IMPLEMENTASI REVALUASI ASET TETAP BERDASARKAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NO. 79 TAHUN 2008 PADA PERUSAHAAN DI INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. administratif dan diharapkan akan digunakan lebih dari satu

PENERAPAN PSAK 16 (REVISI 2007) DAN PMK No. 79 TAHUN 2008 TENTANG ASET TETAP PADA PERUSAHAAN DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Keputusan bisnis sekarang ini sebagian besar dipengaruhi oleh pajak, yang

PENERAPAN PSAK 16 (REVISI 2007) TENTANG ASET TETAP DAN DAMPAKNYA TERHADAP PERPAJAKAN

REVALUASI ASET TETAP PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA

1 Catatan Revaluasi Aktiva Tetap Perusahaan

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP - 519/PJ./2002 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191/PMK.010/2015 TENTANG

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan perlu menyusun dan menyajikan laporan keuangan

PENILAIAN KEMBALI AKTIVA TETAP UNTUK TUJUAN PERPAJAKAN

PENILAIAN KEMBALI AKTIVA TETAP UNTUK TUJUAN PERPAJAKAN Bagi Permohonan yang Diajukan Pada Tahun 2015 dan Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang khususnya bidang ekonomi, seperti krisis yang terjadi pada tahun

analisis perbandingan dan pertimbangan terhadap indikator-indikator

DAMPAK REVALUASI ASET TETAP TERHADAP PAJAK PENGHASILAN YANG TERHUTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 533/KMK.04/2000 TENTANG

Manajemen Pajak. Penilaian Kembali (Revaluasi) Aktiva Tetap

REVALUASI AKTIVA TETAP TERHADAP BEBAN PAJAK DAN PENINGKATAN NILAI ASET PADA PT. WIVERIS HERBATAMA

PENILAIAN KEMBALI AKTIVA TETAP

ANALISA UNTUNG-RUGI MELAKUKAN REVALUASI ASET TETAP DARI ASPEK PAJAK DAN KEUANGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 138 TAHUN 2000 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dari kegiatan operasi. Diperlukan sejumlah modal untuk melakukan kegiatan usaha

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SA:LINAI\T

ANALISIS PERBANDINGAN COST MODEL DENGAN REVALUATION MODEL DALAM PENILAIAN ASET TETAP UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK : SUATU TELAAH LITERATUR ABSTRAK

SPT TAHUNAN PPH BADAN TERKAIT PENYAMPAIAN SURAT PERNYATAAN HARTA (SPH) UNTUK PENGAMPUNAN PAJAK

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENERAPAN AKUNTANSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS JASA IKLAN GUNA MENGHITUNG PAJAK YANG TERUTANG (Studi Kasus Pada PT. Kediri Intermedia Pers)

ANALISIS DAMPAK REVALUASI AKTIVA TETAP TERHADAP PENGHEMATAN PAJAK PADA. PT SEPATU BATA Tbk. SKRIPSI. Program Studi Akuntansi

Akuntansi Pajak Atas Liabilitas (Kewajiban)

menggunakan asumsi bahwa penghitungan jumlah laba rugi

ANALISIS REVALUASI ASET TETAP TERHADAP PENGHEMATAN BEBAN PAJAK PENGHASILAN PADA PT. SURYA SEMESTA INTERNUSA DAN ENTITAS ANAK

ANALISIS KETENTUAN FISKAL TERHADAP LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL UNTUK MENENTUKAN BESARNYA PPh TERHUTANG Studi Kasus pada Yayasan Pendidikan YPKTH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

REVALUASI AKTIVA TETAP

LEBIH JAUH MENGENAI PSAK No. 16 (REVISI 2007) TENTANG ASET TETAP

ANALISIS REVALUASI AKTIVA TETAP PADA PT INDONESIA POWER

ANALISIS PERENCANAAN PAJAK MELALUI METODE PENYUSUTAN DAN REVALUASI ASET TETAP UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PT.GEMBALA SRIWIJAYA

CONTOH PENERAPAN DAN PENGHITUNGAN FASILITAS PAJAK PENGHASILAN

BAB I PENDAHULUAN. aset yang memiliki masa pemakaian yang lama atau lebih dari satu periode dan

Oleh: Novia Ramayanti Fakultas Ekonomi Universitas Islam Kadiri. Kata Kunci : Penyusutan Aset Tetap, Beban Pajak Badan.

AKUNTANSI PERPAJAKAN KELOMPOK : IV APRIDA DEWI DEVI JUNIANTY ( ) TASLIM GOTAMI

PERENCANAAN PAJAK (S1 AK ALIH JENIS)

PELATIHAN PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA USAHA KECIL

DIREKTUR JENDERAL PAJAK

ANALISIS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA CV INDAH UTAMA 171

Dampak Revaluasi Aset Tetap Terhadap Laporan Keuangan Pada PT Waskita Karya (Persero) Tbk. : Bela Septia Ardini NPM :

MANAJEMEN PERPAJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendukung kegiatan operasional agar

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu. kemudian disampaikan kepada pemakai informasi tersebut (Januarti,

PERTEMUAN 13: PPh Pasal 25 (Umum /Perhitungan)

AKTIVA TETAP DAN IA. KLASIFIKASI AKTIVA TETAP BERWUJUD AKTIVA YANG DAPAT DISUSUTKAN. Contoh: Bangunan, mesin dan peralatan yang lain.

Evi Maria. Progdi Komputerisasi Akuntansi- Fakultas Teknologi fnformasi Universitas Kristen Satya Wacana

AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN

PAJAK PENGHASILAN. Tujuan Instruksional :

AKUNTANSI PROPERTY INVESTASI

BAB II TINJAUAN TEORITIS. merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan bagi negara untuk

Subdirektorat Perjanjian dan Kerjasama Perpajakan Internasional DIREKTORAT PERATURAN PERPAJAKAN II

IMPLEMENTASI TAX PLANNING DALAM UPAYA PENGHEMATAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) BADAN (Studi Pada Koperasi Wanita Serba Usaha Setia Budi Wanita Jawa Timur)

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Bab ini akan menguraikan tentang pengakuan, pengukuran dan penyajian

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

KONSEP DASAR AKUNTANSI PAJAK

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 144/PMK.011/2012 TENTANG

EVALUASI PERENCANAAN PAJAK MELALUI REVALUASI ASET TETAP UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PERUSAHAAN (STUDI KASUS PADA PT. X )

AKUNTANSI PERPAJAKAN DAMPAK TAX AMNESTY TERHADAP PELAPORAN KEUANGAN SESUAI DENGAN PSAK 70

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

1 of 5 21/12/ :18

Berdasarkan data penghasilan karyawan selama setahun pada tabel 4.1 dan tabel

CONTOH PENERAPAN DAN PENGHITUNGAN FASILITAS PAJAK PENGHASILAN

BAB II LANDASAN TEORI

Ruang Lingkup Jasa Konstruksi

BAB II LANDASAN TEORI

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

ANALISIS PERENCANAAN PAJAK MELALUI REVALUASI ASET TETAP PADA KOPERASI UNIT DESA BATU

Modul ke: PERPAJAKAN II BUNGA PINJAMAN. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi.

Yolanda C. Katuuk, Analisis Perencanaan Pajak.

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 144/PMK.011/2012 TENTANG

PEMBUATAN NERACA FISKAL (PSAK No. 46) BERDASARKAN LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL (Studi Kasus Pada PT Razaaqi Selaras Persada Jakarta)

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. perusahaan perlu mendapat perhatian khusus dalam penetapan kebijakan baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

-1- RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DAFTAR PUSTAKA. Anastasia Diana dan Lilis Setiawati Perpajakan Indonesia, Andi, Yogyakarta.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Carl (2015:3), Akuntansi (accounting) dapat diartikan sebagai

Pengertian aset tetap (fixed asset) menurut Reeve (2012:2) adalah :

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan. Umum dann Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2

2017, No tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tenta

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari

dasar hukum Tata cara pelaporan utang swasta luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak

AKUNTANSI KOMERSIAL VS AKUNTANSI PAJAK

SEMINAR KIA III 2016 DAMPAK PENERAPAN IFRS TERHADAP PERPAJAKAN INDONESIA. oleh: Christine Tjen M.Int.Tax 10 Maret 2016

ANALISIS BOOK TAX DIFFERENCES PADA PT. WILMAR CAHAYA INDONESIA Tbk (Studi Kasus pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI)

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem berasal dari bahasa Latin (systẻma) dan bahasa Yunani (sustẻma),

Transkripsi:

1 IMPLEMENTASI REVALUASI ASET TETAP BERDASARKAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NO. 79 TAHUN 2008 PADA PERUSAHAAN DI INDONESIA Putri Nabela Dewi Universitas Negeri Surabaya PutriSnowbella@gmail.com Abstract Regulation of Minister for Finance No. 79, 2008 regulate firms fixed asset revaluation treatment for the purpose of taxation. This paper explain the implementation of fixed asset revaluation based on Regulation of Minister for Finance No. 79, 2008 in Indonesia companies. Based on literature study simulated in case study found that if firms experience losses, firms will better revaluate fixed asset hence will generate tax saving. Fixed asset revaluation perform to present fairer revenue and cost calculated so that true ability and firms value. Keywords: Fixed asset, Asset revaluation, PMK No.79 Th 2008 PENDAHULUAN Aset tetap merupakan salah satu dari beberapa akun perusahaan yang memiliki nilai yang cukup besar dan juga salah satu akun yang sangat penting bagi suatu entitas usaha. Nilai aset tetap perusahaan akan mengalami peningkatan seiring dengan kondisi perekonomian di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu inflasi dan menurunnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. Meningkatnya harga-harga di pasaran menyebabkan nilai dari suatu aset tetap yang dimiliki oleh entitas usaha menjadi tidak wajar. Nilai sekarang suatu aset tetap yang diperoleh beberapa tahun lalu tidak sama dengan harga perolehan aset tersebut yang tercatat pada laporan posisi keuangan. Hal ini bisa

2 terjadi karena akuntansi menganut prinsip harga perolehan (historical cost), di mana nilai suatu aset dicatat sebesar harga perolehannya (Suandy, 2001: 46). Faktor ini mendorong perusahaan untuk melakukan revaluasi pada aset tetapnya agar sesuai dengan nilai yang wajar. Perbedaan nilai buku dengan nilai riil aset perusahaan dapat mengakibatkan kurang serasinya perbandingan antara penghasilan dengan beban, dan nilai buku dengan nilai instrinsik perusahaan. Untuk mengurangi perbedaan tersebut, kepada Wajib Pajak perlu diberikan kesempatan untuk melakukan penilaian kembali aset tetap (Mardiasmo, 2011: 165). Revaluasi aset tetap adalah penilaian kembali aset tetap perusahaan yang diakibatkan adanya kenaikan nilai aset tersebut di pasaran atau karena rendahnya nilai aset tetap dalam laporan keuangan perusahaan yang disebabkan oleh devaluasi ataupun sebab lain. Hal ini mengakibatkan nilai aset tetap dalam laporan keuangan tidak mencerminkan nilai yang wajar. Dapat juga dikatakan revaluasi aset tetap merupakan penilaian kembali aset tetap yang tercatat didalam buku perusahaan dan masih digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan. Tujuan penilaian kembali aset tetap perusahaan dimaksudkan agar perusahaan dapat melakukan perhitungan penghasilan dan biaya lebih wajar sehingga mencerminkan kemampuan dan nilai perusahaan yang sebenarnya (KJPP, 2012). Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 79/PMK.03/2008, revaluasi hanya dapat dilakukan jika mendapat izin dari Menteri Keuangan. Revaluasi harus dilakukan atas seluruh aset tetap berwujud yang terletak atau berada di Indonesia. Penilaian kembali aset tetap bagi perusahan mempunyai fungsi sebagai perhitungan harga pokok yang akan menghasilkan nilai yang mendekati harga

3 pokok yang wajar. Dasar revaluasi adalah nilai sisa buku fiskal. Atas selisih lebih penilaian kembali aset tetap perusahaan di atas nilai sisa buku fiskal semula dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final sebesar 10%. Revaluasi hanya dapat dilakukan lagi setelah lewat 5 tahun sejak revaluasi terakhir. Revaluasi aset tetap dapat digunakan sebagai sarana bagi pemerintah atau Direktorat Jenderal Pajak untuk meningkatkan penerimaan negara yang berasal dari Pajak Penghasilan Badan, sedangkan bagi wajib pajak sendiri penilaian kembali aset dapat dijadikan sebagai sarana untuk melakukan perencanaan perpajakannya dengan tujuan untuk menghemat pembayaran pajak penghasilan badan. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 79/PMK.03/2008 tentang penilaian kembali aset tetap perusahaan untuk tujuan perpajakan menjelaskan antara lain, mengenai persyaratan suatu perusahaan dalam melakukan revaluasi aset tetap. Surat Keputusan menteri keuangan tersebut memuat: pertama, jenis-jenis aset tetap yang dapat direvaluasi. Kedua, dasar penentuan revaluasi aset tetap perusahaan. Ketiga, perlakuan dari selisih lebih dari revaluasi aset tetap. Penilaian aset tetap memberikan keuntungan dan kerugian bagi perusahaan. Salah satu keuntungannya adalah sebagai berikut: 1. Neraca akan menunjukkan posisi kekayaan yang wajar sehingga pemakai laporan keuangan dapat memperoleh informasi yang lebih akurat dan tepat. 2. Selisih lebih penilaian kembali juga akan meningkatkan struktur modal sendiri, yang artinya perbandingan antara pinjaman (debt) dengan modal sendiri (equity) atau DER (peminjaman terhadap ekuitas) membaik.

4 3. Dengan membaiknya DER (peminjaman terhadap ekuitas), perusahaan dapat menarik dana melalui pinjaman dari pihak ketiga maupun emisi saham. Kekurangan dari revaluasi aset tetap adalah naiknya beban penyusutan aset tetap yang dibebankan dalam laba rugi atau dibebankan ke harga pokok produksi. Dengan adanya berbagai kelebihan dan kekurangan yang ditimbulkan oleh revaluasi, pihak manajemen perusahaan harus mempertimbangkan secara baikbaik manfaat dan kerugian yang akan dialami perusahaan di masa sekarang dan masa depan apabila memutuskan untuk melakukan revaluasi aset tetap. Berdasarkan latar belakang tersebut tulisan ini akan membahas terkait: Seperti Apakah pengertian revaluasi aset tetap berdasarkan perpajakan; Bagaimana mekanisme revaluasi aset tetap berdasarkan perpajakannya; Bagaimana implementasi revaluasi aset tetap berdasarkan PMK No. 79 Tahun 2008 pada perusahaan di Indonesia. Revaluasi Aset Tetap Akbar (2009) dalam Waluyo dan Wirawan B. Ilyas (2002: 122) revaluasi aset tetap adalah penilaian kembali aset tetap perusahaan yang diakibatkan adanya kenaikan nilai aset tersebut di pasaran atau karena rendahnya nilai aset tetap dalan laporan keuangan perusahaan yang disebabkan oleh devaluasi atau sebab lain, hal ini mengakibatkan nilai aset tetap dalam laporan keuangan tidak mencerminkan nilai yang wajar. Dapat juga dikatakan revaluasi aset tetap merupakan penilaian kembali aset tetap yang tercatat didalam buku perusahaan dan masih digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan. Tujuan revaluasi adalah agar nilai yang

5 tercantum didalam buku perusahaan atau laporan keuangan perusahaan sesuai dengan nilai wajar yang berlaku pada saat dilakukannya revaluasi. Revaluasi aset tetap dapat digunakan sebagai sarana bagi pemerintah atau Direktorat Jenderal Pajak untuk meningkatkan penerimaan negara yang berasal dari Pajak Penghasilan Badan, sedangkan bagi wajib pajak sendiri penilaian kembali aset dapat dijadikan sebagai sarana untuk melakukan perencanaan perpajakannya dengan tujuan untuk menghemat pembayaran pajak penghasilan badan. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 79/PMK.03/2008 menjelaskan bahwa penilaian kembali aset tetap perusahaan dilakukan terhadap, (a) seluruh aset tetap berwujud, termasuk tanah yang berstatus hak milik atau hak guna bangunan; (b) seluruh aset tetap berwujud tidak termasuk tanah, yang terletak atau berada di Indonesia, dimiliki, dan dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak. Mekanisme Revaluasi Aset Tetap Berdasarkan Perpajakan Dalam peraturan perpajakan Indonesia, revaluasi aset tetap diatur oleh Peraturan Menteri Keuangan nomor 79/PMK.03/2008 tentang Penilaian Kembali Aset Perusahan untuk Tujuan Perpajakan. Berdasarkan UU No.36 Tahun 2008 bahwa Menteri Keuangan mengatur Pasal 19 ayat (1) menetapkan peraturan tentang penilaian kembali aset tetap dan faktor penyesuaian apabila terjadi ketidaksesuaian antara unsur unsur biaya dengan penghasilan karena perkembangan harga.

6 Menurut Mardiasmo (2011: 165) subjek revaluasi yang dapat melakukan dan mengajukan revaluasi aset tetap adalah wajib pajak badan dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang selanjutnya disebut perusahaan, dapat melakukan penilaian kembali aset tetap perusahaan untuk tujuan perpajakan, dengan syarat telah memenuhi semua kewajiban pajaknya sampai dengan masa pajak terakhir sebelum masa pajak dilakukannya penilaian kembali. Wajib pajak badan dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT) tidak termasuk wajib pajak yang memperoleh izin menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa Inggris dan mata uang Dollar Amerika Serikat. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 79 Tahun 2008 tertanggal 23 Mei 2008, Objek revaluasi dari revaluasi aset tetap perusahaan dilakukan terhadap: (a) seluruh aset tetap berwujud, termasuk tanah yang berstatus hak milik atau hak guna bangunan; atau (b) seluruh aset tetap berwujud tidak termasuk tanah, yang terletak atau berada di Indonesia, dimiliki, dan dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak (pasal 3 ayat 1). Penilaian kembali aset tetap perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat dilakukan kembali sebelum lewat jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak penilaian kembali aset tetap perusahaan terakhir yang dilakukan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan ini. Penilaian kembali aset tetap perusahaan harus dilakukan berdasarkan nilai pasar atau nilai wajar aset tetap tersebut yang berlaku pada saat penilaian kembali aset tetap yang ditetapkan oleh perusahaan jasa penilai atau ahli penilai, yang memperoleh izin dari Pemerintah (Mardiasmo, 2011: 166).

7 Menurut Mulyono (2009: 391) dalam hal nilai pasar atau nilai wajar yang ditetapkan oleh perusahaan jasa penilai atau ahli penilai ternyata tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya, Direktur Jenderal Pajak menetapkan kembali nilai pasar atau nilai wajar aset yang bersangkutan. Penilaian kembali aset tetap perusahaan dilakukan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun sejak tanggal laporan perusahaan jasa penilai atau ahli penilai. Selisih lebih penilaian kembali di atas nilai sisa buku fiskal semula setelah dikompensasikan terlebih dahulu dengan sisa kerugian fiskal tahun tahun sebelumnya berdasarkan ketentuan Pasal 6 ayat (2) UU No.36 Tahun 2008 yang berlaku, dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final sebesar 10% (sepuluh persen). Kompensasi kerugian fiskal tetap harus dilakukan terlebih dahulu, meskipun dalam tahun pajak dilakukannya penilaian kembali terhadap Penghasilan Kena Pajak (PKP) dari keuntungan usaha. Apabila kondisi keuangan Wajib Pajak tidak memungkinkan untuk melunasi sekaligus Pajak Penghasilan yang terutang atas selisih lebih revaluasi seperti telah dijelaskan sebelumnya, dapat mengajukan permohonan pembayaran secara angsuran paling lama 12 (dua belas) bulan sesuai ketentuan Pasal 9 ayat (4) Undang Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Pada Pasal 9 ayat (4) dimaksud mengatur masalah kewenangan Direktur Jenderal Pajak dapat memberikan persetujuan untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak termasuk kekurangan pembayaran. Dalam hal besarnya Pajak Penghasilan yang terutang lebih dari Rp 2.000.000.000.000,- (dua triliun rupiah), Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pembayaran secara angsuran lebih dari 1 (satu) tahun hingga paling 5 (lima) tahun kepada Direktur Jenderal Pajak.

8 Sejak bulan dilakukannya revaluasi, dasar penyusutan fiskal aset tetap perusahaan yang telah memperoleh persetujuan penilaian kembali mulai bulan dilakukannya penilaian kembali adalah nilai sisa buku fiskal yang baru. Terhadap penyusutan fiskal aset tetap perusahaan yang tidak memperoleh persetujuan penilaian kembali menggunakan dasar penyusutan fiskal dan sisa manfaat fiskal semula sebelum dilakukannya penilaian kembali (Waluyo, 2012). Revaluasi aset tetap mempunyai manfaat bagi perusahaan, yaitu: 1. Menciptakan performance of balance sheet yang lebih baik, sebagai akibat meningkatnya nilai aset dan modal; 2. Meningkatkan kepercayaan para pemegang saham, karena kenaikan nilai aset dapat dicatat sebagai tambahan nilai saham (saham bonus); 3. Meningkatkan kepercayaan kreditur, sebagai dampak membaiknya beberapa rasio keuangan perusahaan, khususnya yang ditunjukkan oleh debt to assets ratio dan debt to equity ratio. 4. Penghematan pajak yang terjadi sebagai akibat bertambah besarnya nilai penyusutan aset, yang dapat memberikan penghematan pajak sebesar 30 persen dari nilai tambah penyusutan. Sementara keuntungan dari revaluasi aset hanya dikenakan pajak final sebesar 10 persen. Menurut Waluyo (2012: 162) selisih lebih penilaian kembali aset tetap perusahaan di atas nilai sisa buku komersial semula setelah dikurangi dengan pajak penghasilan (perhatikan perhitungan PPh atas selisih penilaian kembali) harus dibukukan dalam neraca komersial pada perkiraan modal dengan nama Selisih Lebih Penilaian Kembali Aset Tetap Perusahaan tanggal.

9 Implementasi Revaluasi Aset Tetap Berdasarkan PMK No. 79 Tahun 2008 Pada Perusahaan di Indonesia Saputra (2006) menyatakan bahwa bagi dunia usaha, pajak merupakan sumber pengeluaran tanpa mereka memperoleh imbalan secara langsung. Sehingga dalam hal membayar pajak biasanya perusahaan berupaya agar pengeluaran pajaknya menjadi sekecil mungkin melalui perencanaan pajak. Tujuannya adalah mengefisiensikan jumlah pajak terhutang melalui penghindaran pajak tanpa harus melanggar undang undang perpajakan, salah satu penerapan perencanaan pajak yang relevan untuk dilakukan dunia usaha saat ini adalah melalui kebijakan akuntansi revaluasi aset tetap yang mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan No.79 Tahun 2008 Tentang Penilaian Kembali Aset Tetap Perusahaan Untuk Tujuan Perpajakan. Pertimbangan adanya perkembangan harga yang mencolok atau adanya perubahan kebijakan di bidang moneter yang dapat menyebabkan kekurang- serasian antara biaya dan penghasilan yang dapat berakibat adanya beban pajak yang kurang wajar, maka perlu pengaturan tentang revaluasi. Kemudian, Menteri Keuangan mengatur UU No.36 Tahun 2008 Pasal 19 ayat (2) mengatur akibat revaluasi yaitu atas selisih lebih aset diakui sebagai penghasilan dan dikenai dengan Peraturan Menteri Keuangan sepanjang tidak melebihi tarif pajak tertinggi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) UU No.36 Tahun 2008. Selisih lebih yang diatur dalam Pasal 19 ayat (2) No.36 Tahun 2008, setelah dikompensasikan terlebih dahulu dengan sisa kerugian fiskal tahun tahun sebelumnya berdasarkan No.36 Tahun 2008 yang berlaku, dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final sebesar 10 persen.

10 Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 79/ PMK.03/ 2008, revaluator ditetapkan oleh perusahaan jasa penilai atau ahli penilai yang memperoleh izin dari pemerintah. Revaluasi hanya dapat dilakukan lagi setelah lewat 5 tahun sejak revaluasi terakhir. Dalam ketentuan perpajakan tidak mengatur rugi penurunan nilai pada saat revaluasi aset. Estimasi rugi penurunan nilai tidak diakui dalam peraturan perpajakan. Menurut Waluyo (2012 : 162) selisih antara nilai pengalihan aset tetap perusahaan dengan nilai sisa buku fiskal pada saat pengalihan merupakan keuntungan atau kerugian berdasarkan ketentuan Undang Undang PPh. Selisih lebih penilaian kembali aset tetap perusahaan di atas nilai sisa buku komersial semula setelah dikurangi dengan pajak penghasilan (perhatikan pengenaan pajaknya) harus dibukukan dalam neraca komersial pada perkiraan modal dengan nama Selisih Lebih Penilaian Kembali Aset Tetap Perusahaan tanggal... Aset tetap perusahaan yang dapat dinilai kembali adalah aset tetap berwujud yang terletak atau berada di Indonesia yang dimiliki dan dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak. Penilaian aset tetap berwujud ini dapat dilakukan paling banyak 1 (satu) kali dalam tahun buku yang sama (Waluyo, 2012: 158). Kompensasi kerugian fiskal tetap harus dilakukan terlebih dahulu, meskipun dalam tahun pajak dilakukannya penilaian kembali terhadap Penghasilan Kena Pajak (PKP) dari keuntungan usaha dan sumber lainnya. Apabila kondisi keuangan Wajib Pajak tidak memungkinkan untuk melunasi sekaligus Pajak Penghasilan yang terutang atas selisih lebih penilaian kembali

11 seperti telah dijelaskan sebelumnya, dapat mengajukan permohonan pembayaran secara angsuran paling lama 12 (dua belas) bulan (Suparno, 2012). Apabila permohonan Wajib Pajak menurut hasil penelitian telah memenuhi persyaratan formal dan material, maka kepala kantor wilayah wajib menerbitkan keputusan persetujuan Direktur Jenderal Pajak paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja setelah tanggal diterimanya permohonan wajib pajak. Jika Direktur Jenderal Pajak belum menerbitkan Keputusan Persetujuan dan Keputusan Penolakan, maka permohonan Wajib Pajak dianggap diterima. Dasar penyusutan fiskal aset tetap perusahaan yang telah memperoleh persetujuan penilaian kembali mulai bulan dilakukannya penilaian kembali adalah nilai sisa buku fiskal yang baru. Terhadap penyusutan fiskal aset tetap perusahaan yang tidak memperoleh persetujuan penilaian kembali menggunakan dasar penyusutan fiskal dan sisa masa manfaat fiskal semula sebelum dilakukannya penilaian kembali. Untuk nilai sisa buku baru aset tetap perusahaan kelompok bangunan dan bukan bangunan yang penyusutannya menggunakan metode garis lurus merupakan nilai perolehan fiskal baru aset tetap perusahaan tersebut pada tanggal penilaian kembali (Waluyo 2012: 160). Selisih penilaian kembali karena revaluasi aset tetap yang disajikan dalam laporan laba rugi, tidaklah lagi dimasukkan dalam perhitungan PPh badan. Hal ini disebabkan karena selisih revaluasi aset tetap seperti yang diatur dalam PMK No.79 tahun 2008 pasal 5 bersifat final atau dikenakan PPh final sebesar 10%. Sesuai dengan karakteristik pajak final yang menyatakan bahwa, (a) penghasilan tersebut tidak termasuk dalam unsur penambah dalam perhitungan pajak akhir tahun; (b) biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan

12 tersebut tidak dapat diperhitungkan dalam pengurang penghasilan bruto; (c) pajak yang dipotong atas penghasilan yang dikenakan pajak final juga tidak dapat dikreditkan dalam perhitungan akhir tahun. Berdasarkan PMK No.79 Tahun 2008 Pasal 4 ayat (1) Penilaian kembali aset tetap perusahaan harus dilakukan berdasarkan nilai pasar atau nilai wajar aset tetap tersebut yang berlaku pada saat penilaian kembali aset tetap yang ditetapkan oleh perusahaan jasa penilai atau ahli penilai, yang memperoleh izin dari Pemerintah. Berdasarkan Pasal 4 ayat (2) dalam hal nilai pasar atau nilai wajar yang ditetapkan oleh perusahaan jasa penilai atau ahli penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ternyata tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya, Direktur Jenderal Pajak menetapkan kembali nilai pasar atau nilai wajar aset yang bersangkutan. Adapun simulasi perhitungan untuk PPh final revaluasi dan penentuan nilai yang harus disajikan dalam neraca berdasarkan nilai wajar atau nilai pasar, sebagai berikut : PT. Raflesia memiliki daftar aset per tanggal 31 Desember 2010 pada tabel 1. Tabel 1.Daftar Aset Perusahaan per Tanggal 31 Desember 2010 Aset Tetap Harga Perolehan Masa Nilai Buku (Rp) Manfaat Kelompok 1 50.000.000 4 12.500.000 Kelompok 2 450.000.000 8 300.000.000 Kelompok 3 800.000.000 16 670.833.333 Kelompok 4 2.000.000.000 20 1.700.000.000 3.300.000.000 2.683.333.333 Sumber: data sekunder yang sudah diolah Pada tahun 2011, perusahaan berniat melakukan revaluasi atas aset tetap yang dimilikinya. Untuk itu perusahaan menggunakan jasa penilai yang diakui

13 untuk menilai aset tetapnya. Dari hasil penilaian diketahui nilai pasar atau nilai wajar dan sisa manfaat aset per tanggal 1 Mei 2011 pada tabel 2, sebagai berikut: Tabel 2. Daftar Nilai Wajar per Tanggal 1 Mei 2011 Aset Tetap Revaluasi Masa Nilai Wajar Kelompok 1 3 15.000.000 Kelompok 2 8 500.000.000 Kelompok 3 14 750.000.000 Kelompok 4 24 2.000.000.000 3.265.000.000 Sumber: data sekunder yang sudah diolah Untuk menghitung PPh final revaluasi dan menentukan nilai yang harus disajikan dalam neraca. Maka, terlebih dulu menentukan nilai sisa buku fiskal pada saat revaluasi, pada tabel 3 sebagai berikut: Tabel 3.Penyusutan Januari-April 2011 (4 bulan) dan Nilai Buku per 1 Mei 2011 Aset Tetap Penyusutan Nilai Buku Fiskal Kelompok 1 4.166.667 8.333.333 Kelompok 2 18.750.000 281.250.000 Kelompok 3 16.666.667 654.166.667 Kelompok 4 33.333.333 1.666.666.667 Sumber: data sekunder yang sudah diolah Neraca: 72.916.667 2.610.416.667 Setelah itu menentukan PPh Final atas revaluasi dan nilai yang disajikan di PPh Final Revaluasi Nilai Wajar 3.265.000.000 Nilai Buku Fiskal ( 2.610.416.667 ) Selisih lebih Fiskal 654.583.333 PPh Final 10% 65.458.333 Selisih lebih Fiskal setelah PPh 589.125.000

14 Jurnal Beban PPh Revaluasi 65.458.333 Kas 65.458.333 Aset Tetap (baru) 3.265.000.000 Akumulasi Penyusutan 100.458.333 Aset Tetap (lama) 3.300.000.000 Beban PPh Revaluasi 65.458.333 Berdasarkan contoh di atas dapat disimpulkan bahwa selisih penilaian kembali karena revaluasi aset tetap yang disajikan dalam laporan laba rugi, tidaklah lagi dimasukkan dalam perhitungan PPh badan. Hal ini disebabkan karena selisih revaluasi aset tetap seperti yang diatur dalam PMK No.79 tahun 2008 pasal 5 bersifat final atau dikenakan PPh final sebesar 10 persen. Berikut ini adalah ilustrasi yang dibuat untuk menerangkan revaluasi aset tetap yang dilakukan perusahaan dimana ada 2 kondisi perusahaan untuk tahun pajak 2010. Kondisi perusahaan mengalami keuntungan dan kerugian sebagai berikut: 1. Total angsuran PPh pasal 25 selama 1 tahun pajak Rp 77.500.000,- dan Penghasilan Kena Pajak laba Rp 450.000.000,-. Dengan asumsi Jika perusahaan melakukan revaluasi atas nilai bangunan yang sudah di depresiasi selama 5 tahun dengan nilai buku Rp 1.000.000.000 menjadi Rpl.500.000.000, maka revaluasi aset tetap tersebut secara perpajakan akan berpengaruh sebagai berikut:

15 a. Jika Perusahaan tidak melakukan revaluasi aset tetap Perhitungan PPh Total Pajak terutang (Tarif 25%) Rp 112.500.000 Angsuran PPh Pasal 25 Rp( 77.500.000) Pajak Kurang Bayar Rp 35.000.000 b. Jika Perusahaan melakukan revaluasi aset tetap PPh Final untuk revaluasi aset tetap Nilai wajar Aset Rp 1.500.000.000 Nilai Buku Aset Rp( 1.000.000.000) Selisih Lebih Rp. 500.000.000 PPh Final (10%) Rp. 50.000.000 PPh badan Total Pajak terutang (Tarif 25%) Rp 112.500.000 Angsuran PPh Pasal 25 Rp ( 77.500.000) Pajak Kurang Bayar Rp. 35.000.000 Penghematan pajak diperoleh dari pembebanan biaya depresiasi hasil dari revaluasi aset tetap, akibat kenaikan nilai aset karena revaluasi maka biaya depresiasi pada tahun setelah revaluasi menjadi lebih tinggi. Hal tersebut menyebabkan laba perusahaan menjadi lebih rendah dan berdampak pada pajak yang rendah juga. Penghematan pajak dinikmati perusahaan pada tahun-tahun setelah dilakukannya revaluasi. Dengan asumsi biaya depresiasi akan lebih tinggi sebesar Rp 100.000.000 tiap tahun selama 5 tahun sesuai dengan sisa umur ekonomis bangunan secara pajak yang ditetapkan 20 tahun Penghematan pajak

16 karena revaluasi sebesar 25% Rp 450.000.000 = Rp 112.500.000. Berdasarkan perhitungan di atas maka secara fiskal diperoleh perhitungan sebagai berikut: PPh Final Karena Revaluasi Rp 50.000.000 PPh Badan tahun 2010 Rp 112.500.000 Total Pajak Akibat Revaluasi Rp 162.500.000 Penghematan Pajak Karena Revaluasi Rp 112.500.000 Kerugian Pajak Karena Revaluasi Rp 50.000.000 2. Total angsuran PPh pasal 25 selama 1 tahun pajak Rp 77.500.000 dan Penghasilan Kena Pajak rugi Rp 450.000.000. Dengan asumsi jika perusahaan melakukan revaluasi atas nilai bangunan yang sudah di depresiasi selama 15 tahun dengan nilai buku Rp 1.000.000.000 menjadi Rp l.500.000.000, maka revaluasi aset tetap tersebut secara perpajakan akan berpengaruh sebagai berikut: a. Jika Perusahaan tidak melakukan revaluasi aset tetap Karena menurut perhitungan fiskal Penghasilan Kena Pajak perusahaan mengalami kerugian sebesar Rp 450.000.000, maka untuk tahun pajak 2010 ini perusahaan akan lebih bayar pajak sebesar Rp 77.500.000 (sebesar angsuran PPh pasal 25 selama 2010) b. Jika Perusahaan melakukan revaluasi aset tetap PPh Final untuk revaluasi aset tetap : Nilai wajar Aset Rp 1.500.000.000 Nilai Buku Aset Rp 1.000.000.000 Selisih Lebih Rp 500.000.000 PPh Final (10%) Rp 50.000.000

17 PPh badan: Karena menurut perhitungan fiskal Penghasilan Kena Pajak perusahaan mengalami kerugian sebesar Rp. 450.000.000, maka untuk tahun pajak 2010 ini perusahaan akan lebih bayar pajak sebesar Rp. 77.500.000 (sebesar angsuran PPh pasal 25 selama tahun pajak 2010). Berdasarkan perhitungan di atas maka secara fiskal diperoleh perhitungan sebagai berikut: PPh Final Karena Revaluasi Rp 50.000.000 PPh Badan Tahun 2010 Rp - Total Pajak Akibat Revaluasi Rp 50.000.000 Penghematan Pajak Karena Revaluasi Rp 112.500.000 Keuntungan Pajak Karena Revaluasi Rp 62.500.000 Berdasarkan contoh perhitungan di atas, dimana pada kondisi 1 perusahaan secara fiskal mengalami laba sebesar Rp 450.000.000 dan pada kondisi 2 dimana secara fiskal perusahaan mengalami kerugian sebesar Rp 450.000.000, jika dilakukan revaluasi atas aset tetap maka akan memperoleh hasil yang berbeda. Pada kondisi 1 dimana secara fiskal perusahaan laba, jika melakukan revaluasi aset tetap justru akan terjadi pemborosan pembayaran pajak sebesar Rp 50.000.000, sedangkan pada kondisi 2 jika melakukan revaluasi aset tetap maka perusahaan akan diuntungkan, karena pajak yang dibayarkan akan lebih hemat Rp 62.500.000 (dikompensasikan selama 5 tahun sesuai dengan sisa umur ekonomis bangunan secara pajak yang selama 20 tahun). Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa jika secara fiskal perusahaan mengalami kerugian, maka sebaiknya perusahaan melakukan revaluasi atas aset tetapnya, karena dalam pembayaran pajak perusahaan akan lebih diuntungkan.

18 Namun demikian, jika secara fiskal perusahaan mengalami laba, maka revaluasi atas aset tetapnya harus dilakukan saja, walaupun dalam pembayaran pajak perusahaan akan mengalami kerugian, akan tetapi pada tahun berikutnya setelah dilakukan revaluasi atas aset perusahaan maka perusahaan akan lebih menghemat pajak. Karena jika perusahaan melakukan revaluasi atas aset tetapnya setiap tahun atau tiga sampai lima tahun lagi, maka perusahaan akan lebih menghemat pajaknya. SIMPULAN Implementasi revaluasi aset tetap yang telah dilakukan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 79/ PMK.03/ 2008 untuk perusahaan berfokus pada seluruh aset tetap berwujud yang terletak atau berada di Indonesia, dimiliki, dan dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak. Revaluator ditetapkan oleh perusahaan jasa penilai atau ahli penilai yang memperoleh izin dari pemerintah. Tujuan revaluasi aset tetap perusahaan dimaksudkan agar perusahaan dapat melakukan perhitungan penghasilan dan biaya lebih wajar sehingga mencerminkan kemampuan dan nilai perusahaan yang sebenarnya. Hasil kajian ini juga menyimpulkan bahwa jika secara fiskal perusahaan mengalarni kerugian, maka sebaiknya perusahaan melakukan revaluasi atas aset tetapnya, karena dalam pembayaran pajak perusahaan akan lebih diuntungkan. Namun demikian, jika secara fiskal perusahaan mengalami laba, maka revaluasi atas aset tetapnya tetap dilakukan saja, walaupun dalam pembayaran pajak perusahaan akan mengalami kerugian, akan tetapi pada tahun berikutnya setelah

19 dilakukan revaluasi atas aset perusahaan maka perusahaan akan lebih menghemat pajak. Karena jika perusahaan melakukan revaluasi atas aset tetapnya setiap tahun atau tiga sampai lima tahun lagi, maka perusahaan akan lebih menghemat pajaknya. DAFTAR PUSTAKA Agus. 2011. Penilaian Kembali (Revaluasi) Aset Tetap. Online: http://agus3p.blogspot.com. (diunduh tanggal 30 Mei 2013). Akbar, Hudan. 2009. Analisis Revaluasi Aset Tetap Terhadap Penghematan Beban Pajak Penghasilan Pada PT. Inka Madiun. Jurnal Akuntansi. Hal: 7 8. Anonim. 2012. Revaluasi Aset Tetap (Penilaian Kembali Aset Tetap). Online: http://kjpp-akr.co.id. (diunduh tanggal 30 Mei 2013). Anonim. 2013. Penilaian kembali aset tetap perusahaan untuk tujuan perpajakan/ revaluasi aset tetap. Online: http://pelayanan-pajak.blogspot.com. (diunduh tanggal 11 Februari 2013). Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak. 2008. Penilaian Kembali Aset Tetap untuk Tujuan Perpajakan. Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 79 tahun 2008 tanggal 23 Mei 2008. Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak. Jakarta. Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak. 2008. Pajak Penghasilan. Undang Undang Perpajakan Nomor 36 Tahun 2008. Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak. Jakarta. Mardiasmo. 2011. Perpajakan. Edisi Kesebelas. Yogyakarta: Andi. Maria, Evi. 2009. Penerapan Psak 16 (Revisi 2007) Dan PMK No. 79 Tahun 2008. Tentang Aset Tetap Pada Perusahaan Di Indonesia. Jurnal Komputerisasi Akuntansi: 79 81. Mulyono, Djoko dan Baruni Wicaksono. 2009. Akuntansi Pajak Lanjutan. Yogyakarta: Andi.

20 Saputra, Ardiantha. 2005. Analisis Perencanaan Pajak Melalui Revaluasi Aset Tetap dan Penghitungan Besarnya Pajak Terhutang Wajib Pajak Badan. Skripsi. Bandung: Universitas Widyatama. Suandy, Erly. 2006. Perencanaan Pajak. Edisi Ketiga. Jakarta: Salemba Empat. Suparno. Revaluasi Aset. Artikel Universitas Mercu Buana 2012. Jakarta. Tampubolon, Friska. 2012. Aset Tetap. Online: http://friskatampubolon93. wordpress.com. (diunduh tanggal 30 Mei 2013). Waluyo. 2012. Akuntansi Pajak. Edisi Keempat. Jakarta: Salemba Empat. Waluyo dan Wirawan B. Ilyas. 2002. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.