LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEKADAU,

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2007 SERI D ===============================================================

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 3 LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI MUSI RAWAS,

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

T E N T A N G LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 82 TAHUN : 2008 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 1 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 4 TAHUN 2008 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR: 4 TAHUN 2008

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 8 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN BUPATI BARITO KUALA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMONGAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2006 NOMOR 18

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2007

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Lembaga Kemasyarakatan.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 7 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG KELURAHAN

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan. Nomor 53. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SAWAHLUNTO PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 5 TAHUN 2010

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 26 TAHUN 2006 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR,

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG

BUPATI SUKAMARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

KEPALA DESA NITA KABUPATEN SIKKA PERATURAN DESA NITA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA NITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 29 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR : 17 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4588);

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2001 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KETAHANAN MASYARAKAT DESA ATAU SEBUTAN LAIN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI BANYUSIN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPPRES 49/2001, PENATAAN LEMBAGA KETAHANAN MASYARAKAT DESA ATAU SEBUTAN LAIN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGGAMUS NOMOR : 06 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN PEKON

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

Transkripsi:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEKADAU, Menimbang : a. bahwa dalam upaya peningkatan pembangunan di desa, perlu adanya peran serta masyarakat dan lembaga kemasyarakatan dalam merencanakan dan menggerakkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan; b. bahwa dalam rangka melaksanakan Pasal 89 Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa dan Pasal 22 Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 2005 tentang Kelurahan untuk melaksanakan sebagaimana yang termuat dalam huruf (a) di atas, perlu dibuat pedoman pembentukan lembaga kemasyarakatan di desa; c. bahwa berdasarkan pertimbangan dimaksud huruf (a) dan (b) di atas, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Lembaga Kemasyarakatan di Desa Dan Kelurahan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Kabupaten Melawi dan Kabupaten Sekadau di Provinsi Kalimantan Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 149 Tahun 2004, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4344); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437); 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara 1

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4483); 6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 Tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 158); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 Tentang Kelurahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 159); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 10. Peraturan Daerah Kabupaten Sekadau Nomor 03 Tahun 2007 Tentang Pemerintah Desa (Lembaran Daerah Tahun 2007 Nomor 03); Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SEKADAU dan BUPATI SEKADAU MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKA- TAN DI DESA DAN KELURAHAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Deerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Sekadau. 2. Kepala Daerah adalah Bupati Sekadau. 3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Daerah. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 5. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai Perangkat Daerah Kabupaten yang dipimpin oleh seorang Camat, dan berada di bawah serta bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah. 6. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan 2

masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam Sistim Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 7. Kelurahan adalah wilayah kerja Lurah sebagai perangkat Daerah dalam wilayah kerja Kecamatan di Kabupaten Sekadau. 8. Pemerintahan Desa adalah kegiatan pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa. 9. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa. 10. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disebut BPD adalah badan yang terdiri atas tokoh-tokoh masyarakat didesa yang berfungsi mengayomi adat-istiadat membuat Peraturan desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat serta malakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemeritahan desa; 11. Lembaga kemasyarakatan atau sebutan lain adalah lembaga yang dibentuk atas prakarsa masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra Kepala Desa dan atau Lurah dalam memberdayakan masyarakat. 12. Swadaya masyarakat adalah kemampuan dari suatu kelompok masyarakat dengan kesadaran dan inisiatif sendiri memberikan partisipasinya untuk memperlancar pelaksanaan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan di desa dan kelurahan. BAB II PEMBENTUKAN Bagian Pertama Maksud dan tujuan Pasal 2 Maksud dan tujuan dibentuknya Lembaga kemasyarakatan adalah dalam rangka membantu Pemerintah Desa dan Kelurahan sebagai mitra kerja pada aspek perencanaan, pelaksanaan dan pengendalaian pembangunan dalam rangka pemberdayaan masyarakat. Bagian Kedua Jenis Lembaga Kemasyarakatan Pasal 3 (1) Di desa dan kelurahan dapat dibentuk lembaga-lembaga kemayarakatan sesuai kebutuhan yang diarahkan untuk memberdayakan masyarakat ; (2) Jenis lembaga kemasyarakatan meliputi : a. Rukun Tetangga, selanjutnya disebut RT; b. Rukun Warga, selanjutnya disebut RW; c. Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga, selanjutnya disebut PKK; d. Karang Taruna; e. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat atau sebutan lain. 3

(3) Lembaga-lembaga kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, sebutan nama-namanya ditetapkan dalam Peraturan Desa dan Peraturan Lurah atas prakarsa masyarakat setempat. Bagian Ketiga Tata Cara Pembentukan RT Pasal 4 (1) Pembentukan RT sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (2) huruf a terjadi karena sebagai akibat dari Pembentukan, Pemekaran dan Penggabungan RT. (2) Syarat Pembentukan RT adalah : a. RT dibentuk berdasarkan aspirasi, kebutuhan dan kemampuan masyarakat setempat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku melalui musyawarah yang disahkan oleh Kepala Desa dan atau Lurah; b. Persyaratan terbentuknya RT untuk Desa terdiri dari sekurangkurangnya 20 Kepala Keluarga dan sebanyak-banyaknya 40 Kepala Keluarga; c. Persyaratan terbentuknya RT untuk Kelurahan terdiri dari sekurangkurangnya 40 Kepala Keluarga dan sebanyak-banyaknya 60 Kepala Keluarga. (3) Pemekaran dapat dilakukan apabila : a. Jumlah Kepala Keluarga melebihi batas maksimal jumlah Kepala Keluarga dalam satu RT; b. Perubahan tata ruang dan wilayah yang berakibat pada perubahan batas RT; c. Pembangunan perumahan penduduk yang berakibat pada perubahan struktur ekonomi dan sosial budaya; d. Dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat dengan tidak melanggar ketentuan jumlah maksimal maupun minimal Kepala Keluarga dalam satu RT. (4) Penggabungan dapat dilakukan apabila : a. Jumlah Kepala Keluarga berkurang di bawah batas minimal jumlah keluarga dalam satu RT; b. Perubahan tata ruang dan wilayah yang berakibat pada perubahan batas RT; c. Dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat dengan tidak melanggar ketentuan jumlah maksimal maupun minimal kepala keluarga dalam satu RT. 4

Bagian Keempat Tata Cara Pembentukan RW Pasal 5 (1) Pembentukan RW sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (2b) terjadi karena sebagai akibat dari Pembentukan, Pemekaran dan penggabungan RW. (2) Syarat Pembentukan RW adalah : a. RW dibentuk berdasarkan aspirasi, kebutuhan dan kemampuan masyarakat setempat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku melalui musyawarah yang ditetapkan oleh kepala desa dan atau lurah disahkan oleh camat; b. Persyaratan terbentuknya RW untuk desa terdiri dari 3 (tiga) RT dan sebanyak-banyak 5 (lima) RT. c. Persyaratan terbentuknya RW untuk kelurahan terdiri dari sedikitnya 4 (empat) RT dan sebanyak-banyaknya 6 (enam) RT. (3) Pemekaran dapat dilakukan apabila : a. Jumlah RT melebihi batas maksimal jumlah RT dalam satu RW; b. Perubahan tata ruang dan wilayah yang berakibat pada perubahan batas RW; c. Pembangunan perumahan penduduk yang berakibat pada perubahan struktur ekonomi masyarakat; d. Dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat dengan tidak melanggar ketentuan jumlah maksimal maupun minimal RT dalam satu RW. (4) Penggabungan dapat dilakukan apabila : a. Jumlah kepala keluarga berkurang di bawah batas minimal jumlah RT dalam satu RW; b. Perubahan tata ruang dan wilayah yang berakibat pada perubahan batas RW; c. Dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat dengan tidak melanggar ketentuan jumlah maksimal maupun minimal RT dalam satu RW. Bagian Kelima PKK, Karang Taruna dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat atau sebutan lain Pasal 6 (1) Lembaga kemasyarakatan lain dapat dibentuk di lingkungan RT dan RW sebagai mitra kerja RT dan RW sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat setempat. (2) Lembaga kemasyarakatan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain: Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga, Karang Taruna, dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat atau sebutan lainnya. 5

(3) Lembaga kemasyarakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada di bawah dan bertanggungjawab serta dikoordinasikan oleh ketua RT dan atau RW. BAB III SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA Bagian Pertama Kedudukan,Tugas, Fungsi dan Kewajiban Pasal 7 (1) Lembaga kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 Peraturan Daerah ini mempunyai kedudukan sebagai mitra Pemerintah Desa dan Kelurahan. (2) Lembaga kemasyarakatan mempunyai tugas untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui : a. menyusun rencana pembangunan secara partisipatif; b. melaksanakan, mengendalikan, memanfaatkan, memelihara dan mengembangkan pembangunan secara partisipatif. c. menggerakkan dan mengembangkan partisipasi, gotong royong dan swadaya masyarakat; d. menumbuhkembangkan kondisi dinamis masyarakat dalam rangka pemberdayaan masyarakat. (3) Lembaga Kemasayarakatan menjalankan fungsi : a. penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat dalam pembangunan; b. penanaman dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan masyarakat dalam kerangka memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia; c. peningkatan kualitas dan percepatan pelayanan pemerintah kepada masyarakat; d. penyusunan rencana, pelaksanaan, pelestarian dan pengembangan hasil-hasil pembangunan secara partisipatif; e. penumbuhkembangan dan penggerak prakarsa, partisipasi, serta swadaya gotong masyarakat; f. pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan keluaga; g. pemberdayaan hak politik masyarakat. (4) Lembaga Kemasayarakatan mempunyai kewajiban: a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; b. menjalin hubungan kemitraan dengan pihak yang terkait; c. mentaati seluruh peraturan perundang-undangan; d. menjaga etika dan norma dalam kehidupan bermasyarakat; dan 6

e. membantu Kepala Desa dan Lurah dalam pelaksanaan kegiatan pemerintahan, pembangunan dan lemasyarakatan. Bagian Kedua Susunan Organisasi dan Pengurus Pasal 8 (1) Pengurus Lembaga Kemasyarakatan dipilih secara musyawarah dari anggota masyarakat yang mempunyai kemauan, kemampuan, dan kepedulian dalam pemberdayaan masyarakat. (2) Susunan dan jumlah Pengurus Lembaga Kemasyarakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan kebutuhan, minimal susunan organisasi yang ada harus memenuhi kriteria di bawah ini : a. Ketua sebagai pimpinan dan penanggung jawab; b. Sekretaris sebagai pembantu pimpinan dan penyelenggara administrasi; c. Bendahara sebagai penyelenggara administrasi keuangan; d. Ketua Bidang sebagai pembantu pimpinan dan pelaksana menurut bidangnya masing-masing. Pasal 9 (1) Pengurus lembaga kemasyarakatan di Desa ditetapkan oleh Kepala Desa setelah mendapat persetujuan dari BPD. (2) Pengurus lembaga kemasyarakatan di Kelurahan ditetapkan oleh Lurah berdasarkan prakarsa masyarakat melalui musyawarah mufakat. (3) Pengaturan lebih lanjut mengenai teknis pembentukan pengurus dan masa bakti pengurus ditetapkan dalam Peraturan Desa dan atau Peraturan Lurah. Bagian Ketiga Tata Kerja Pasal 10 Tata kerja lembaga kemasyarakatan di Desa dengan Kepala Desa dan di Kelurahan dengan Lurah bersifat kemitraan, konsultatif dan koordinatif. Pasal 11 (1) Hubungan kerja antar lembaga kemasyarakatan bersifat koordinatif dan konsultatif. (2) Hubungan kerja lembaga kemasyarakatan dengan pihak ketiga bersifat kemitraan. 7

Pasal 12 (1) Dalam melaksanakan tugasnya para anggota pengurus lembaga kemasyarakatan mengutamakan azas musyawarah untuk mufakat (2) Lembaga kemasyarakatan membantu Kepala Desa dan atau Lurah dalam menyusun rencana pembangunan serta meningkatkan prakarsa dan partisipasi masyarakat untuk melaksanakan pembangunan berdasarkan rencana yang telah ditetapkan. BAB IV SUMBER KEUANGAN Pasal 13 Dana kegiatan lembaga kemasyarakatan dapat bersumber dari : a. Swadaya masyarakat; b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa untuk Lembaga kemasyarakatan di Desa; c. Bantuan dari Anggaran Pemerintah Kelurahan untuk Lembaga kemasyarakatan di Kelurahan; d. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi; e. Bantuan Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten; f. Bantuan lain yang sah dan tidak mengikat. BAB IV KETENTUAN PERALIHAN Pasal 14 Lembaga kemasyarakatan di Desa maupun Kelurahan yang telah tumbuh dan berkembang di masyarakat seperti LKMD dan Tim penggerak PKK atau yang disebut dengan nama lainnya yang sudah ada, pada saat berlakunya ketentuan ini disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Daerah ini. BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 15 Dengan berlakunya peraturan daerah ini maka semua ketentuan yang mengatur dan bertentangan peraturan daerah ini dinyatakan tidak berlaku. Pasal 16 Hal-hal yang belum diatur dalam peraturan daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaanya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan dan atau Keputusan Bupati. 8

Pasal 17 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Sekadau. Ditetapkan di Sekadau pada tanggal 28 Desember 2007 BUPATI SEKADAU ttd SIMON PETRUS Diundangkan di Sekadau pada tanggal 28 Desember 2007 PLH. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SEKADAU ttd KHANDRA ASMARAHADY LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SEKADAU TAHUN 2007 NOMOR 10 Salinan sesuai dengan aslinya Sekretariat Daerah Kabupaten Sekadau Kepala Bagian Pemerintahan dan Hukum SABAS, S.IP 9