlu diperhatikan tata cara pengutipan dan penulisan kutipan apakah memakai catatan kaki (foot note) atau catatan perut, tergantung ketentuan lembaga yang bersangkutan.

11 Dalam Bab temuan dan pembahasan dapat terdiri dari beberapa bab, tergantung dari materi penelitian. 8. Bab Kesimpulan dan saran-saran Jawaban atas permasalahan dan adanya kesenjangan antara yang ada dengan yang seharusnya ada menurut hasil analisis. 9. Daftar Pustaka Sesuaikan dengan ketentuan dari masing-masing instansi terkait (Harvard, Vancover dan sistem alfabetis). 10. Lampiran-lampiran. Lampiran (apendiks) adalah bahan-bahan yang bersifat suplementer (menggenapi) atau eksplanatoris (menjelaskan) yang tidak perlu dimasukan dalam bahan laporan. E. PEDOMAN MEMBUAT KARYA ILMIAH Ada beberapa pedoman teknis dalam penyusunan karya ilmiah yang mesti diperhatikan, yaitu: 1. Teknis Membuat Laporan Dalam penulisan, khususnya pengetikan laporan penelitian atau skripsi dan tesis secara garis besar hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut: a. Kertas Kertas yang dipakai tergantung pada ketentuan Fakultas dan instansi masingmasing. Ada fakultas atau instansi yang memakai kertas ukuran folio (21,6 x 33 cm) tetapi khusus pada Fakultas Hukum UNSRI dipakai kertas ukuran kwarto (21,59 x 29,94 cm). Bahkan dewasa ini ada yang memakai kertas ukuran A4 (21 x 29,7 Cm). Jadi mesti memperhatikan ketentuan yang berlaku di masing-masing lembaga atau instansi. b. Pengetikan Pengetikan laporan penelitan atau skripsi atau thesis harus mengikuti pedoman yang secara umum berlaku. Pengetikan ini laporan atau skripsi atau tesis dan desertasi tidak serumit pada masa masih memakai mesin ketik ( menggunakan mesin ketik dengan pita hitam tembusan karbon hitam)). Sekarang sudah sangat tertolong dengan adanya komputer dan mesin poto copi. Dalam proses pengetikan ini hal-hal yang perlu diperhatikan adalah: - Jarak baris atas dengan baris di bawahnya: dua spasi. - Halaman tidak boleh bolak-balik (harus satu muka). - Margin/batas: 4 cm pada tepi kiri dan atas serta 3 cm pada tepi kanan dan bawah.

12 c. Pemberian nomor halaman Laporan penelitian/skripsi/tesis dapat dibagi dalam tiga bagian: - Bagian Pendahuluan; - Bagian Teks; - Bagian Akhir. Bagian pendahuluan diberi nomor dengan angka Romawi kecil i, ii, iii, iv dan seterusnya, ditengah pada bagian bawah halaman, dua spasi dari teks, tetapi lazim juga diletakan di sudut kanan atas. Bagian teks dan bagian akhir diberi nomor dengan angka Latin 1, 2, 3, 4 dan seterusnya pada sudut kanan atas, kecuali untuk bab baru di tengah bagian bawah. Halaman baru untuk Kata Pengantar, Daftar isi tiap bab baru, Daftar pustaka. Kepala bagian ini diketik dengan hurup besar seluruhnya, tanpa titik. Alinea baru dimulai tujuh pukulan ketik dari garis tepi (dengan komputer dapat diatur dengan tab). 1. Bagian pendahuluan Bagian Pendahuluan terdiri dari: a. Halam judul Judul laporan/skripsi/tesis ditulis dengan hurup besar seluruh-nya. Khusus untuk skripsi/tesis dilengkapi dengan kalimat : Skripsi/tesis diajukan guna memenuhi salah satu syarat mengikuti ujian Sarjana Hukum/ Magister Hukum/ komperehensip. Nama Penulis dan Nomor Mahasiswa (center) Oleh: Usmawadi 2077005 Nama Fakultas dan Universitas (center) Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya Palembang Tahun penulisan (center) Tanda tangan dan nama dosen pembimbing (atau halaman khusus pengesahan, masing-masing fakultas memiliki aturan sendiri). b. Kata Pengantar Mengantarkan pembaca pada persoalan-persoalan yang dibahas dan sepatah kata ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang memberikan bantuan. c. Daftar isi Menunjukan isi skripsi sejak dari pengantar hingga lampiran. Dikettik dengan hurup besar seluruhnya, berjarak dua sepasi, sedang sub bab (subtitles) dengan hurup kecil, satu sepasi.

13 d. Daftar tabel Kata daftar tabel diketik hurup besar ditengah, tiap tabel diberi nomor dengan angka Latin dan nama tabelnya dengan hurup kecil. e. Daftar Gambar atau Ilustrasi Daftar gambar atau daftar illustrasi sama dengan aturan daftar tabel. 2. Bagian Teks. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam bagian teks adalah: a. Bagian pertama karangan adalah pendahuluan dan umumnya merupakan Bab I. Kemudian disusul oleh bab-bab berikutnya. Tiap bab masih dibagi lagi menjadi beberapa bagian yang lebih kecil (sub bab). Kepala untuk sub bab dapat diletakan di tepi kiri tanpa garis (tergantung ketentuan fakultas, lembaga atau badan). b. Angka urutan Pembagian yang bertingkat disusun menurut urutan sebagai berikut: Angka Romawi besar I, II, III, IV dst. Hurup besar..a, B, C, D.dst. Angka Latin 1, 2, 3, 4..dst. Hurup kecil a, b, c, d dst. Angka Latin dengan satu tanda kurung 1).dst. Hurup kecil dengan satu tanda kurung.a)..dst. Angka Latin di antara dua tanda kurung (1) dst. Hurup kecil di antara dua tanda kurung (a) dst. Angka Romawi kecil di antara dua tanda kurung..(ii)...dst. c. Menulis Angka Angka sepuluh ke bawah ditulis penuh, satu, dua, tiga, empat lima dst. Angka di atas sepuluh ditulis dengan angka Latin, yaitu: 11, 12, 13, 14, 25, 456. dan seterusnya. Tetapi: persen, tanggal, nomor rumah, nomor telpon, jumlah uang, angka desimal, angka yang disertai oleh singkatan, selalu ditulis dengan angka: 2 %, 18 Oktober, Jalan Putri Rambut Selako 1, Telpon 353373, Rp. 500,- dan 6 km. Jangan memulai suatu kalimat dengan angka. d. Memotong kata pada akhir baris Pemotongan kata pada akhir baris hendaklah memperhatikan EYD, selain itu hindari pemotongan kata atas dasar suku kata yang terdiri dari satu hurup seperti: memaka-i, a-tau, a-papun. i-tu, dan sebagainya. Initial (hurup awal) nama orang jangan dipisahkan dari nama seluruhnya seperti M. Rasyid Amir dipisah M - Rasyid Amir.

14 e. Singkatan Membuat singkatan juga harus memperhatikan EYD, namun singkatan dalam teks sedapat mungkin tidak dipergunakan, kecuali untuk kata-kata yang telah lazim dan macam-macam ukuran, seperti km, k, kg, ha, cm dan sebagainya. Kata yang, untuk, telah dan dengan jangan disingkat. Misalnya, yang disingkat yg, dengan menjadi dgn. 2. Pengutifan Kejujuran sangat diperlukan dalam mengakui pendapat orang lain, sehingga sesuatu yang dikutif bukan pendapat atau buah pikiran peneliti sendiri. Untuk itu selain diperlukan memberikan catatan (foot note) untuk setiap pendapat atau buah pikiran yang dikutif, juga persyaratan dalam mengutif harus dipenuhi. 25 Persyaratan dalam pengutifan, terutama dikaitkan dengan jenis kutifan, adalah: 26 a. Kutifan tidak langsung (pharaparase). Pharaparase adalan suatu cara mengutif pendapat orang lain dengan tidak menyalin seluruh kalimatnya, tetapi disusun dan dirangkai dengan kalimatkalimat sendiri sehingga tidak sama persis dengan kalimat-kalimat dari sumbernya. Jadi yang dikutif hanya gagasan atau ide yang terdapat dalam suatu uraian yang dipaparkan dengan kalimat sendiri. Atau dengan kata lain melalui cara ini penulis atau pengarang menyusun kembali pendapat atau pemikiran penulis atau pengarang lain dengan menggunakan bahasanya sendiri. Kutifan jenis ini dibuat dua spasi seperti uraian-uraian yang lainnya, tetapi harus dimulai dengan tanda petik buka ( ) sebelum kutipan dan diakhiri dengan tanda petik tutup ( ) pada akhir kutifan. b. Kutifan langsung. Cara ini adalah cara mengutif pendapat atau buah pikiran orang lain dengan menyalin seluruh kalimat dan tanda baca sebagaimana terdapat dalam sumbernya. Dengan kata lain penulis/peneliti tidak melakukan perubahan sedikitpun. Kutipan langsung dapat berupa kutifan panjang atau kutifan pendek. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat kutifan langsung, yaitu: 1. Kutifan harus sama dengan aslinya (susunan kata-kata, ejaan dan tanda bacanya); 2. Kutifan yang kurang dari lima baris dimasukan dalam teks dan diketik seperti teks biasa (dua spasi). Pada awal dan akhir kutifan diberi tanda kutip.. 25. Op.Cit.,Hadari Nawawi., hal. 203. 26. Ibid., hal. 204

15 Misalnya: Ada penulis yang berpendapat bahwa hukum internasional adalah seperangkat hukum yang mengatur hubungan antar negara. 3. Jika kutifan terdiri dari lima baris atau lebih, diketik berspasi satu dengan jarak empat pukulan ketik dari margin kiri (satu tab), tanpa tanda kutip. (ada yang memakai tanda kutip). Misalnya: Hugh M. Kindred berpendapat berkaitan dengan interpertasi prinsip universalitas sebagai berikut: (nomor urut foot note---penulis) Two possible interpretation of this principle have been put forward by States. First, that a state may exercise jurisdiction over all crimes, committted by anyone, wherever they occur. The second is the more common. It utilities the principle for serious crimes where the international nature of the offence justifies its universal repression. 4. Menghilangkan beberapa bagian dari sebuah kalimat, dilakukan dengan memberi titik tiga buah pada bagian yang dihilangkan. Jika dihilangkan satu kalimat atau lebih, maka penggantinya adalah titik-titik sepanjang satu garis. Contohnya: Perlu dibedakan antara seorang pemimpin dan kepala. Seorang kepala adalah seseorang yang secara formil membawahi orang-orang. ----------------------------------------------------------------------------------------- Sedangkan seorang leader (pemimpin) ialah orang yang dengan mudah menggerakan bawahannya untuk melakukan tugasnya dengan penuh ketaatan. Semua kutifan, baik kutipan langsung atau tidak langsung, pendek atau panjang, pada bagian akhirnya (ada yang memberi dibagian awal) harus diberi nomor urut kutifan. Nomor kutipan ini disebut superskrip footnote karena digunakan untuk menunjukan hubunganya dengan sumber kutipan yang dimuat dalam footnote yang tertulis di bagian bawah halaman yang memuat kutifan itu. 3. Penyebutan sumber. Penyebutan sumber kutifan dapat dilakukan dengan membuat footnote (catatan kaki), end note (catatan akhir) dan catatan perut. 27 Ketiganya berfungsi 27. Dalam glosarium buku Mein A. Rifai disebutkan bahwa catatan kaki (footnote). adalah catatan pengacuan, rujukan, penjelasan, atau komentar yang diletakan di dasar halaman teks tercetak. Sedangkan catatan akhir (endnote) adalah catatan pengacuan, rujukan, penjelasan, atau komentar yang diletakan di akhir teks, artikel atau bab. Lebih lanjut baca Mien A.Rifai., Op.Cit., hal. 171. Kemudian

16 sama, yaitu menyatakan sumber suatu kutifan, pendapat, buah pikiran, fakta-fakta atau ikhtisar. Selain itu, khusus untuk catatan kaki dan end note dapat berupa komentar atau penjelasan tentang suatu hal yang disampaikan dalam teks. Bentuk apapun di antara ketiga cara ini yang dipakai tergantung kepada ketentuan yang berlaku di setiap instansi, lembaga atau badan yang berkaitan dengan pembuatan suatu karya ilmiah. Khusus di Fakultas Hukum UNSRI dalam menyusun skripsi digunakan catatan kaki (foot note). Dalam catatan kaki secara garis besar mencantumkan: a. Nama pengarang. b. Judul tulisan/buku (dicetak miring = Italic), jilid atau volume atau nomor. c. Nama penerbit, tempat penerbitan, tahun terbitan, halaman kutipan. Dalam pada itu, ada beberapa hal yang mesti diperhatikan dalam pembuatan cacatan kaki (footnote), yaitu: a. Sumber kutifan dari buku. Pembuatan catatan kaki (footnote) yang kutipannya bersumber dari buku, tidak sama untuk semua buku. Jelasnya perbedaan dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Jika pengarang buku terdiri dari dua orang atau tiga orang, nama pengarang dicantumkan semuanya. Sedangkan jika lebih dari tiga orang, maka hanya nama pengarang pertama yang ditulis dan dibelakangnya ditambah et.al (singkatan dari et alli = dengan orang lain). Contoh seorang pengarang: Ian Bronwlie, The Principles of Public International Law, 3 rd. Ed, Oxford University Press, Oxford, 1979, hal Mochtar Kusumaatmadja., Konvensi-Konvensi Palang Merah th. 1949., Cet. Ketiga.,Binacipta, Bandung, 1979, hal.. Contoh dua orang pengaran Usmawadi dan Achmad Romson., Pengantar Hukum Internasional., Bagian Hukum Internasional FH.UNSRI, Palembang, 2002., hal.. Contoh banyak pengarang atau lebih tiga orang: Hugh M. Kindred et.al., International Law Chiefly as Interpreted and Applied in Canada., 4 Th.Ed. Edmond Montgomery Publication Limited, 1987, hal.. catatan perut adalah penyebutan sumber diakhir kutipan, biasanya diawali dengan tanda kurung buka terdiri dari nama pengarang, tahun terbit, titik dua, dan halaman yang kutip, diakhiri dengan tanda kurung tutup (penulis).

17 2. Tidak ada pengarang tertentu, disebutkan nama badan, lembaga, perkumpulan, perusahaan, negara dan sebagainya yang menerbitkan buku tersebut. Contohnya. Indonesia., Keputusan Presiden RI Nomor 22 tahun 1985 tentang Jabatan Peneliti. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud Republik Indonesis., Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan., Pt. Gramedia Widia-sarana Indonesia, Jakarta, 1999., hal. 3. Buku terjemahan, yaitu cantumkan nama pengarang asli dan dibelakangnya nama penerjemah. Contoh: Cesar M. Mercado., Langkah-langkah Penelitian Ilmu Sosial., Ali bahasa C. Sardjono, FOSPOL., Universitas Sebelas Maret, 1982, hal. b. Kutifan dari majalah atau surat kabar (koran). Kutipan dari majalan atau surat kabar yang ditulis adalah: 1. Nama pengarang (seperti kutipan pada buku); 2. Judul karangan di antara tanda kutip; 3. Nama Majalah, diberi bergaris (cetak miring); 4. Nomor Majalah dengan angka Romawi (kalau ada); 5. Bulan dan Tahun Penerbitan; 6. Nomor halaman yang bersangkutan. Kalau nama pengarang tidak diketahui, catatan kaki dimulai dengan judul karangan. Contohnya: Usmawadi, Prospek Penyelesaian Sengketa kepulauan Spratly bagi Keamanan Kawasan Asia Tenggara., Sriwijaya., Vol. 32 Nomor 1 tahun 1996, hal. c. Kutifan dari surat kabar, dengan menuliskan: 1. Macam tulisan (tajuk, ruang ekonomi, pojok, dll); 2. Nama surat kabar; 3. Tanggal, bulan dan tahun penerbitan; 4. Halaman dan kolom. Contohnya: GAM dan POLRI Saling Tuduh., Sumatera Ekspres., 3 September 2001, hal. 1, kolom 2

18 d. Karangan yang tidak diterbitkan (tesis, disertasi, laporan penelitian dan skripsi). Untuk karangan yang tidak diterbitkan ini, disebutkan nama pengarang, judul tulisan di antara tanda kutip, lembaganya, tempat lembaga, tahun dan halaman yang dikutif. Contohnya: Usmawadi., Pengaturan Hukum Pencemaran Laut yang Berasal dari Penambangan Minyak Lepas Pantai Indonesia (Khusus Selat Malaka)., Fakultas Pascasarjana, UNPAD, Bandung, 1989, hal e. Hasil wawancara (interview). Hasil wawancara sama dengan kutipan yang bersumber dari keterangan lisan. Dalam footnote memuat nama, kedudukan atau jabatan yang bersangkutan, jenis dan tempat mengucapkan statemen tersebut, tanggal, bulan dan tahun, jam (jika ada). Contohnya: Prima Putra, Direktur PT. X, Wawancara bertempat di., 19 Februari 2001, pukul 09.00 (jika ada). f. Karangan dalam Ensiklopedi. Disebutkan nama penulis atau editor, nama ensiklopedi, nomor edisi atau volume (jika ada), jilid, penerbit, kota penerbit, bulan, tahun terbit dan halaman yang dikutif. Contohnya: Abdurachman., Ensiklopedi Ekonomi, Keuangan dan Perdagangan., Jilid II, 1963, hal. h. Sumber kutipan berupa perundang-undangan. Pembuatan footnote dari kutipan yang bersumber dari perundangundangan unsurnya: Nama negara atau negara bagian, provinsi, kabupaten, Nomor Undang-undang, Peraturan dan namanya, Bab, Pasal dan Tahun. Contohnya: Republik Indonesia., UU Nomor 23, tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup., Bab, pasal., tahun 1997. i. Sumber kutifan berasal dari kutifan dari sumber lain. Dalam hal atau keadaan seperti ini, pembuatan footnote mengandung unsur: nama penulis (penyusun/editor): judul/nama buku, diiringi perkataan dikutip dari (judul tulisan/buku) asli; nama pengarang asli, penerbit buku yang mengutip, kota penerbitan, tahun terbitan dan halaman yang dikutip.

19 Terakhir berhubungan dengan pembuatan catatan kaki (footnote) adalah mempersingkat atau menyingkat footnote. Footnote (catatan kaki) dapat disingkat apabila sumber yang sama pernah disebutkan sebelumnya. Singkatan yang lazim dipakai adalah: 1. Ibid = Ibidem = pada tempat yang sama. Dipakai untuk menunjukan kutifan atau sumber yang diambil dari sumber yang sama, dan belum diselingi oleh sumber yang lain. Contohnya. 1. Usmawadi., Pengaturan Hukum Pencemaran Laut yang Berasal dari Penambangan Minyak Lepas Pantai Indonesia (Khusus Selat Malaka)., Fakultas Pascasarjana, UNPAD, Bandung, 1989, hal 2. Ibid., hal. 2. Op cit= Opere citato= dalam karangan yang disebut. Menunjukkan buku (sumber) yang telah disebutkan di muka dan telah diselingi oleh sumber yang lain atau oleh cacatan kaki. Contohnya: 1. Usmawadi., Pengaturan Hukum Pencemaran Laut yang Berasal dari Penambangan Minyak Lepas Pantai Indonesia (Khusus Selat Malaka)., Fakultas Pascasarjana, UNPAD, Bandung, 1989, hal 2. GAM dan POLRI Saling Tuduh., Sumatera Ekspres., 3 September 2001, hal. 1, kolom 2 3. Op cit., hal. Dianjurkan, jika pengarang dimaksud sudah banyak diselilingi oleh pengarang lain, ditulis nama pengarang, setelah kata Op cit. Misalnya, dimaksud pengarang catatan no. 1 yang telah diselingi oleh 10 pengarang lain, maka tulis Op.Cit., Usmawadi, hal.. 3. Loc cit= Loco citato= pada tempat yang telah disebut. Loc cit yaitu menunjuk pada halaman yang sama dari sumber yang telah disebut dan telah diselingi oleh sumber yang lain. Perlu dikemukakan bahwa dalam buku teks asing sering ditemukan istilah infra dan supra. Infra dipakai untuk menunjuk sumber yang sama dan telah disebutkan di bagian atau halaman di muka atau sebelumnya, sedangkan supra menunjuk sumber yang sama, tapi terletak di bagian atau halaman belakang.

20 4. Pembuatan Abstrak Secara umum abstrak dapat diartikan sebagai versi mini dari sebuah karya ilmiah atau tulisan. Atau dengan kata lain bahwa abstrak adalah rangkuman atau ikhtisar dari sebuah tulisan. Ada jenis abstrak, yaitu abstrak infromatif dan abstrak deskriptif. 28 Abstrak informatif merupakan ringkasan dan memuat hal-hal pokok yang asli dalam sebuah karya ilmiah, yang banyak digunakan dalam penulisan makalah, jurnal atau penulisan karya ilmiah hasil penelitian. Abstrak deskriptif adalah abstrak yang dirancang untuk menunjukkan subjek atau bahasan dari sebuah karya ilmiah yang mempermudah calon pembaca untuk memutuskan apakah mereka akan membaca seluruh karya tersebut atau tidak. Oleh karena abstrak adalah ikhtisar dari sebuah tulisan, menurut R. Day dalam bukunya Write and Publish a Scientific Paper (1993), abstrak harus memaparkan: 29 1. Tujuan utama dan ruang lingkup penelitian; 2. Bahan dan metode yang digunakan; 3. Memberika ringkasan hasil; dan 4. Kesimpulan untuk hal-hal yang mendasar. Sementara Weisberg & Buker menyebutkan bahwa abstrak laporan penelitian pada intinya terdiri dari lima hal penting, yaitu: 30 1. Latar belakang; 2. Tujuan; 3. Metode; 4. Hasil; dan 5. Kesimpulan. Latar belakang yang dituliskan adalah beberapa informasi penting yang mendasari pelaksanaan penelitian secara singkat. Oleh karenanya harus selektif agar tidak terjebak dalam pemaparan yang bertele-tele. Penulisan tujuan penelitian dalam abstrak juga harus singkat, tetapi tidak mengurangi esensi tujuan penelitian. Informasi lain yang ditulis dalam abstrak adalah metode dan hasil penelitian. Tuliskan metode penelitian dengan jelas dan singkat, begitu juga hasil penelitian yang paling penting dan utama. Kemudian perlu diingat, berhubung abstrak merupakan rangkuman dari isi tulisan dalam format yang sangat singkat, maka panjang abstrak pada umumnya tidak melebihi 250 kata (bahkan adakalanya diminta maksimal 200 kata). Hal lain yang perlu diperhatikan bahwa abstrak harus dituliskan sebagai laporan mengenai penelitian atau kegiatan yang telah dilakukan. Informasi atau kesimpulan yang dituliskan dalam abstrak harus terdapat dalam penelitian atau karya ilmiah yang ditulis. Sebab itu, penulisan abstrak dilakukan pada akhir sebuah penulisan (penelitian atau artikel) karena abstrak berisi informasi esensial yang telah dipaparkan dalam sebuah tulisan. Atau dengan kata lain, dalam abstrak tidak diperkenankan menambahkan komentar, pendapat atau infromasi yang tidak terdapat dalam tulisan. 28. Dalam I.G.A.K. Wardani, dkk, I.G.A.K.Wardani., Teknik Menulis Karya Ilmiah., Universitas Terbuka, Jakarta. Cet. Ketiga, 2007.,hal. 5.36 29. Ibid., hal. 5.35. Lihat juga Etty Indriati., Menulis Karya Ilmiah, Artikel, Skripsi, Tesis dan Disertasi., PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005, hal. 16 30. Ibid.

21 Untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang pembuatan atau penyusunan abstrak, lihat contohnya berikut. ABSTRAK Selat Malaka-Singapura merupakan wilayah perairan di antara Indonesia dan Malaysia, Indonesia dan Singapura. Selat ini merupakan jalur singkat dan murah yang menghubungkan Samudera Indonesia ke Laut Cina Selatan, dan antara Eropa, Asia Selatan dan Asia Timur. Selat Malaka-Singapura dianggap surga dan tempat ideal untuk melakukan kegiatan kejahatan atau perompakan.penenlitian bertujuan menjelaskan bentuk kerjasama dan mencari alternatif tindakan yang perlu dikembangkan dalam menjaga keamanan pelayaran di selat ini. Hasil penelitian menunjukan bahwa telah terjalin kerjasama antar ketiga Negara tepi untuk menanggulangi aktivitas perompakan di Selat Malaka-Singapura melalui Patroli Koordinasi: Indonesia-Singapura, Malaysia-Indonesia, Malaysia-Singapura dan Malaysia-Singapura- Indonesia. Sedangkan antara Negara tepi dengan Negara pemakai dalam bentuk bantuan sarana dan prasarana keamanan laut. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa kerjasama patroli koordinasi antara ketiga Negara tepi dan operasi di wilayah masing-masing hanya mampu menekan angka aksi perompakan priode 2008-2010, oleh karena itu kerjasama tersebut perlu digalakan lagi. Kata kunci: Kerjasama, Negara-negara, Pemberantasan, Aksi Perompakan dan Selat Malaka-Singapura. Contoh abstrak di atas diambil dari salah penelitian yang penulis laksanakan, oleh sebab itu walau sudah diusahakan sebaik mungkin, tentu masih terdapat kekurangan. Namun demikian diharapkan sudah sedikit membantu pembaca dalam membuat sebuah abstrak. Abstrak di atas, sudah berisikan pendahuluan, tujuan, hasil dan kesimpulan. 5. Pembuatan Daftar Pustaka Penulisan daftar pustaka dilakukan dengan 3 sistem, yaitu : 31 a. Sistem Harvard: b. Sistem Vancouver; dan c. Sistem alfabetik. Dalam pada itu, perlu diingatkan kembali bahwa pembuatan daftar pustaka bertalian dengan penulisan nama pengarang buku atau tulisan, baik untuk pengarang Indonesia maupun pengarang asing, bila yang bersangkutan memiliki nama keluarga (family name), maka penulisan nama yang bersangkutan dibuat terbalik. Akan tetapi tidak semua penulis/pengarang Indonesia memiliki nama keluarga, hanya untuk suku-suku tertentu, misalnya suku Batak atau Tapanuli, seperti: Simbolon, Tamba, Nasution, Siregar, Simatupang dan lain-lainnya. Sedangkan penulis atau pengarang asing dapat dikatakan semuanya memiliki nama keluarga. 31. Etty Indriati., Op.Cit., hal. 100

22 Dari kedua cara tadi, yang dipakai harus disesuaikan dengan aturan yang berlaku di lingkungan (gaya selingkung) universitas, fakultas atau instansi dimana tulisan tersebut diperlukan, sebab lazimnya setiap fakultas, universitas atau instansi membuat aturan yang khusus berlaku di lingkungannya. F. DAFTAR PUSTAKA Bambang Waluyo., Penelitian Hukum Dalam Praktek., Sinar Grafika., Jakarta, 1991 Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta., Cet.ke 3, Jakarta, 2001 Burhan Bungin., Metodologi Penelitian Soail Format-format Kuantitatif dan Kualitatif., Airlangga University Press., Surabaya, 2001 Etty Indriati., Menulis Karya Ilmiah Artikel, Skripsi, Tesis dan Disertasi., PT.Gramedia Pustaka Utama., Jakarta., 2005 Haradi Nawawi., Metode Penelitian Bidang Sosial., Gajah Mada University Press, Yogyakarta, Cet. Kelima, 1991 I.G.A.K.Wardani., Teknik Menulis Karya Ilmiah., Universitas Terbuka, Jakarta. Cet. Ketiga, 2007. Kamisa., Kamus Lengkap Bahasa Indonesia., Kartika, Surabaya., 1997 Koentjaraningrat., Metode-Metode Penelitian Masyarakat., Gramedia, Jakarta, Cet. Kedua, 1976 Lexy J. Maleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, Cet.ketujuh, 1996 Marzuki., Metodologi Riset., BPFE-UII, Yogyakarta., 1989 Mercado, Cesar M., Alih bahasa C. Sardjono., Langkah-Langkah Penelitian Ilmu Sosial.,FSOSPOL, Universitas Sebelas Maret., 1982 Mien A Rifai., Pegangan Gaya Penulisan, penyuntingan dan Penerbitan., Gajah Mada University Press, Yogyakarta, Cet. Pertama., 1985 Moh. Nasir., Metode Penelitian.,Ghalia Indonesia., Jakarta, Cet. Ke 3, 1988 Nasution, S., Buku Petunjuk Membuat Thesis, Skripsi, Book Report, Laporan., CV. Jemmars, Bandung, 1977 Sanapiah Faisal., Format-Format Penelitian Sosial., Rajawali Pers., Cet.ke 4, 1999 Soerjono Soekanto., Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta, 1981 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji., Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat., Radjawali Pers, Jakarta, Cet. Ketiga, 1990 Sunaryati Hartono., Penelitian Hukum di Indonesia pada Akhir Abad ke-20., Alumni, Bandung, Cet. 1., 1994 Wasty Soemanto., Pedoman Teknik Penulisan Skripsi (Karya Ilmiah)., Bumi Aksara., Jakarta, 1988

Wirartha, I Made., Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi.,Penerbit Andi, Yogyakarta., 2006. 23