STANDARD OPERATING PROCEDURES DINAS PENDAPATAN KOTA DENPASAR TAHUN 2011

dokumen-dokumen yang mirip
STANDARD OPERATING PROCEDURES ( S O P ) PAJAK HOTEL, PAJAK RESTAURANT, PAJAK HIBURAN, PAJAK AIR TANAH, BPHTB DAN PBB P2 DINAS PENDAPATAN KOTA DENPASAR

- 1 - BUPATI TULUNGAGUNG PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMUNGUTAN PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK PENERANGAN JALAN KABUPATEN PEMALANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENAGIHAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 6 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL KABUPATEN PEMALANG I. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENDAFTARAN OBJEK PAJAK BARU HOTEL.

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 10 TAHUN 2012 SERI B.2 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 7 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA BANDA ACEH,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 07 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG PAJAK RESTORAN

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2012 SERI B.1 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

NO. PERDA NOMOR 2 TAHUN 2011 PERDA NOMOR 17 TAHUN 2016 KET 1. Pasal 1. Tetap

BUPATI TANGERANG, 3. Undang...

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 11 TAHUN 2012 SERI B.3 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG,

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 13 TAHUN 2012 SERI B.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 26 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. III.1.1 Sejarah Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah

BUPATI SIDOARJO PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

JARINGAN DOKUMENTASI DAN INFORMASI (JDI) HUKUM

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 16 TAHUN 2012 SERI B.8

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 37 TAHUN 2003

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2009

BUPATI BULULUKUMBA. PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA Nomor : 3 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 53 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK AIR TANAH

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANDUNG BARAT

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2012 SERI B.6 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 5 TAHUN : 2003 SERI :B PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 5 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK RESTORAN

2. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685);

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK PARKIR

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BAUBAU,

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 19 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR : 2 TAHUN 2002 SERI : A PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK PARKIR

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK PARKIR

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DENPASAR,

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

BUPATI LAMANDAU PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK PENERANGAN JALAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 05 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 8 TAHUN 1998 TENTANG PAJAK PEMANFAATAN AIR BAWAH TANAH DAN AIR PERMUKAAN

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN, ANGSURAN DAN PENUNDAAN PEMBAYARAN PAJAK DAERAH BUPATI PURWAKARTA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 14 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG PAJAK RESTORAN WALIKOTA TASIKMALAYA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK AIR TANAH

PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BAUBAU,

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK PARKIR

KABUPATEN CIANJUR NOMOR : 63 TAHUN : 2002

PEMERINTAH KABUPATEN LANDAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR : 03 TAHUN 2000 SERI : A NOMOR : 2

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 8 TENTANG PAJAK RESTORAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2006 NOMOR 2 SERI B PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PAJAK RESTORAN

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 45 TAHUN : 2004 SERI : B PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 8 TAHUN 2004 TENTANG PAJAK PARKIR

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

LEMBARAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 10 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

L E M B A R A N D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 17 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 17 TAHUN 2009 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR - 2 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA AMBON,

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR : 4 TAHUN 2002 SERI : A PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK RESTORAN

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 3 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PAJAK RESTORAN BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BONE LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 05 TAHUN 2009

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 9 SERI E

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR,

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK HOTEL BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA BANDA ACEH,

DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN

Transkripsi:

STANDARD OPERATING PROCEDURES DINAS PENDAPATAN KOTA DENPASAR TAHUN 2011 Dinas Pendapatan (Dispenda) Kota Denpasar merupakan salah satu Satuan Kerja Pemerintah Kota Denpasar. Salah satu tugas pokok Dispenda Kota Denpasar adalah mengelola pajak-pajak daerah dengan cara-cara tertentu sesuai dengan peraturan dan norma yang berlaku. Agar tugas pengelolaan pajak daerah tersebut dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien maka disusunlah SOP yang akan menjadi pedoman pelaksanaan teknis semua pekerjaan yang terkait dengan proses penetapan, penagihan, pemungutan, dam pencatatan pajak daerah. Pajak daerah yang menjadi tanggung jawab Dispenda Kota Denpasar tahun 2011 adalah pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak air tanah, dan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan. karena pajak hotel, pajak restoran dan pajak hiburan memiliki karakteristik yang sama maka dibuat satu SOP untuk ketiga pajak tersebut. Pajak air tanah (PAT), dan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) masing-masing memerlukan SOP tersendiri. SOP yang disusun mencakup 3 (tiga) SOP yakni: SOP Pajak Hotel, Hiburan dan Restoran; SOP Pajak Air Tanah, dan SOP Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. 1.1 SOP Pajak Hotel, Restoran dan Hiburan 1.1.1 Dasar Hukum 1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049) 2) Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Pajak Restoran. 3) Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 4 Tahun 2010 Tentang Pajak Hiburan. 4) Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Pajak Hotel. 1.1.2 Bagian-bagian terlibat 1) SOP Penerbitan NPWPD a) Kasi Pendataan b) Kabid Pendataan dan Penetapan c) Kepala Dinas Pendapatan Daerah (Kadis) 2) SOP Pembayaran dan Pelaporan dan Penetapan a) Kasir/tempat pembayaran yang ditunjuk b) Kasi Pemeriksaan c) Kasi Penetapan d) Kabid Pendataan dan Penetapan e) Kepala Dinas Pendapatan Daerah (Kadis) 3) SOP Penagihan a) Petugas Pungut Standard Operating Procedures 1

b) Kasir/Bendahara Penerima c) Kasi Penagihan dan Perhitungan d) Kasi Pertimbangan dan Keberatan e) Kasi Pembukuan, Restitusi dan Verifikasi f) Kabid Penagihan g) Kepala Dinas Pendapatan Daerah (Kadis) 1.1.3. Formulir-formulir yang Digunakan 1) Permohonan NPWPD 2) Tanda Terima 3) Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) 4) Surat Pemberitahuan Tagihan Pajak Daerah (SPTPD) 5) Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPD) KB/N/LB 6) Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD) 7) Surat Permohonan Keberatan Pajak 8) Surat Penolakan Keberatan Pajak 9) Surat Keputusan Keberatan Pajak 10) Surat Perjanjian Angsuran 11) Surat Teguran 12) Surat Peringatan 13) Surat Paksa 14) Surat Berita Acara Penyampaian Surat Paksa 15) Surat Perintah Pelaksanaan Penyitaan 16) Surat Berita Acara Pelaksanaan Sita 17) Surat Permintaan Lelang 1.1.4 Deskripsi SOP Pajak Hotel, Restoran dan Hiburan 1) SOP Pendataan dan Penerbitan NPWPD NPWPD adalah nomor pokok wajib pajak daerah yang merupakan nomor identifikasi wajib pajak hotel, restoran, dan hiburan. Format NPWPD: NPWPD terdiri atas dua belas digit angka yang dipisahkan oleh tiga digit titik sebagai berikut: satu digit angka sesuai jenis usaha wajib pajak, titik tujuh digit angka nomor register wajib pajak titik dua digit angka koda kecamatan titik dua digit angka koda desa atau kelurahan. Contoh NPWPD: 3.0001234.01.02 Standard Operating Procedures 2

Prosedur Pemberian NPWPD A. Untuk Wajib Pajak yang mendaftarkan diri (1) Wajib Pajak diminta mengisi dan menandatangani formulir permohonan NPWPD. (2) Seksi pendataan membuat SK Pengukuhan, SK Penunjukan dan Kartu NPWPD wajib pajak kemudian mencatat dalam Buku Induk. (3) SK Pengukuhan, SK Penunjukan dan Kartu NPWPD wajib pajak diajukan kepada Kepala Dinas Pendapatan untuk ditandatangani. (4) Mendistribusikan SK Pengukuhan, SK Penunjukan dan Kartu NPWPD kepada wajib pajak dengan mengisi formulir Tanda Terima. B. Untuk Wajib Pajak yang teridentifikasi oleh Petugas Pendataan (1) Petugas Pendataan memberikan informasi mengenai kewajiban pajak daerah. (2) Wajib Pajak diminta mengisi dan menandatangani formulir permohonan NPWPD. (3) Seksi pendataan membuat SK Pengukuhan, SK Penunjukan dan Kartu NPWPD wajib pajak kemudian mencatat dalam Buku Induk. (4) SK Pengukuhan, SK Penunjukan dan Kartu NPWPD wajib pajak diajukan kepada Kepala Dinas Pendapatan untuk ditandatangani. (5) Mendistribusikan SK Pengukuhan, SK Penunjukan dan Kartu NPWPD kepada wajib pajak dengan mengisi formulir Tanda Terima. C. Untuk Wajib Pajak yang teridentifikasi dari informasi pihak ketiga (1) Petugas Pendataan mendatangi Wajib Pajak ke lokasi usahanya. (2) Petugas Pendataan memberikan informasi mengenai kewajiban pajak daerah. (3) Wajib Pajak diminta mengisi dan menandatangani formulir permohonan NPWPD. (4) Seksi pendataan membuat SK Pengukuhan, SK Penunjukan dan Kartu NPWPD wajib pajak kemudian mencatat dalam Buku Induk. (5) SK Pengukuhan, SK Penunjukan dan Kartu NPWPD wajib pajak diajukan kepada Kepala Dinas Pendapatan untuk ditandatangani. (6) Mendistribusikan SK Pengukuhan, SK Penunjukan dan Kartu NPWPD kepada wajib pajak dengan mengisi formulir Tanda Terima. 2) SOP Pembayaran, Pelaporan dan Penetapan (1) Wajib Pajak menghitung, memperhitungkan, dan menetapkan sendiri pajak yang terutang dengan mengisi SPTPD untuk satu masa pajak. (2) Pajak yang terhutang berdasarkan perhitungan sendiri oleh Wajib Pajak dibayar dengan menggunakan formulir SSPD ke kas daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk. (3) SPTPD dan salinan SSPD disetor/dilaporkan ke Loket Dispenda. Loket penerimaan SPTPD dan SSPD membuat Tanda Terima rangkap 2, lembar 1 diserahkan kepada Penyetor/Wajib Pajak dan lembar 2 di arsip urut nomer. (4) Setiap periode tertentu dilakukan pemeriksaan terhadap wajib pajak, berdasarkan hasil pemeriksaan maka dapat diterbitkan: a. SKPDKB, jika berdasarkan hasil pemeriksaan pajak terhutang tidak atau kurang dibayar. b. SKPDKBT, jika ditemukan data baru/atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terhutang. Standard Operating Procedures 3

c. SKPDN, jika jumlah pajak yang terhutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terhutang dan tidak ada kredit pajak. (5) SKPDKB/SKPDKBT/SKPDN kemudian dikirim ke wajib pajak. (6) Wajib pajak yang menerima SKPDKB bisa mengajukan keberatan apabila tidak setuju terhadap SKPDKB tersebut dengan mengajukan surat keberatan. (7) Berdasarkan hasil verifikasi seksi keberatan akan mengeluarkan surat penolakan atau surat keputusan baru. (8) Berdasarkan hasil tersebut maka wajib pajak melunasi tagihan tersebut dengan mengisi formulir SURAT SETORAN PAJAK DAERAH (SSPD) dan membayar melalui kasir/bendaharawan penerima. 3) SOP Penagihan Terhadap Wajib Pajak yang tidak melakukan pembayaran pajak terhutang maka dilakukan prosedur penagihan sebagai berikut: (1) Setiap pagi Bidang Penagihan meminta sejumlah Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) untuk didistribusikan kepada petugas yang akan melakukan pemungutan PHR dan Hiburan. (2) Petugas pungut diberi Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) dalam jumlah sesuai dengan jumlah WP yang akan ditagih hari itu. Pengambilan tersebut dicatat dalam Buku Ekspedisi Petugas Pungut. Sore harinya, petugas pungut menyerahkan uang hasil pungutan beserta tembusan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) kepada Bidang Penagihan (melalui kepala seksi terkait atau koordinator petugas pungut ) serta mengembalikan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) yang batal dipakai. (3) Bidang Penagihan a. merekap hasil tagihan pajak dan mencocokkannya dengan jumlah yang tertera pada Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD), b. mengarsip tembusan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) dalam arsip masing-masing WP secara urut-tanggal, c. menyerahkan lembar 2 beserta uang hasil penagihan kepada Bendahara Penerima, dan d. menyerahkan lembar 4 kepada Bidang Pembukuan. e. Mengembalikan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) yang tidak atau belum terpakai kepada Bendahara Penerima. (4) Bendahara Penerima a. mencocokkan jumlah uang yang diserahkan oleh Bidang Penagihan dengan jumlah yang tertera pada Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD), b. mencatat Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) secara urut nomor pada Buku Register, c. menyimpan uang hasil penagihan di brankas, d. menyetorkan hasil penagihan ke bank pada keesokan harinya, e. melengkapi isian Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) pada tempat yang disediakan untuk Bendahara Penerima. f. menginput Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) ke dalam SISINFO PHR. Standard Operating Procedures 4

4) SOP Penetapan Denda dan Bunga (1) Tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang paling lama 20 (dua puluh) hari kerja setelah terutang pajak. (2) Apabila wajib pajak tidak membayar sesuai SKPDKB/SKPDKBT maka akan diterbitkan STPD, dan harus dilunasi dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan. (3) Jumlah kekurangan pajak terutang dalam STPD dikenakan sanksi administratif berupa bunga 2% (dua perseratus) setiap bulan untuk paling lama 15 (lima belas) bulan sejak saat terhutangnya pajak. (4) Jumlah kekurangan pajak yang terutang SKPDKB dikenakan sanksi administratif berupa bunga 2% (dua perseratus) setiap bulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak. (5) umlah kekurangan pajak yang terutang SKPDKBT dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 100% (seratus perseratus) dari jumlah kekurangan pajak tersebut. Kenaikan ini tidak dikenakan jika Wajib Pajak melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan. (6) Jika kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, selain pajak terhutang dihitung secara jabatan, juga dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 25% (dua puluh lima perseratus) dari pokok pajak ditambah sanksi administratif berupa bunga 2% (dua perseratus) setiap bulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak. (7) Setiap Wajib Pajak yang tidak menyampaikan SPTPD secara benar dan lengkap kepada Walikota, diancam dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). Standard Operating Procedures 5

1.1.5 Flow Chart Pajak Hotel, Restoran dan Hiburan 1) Flow Chart Pendataan dan Penerbitan NPWPD Gambar 1. Prosedur Pemberian NPWPD Bagi Wajib Pajak CALON WAJIB PAJAK SEKSI PENDATAAN/KABID KADIS MULAI PERMOHONAN NPWPD PERMOHONAN NPWPD N KARTU NPWPD SK PENUNJUKAN SK PENGUKUHAN SK PENUNJUKAN KARTU NPWPD SK PENGUKUHAN KARTU NPWPD SK PENGUKUHAN SK PENUNJUKAN Mencatat ke Buku Induk DITANDA TANGANI TANDA TERIMA DITANDA TANGANI TANDA TERIMA N SELESAI Standard Operating Procedures 6

Standard Operating Procedures 7

1.2 SOP PAJAK AIR TANAH 1.2.1 Dasar Hukum 1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049). 2) Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 6 Tahun 2010 tentang Pajak Air Tanah. 1.2.2 Bagian-bagianTerlibat 1) SOP Penerbitan NPWPD a. Kasi Pendataan b. Kabid Pendataan dan Penetapan c. Kepala Dinas Pendapatan Daerah (Kadis) 2) SOP Pembayaran, Pelaporan, Penetapan, dan Penagihan a. UPTD b. Kasi Pemeriksaan c. Kasi Penetapan d. Kabid Pendataan dan Penetapan e. Petugas Pungut f. Kasi Penagihan dan Perhitungan g. Kasi Pertimbangan dan Keberatan h. Kasi Pembukuan, Restitusi dan Verifikasi i. Kabid Penagihan j. Kepala Dinas Pendapatan Daerah (Kadis) 1.2.3 Formulir-formulir yang Digunakan Formulir-formulir yang digunakan dalam SOP Pajak Air Tanah adalah: 1) Permohonan NPWD 3) Lembar Penetapan Pajak Air Tanah (LP-PAT) 3) Surat Setoran Pajak Daerah-Pajak Air Tanah (SSPD-PAT) 4) Surat pemberitahuan Pajak Daerah (SPTD) 5) Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) LB/KB/N/KBT 6) Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD) 7) Formulir Pendaftaran Wajib Pajak 8) Kartu Pencatatan Stand Meter Air Tanah 10) SKPD- Pajak Air Tanah 11) SSPD- Pajak Air Tanah 12) Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan 13) Berita Acara Pelaksanaan Sita 14) Surat Keputusan Penolakan Keberatan 15) Surat Permohonan Keberatan Pajak 16) Surat Permintaan Pelaksanaan Lelang Barang-Barang Sitaan atas Tunggakan Pajak Standard Operating Procedures 8

17) Formulir Surat Perjanjian Anggaran 18) Berita Acara Penyampaian Surat Paksa 1.2.4 Deskripsi SOP Pajak Air Tanah SOP pendataan dan penerbitan Pajak Air Tanah secara alur sama dengan SOP Pendataan dan penerbitan NPWD PHR. sehingga pada bagian berikut akan dipaparkan SOP pembayaran, pelaporan dan penetapan Pajak Air Tanah dan SOP penagihan pajak air tanah. 1) SOP Pembayaran, Pelaporan dan Penetapan Pajak Air Tanah (1) Petugas pembaca water meter berdasarkan tugasnya mencatat dalam laporan pemakaian air tanah. Berdasarkan data pemakaian air tanah seksi penetapan dan pembukuan membuat SKPD dalam rangkap 7. Sebelum di distribusikan di tandatangani oleh Kabid Pendtaan dan Penetapan. Distribusi SKPD-PAT: - lembar 1 untuk wajib pajak - lembar 2 untuk untuk Bank BPD - lembar 3 untuk bagian keuangan Stda Kota Denpasar - lembar 4 untuk bidang pengaihan seksi pembukuan Dispenda - lembar 5 untuk bidang pendataan dan penetapan Dispenda - lembar 6 untuk bidang Penagihan seksi perhitungan Dispenda - lembar 7 untuk Bendahara Penerima Dispenda (2) Apabila wajib pajak tidak keberatan, maka dilakukan pembayaran ke bendahara penerima atau langsung ke kas daerah Kas daerah/bed. Penerima menerbitkan SSPD dan dicata oleh Sie Penetapan dari Pembukuan selanjutnya dilakukan verifikasi terhadap jumlah setoran yang menjadi kewajiban wajib pajak, apabila nihil, maka disampaikan SKPDN, apabila tidak, maka diterbitkan STPD atas pajak terhutang. (3) Apabila wajib pajak tidak keberatan, maka dilakukan pembayaran ke bendahara penerima atau langsung ke kas daerah daerah/bedahara Penerima dengan lampirkan SSPD-PAT dan dicata oleh Sie Penetapan dari Pembukuan. SSPD-PAT dibuat dalam rangkap 7 dengan distribusi: - lembar 1 untuk wajib pajak - lembar 2 untuk Bank BPD - lembar 3 untuk Bagian Keuangan Setda Kota Denpasar - lembar 4 untuk Bidang Penagihan seksi Pembukuan Dispenda - lembar 5 untuk Bidang Pendataan dan Penetapan Dispenda - lembar 6 untuk Bidang Penagijanseksi Perhitungan Dispenda - Lembar 7 untuk Bendahara Penerima Dispenda Selanjutnya dilakukan verifikasi terhadap jumlah setoran yang menjadi kewajiban wajib pajak, apabila nihil, maka disampaikan SKPDN, apabila tidak, maka diterbitkan STPD atas pajak terhutang (4) Wajib Pajak yang merasa keberatan dapat mengajukan permohonan keberatan UPT, kemudian dokumen dikirimkan kepada Sie Pelayanan & Pengaduan untuk selanjutnya Standard Operating Procedures 9

diadakan verifikasi atas keberatan pajak oleh Sie Penetapan dan Pembukuan. Apabila keberatan diterima akan diterbitkan SKPD baru atas jumlah pajak yang harus disetorkan, apabila keberatan ditolak, maka diterbitkan surat penolakan dan Wajib Pajak harus tetap membayar pajak.. (5) Setiap periode tertentu dilakukan pemeriksaan terhadap wajib pajak, berdasarkan hasil pemeriksaan maka dapat diterbitkan a. SKPDLB, jika berdasarkan hasil pemeriksaan menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak terutang b. SKPDKB, jika ditemukan data baru/atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan jumlah pajak yang terhutang. c. SKPDKBT, jika ditemukan data baru/atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terhutang. d. SKPDN, jika jumlah pajak yang terhutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terhutang dan tidak ada kredit pajak. (6) SKPDLB/SKPDKB/SKPDKBT/SKPDN kemudian dikirim ke wajib pajak. (7) Wajb Pajak mengisi formulir SSPD sesuai berdasarkan SKPDLB/ SKPDKB/SKPDKBT dan menyetorkan/restitusinya ke kas daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk. 2) SOP Penagihan Pajak Air Tanah Terhadap Wajib Pajak yang tidak melakukan pembayaran pajak terhutang maka dilakukan prosedur penagihan sebagai berikut: (1) Bidang Penagihan meminta sejumlah SSPD-PAT untuk didistribusikan kepada petugas yang akan melakukan pemungutan Pajak Air Tanah. (2) Petugas pungut diberi SSPD-PAT dalam jumlah sesuai dengan jumlah WP yang akan ditagih hari itu. Pengambilan tersebut dicatat dalam Buku Ekspedisi Petugas Pungut. Sore harinya, petugas pungut menyerahkan uang hasil pungutan beserta tembusan SSPD-PAT kepada Bidang Penagihan (melalui kepala seksi terkait atau koordinator petugas pungut ) serta mengembalikan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) yang batal dipakai. (3) Bidang Penagihan a. merekap hasil tagihan pajak dan mencocokkannya dengan jumlah yang tertera pada SSPD- PAT, b. mengarsip tembusan SSPD-PAT dalam arsip masing-masing WP secara urut-tanggal, c. menyerahkan lembar 2 beserta uang hasil penagihan kepada Bendahara Penerima, dan menyerahkan lembar 4 kepada Bidang Pembukuan. d. Mengembalikan SSPD-PAT yang tidak atau belum terpakai kepada Bendahara Penerima. (4) Bendahara Penerima a. mencocokkan jumlah uang yang diserahkan oleh Bidang Penagihan dengan jumlah yang tertera pada SSPD-PAT, b. mencatat SSPD-PAT secara urut nomor pada Buku Register, c. menyimpan uang hasil penagihan di brankas, d. menyetorkan hasil penagihan ke bank pada keesokan harinya, Standard Operating Procedures 10

e. melengkapi isian SSPD-PAT pada tempat yang disediakan untuk Bendahara Penerima. f. menginput SSPD-PAT ke dalam SISINFO Pajak Air Tanah. 1.2.5 Flow Chart Pajak Air Tanah 1) Flow Chart Pendataan dan Penerbitan NPWD Pajak Air Tanah sama dengan Flow Chart pendataan dan Penerbitan NPWD PHR, sehingga Flow Chart Pendataan dan Penerbitan NPWD Pajak Air Tanah tidak digambarkan pada bagian ini 2) Flow Chart Pajak Air Tanah disajikan pada halaman 12 Standard Operating Procedures 11

Standard Operating Procedures 12

1.3 SOP BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN 1.3.1 Dasar Hukum 1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049). 2) Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 7 Tahun 2010 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan 1.3.2 Bagian-BagianTerlibat 1)) SOP Pembayaran dan Pelaporan dan Penetapan a. UPTD b. Kabid Retribusi dan Penetapan Lain-Lain c. Sekretaris d. Kepala Dinas Pendapatan Daerah (Kadis 1.3.3 Formulir-formulir yang Digunakan Formulir-formulir yang digunakan dalam SOP Bea perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan adalah: 1) Tanda Terima/Legalisir SSPD 2) Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang-Pajak Bumi dan Bangunan (SPPT-PBB) 3) Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD-BPHTB) 4) Formulir Permohonan Penelitian SSPD-BPHTB 5) Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) KB/N/LB 6) Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD) 7) Surat Keputusan Keberatan (SKK) 8) Formulir Surat Tagihan Pajak Daerah 9) SKPD- BPHTB 10) SSPD- BPHTB 11) Formulir Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan 12) Bentuk Formulir Berita Acara Pelaksanaan Sita 13) Bentuk Formulir Surat Keputusan Penolakan Keberatan 14) Bentuk Surat Permohonan Keberatan Pajak 15) Bentuk Surat Permintaan Pelaksanaan Lelang Barang-Barang Sitaan atas Tunggakan Pajak 16) Bentuk Formulir Surat Perjanjian Anggaran 17) Bentuk Formulir Berita Acara Penyampaian Surat Paksa 1.3.4 Deskripsi SOP Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan 1) SOP Pembayaran, Pelaporan dan Penetapan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (1) Wajib pajak menghitung, memperhitungkan dan menetapkan sendiri BPHTB yang terutang berdasarkan SSPD untuk satu masa pajak (sesuai Pasal 13 ayat 1 Perda No.7 Tahun 2010) (2) Wajib Pajak/Kuasa Wajib Pajak membawa berkas SSPD-BPHTB dan dokumen pendukung lainnya ke Dispenda u.p Unit Pelayanan Terpadu Daerah (UPTD) ke bagian penerima berkas. Standard Operating Procedures 13

Bagian penerima berkas melakukan ceklist pada formulir legalisisr SSPD untuk ceklist kelengkapan dokumen pendukung BPHTB, selanjutnya di dibukukan pada buku agenda. (3) Pajak yang terhutang berdasarkan perhitungan sendiri oleh Wajib Pajak dibayar dengan menggunakan formulir SSPD-BPHTB ke kas daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk, namun terlebih dahulu mengisi formulir permohonan penelitian SSPD-BPHTB. Berdasarkan formulir penelitian Petugas Peneliti melakukan pemeriksaan dan penelaahan SSPD-BPHTB dan dokumen pendukung dari wajib pajak, dan apabila telah sesuai data objek pajak, nilai BPHTB yang tercantum dalam SSPD-BPHTB dan dokumen pendukung telah lengkap maka petugas peneliti menandatangani formulir permohonan penelitian. (4) Apabila SSPD-BPHTB dan dokumen pendukungnya dinyatakan lengkap selanjutnya divalidasi oleh Kabid Retribusi/Pendapatan lain-lain. (5) Wajib membayar ke Bendahara Penerima dengan melampiri SSPD-BPHTB ke Loket penerimaan SSPD-BPHTB membuat Tanda Terima rangkap 2, lembar 1 diserahkan kepada Penyetor/Wajib Pajak dan lembar 2 di arsip urut nomer. SSPD-BPHTB dibuat dalam rangkap 6 dengan distribusi: Lembar 1 untuk wajib pajak sebagai bukti pembayaran Lembar 2 untuk Dispenda melalui Bank BPD Cabang Utama Denpasar Lembar 3 untuk Dispenda disampaikan oleh Wajib pajak Lembar 4 untuk Tempat Pembayaran BPHTB Lembar 5 untuk PPAT/Notaris/ka.Kantor Lelang/Pejabat Lelang/Pejabat Pertanahan Lembar 6 Untuk Pembukuan pada Dispenda Kota Denpasar Lembar 1 dan Lembar 5 setelah pembayaran diserahkan ke Wajib Pajak. (6) Berdasarkan hasil pemeriksaan Disependa Kota Denpasar dapat menerbitkan: a. SKPDLB, jika berdasarkan hasil pemeriksaan menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak terutang b. SKPDKB, jika ditemukan data baru/atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan jumlah pajak yang terhutang. c. SKPDKBT, jika ditemukan data baru/atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terhutang. d. SKPDN, jika jumlah pajak yang terhutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terhutang dan tidak ada kredit pajak. (7) SKPDLB/SKPDKB/SKPDKBT/SKPDN kemudian dikirim ke wajib pajak. (8) Wajib Pajak mengisi formulir SSPD-BPHTB berdasarkan SKPDLB/ SKPDKB/SKPDKBT dan menyetorkan/restitusinya ke kas daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk. Selanjutnya distribusi SSPD-BPHTB sesuai dengan prosedur (5) (9) Apabila jumlah pajak yang terutang dalam SKPDKB/SKPDKBT terlambat dibayar paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak maka akan diterbitkan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD). (10) Bagi Wajib Pajak penerima Waris/Hibah Wasiat yang keberatan atas pajak terutang/stpd BPHTB dapat mengajukan Permohonan Keringanan dan Pengurangan BPHTB. (11) Apabila dalam pemeriksaan ditemukan, maka Bidang Pendataan dan Penetapan dapat menerbitkan SKPD Standard Operating Procedures 14

2) SOP Penagihan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangungan Terhadap Wajib Pajak yang tidak melakukan pembayaran pajak terhutang maka dilakukan prosedur penagihan sebagai berikut: (1) Bidang Penagihan meminta sejumlah SSPD-BPHTB untuk didistribusikan kepada petugas yang akan melakukan pemungutan BPHTB. (2) Petugas pungut diberi SSPD-BPHTB dalam jumlah sesuai dengan jumlah WP yang akan ditagih hari itu. Pengambilan tersebut dicatat dalam Buku Ekspedisi Petugas Pungut. Sore harinya, petugas pungut menyerahkan uang hasil pungutan beserta tembusan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) kepada Bidang Penagihan (melalui kepala seksi terkait atau koordinator petugas pungut ) serta mengembalikan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) yang batal dipakai. (3) Bidang Penagihan a. merekap hasil tagihan pajak dan mencocokkannya dengan jumlah yang tertera pada Surat Setoran Pajak Daerah SSPD-BPHTB, b. mengarsip tembusan SSPD-BPHTB dalam arsip masing-masing WP secara urut-tanggal, c. menyerahkan lembar 2 beserta uang hasil penagihan kepada Bendahara Penerima, dan menyerahkan lembar 4 kepada Bidang Pembukuan. d. Mengembalikan SSPD-BPHTB yang tidak atau belum terpakai kepada Bendahara Penerima. (4) Bendahara Penerima a. mencocokkan jumlah uang yang diserahkan oleh Bidang Penagihan dengan jumlah yang tertera pada SSPD-BPHTB, b. mencatat SSPD-BPHTB secara urut nomor pada Buku Register, c. menyimpan uang hasil penagihan di brankas, d. menyetorkan hasil penagihan ke bank pada keesokan harinya, e. melengkapi isian SSPD-BPHTB pada tempat yang disediakan untuk Bendahara Penerima. f. menginput SSPDBPHTB ke dalam SISINFO Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan. 1.3.5 Flow Chart SOP Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.Flow Chart Pembayaran, Pelaporan Dan Penetapan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan pada halaman 16 Standard Operating Procedures 15

Standard Operating Procedures 16