HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN SUSU FORMULADENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA 0-24 BULANDI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BALAI AGUNG SEKAYU TAHUN

dokumen-dokumen yang mirip
P E N E L I T I A N. Syamsul Alam 1, Sukfitrianti Syahrir 2 * ISSN (Print) : ISSN (Online) : Abstrak

Citra Puspitaningrum * Yuni Sapto Edhy Rahayu** Rusana** Abstract

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya terpenuhi (Depkes RI dalam Pratiwi, 2009).

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organization (WHO)/United Nations International

HUBUNGAN SIKAP IBU TENTANG SANITASI BOTOL SUSU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA 1-5 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIMAHI SELATAN

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN TAMAMAUNG KOTA MAKASSAR

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG.

HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata Kunci : Pengetahuan,Pekerjaan,Pendidikan,Pemberian ASI Eksklusif

BAB I PENDAHULUAN. pada bayi dapat dicegah, namun praktek pemberian susu formula pada bayi muda. masih tinggi terutama pada kelompok ibu yang bekerja.

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEGAGALAN IBU DALAM MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI PUSKESMAS BANGETAYU SEMARANG

Daniel 1, Murniati Manik 2. Pengetahuan Wanita tentang ASI Eksklusif

HUBUNGAN PROMOSI SUSU FORMULA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELUARGA DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ARJASA KABUPATEN JEMBER

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING

Kata Kunci: Pendidikan, Pekerjaan, Dukungan Suami dan Keluarga, ASI Eksklusif.

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KASSI-KASSI

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

The Correlation of Knowledge Level About Exclusive Mother s Milk with Mother s Milk Deliverance To The Baby

EFEKTIFITAS PERAN KELOMPOK PENDUKUNG IBU TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI 0-6 BULAN DI PUSKESMAS PANDAK I BANTUL YOGYAKARTA 2011

Volume 3 / Nomor 2 / November 2016 ISSN : HUBUNGAN PEKERJAAN IBU MENYUSUI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS MOJOLABAN SUKOHARJO

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI DENGAN CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI

ABSTRAK PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU IBU TERHADAP TINGGINY A ANGKA KEJADIAN DIARE PADA BALIT A DI PUSKESMAS SALAM KODY A BANDUNG TAHUN 2002

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

GAMBARAN PENYEBAB KESULITAN MAKAN PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 3-5 TAHUN DI PERUMAHAN TOP AMIN MULYA JAKABARING PALEMBANG TAHUN 2009

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN TINDAKAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN

Septiani, Hubungan Pemberian Makanan Pendamping Asi Dini Dengan Status Gizi Bayi 0-11 Bulan Di Puskesmas Bangko Rokan Hilir

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN DAN PEMBERIAN SUSU FORMULA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 0-12 BULAN DI PUSKESMAS KERTAPATI PALEMBANG TAHUN 2014

KONTAMINASI BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA BOTOL SUSU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI

Putri, et al, Hubungan Antara Faktor Ibu dan Inisiasi Menyusu Dini dengan Pemberian ASI... Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat 2

ABSTRAK. Kata Kunci: Karakteristik Umum Responden, Perilaku Mencuci Tangan, Diare, Balita

Ardina Nur Rahma 1, Mulyo Wiharto 2. Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul 2

Reni Halimah Program Studi Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mitra Lampung

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH KOMUNIKASI PERSUASIF BIDAN TERHADAP PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN SUSU FORMULA PADA BAYI USIA0-6

Keywords: Attitude of mother, diarrhea, participation mother in posyandu

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

Hubungan Pengetahuan Ibu Dan Status Gizi pada Anak Usia Bawah Dua Tahun yang Diberi Susu Formula Di Daerah Tanjung Raja, Kabupaten Ogan Ilir 2015

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI (0-6 BULAN) DI KELURAHAN BANTAN KECAMATAN MEDAN TEMBUNG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditangani dengan serius. Ditinjau dari masalah kesehatan dan gizi, terhadap kekurangan gizi (Hanum, 2014).

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF. Risa Devita Akademi Kebidanan Aisyiyah Palembang

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi

Bela Bagus Setiawan 1 Rochman Basuki 2

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA BULAN DI DESA TAMANMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuh kembang bayi pada tahun pertama sangat penting untuk. diperhatikan, oleh karena itu bayi merupakan harapan penerus bangsa.

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

HUBUNGAN PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS) DENGAN KEJADIAN DIARE ANAK USIA SEKOLAH DI SDN 02 PELEMSENGIR KECAMATAN TODANAN KABUPATEN BLORA

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

STUDI KOMPARATIF PENAMBAHAN BERAT BADAN BAYI UMUR 0-6 BULAN YANG DIBERI MP-ASI DAN TANPA DIBERI MP-ASI

TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU DALAM PEMBERIAN SUSU FORMULA BAYI USIA DIBAWAH 6 BULAN DI PUSKESMAS BANGETAYU KOTA SEMARANG ABSTRACT

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERAN PETUGAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU PEKERJA YANG MEMPUNYAI BAYI DI WILAYAH PUSKESMAS RAWASARI TAHUN

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BAYI DI KELURAHAN BIRA KOTA MAKASSAR TAHUN 2010

UKDW. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara

HUBUNGAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR

HUBUNGAN ANTARA PEKERJAAN DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI

BAB I PENDAHULUAN. intoleran. Dampak negatif penyakit diare pada bayi dan anak-anak adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan adalah ASI. Air susu ibu (ASI) merupakan sumber energi

Endah Retnani Wismaningsih Oktovina Rizky Indrasari Rully Andriani Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DENGAN KEJADIAN DIARE DI KELURAHAN GOGAGOMAN KECAMATAN KOTAMOBAGU BARAT TAHUN 2015

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

Kata Kunci : Pengetahuan, sikap,dukungan petugas kesehatan,asi eksklusif

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014

Hubungan Waktu Pemberian MP-ASI Dini dengan Kejadian Diare Pada Bayi Usia 0-12 Bulan di Desa Jaddih Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

PENGARUH PEMBERIAN ASI DAN SUSU FORMULA TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 0 6 BULAN

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Januariska Dwi Yanottama Anggitasari J

Predictor Factors Related Diarrhea Incidence on Children Age 0-3 Years

ABSTRAK. Moch Erwin Jaya Sanjaya, Pembimbing: Evi Yuniawati, dr, MKM.

Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Pemberian ASI Eksklusif oleh Ibu yang Bekerja Sebagai Perawat di RSUD Dr. H. Soewondo Kendal

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI DI WILAYAH KERJA POSYANDU MELATI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan anak. Di negara berkembang, anak-anak menderita diare % dari semua penyebab kematian (Zubir, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

Penyajian Susu Formula Terhadap Kejadian Diare Pada Bayi 0 24 Bulan di RS. Surabaya Medical Service

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN TINDAKAN PENCEGAHAN IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS TIKALA BARU KOTA MANADO

HUBUNGAN PEMBERIAN SUSU FORMULA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TEGALREJO KABUPATEN MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH

Hubungan Kejadian Diare Dengan Pemberian Susu Formula Pada Bayi Umur 0-1 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Banjarbaru Tahun 2013

STUDI BEBERAPA KARAKTERISTIK KELUARGA DALAM PENGGUNAAN SUSU FORMULA UNTUK BALITA DI KOTA TASIKMALAYA Oleh : Jumli 1, Lilik Hidayanti 2, Nur Lina 3

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : SRI REJEKI J

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Ibu Hamil Menyusui secara Eksklusif di Puskesmas Kasihan I Bantul Yogyakarta

ANALISIS PERILAKU IBU MENYUSUI DI KELURAHAN PAROPO KECAMATAN PANAKUKKANG KOTA MAKASSAR. * Ignata Apolonia B * Dosen tetap Prodi Kebidanan Sandi Karsa

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN SUSU FORMULADENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA 0-24 BULANDI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BALAI AGUNG SEKAYU TAHUN 2009 Cucu Suherna, Fatmalina Febry, Rini Mutahar Abstract Diarhea is one of the major diseases in baby in Indonesia until now and the third rank of the causes in the death of the baby. One of it s causes is the mother s habbit in giving the formula milk incorrectly. It is caused of the formula milk is a good media for the growth of bacteria, theres one it is easy to be contaminated especially is the mother s habbit in giving the formula milk is incorrectly and it can cause the dearhea in baby. The incorrect way of the giving of formula milk is one of the factors that can reduce the number of the case of dearhea in because of drinking formula milk. This research is a kind of analytic survey research by using the cross sectional apporachment. The samples of the research are the babies of the age 0-24 months who are the youngest child in their family and given formula milk in work area of Puskesmas balai Agung Sekayu by using purposive sampling.. For collecting the data, it used quaestioner and check list for the mothers as the respondent. The data analysis in this research used Chi Square test with the rate of the meaning (α) = 0,05. The results of this research shows that the persentase of the case of dearhea of the age 0-24 months is 52,9%. Statistically, the result of the research area, how to make the formula milk become thiner, how to keep the residue of the milk in the bottle and how ti keep the residue of the milk after the milk thiner have no meaning (correlation) with the case of dearhea in baby of the age 0-24 months. On the other hand, the using of the water to make the milk thiner, the way of how to clean the milk bottle, the habbit of cleaning the hands before making the milk thiner and kind of the milk have correlation with the case of dearhea in baby. The conclussion of the research is there is the correlation between the using of the water to make the milk thinner, the way of how to clean the milk bottle, the habbit of claening the hands before making the milk thinner and kind of the milk with the case of dearhea in baby of the age 0-24 months. Keywords : diarhea, formula milk, babies of the age 0-24 months Abstrak merupakan salah satu penyakit utama pada bayi di Indonesia sampai saat ini dan menempati urutan ke tiga penyebab kematian bayi. Salah satu penyebabnya adalah perilaku ibu dalam pemberian susu formula yang tidak benar. Hal ini disebabkan karena susu formula merupakan media yang baik bagi pertumbuhan bakteri, sehingga kontaminasi mudah terjadi terutama jika perilaku ibu dalam pemberian susu formula yang tidak benar dan dapat menyebabkan diare pada anak. Adanya perilaku ibu yang benar mengenai cara pemberian susu formula merupakan salah satu faktor yang dapat menurunkan angka kejadian diare pada anak akibat minum susu formula. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat survei analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel penelitiannya adalah anak usia 0-24 bulan yang paling muda dalam keluarganya dan diberi susu formula di Wilayah Kerja Puskesmas Balai Agung Sekayu dengan tehnik pengambilan sampel purposive sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dan check list kepada ibu sebagai responden.analisis data menggunakan uji Chi Square dengan tingkat kemaknaan (α) = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase kejadian diare pada anak usia 0-24 bulan yaitu sebesar 52,9%. Secara statistik hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: cara pengenceran susu formula, cara penyimpanan sisa susu di dalam botol dan cara penyimpanan susu setelah pengenceran masing-masing tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian diare pada anak usia 0-24 bulan. Sedangkan penggunaan air untuk mengencerkan susu, cara membersihkan botol susu, kebiasaan cuci tangan sebelum mengencerkan susu dan jenis susu formula masing-masing mempunyai hubungan dengan kejadian diare pada anak. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapatnya hubungan yang bermakna antara penggunaan air untuk mengencerkan susu, cara membersihkan botol susu, kebiasaan cuci tangan sebelum mengencerkan susu dan jenis susu formula dengan kejadian diare pada anak usia 0-24 bulan. Kata kunci : diare, susu formula, anak usia 0-24 bulan.

Pendahuluan ASI adalah makanan terbaik untuk bayi, terutama bayi umur kurang dari enam bulan. Pada umur enam sampai dua belas bulan, ASI masih merupakan makanan utama bayi dan ditambah dengan i Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). Sampai umur dua tahun, pemberian ASI tetap dianjurkan karena masih memberikan manfaat. 1 Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003, diketahui rata-rata bayi di Indonesia hanya menerima ASI eksklusif hanya 1,6 bulan. Begitu juga hasil penelitian Tjekyan (2005) pada beberapa Puskesmas di Palembang menunjukkan bahwa ibu memberikan ASI eksklusif sebesar 16,34%. 2 Berdasarkan SDKI 2002-2003 diketahui bahwa bayi usia kurang dari 4 dan 6 bulan yang telah diberikan susu lain selain ASI masing-masing sebesar 12,8% dan 8,4%. Begitu juga dengan hasil penelitian yang dilakukan Destritania (2007) di Kelurahan 2 Ilir Kecamatan Ilir II Palembang, didapatkan 97% bayi usia kurang dari dua bulan telah mengkonsumsi susu formula. Susu formula merupakan media yang baik bagi pertumbuhan bakteri, sehingga kontaminasi mudah terjadi terutama jika persiapan dan pemberian kurang memperhatikan segi antiseptik. 3 Pemberian susu formula yang tidak baik dapat meningkatkan risiko terjadinya diare pada bayi. 4 Penyakit diare masih menjadi penyebab kematian balita (bayi dibawah lima tahun) terbesar di dunia yaitu nomor dua pada balita dan nomor tiga bagi bayi serta nomor lima bagi semua umur. 5 Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa banyak faktor yang mempengaruhi kejadian diare. Faktor penyebab diare tidak berdiri sendiri akan tetapi saling terkait dan sangat kompleks. Susu formula sebagai salah satu makanan pengganti ASI pada anak yang penggunaannya semakin meningkat. Adanya cara pemberian susu formula yang benar merupakan salah satu faktor yang dapat menurunkan angka kejadian diare pada anak akibat minum susu formula. 6 Kemudian diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Aniqoh (2006) di Puskesmas Sekardangan Kabupaten Sidoarjo, menunjukkan bahwa penggunaan air, cara penyimpanan setelah pengenceran, cara membersihkan botol susu dan kebiasaan mencuci tangan mempunyai hubungan dengan kejadian diare. Sedangkan menurut Moehji (1985), penyebab lain diare pada pemberian susu formula, karena proses penyeduhan yang terlalu kental dan cara penyimpanan susu formula yang salah. 7 Puskesmas Balai Agung Sekayu memiliki tiga wilayah kerja yaitu Kelurahan Balai Agung, Kelurahan Soak Baru dan Kelurahan Serasan Jaya yang penduduknya bersifat heterogen dengan latar pendidikan, pekerjaan dan asal daerah yang berbeda. Selain itu angka kejadian diare bayi kurang dari 1 tahun cukup tinggi pada tahun 2008 di Wilayah Kerja di Puskesmas Balai Agung Sekayu yaitu 25,30% atau 1/4 dari kasus diare semua umur dengan jumlah penderita diare semua umur sebanyak 690 orang dan jumlah penderita diare pada bayi usia kurang dari 1 tahun sebanyak 167 bayi. Faktor penyebab diare tidak berdiri sendiri akan tetapi saling terkait dan sangat kompleks seperti akibat pemberian susu formula yang tidak benar. Oleh karena itu, peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai hubungan antara perilaku ibu dalam pemberian susu formula dengan kejadian diare pada anak usia 0-24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Balai Agung Sekayu tahun 2009. Metodologi Penelitian Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pemberian susu formula dengan kejadian diare pada anak usia 0-24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Balai Agung Sekayu tahun 2009. Desain yang digunakan adalah metode survei analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Variabel yang diukur meliputi penggunaan air untuk mengencerkan susu, cara membersihkan botol susu, kebiasaan cuci tangan sebelum mengencerkan susu, jenis susu formula, cara pengenceran susu formula, cara penyimpanan sisa susu di dalam botol, cara penyimpanan susu setelah pengenceran dan kejadian diare. Populasi penelitian ini adalah seluruh anak usia 0-24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Balai Agung Sekayu berjumlah 660 orang. Sampel diambil secara purposive sampling anak usia 0-24 bulan yang diberi susu formula dan anak usia 0-24 bulan yang paling muda dalam keluarganya berjumlah 87 orang. Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan skunder. Data data primer dilakukan dengan cara wawancara langsung dengan ibu dan observasi terhadap perilaku ibu dalam pemberian susu formula. Sedangkan data sekunder diambil dari studi kepustakaan berupa profil Puskesmas Balai Agung Sekayu. Sedangkan alat pengumpulan data menggunakan kuesioner dan check list. Hasil Penelitian a. Karakteristik Ibu 1). Tingkat Pendidikan Ibu Tabel 1 Distribusi Ibu Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Ibu

Tidak tamat SD 0 0 Tamat SD 9 10.3 Tamat SLTP 11 12.6 Tamat SLTA 39 44.8 Tamat akademi 12 13.8 Tamat perguruan 16 18.4 tinggi.0 2). Status Pekerjaan Ibu Tabel 2 Distribusi Ibu Berdasarkan Status Pekerjaan Status Pekerjaan Ibu Bekerja 37 42.5 Tidak bekerja 50 57.5.0 b. Karakteristik Anak 1). Umur Anak Tabel 3 Distribusi Anak Berdasarkan Umur Umur Anak 0-4 bulan 19 21.8 5-8 bulan 20 23.0 9-11 bulan 9 10.3 12-24 bulan 39 44.8.0 2). Jenis Kelamin Anak Tabel 4 Distribusi Anak Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin % Laki-laki 54 62.1 Perempuan 33 37.9.0 3). Waktu Konsumsi Susu Formula Pertama Kali Tabel 5 Distribusi Anak Berdasarkan Waktu Konsumsi Susu Formula Pertama Kali Waktu Konsumsi Susu Formula Pertama Kali <2 bulan 59 67.8 2-3 bulan 8 9.2 4-5 bulan 8 9,2 > 6 bulan 12 13.8.0 c. Penggunaan Air untuk Mengencerkan susu Tabel 6 Distribusi Ibu Berdasarkan Penggunaan Air Untuk Mengencerkan Susu Penggunaan Air untuk Mengencerkan Susu Memenuhi 46 52,9 Tidak 41 47,1 Dapat dilihat bahwa ibu yang menggunakan air untuk mengencerkan susu yang yaitu sebesar 52,9 sedangkan persentase terkecil dari penggunaan air untuk mengencerkan susu adalah kategori tidak yaitu sebesar 47,1%. Tabel 7 Distribusi Penggunaan Air untuk Mengencerkan Susudengan Penggunaan Air untuk Mengencerkan Susu Memenuhi Tidak 18 28 46 28 13 41 ρ 0.012 d. Membersihkan Botol Susu Tabel 8 Distribusi Ibu Berdasarkan Membersihkan Botol Susu Membersihkan Botol Susu Memenuhi 37 42,5 Tidak 50 57,5

Dapat dilihat bahwa ibu yang cara membersihkan botol susu yang tidak yaitu sebesar 57,5 sedangkan persentase terkecil dari cara membersihkan botol susu adalah kategori yaitu sebesar 42,5%. Tabel 9 Distribusi Membersihkan Botol Susu dengan Membersi hkan Botol Susu Ya Tidak Memenuhi 13 24 37 Tidak 33 17 50 e. Kebiasaan Cuci Tangan sebelum Mengencerkan Susu ρ 0.008 Tabel 10 Distribusi Ibu Berdasarkan Kebiasaan Cuci Tangan Sebelum Mengencerkan Susu Kebiasaan Cuci Tangan sebelum Mengencerkan Susu Memenuhi 36 41,4 Tidak 51 58,6 Dapat dilihat bahwa kebiasaan cuci tangan sebelum mengencerkan susu yang tidak yaitu sebesar 58,6% sedangkan persentase terkecil dari kebiasaan cuci tangan sebelum mengencerkan susu adalah kategori sebesar 41,4%. Tabel 11 Distribusi Kebiasaan Cuci Tangan sebelum Mengencerkan Susu dengan Kebiasaan Cuci Tangan sebelum Mengencer kan Susu ρ 0.016 Memenuhi 13 23 36 Tidak 33 18 51 f. Jenis Susu Formula Tabel 12 Distribusi Anak Berdasarkan Jenis Susu Formula Jenis Susu Formula Susu formula 20 23 awal Susu formula 52 59,8 lanjutan Susu formula 15 17,2 khusus Dapat dilihat bahwa, jenis susu formula yang diberikan sebagian besar adalah susu formula lanjutan sebesar 59,8% dan yang terkecil adalah kategori susu formula khusus dengan persentase sebesar 17,2%. Tabel 13 Distribusi Jenis Susu Formula dengan Jenis Susu Formula Susu formula 6 14 20 awal Susu formula 37 15 52 lanjutan Susu formula 3 12 15 khusus g. Susu Formula ρ 0.000 Tabel 14 Distribusi Ibu Berdasarkan Susu Formula Susu Formula Memenuhi 38 43,7 Tidak 49 56,3

Dapat dilihat bahwa cara mengencerkan susu formula yang tidak sebesar 56,3% sedangkan persentase terkecil dari cara mengencerkan susu formula terbesar adalah kategori tidak yaitu sebesar 43,7% Tabel 15 Distribusi Susu Formula dengan Susu Formula Memenuhi Tidak 17 21 38 29 20 49 ρ 0.181 h. Penyimpanan Sisa Susu di dalam Botol Tabel 16 Distribusi Ibu Berdasarkan Penyimpanan Sisa Susu di dalam Botol Penyimpanan Sisa Susu di dalam Botol Memenuhi 71 81,6 Tidak 16 18,4 Dapat dilihat bahwa perilaku ibu dengan cara menyimpan sisa susu di dalam botol sebagian besar sudah dengan persentase sebesar 81,6% sedangkan untuk perilaku ibu yang tidak sebesar 18,4%. Tabel 17 Distribusi Penyimpanan Sisa Susu di dalam Botol dengan Penyimpanan Sisa Susu di dalam Tid Ya ak ρ botol Memenuhi 38 33 71 Tidak 8 8 16 i. Penyimpanan Susu setelah 1,000 Tabel 18 Distribusi Ibu Berdasarkan Penyimpanan Susu setelah Penyimpanan Susu Susu setelah Memenuhi 82 94,3 Tidak 5 5,7 Dapat dilihat bahwa perilaku ibu dengan cara menyimpan susu setelah pengenceran sebagian besar sudah dengan persentase sebesar 94,3% sedangkan untuk perilaku ibu yang tidak sebesar 5,7%. Tabel 19 Distribusi Penyimpanan Susu setelah dengan Penyimpanan Susu setelah ρ 1,000 Memenuhi 43 39 82 Tidak 3 2 5 j. Tabel 20 Distribusi Anak Berdasarkan 46 52,9 Tidak 41 47,1

Dapat dilihat bahwa kejadian diare pada anak dalam tiga bulan terakhir 52,9% sedangkan persentase terkecil adalah tidak terkena diare sebesar 47,1%. Pembahasan penggunaan air untuk mengencerkan susu dengan kejadian diare yang dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh, Sig (0,012) lebih kecil dari alpha (0,05) berarti ada hubungan yang bermakna antara penggunaan air untuk mengencerkan susu dengan kejadian diare pada anak. Hal ini sesuai dengan penelitian yang Sekardangan Kabupaten Sidoarjo, yang menyatakan bahwa ada hubungan antara penggunaan air dalam pemberian susu formula dengan kejadian diare pada anak. 4 Menurut Suharyono (1985), higiene lingkungan salah satunya air bersih dan dimasak dituntut sebagai peran guna menghindarkan kontaminasi makanan (susu) oleh kuman untuk mencegah terjadinya diare. 8 cara membersihkan botol susu dengan kejadian diare dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh, Sig (0,008) lebih kecil dari alpha (0,05) berarti ada hubungan yang bermakna antara cara membersihkan botol susu dengan kejadian diare pada anak. Hal ini sesuai dengan penelitian yang Sekardangan Kabupaten Sidoarjo, yang menyatakan bahwa ada hubungan antara cara membersihkan botol susu dengan kejadian diare pada anak. 4 Teori Suharyono (1985) juga menyatakan bahwa higiene lingkungan salah satunya kebersihan dot dan botol susu dituntut sebagai peran guna menghindarkan kontaminasi makanan (susu) oleh kuman untuk mencegah terjadinya diare. 8 Begitupun pernyataan Dinkes RI (2005) yang menyatakan bahwa salah satu perilaku masyarakat yang dapat menyebabkan penyebaran kuman penyebab diare dan meningkatnya risiko terjangkit diare yaitu menggunakan botol susu yang memudahkan pencemaran kuman penyebab diare. 9 kebiasaan cuci tangan sebelum mengencerkan susu dengan kejadian diare, dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh, Sig (0,016) lebih kecil dari alpha (0,05) berarti ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan cuci tangan sebelum mengencerkan susu dengan kejadian diare pada anak. Hal ini sesuai dengan penelitian yang Sekardangan Kabupaten Sidoarjo, yang menyatakan bahwa ada hubungan antara cara kebiasaan ibu dalam mencuci tangan sebelum memberi minum bayi dengan kejadian diare pada anak. 4 Begitupun dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Arnita (2008) di wilayah kerja Puskesmas Pembina Palembang membuktikan bahwa kebiasaan mencuci tangan pakai sabun berhubungan dengan kejadian diare pada anak. 10 jenis susu formula dengan kejadian diare dengan menggunakan uji Pearson Chi Square diperoleh, Sig (0,000) lebih kecil dari alpha (0,05) berarti ada hubungan yang bermakna antara jenis susu formula dengan kejadian diare pada anak. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang Sekardangan Kabupaten Sidoarjo, yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara jenis susu formula dengan kejadian diare pada anak. 4 Selain itu, 67,8% anak telah mengkonsumsi susu formula pada usia kurang dari dua bulan. Hal ini dapat menyebabkan diare pada anak karena sistem pencernaan anak yang belum sempurna karena susu formula tidak mengandung enzim perncernaan (Siswono, 2008) cara pengenceran susu formula dengan kejadian diare dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh, Sig (0,181) lebih besar dari alpha (0,05) berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara cara mengencerkan susu formula dengan kejadian diare pada anak. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang Sekardangan Kabupaten Sidoarjo, yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara cara pengenceran susu formula dengan kejadian diare pada anak. 4 Namun ini bertentangan dengan teori Moehji (1985) yang menyatakan bahwa, cara pengenceran dengan penambahan air yang terlalu sedikit pada susu formula akan menjadi terlalu kental dapat menyebabkan diare karena kadar zat gizi, terutama protein akan terlalu tinggi. Bayi mungkin tidak tahan dengan kadar protein tinggi itu sehingga tubuh bayi akan mengadakan reaksi berupa diare. 7 Arisman (2002) juga menyatakan bahwa campuran susu dengan air yang terlalu kental dapat menimbulakan diare hipertonik. 11 cara penyimpanan sisa susu di dalam botol dengan kejadian diare, dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh, Sig (1,000) lebih besar dari alpha (0,05) berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara cara penyimpanan sisa susu di dalam botol dengan kejadian diare pada anak. Hasil penelitian yang didapatkan tidak sesuai dengan pernyataan Baqi (2008) yang menyatakan bahwa, sisa susu di dalam botol akan

terkena bakteri yang berasal dari liur dan mulut anak 11. Jika ada susu yang tersisa di dalam botol maka enzim pada air liur yang mengenai susu akan mencerna pati pada susu, yang akan menyebabkannya berair dan bakteri dari mulut akan berkembang pada susu. 12 Karena sisa susu bayi menjadi tempat yang subur bagi tumbuhnya kuman sehingga membuat bayi terkena diare. 13 cara penyimpanan susu setelah pengenceran dengan kejadian diare, dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh, Sig (1,000) lebih besar dari alpha (0,05) berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara cara penyimpanan susu setelah pengenceran dengan kejadian diare pada anak. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang Sekardangan Kabupaten Sidoarjo, menunjukkan bahwa cara penyimpanan susu setelah pengenceran mempunyai hubungan dengan kejadian diare. 4 Begitupula dengan pernyataan Judarwanto (2008) yang menyatakan bahwa, dalam pemberian susu kepada anak harus meminimalkan waktu antara kontak susu dengan udara kamar hingga saat pemberian. 14 Semakin lama waktu tersebut akan meningkatkan resiko pertumbuhan mikroba dalam susu formula tersebut. Lefrina (2009) juga menyatakan bahwa, bakteri akan aktif lagi bila membiarkan susu berlama-lama di dalam botol sebelum diminum bayi karena kontak yang lama dengan udara ruangan bisa memicu aktifnya bakteri yang dapat menyebabkan diare pada anak. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Balai Agung Sekayu tentang hubungan antara pemberian susu formula dengan kejadian diare pada anak usia 0-24 bulan di wilayah kerja puskesmas balai agung sekayu tahun 2009 dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan hubungan antara penggunaan air untuk mengencerkan susu, cara membersihkan botol susu, kebiasaan cuci tangan sebelum mengencerkan susu dan jenis susu formula dengan kejadian diare pada anak usia 0-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Balai Agung Sekayu tahun 2009. Namun tidak terdapat hubungan antara cara mengencerkan susu formula, cara penyimpanan antara sisa susu di dalam botol dan cara penyimpanan susu setelah pengenceran dengan kejadian diare pada anak usia 0-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Balai Agung Sekayu tahun 2009. Saran 1. Bagi ibu diharapkan dapat meningkatkan perilaku hidup Bersih dan Sehat (PHBS), salah satunya menggunakan air untuk mengencerkan susu yang bersih dan dalam keadaan panas, mencuci tangan sebelum mengencerkan susu dan menjaga kebersihan botol susu serta mengetahui cara pemberian dan persiapan susu formula yang benar untuk anak. 2. Bagi Puskesmas Balai Agung Sekayu hendaknya mengadakan penyuluhan tentang manfaat ASI serta cara pemberian susu formula yang bersih dan benar untuk anak. 3. Bagi tenaga kesehatan dalam memberikan penyuluhan kesehatan diharapkan memberikan informasi yang objektif kepada ibu-ibu yang memberikan susu formula kepada anaknya Kepustakaan 1. UNICEF, WHO dan IDAI. 2005. Rekomendasi tentang Pemberian Makan Bayi Pada Situasi Darurat. Dari: http:www.who.or.id. [23 Mei 2009]. 2.Destriatania, Suci. 2007, Gambaran Pola Konsumsi Susu Formula pada Anak Usia 0-24 Bulan di Kelurahan 2 Ilir Kecamatan Ilir Timur II Palembang Tahun 2007. [Skripsi]. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya. 3. Puspitaningrum, Citra, Yuni Sapto Edhy Rahayu dan Rusana. 2006. Perbedaan antara Bayi yang Diberi ASI Eksklusif Dengan Bayi yang Diberi Susu Formula Di Wilayah Kerja Puskesmas Gandrungmangu I Kabupaten Cilacap Tahun 2006. Dari: http://litbangstikesalirsyad.files.wordpress.com. [11 Mei 2009]. 4. Aniqoh Machwijatul. 2006, Hubungan Antara Pemberian Susu Formula Dengan pada Bayi Umur 0-12 Bulan (Studi di Puskesmas Sekardangan Kabupaten Sidoarjo). Dari:fkm@unair.ac.id [13 Mei 2009]. 5. Amiruddin, Ridwan. 2007, Current Issue Kematian Anak( Penyakit ). Jurnal Epidemiologi Universitas Hasanuddin Makassar, [Online]. Dari http://ridwanamiruddin.wordpress. [23 Mei 2009]. 6. Andreyani, Dian. 2000, Hubungan Pengetahuan, Sikap, Praktik Ibu Mengenai Penyiapan Susu Botol dengan pada Anak Umur 0-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Genuk dan Bangetayu Kota Semarang Tahun 2000, [Skripsi]. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponogoro. 7. Moehji, Sjahmin. 1985, Pemeliharaan Gizi Bayi dan Balita. Bhratara Karya Aksara, Jakarta. 8. Suharyono. 1985, Akut. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

9. Depkes RI. 2005, Status Lingkungan Hidup Indonesia 2005. Dari: www.menlh.go.id [ 30 Juli 2009 10. Arnita, Danda. 2009, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan pada Anak Usia 0-4 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Pembina Palembang Tahun 2008, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya. 11. Baqi, Daniar.N.A. 2008, Tips Mengurangi Resiko Kontaminasi Bakteri pada Susu Formula Bayi. Dari: http:.wordpress.com. [ 7 Juni 2009]. 12. Moore, Mary Courtney. 1997, Buku Pedoman Terapi Diet dan Nutrisi. Hipokrates, Jakarta. 13. Depkes RI. 2007, Pedoman Pemberian Makanan Bayi dan Anak dalam Situasi Darurat. Dari: http:depkes.go.id [ 28 Juli 2009]. 14. Judarwanto, Widodo. 2008, Enterobacter sakazakii, Bakteri Pencemar Susu. RS Bunda Jakarta & Picky Eaters Clinic. Dari: http://medicastore.com. [7 juni 2009].