BAB I PENDAHULUAN. media komputindo, 2002), hlm. 20.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis Multidimensional, (Jakarta: PT Bumi Aksara.2011), Hlm. 14.

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari segi intelektual maupun kemampuan dari segi spiritual. Dari segi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian merupakan ilmu yang mempelajari tentang metode-metode. penelitian, ilmu tentang alat-alat dalam penelitian.

PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI SENI TEATER [Studi pada Kelompok Studi Teater dan Sastra (STESA) Madrasah Aliyah Negeri Kendal] SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak bisa terlepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat, bangsa, dan negara sesuai dengan pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Long life education adalah motto yang digunakan oleh orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH DASAR AL FALAAH SIMO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang diperkirakan akan semakin kompleks. 1

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dimana-mana. Kualitas pendidikan, di samping menjadi fokus kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini telah menjadi perhatian yang sangat besar

BAB I PENDAHULUAN. tertentu termasuk pendidikan yang ada di Indonesia. Tujuan pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hlm

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. dibatasi oleh waktu, kapan pun dan dimanapun disepanjang hayatnya. dan yang terpenting adalah mempunyai akhlak dan moral yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. atau tidaknya suatu negara di pengaruhi oleh faktor pendidikan. Begitu. sulit dibayangkan bagaimana dapat mencapai kemajuan.

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi sekolah erat hubungannya dengan masyarakat. dan didukung oleh lingkungan masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Sekretaris Jenderal MPR-RI, Undang-Undang Dasar 1945, Sekjen MPR-RI, Jakarta, hlm. 5 2

BAB I PENDAHULUAN Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dari konsep tersebut, terdapat. beberapa hal yang perlu diperhatikan.

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan intelektual dan moralitas yang tinggi. manusia yang berkualitas dalam menghadapi era globalisasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, keterampilan dan ilmu yang lebih tinggi, serta sikap dan perilaku

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan Al-Hadis, melalui kegiatan. bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

Rajawali Pers, 2009), hlm Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2004), hlm Netty Hartati, dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut. diperlukannya sumber daya manusia yang berkualitas yaitu

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR SISWA SMA MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. belum lagi ditemukan pada saat arus globalisasi dan Era pasar bebas terus

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter siswa. Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt Berfirman. dalam surat Al-Mujadallah ayat 11.

BAB I PENDAHULUAN. anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. 1 Zuhairi, dkk, Metodologi Pendidikan Agama (solo: Ramadhani, 1993), hal. 9.

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kompleks sehingga sulit dipelajari dengan tuntas. Oleh sebab itu masalah

BAB I PENDAHULUAN. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas hal tersebut dapat tercapai apabila peserta didik dapat. manusia indonesia seutuhnya melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. dari generasi sebelumnya. Perkembangan IPTEK yang semakin pesat telah

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Siswa adalah suatu komponen input dalam proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm 10. PT Rineka Cipta, 2008), hlm Sinar Grafis, 2009) hlm.3

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan

Bab I. Pendahuluan. semua manusia, sebuah kebutuhan pokok yang wajib dipenuhi bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam menumbuh kembangkan potensi dan bakat manusia, pendidikan dipandang

BAB V PEMBAHASAN. A. Pendekatan peningkatan mutu pembelajaran pendidikan agama Islam dalam

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja hanya satu kali dalam kehidupan, jika seorang remaja merasa

BAB 1 PENDAHULUAN. mampu membantu dan membentuk karakter dan keyakinan yang kuat pada setiap

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi semua warga Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan menurut sistem Pendidikan Nasional Pancasila dengan

BAB I PENDAHULUAN. berbudi pekerti luhur yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai kehidupan guna membekali siswa menuju kedewasaan dan. kematangan pribadinya. (Solichin, 2001:1) Menurut UU No.

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing dan

BAB I PENDAHULUAN. penambahan, pengurangan, penggantian dan pengembangan yang selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah mempunyai tugas penting dalam menyiapkan siswa-siswi untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di masa ini Indonesia sedang dilanda berbagai masalah baik dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan untuk membantu dan mengantarkan peserta didik menuju cita-cita yang. prestasi siswa didik sesuai dengan yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan, diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Isu tentang lingkungan hidup merupakan salah satu perhatian utama dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk

BAB I PENDAHULUAN. bisa menjadi bisa seperti yang terkandung dalam Undang-Undang Sistem. Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 1 yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. informasi atau penjelasan yang berkaitan dengan pembelajaran, pada sistem

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab demi bab yang telah peneliti kemukakan diatas, maka peneliti bisa mengambil beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi pendidikan bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, pendidikan harus di

EKSISTENSI SANGGAR TARI KEMBANG SORE PUSAT - YOGYAKARTA Theresiana Ani Larasati

PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN BERBASIS POTENSI LOKAL MELALUI KEBIJAKAN LEADER CLASS DI DAERAH CILACAP. Oleh : Ma rifani Fitri Arisa

Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan kemampuan peserta didik untuk menolong diri sendiri dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 Pendidikan selama ini dianggap sebagai pabrik intelektual yang mampu melahirkan aktor-aktor pembangunan yang cerdas dan berkepribadian, juga mempunyai kemampuan untuk dapat melestarikan warisan budaya (transmition of culture) dan mampu memprediksi masa depan atau dengan kata lain mempunyai wawasan keakaan. Islam, sebagai agama universal yang oleh pemeluknya diakui sebagai pandangan hidup dalam aktifitas sehari-hari, mensejajarkan (juktaposisi) pendidikan pada posisi yang sangat strategis. Bila asumsi di atas menilai pendidikan sebagai penentu segala-galanya bagi vestes interest (kepentingan) manusia di dunia, maka pendidikan versi Islam tidak dipandang secara fungsional sebagai sarana pemuas kebutuhan manusia yang sesaat di dunia, melainkan mengjangkau kepentingan manusia masa depan yang esensial di akherat kelak. 2 Apabila negara ini diibaratkan sebagai pohon, tentunya pohon tersebut pohon yang kering dan gundul, akibat dilanda krisis-krisis, baik krisis politik, ekonomi, moneter hokum, kepercayaan, kepemimpinan, bahkan krisis yang menyentuh akhlak dan moral. 3 1 Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Citra Umbara, 2003), hlm. 3. 2 Khoiron Rosyadi, Pendidikan Profetik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 5. 3 Soemarno soedarsono, Character Building (Membentuk Watak), (Jakarta: PT Elex media komputindo, 2002), hlm. 20. 1

Dalam dinamika semacam itu, berbagai metode perlu diupayakan sebagai alternatif pemecahan. Posisi ini berhadapan dengan universalisme ajaran Islam yang selalu bisa mengimbangi perkembangan zaman, sehingga peneliti memandang pentingnya metode alternatif untuk menanamkan nilainilai pendidikan. Banyak pendekatan serta metode yang dipakai pendidik berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan, di antaranya dengan pendekatan budaya. 4 Salah satunya diimplementasikan lewat teater. Menurut Tjokroatmojo, teater berasal dari bahasa Yunani teatron yang berarti pusat upacara persembahan yang terletak di tengah-tengah arena. Istilah ini kemudian tersebar luas menjadi istilah internasional, yang maksudnya adalah suatu cerita (karangan) yang dipertunjukkan di atas pentas oleh para pelaku dengan perbuatan-perbuatan. 5 Sedangkan menurut Harymawan, teater adalah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak. Misalnya, wayang orang, ketoprak, ludrug, srandul, membai, randai, mayong, arja, rangda, reog, lenong, topeng, dagelan, sulapan, akrobatik dan sebagainya. 6 Madarasah Aliyah Negeri Kendal sebagai salah satu lembaga Islam Negeri dan menjadi favorit di Kota Kendal selalu menciptakan tujuan pendidikan ke arah penciptaan kesadaran peserta didik dalam beriman dan bertakwa kepada Allah. Hal ini diwujudkan melalui proses pembelajaran yang dilakukan terutama proses pembelajaran PAI dan kegiatan pendukung yang orientasinya menuju kepada visi misi madrasah. Berangkat dari latar visi misi dan tujuan itu MAN Kendal mencoba memberikan satu variasi pembelajaran yang diaplikasikan dalam metode maupun strategi pembelajaran yang dilaksanakan di kelas maupun memberikan media bakat minat peserta didik menuju tercapainya visi, misi 4 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 30. 5 Tjokroatmojo, dkk, Pendidikan Seni Drama (Suatu Pengantar), (Surabaya: Usaha Nasional, 1985), hlm. 11. 6 Harymawan, Dramaturgi, (Bandung: CV. Rosda, 1988), hlm. 2. 2

tadi salah satunya melalui media teater, teater yang dibentuk di MAN Kendal adalah kelompok STESA (Studi Teater dan Sastra) yang merupakan wadah bagi peserta didik MAN Kendal dalam mengembangkan bakatnya dan mempertajam pemahaman tentang kehidupan dan penghayatan agama sesuai dengan tujuan madrasah, oleh karena lembaga MAN ini adalah lembaga Islam maka teater yang dikembangkan adalah perwujudan pengembangan nilai-nilai pendidikan Agama Islam dalam proses berteater yang dilakukan. Kelompok STESA MAN Kendal adalah satu-satu nya kelompok teater yang hampir tidak pernah absen dalam berbagai festival teater, baik lokal (Kabupaten Kendal) maupun di luar Kabupaten Kendal. Maka dari itu berbagai macam penghargaan telah berhasil diraih. Dengan kata lain kelompok teater ini adalah kelompok teater sekolah yang paling aktif, disamping kelompok teater sekolah lain dibelakangnya. Dilihat dari background akademiknya, kelompok STESA juga satu-satu nya kelompok teater yang berbasis agama Islam, karena di bawah payung Madrasah Aliyah Negeri yang posisinya dalam naungan Departemen Agama. Berangkat dari pemikiran tersebut di atas peneliti ingin mengkaji lebih jauh pendidikan karakter melalui seni teater pada kelompok STESA MAN Kendal. B. PENEGASAN ISTILAH Untuk memudahkan pemahaman serta menjaga adanya kesalahan terhadap pemahaman dan maksud yang terkandung dalam bunyi judul, maka akan terlebih dahulu peneliti kemukakan beberapa istilah yang dipandang perlu dijelaskan. 1. Pendidikan Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak 3

mulia seta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 7 2. Karakter Karakter berasal dari bahasa Yunani karasso yang artinya cetak biru, format dasar, atau bisa juga dimaknai sebagai sesuatu yang tidak dapat dikuasai oleh intervensi manusia. 8 3. Seni Seni adalah keahlian membuat karya yang bermutu (dilihat dari segi kehalusan, keindahan, dll). 9 4. Teater Perkataan teater sering dihubungkan dengan drama. Sebenarnya perkataan teater mempunyai makna yang lebih luas karena dapat berarti drama, gedung pertunjukan, panggung, grup pemain drama dan dapat juga berarti segala bentuk tontonan yang dipentaskan di depan orang banyak. 10 C. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana proses latihan dasar teater pada kelompok Studi Teater dan Sastra (STESA) MAN Kendal? 2. Bagaimana pelaksanaan pendidikan karakter pada kelompok Studi Teater dan Sastra (STESA) MAN Kendal? 3. Apa saja nilai-nilai pendidikan karakter pada kelompok Studi Teater dan Sastra (STESA) MAN Kendal? 7 UU RI No. 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung, Citra Umbara, 2003), hlm. 3. 8 Bambang Q Anees, Adang Hambali, Pendidikan Karakter Berbasis Al Qur an, (Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2009), hlm. 1. 9 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus., hlm. 1037. 10 Herman J. Waluyo, Drama (Teori dan Pengajarannya), (Yogyakarta: PT. Hanindita Graha Widya Yogyakarta, 2001), hlm. 3. 4

D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam melakukan penelitian ini adalah 1. Dapat mengetahui proses latihan dasar pada teater STESA MAN Kendal. 2. Dapat mengetahui pelaksanaan pendidikan karakter pada teater STESA MAN Kendal. 3. Dapat mengetahui nilai-nilai pendidikan karakter pada teater STESA MAN Kendal. Hasil dari penelitian ini dapat memberi manfaat: 1. Diketahui adanya alternatif lain dalam membentuk karakter seseorang selain melalui lembaga pendidikan sekolah. 2. Menunjukkan bahwa ilmu teater tidak hanya untuk melatih kekuatan fisik semata tetapi juga kekuatan mental spiritual sehingga tercipta pribadipribadi yang tangguh. Di dalam penelitian dan penulisan skripsi ini, peneliti berharap bisa bermanfaat bagi peneliti sendiri khususnya dan para pembaca pada umumnya. Bagi peneliti, penelitian ini sangat penting karena berangkat dari alasan pemilihan judul tersebut, yang menjadi keingintahuan peneliti akan terjawab. Dan bagi kita semua peneliti berharap mampu memberi solusi terhadap dunia pendidikan dalam membentuk pribadi-pribadi yang tangguh khususnya pada generasi muda. E. METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. 11 36. 11 S.Margono, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), Cet II, hlm. 5

2. Sumber Penelitian Untuk memperoleh data, peneliti melakukan observasi langsung ke lapangan, wawancara, terhadap pelatih teater dan warga (siswa), serta melakukan penelitian terhadap dokumen-dokumen pada kelompok Studi Teater dan Sastra (STESA) MAN Kendal. 3. Metode Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa metode, yaitu: a. Metode Observasi, yaitu metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistemstis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung. 12 Metode ini dilakukan peneliti dengan cara melihat atau mengamati secara langsung kondisi lapangan serta bagaimana sikap atau kepribadian dari para pelatih dan siswa dalam proses latihan, serta bagaimana proses pendidikan karakter yang dilakukan dalam latihan di kelompok Studi Teater dan Sastra (STESA) MAN Kendal. b. Metode Interview atau wawancara adalah tanya jawab peneliti dengan responden. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan jawaban-jawaban sesuai dengan kebutuhan peneliti. Jawaban tersebut dapat dijadikan data untuk dianalisis dalam kerangka menjawab pertanyaan penelitian atau memecahkan masalah penelitian. 13 4. Metode Analisis Data Analisis data merupakan upaya mencari dan menata data secara sistematis catatan hasil observasi, interview, dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman penelitian tentang permasalahan yang diteliti dan menyajikan sebagai temuan. 14 12 Heri Jauhari, Panduan Penulisan Skripsi Teori dan Aplikasi, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010), hlm. 48. 13 Heri Jauhari, Panduan, hlm. 40. 14 Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rakesarasin, 1996), hlm. 104. 6

Setelah data semua terkumpul, baik melalui wawancara, observasi ataupun dokumentasi maka akan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Kemudian digunakan kerangka berfikir induktif, yaitu berangkat dari fakta khusus kongkrit atau peristiwa-peristiwa yang khusus dibuat menjadi generalisasi yang bersifat umum. 15 15 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid I, (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM, 1980), hlm. 42. 7