BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara sebesar 1.201,7 triliun. Namun dalam perubahan pada APBNP,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum berlandaskan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata. Tujuan yang luhur demikian itu hanya dapat diwujudkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber dana luar negeri, misalnya pinjaman luar negeri dan hibah ( grant),

BAB I PENDAHULUAN. Pembiayaan suatu Negara sangatlah bergantung kepada besarnya

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang sangat penting bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. sumber dana luar negeri dan sumber dana dalam negeri. non migas serta pajak. Namun pemerintah lebih mengoptimalkan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan penerimaan negara dari Sektor Perpajakan memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak bisa hanya

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang menjunjung tinggi hak dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang memiliki tujuan untuk mewujudkan

BAB II LANDASAN TEORI. bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang potensial bagi negara

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan, yakni pada tahun 2015 besarnya belanja negara sebesar

Sejak dilakukan reformasi perpajakan pada tahun 1983 yang ditandai dengan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Pajak merupakan sumber utama penerimaan pendapatan Negaraterbesar

BAB I PENDAHULUAN. sektor perpajakan diarahkan untuk mendorong perekonomian

PENGERTIAN DAN DEFINISI CIRI CIRI YANG MELEKAT PADA DEFINISI PAJAK ISTILAH-ISTILAH PERPAJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terusmenerus

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara dari sektor pajak melalui intensifikasi dan ekstensifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peneriman di negara Indonesia yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai tujuan nasional yaitu mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. perpajakan. Dalam era globalisasi atau era persaingan bebas inilah cepat atau lambat

BAB I PENDAHULUAN. meningkat seiring dengan peningkatan pembangunan itu sendiri. Salah satu sumber pendanaan proyek pembangunan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. pajak untuk membiayai segala kebutuhan dalam pelaksanaan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan usaha mengadakan perubahan-perubahan menuju keadaan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin besar untuk masa yang akan datang karena tujuan utama dari penerimaan

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Realisasi Penerimaan Negara (Milyar Rupiah),

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara

BAB I PENDAHULUAN. baik bagi negara maju maupun di negara berkembang (Siti Kurnia,2010:140).

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Dalam menjalankan pemerintahan dan

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari official assessment system menjadi self assessment system.

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dapat memperbaiki hal tersebut dan menjadi solusi yang efektif.

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut dilakukan karena tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk dapat merealisasikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ajeg yang berati pungutan

BAB I PENDAHULUAN. spiritual. Untuk dapat merealisasi tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1:

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia saat ini dihuni oleh hampir 255,5 juta jiwa penduduk pada

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah)

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia bertujuan mewujudkan

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan sektor pemasukan terbesar kas Negara, penerimaan

PERPAJAKAN I KUASA & KONSULTAN PAJAK, PEMERIKSAAN, PENAGIHAN, RESTITUSI PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama negara, yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahannya Negara Republik Indonesia memiliki

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam potensi untuk menjadi negara yang lebih maju. Akan tetapi pada

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang-Undang Dasar 1945, dimana bertujuan untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara dengan penduduk mencapai 250 juta jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4.

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan pajak di Indonesia mengacu pada sistem self assessment. Self assessment

BAB I PENDAHULUAN. sumber penerimaan utama negara yang masih terus digali potensinya oleh

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendanai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), hal tersebut

BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan negara. Karena pajak mempunyai kontribusi yang tinggi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan masyarakat, hal ini ditujukan agar pembangunan tersebut berjalan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan iuran warga negara kepada negara yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam arti tidak terlalu tergantung pada pinjaman luar negeri. Upaya ekstensifikasi

PERSANDINGAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BESERTA PERATURAN-PERATURAN PELAKSANAANNYA

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. pajak dan juga petugas pajak agar pembangunan dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penerimaan dari sektor perpajakan merupakan penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak, dan empowering people (pengingkatan partisipasi masyarakat) pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam menjalankan roda pemerintahan, kesejahteraan rakyat merupakan

BAB I PENDAHULUAN. iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang digunakan untuk pembangunan dan belanja negara. Dalam Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) 2015, pajak diproyeksikan menyumbang 67% dari total penerimaan negara sebesar 1.201,7 triliun. Namun dalam perubahan pada APBNP, target pajak menjadi 1.244,7 triliun dan hanya terealisasi 81,5% dari target tersebut yaitu 1.294,25 triliun hingga Desember 2015 (Ariyanti, 2016). Dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui perbaikan dan peningkatan sarana publik (Lingga, 2012). Besar kecilnya pajak akan menentukan kapasitas anggaran negara dalam membiayai pengeluaran negara, baik untuk pembiayaan pembangunan maupun untuk pembiayaan rutin. Maka, penerimaan pajak adalah faktor penting dalam berjalannya roda pemerintahan dan untuk mensejahterakan kehidupan masyarakat. 15

Sejak reformasi perpajakan Indonesia tahun 1983, sistem perpajakan di Indonesia telah berubah dari official assesment menjadi self assesment. Sistem self assesment diterapkan atas dasar kepercayaan pihak otoritas pajak kepada Wajib Pajak (WP) (Rahayu, 2007, dalam Sukartha, 2014). Dengan sistem ini, wajib pajak diberikan independensi dalam menghitung, melaporkan, dan membayarkan sendiri pajak terutangnya. Konsekuensi dari sistem ini adalah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) selaku otoritas pajak di Indonesia berkewajiban melakukan pelayanan, pengawasan, pembinaan, dan penerapan sanksi pajak (Sari, 2014). Ada banyak upaya yang dapat dilakukan oleh DJP agar sistem self assessment dapat berjalan dengan efektif, salah satunya dengan melakukan intensifikasi penerimaan pajak. Menurut Direktorat Jendral Pajak Fuad Rachmany, baru 3,6% badan usaha yang membayar pajak (Ramdani, 2011). Menurut Menteri Keuangan Agus Martowardojo, saat ini baru 2% dari total badan usaha di Indonesia yang membayar pajak (Wijaya, 2011). Kasus lain, ada indikasi tunggakan pajak Rp 77 triliun dalam 10 tahun terakhir. Executive Director Center for Indonesian Taxation Analysis (CITA) memaparkan hasil riset Center for Indonesian Taxation Analysis (CITA) yang menunjukkan bahwa sekitar 90% tunggakan berasal dari pajak penghasilan badan dan 10% pajak penghasilan pribadi non karyawan (Kontan, 2014). Pajak yang dikenakan kepada orang pribadi dan badan adalah pajak penghasilan. Pajak penghasilan tersebut merupakan pajak yang dikenakan atas penghasilan yang diterima ataupun diperoleh wajib pajak dalam satu tahun pajak. 16

Penghasilan ini dapat berupa penghasilan dalam negeri atau pun luar negeri. Pajak penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh WP, baik yang berasal dari Indonesia maupun luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan WP yang bersangkutan, dalam nama dan bentuk apapun (Ilyas, 2013) Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, pajak penghasilan terdapat dalam dua pasal yaitu pasal 25 dan pasal 29. Pasal 25 adalah besarnya angsuran pajak dalam tahun berjalan yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak untuk setiap bulan sebesar pajak penghasilan terutang menurut surat pemberitahuan (SPT) tahunan pajak. Pasal 29 yaitu ketentuan wajib pajak untuk melunasi kekurangan pembayaran pajak yang terutang menurut Undang-Undang sebelum surat pemberitahuan pajak penghasilan disampaikan dan paling lambat pada batas akhir penyampaian SPT Tahunan (Susanti et al., 2014). Objek penelitian ini terbatas pada pajak penghasilan badan. Dalam Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan, wajib pajak badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, komanditer, lainnya, BUMN/BUMD dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap. 17

Wajib pajak badan memiliki kewajiban perpajakan sesuai peraturan perundang-undangan. Kewajiban tersebut yaitu mendaftarkan diri sebagai wajib pajak badan dengan mendapatkan pengukuhan sebagai pengusaha kena pajak, menghitung pajak terutang, melaporkan dan membayar pajak terutang tersebut kepada kas negara. Dengan bertambahnya jumlah WP badan yang terdaftar, menunjukkan bahwa WP sudah mulai melaksanakan salah satu bentuk kewajiban perpajakannya. Dengan mendaftarkan diri menjadi WP badan dan mendapatkan NPWP, maka WP ini sudah memiliki kewajiban untuk melaksanakan kewajiban perpajakan lainnya seperti melaporkan dan membayar pajak. Dengan kesadaran akan kewajiban tersebut, diharapkan WP badan akan melaksanakan kewajiban sesuai dengan peraturan yang berlaku. Apabila WP badan sudah melapor dan membayar pajak sesuai peraturan, penerimaan negara dalam sektor pajak tentu meningkat. Maka, jumlah wajib pajak badan berpengaruh terhadap jumlah penerimaan pajak penghasilan badan. Menurut Susanti et al. (2014), Miarni (2015), Putra dan Hapsari (2015), dan Daniati (2014), jumlah WP badan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan badan. Kepatuhan pajak (tax compliance) adalah WP mempunyai kesediaan untuk memenuhi kewajiban perpajakan sesuai dengan aturan yang berlaku tanpa perlu diadakannya pemeriksaan, investigasi seksama, peringatan, ancaman dan penerapan sanksi baik hukum maupun administrasi (Mahendra, et al., 2014). Menurut Oktivani (2007), kepatuhan wajib pajak, baik orang pribadi maupun badan, yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak dan telah melakukan kewajiban 18

perpajakannya, yaitu dengan melunasi dan melaporkan SPT masa dan tahunannya tepat waktu (Sari et al., 2010). Kepatuhan merupakan syarat agar penerimaan pajak negara meningkat. Demi mencapai target pajak, perlu ditumbuhkan terus menerus kepatuhan wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pelunasan serta pelaporan Surat Pemberitahuan baik masa ataupun tahunan yang tepat waktu dan tepat merupakan bentuk kepatuhan wajib pajak, baik orang pribadi maupun badan. Klepper dan Nagin (1989) mengatakan komponen kepatuhan wajib pajak terdiri atas kepatuhan mendaftarkan diri, kepatuhan membayar kewajiban pajak dengan tepat jumlah dan waktu, dan kepatuhan untuk melaporkan kewajiban pajak secara tepat jumlah dan waktu (Mahendra et al., 2014). Ketika WP dinyatakan patuh dengan melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan aturan dan tidak melakukan manipulasi demi mengecilkan pembayaran pajaknya, maka penerimaan pajak penghasilan badan akan meningkat. Maka, tingkat kepatuhan wajib pajak mempengaruhi penerimaan pajak penghasilan badan. Hal ini sejalan dengan penelitian Mahendra et al. (2014), Susanti et al. (2014), dan Suhendra (2010). Selain itu, untuk menjaga agar WP tetap taat mengikuti peraturan perpajakan, maka dilakukanlah intensifikasi pemeriksaan terhadap WP yang memenuhi kriteria untuk diperiksa. Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan, pemeriksaan pajak adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan 19

pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Pemeriksaan pajak dilakukan terhadap WP yang melaporkan SPT lebih bayar, mengajukan restitusi, menyampaikan SPT yang menyatakan rugi, tidak menyampaikan atau menyampikan SPT melampaui tenggat waktu, melakukan peleburan/penggabungan usaha, dan menyampaikan SPT yang memenuhi kriteria seleksi berdasarkan hasil analisis resiko (Ilyas, 2013). Menurut Guru Besar Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, dengan dilakukannya pemeriksaan diharapkan terjadi peningkatan kepatuhan, tidak hanya dari Wajib Pajak yang diperiksa, tetapi juga dari Wajib Pajak lainnya (Ilyas dan Richard, 2012). Dengan pemeriksaan, diharapkan dapat menemukan bukti dari tindakan penyimpangan pajak dan menemukan indikasi adanya pajak terutang yang tidak dibayar. Jumlah pajak terutang yang tertunggak dalam SKPKB dan SKPKBT menunjukkan potensi penerimaan pajak negara yang sebenarnya dapat diterima dan diharapkan dapat meningkatkan penerimaan negara dalam sektor pajak penghasilan badan. Karena atas pajak terutang yang tertunggak tersebut akan ditindaklanjuti dengan mengeluarkan surat pemberitahuan kepada WP ataupun selanjutnya dilakukan penagihan yang kemudian diharapkan dapat diterima pembayarannya dari WP. Maka, pemeriksaan pajak dapat mempengaruhi penerimaan pajak penghasilan badan. Menurut Ratnasari et al. (2014) dan Susanti et al. (2014), pemeriksaan pajak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap 20

jumlah penerimaan pajak penghasilan badan. Namun menurut Suhendra (2010), pemeriksaan pajak tidak berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan. Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, Penagihan Pajak adalah rangkaian kegiatan fiskus (petugas pajak) yang dilakukan kepada penanggung pajak agar melunasi utang pajaknya berikut biaya penagihan yang timbul dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan dan/atau pemblokiran rekening, melaksanakan penyanderaan, serta menjual barang yang telah disita melalui lelang. Penagihan pajak dilakukan dengan mengacu kepada produk hukum pemeriksaan pajak, seperti SKPKB, SKPKBT, dan Surat Tagihan Pajak, baru dilakukan penagihan terhadap WP. Dengan penagihan pajak, diharapkan WP yang menunggak membayar pajak terutang dapat melunasinya. Tindakan ini diharapkan dapat memberi kesadaran kepada WP untuk taat dalam membayar pajak. Karena dengan adanya kesadaran akan membayar pajak kepada negara, WP akan membayar tunggakan pajak, maka akan meningkatkan jumlah penerimaan negara dalam sektor pajak. Maka, penagihan pajak mempengaruhi penerimaan pajak penghasilan badan. Menurut Mahendra dan Sukartha (2014) menemukan bahwa penagihan pajak memiliki pengaruh positif terhadap jumlah penerimaan pajak penghasilan badan. Menurut Suhendra (2010) mengatakan bahwa kepatuhan WP badan memiliki pengaruh positif terhadap penerimaan pajak penghasilan badan. 21

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Sari dan Afriyanti (2010). Perbedaan yang terdapat dalam penelitian ini dibanding dengan penelitian sebelumnya yaitu sebagai berikut. 1. Penambahan variabel independen jumlah wajib pajak badan yang mengacu pada penelitian Susanti et al. (2014) dan variabel penagihan pajak yang mengacu pada penelitian Mahendra dan Sukartha (2014). 2. Tahun penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tahun 2011-2014, sedangkan penelitian sebelumnya tahun 2004-2008. 3. Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Kantor Pelayanan Pajak KPP Pratama Tangerang Timur, sedangkan penelitian sebelumnya KPP Pratama Denpasar Timur. Dengan latar belakang yang telah dipaparkan, maka skripsi ini diberi judul Pengaruh Jumlah Wajib Pajak, Tingkat Kepatuhan, Pemeriksaan Pajak, dan Penagihan Pajak terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Badan. 1.2 Batasan Masalah Mengingat luasnya topik yang dibahas, maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut: 1. Penelitian terbatas pada analisis pengaruh jumlah wajib pajak, tingkat kepatuhan, pemeriksaan pajak, dan penagihan pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan badan. 2. Penelitian ini terbatas pada wajib pajak badan yang terdaftar pada KPP Pratama Tangerang Timur. 22

3. Penelitian ini terbatas pada wajib pajak badan yang terdaftar dari periode tahun 2011-2014. 1.3 Rumusan Masalah Sesuai dengan uraian yang telah diungkapkan dalam latar belakang penelitian, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah jumlah WP badan berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan badan? 2. Apakah tingkat kepatuhan berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan badan? 3. Apakah pemeriksaan pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan badan? 4. Apakah penagihan pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan badan? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk: 1. Mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh jumlah WP badan terhadap penerimaan pajak penghasilan badan. 2. Mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh tingkat kepatuhan terhadap penerimaan pajak penghasilan badan. 3. Mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh pemeriksaan pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan badan. 23

4. Mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh penagihan pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan badan. 1.5 Manfaat Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada: 1. Direktorat Jenderal Pajak, untuk dapat meningkatkan pengetahuan perpajakan melalui pendidikan formal, penyuluhan, seminar pajak terpadu untuk memberikan pemahaman yang luas dan menambah kesadaran masyarakat tentang pentingnya membayar pajak. Dan meningkatkan kualitas pelayanan pajak kepada WP. Serta sebagai sumber informasi bagi Ditjen pajak untuk mengetahui aspek aspek yang mempengaruhi jumlah penerimaan pajak penghasilan badan sebagai bahan evaluasi Direktorat Jenderal Pajak. 2. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menambah kesadaran dan kepatuhan bagi para pihak terutama WP badan yang memiliki kewajiban membayar pajak penghasilan terutangnya. 3. Peneliti selanjutnya, agar dapat dijadikan sebagai bahan kajian penelitian selanjutnya mengenai pengaruh jumlah WP badan, tingkat kepatuhan, pemeriksaan pajak, penagihan pajak, dan pajak penghasilan badan terhadap penerimaan pajak penghasilan badan. 4. Bagi peneliti, merupakan tambahan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah penerimaan pajak penghasilan, terutama pajak 24

penghasilan badan, dan menambah kesadaran peneliti tentang pentingnya membayar pajak. 1.6 Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai penelitian yang dilakukan, maka disusunlah suatu sistematika penulisan yang berisi informasi mengenai materi dan hal-hal yang dibahas dalam tiap-tiap bab. Adapun penelitian ini dibagi menjadi 5 bagian dengan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan laporan. BAB II : TELAAH LITERATUR Dalam bab ini menjelaskan tentang landasan teori dan penelitian terdahulu, kerangka penelitian dan hipotesis penelitian. BAB III : METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai variabel penelitian dan definisi operasional, penentuan populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan metode analisis data. BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, dipaparkan hasil-hasil dari penelitian, dari tahap analisis, desain, hasil pengujian hipotesis dan implementasinya, 25

berupa penjelasan teoritik, baik secara kualitatif dan atau kuantitatif. BAB V : SIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini berisi simpulan dan saran. Simpulan merupakan jawaban atas masalah penelitian serta tujuan penelitian yang dikemukakan pada Bab I, beserta informasi tambahan yang diperoleh atas dasar temuan penelitian. 26