I. PENDAHULUAN. Kajian mengenai rasa takut menjadi korban kejahatan (fear of crime) telah

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. tengah-tengah masyarakat telah memberikan dampak negatif bagi

METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksplanatif dengan menggunakan

I. PENDAHULUAN. budaya, masyarakatnyapun memiliki keunikan masing-masing. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

METODE PENELITIAN. hipotesis guna memperkuat atau bahkan menolak teori atau hipotesis hasil

I. PENDAHULUAN. Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan merupakan instansi pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

I. PENDAHULUAN. seluruh masyarakat untuk meningkatkan mutu kehidupannya, sebagaimana yang

melaksanakan kehidupan sehari-hari dan dalam berinterkasi dengan lingkungannya. Wilayah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar tahun 1945 yaitu melindungi segenap

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. A. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Kejahatan Pencurian Kendaraan Bermotor

TUGAS AKHIR. Oleh: WINDRA PAHLEVI L2D

I. PENDAHULUAN. peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh setiap masyarakat agar keseimbangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan atas hukum ( rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan

I. PENDAHULUAN. sehingga banyak teori-teori tentang kejahatan massa yang mengkaitkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana sekarang ini telah menjadi suatu fenomena, dimana hampir setiap hari ada berita

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat tersebut, aturan-aturan tersebut disebut juga normanorma

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini tindak pidana perkosaan merupakan kejahatan yang cukup mendapat

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. kekerasan. Hal ini dapat dilihat dari tabel tentang jumlah kejahatan yang

I. PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan

I. PENDAHULUAN. dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 yang menyatakan sebagai berikut bahwa : Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Presiden, kepolisian negara Republik Indonesia diharapkan memegang teguh nilai-nilai

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah Negara Hukum. Di samping itu Pasal 27 Ayat 1 (1) Undang -

I. PENDAHULUAN. yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa dimasa yang

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

BAB I PENDAHULUAN. lebih menciptakan rasa aman dalam masyarakat. bermotor dipengaruhi oleh faktor-faktor yang satu sama lain memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002, Kepolisian

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan sebagai fenomena sosial yang terjadi di muka bumi ini mungkin

I. PENDAHULUAN. saat ini membutuhkan kendaraan dengan tujuan untuk mempermudah segala akses

I. PENDAHULUAN. Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin

PERANAN INTEROGASI OLEH PENYIDIK TERHADAP TERSANGKA DALAM KASUS TINDAK PIDANA PENCURIAN. (Studi pada Polsekta Medan Baru) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan yang dilakukan oleh geng motor sering terjadi di Kota-Kota Besar

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Fenomena maraknya kriminalitas di era globalisasi. semakin merisaukan segala pihak.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. serasi, selaras dan seimbang. Pembinaan dan perlindungan anak ini tak

I. PENDAHULUAN. Kepolisian dalam mengemban tugasnya sebagai aparat penegak hukum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan

I. PENDAHULUAN. usahanya ia tidak mampu, maka orang cenderung melakukanya dengan jalan

BAB I PENDAHULUAN. positif dari pembangunan tersebut antara lain semakin majunya tingkat

Kriminalitas Sebagai Masalah Sosial

informasi, tetapi setiap pembangunan memiliki dampak negatif dari pembangunan antara lain

I. PENDAHULUAN. merupakan peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh setiap masyarakat agar

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan secara umum sering diartikan dengan pemukulan,

BAB I PENDAHULUAN. Primary needs, Pengalaman-pengalaman tersebut menghasilkan nilai-nilai

Peningkatan Keamanan dan Ketertiban serta Penanggulangan Kriminalitas

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang mengintegrasikan bagian-bagian masyarakat dan hukum

BAB III PERANAN PIHAK POLDA SUMATERA UTARA DALAM MENAGGULANGI PENCURIAN KENDARAAN NERMOTOR YANG DILAKUKAN SECARA TERORGANISIR

BAB I PENDAHULUAN. penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatur bahwa Negara

BAB I PENDAHULUAN. Penyelidikan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari. penyidikan, KUHAP dengan tegas membedakan istilah Penyidik dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kejahatan merupakan suatu fenomena kompleks yang dapat dipahami dari

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada

BAB I PENDAHULUAN. semua kalangan masyartakat. Perkembangan pengguna internet serta adanya

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi, perbaikan sistem publik, melakukan usaha

V. PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai upaya penanggulangan

BAB 1 PENDAHULUAN. (BT), Kabupaten Wonosobo berjarak 120 Km dari Ibu Kota Jawa Tengah

I. PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Sebagai bagian dari sistem transportasi nasional, Lalu. dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) adalah Kepolisian

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, baik di lingkup domestik (rumah tangga) maupun publik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam hubungan antara manusia satu dengan yang lain sering kali

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III PENUTUP. Yogyakarta melakukan upaya sebagai berikut : Pemasangan kamera CCTV di berbagai tempat.

BAB 1 PENDAHULUAN. kejahatan dirasa sudah menjadi aktivitas yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Teknologi informasi saat ini semakin berkembang dan berdampak

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang terdiri dari berbagai suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. nyawa korbannya. Kasus perampasan kendaraan ini diawali dari kota Depok

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. kepentingan itu mengakibatkan pertentangan, dalam hal ini yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia. Kepolisian adalah hak-ihwal berkaitan dengan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. dampak yang buruk terhadap manusia jika semuanya itu tidak ditempatkan tepat

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Kontrol..., Agam, Fakultas Psikologi 2016

BAB I PENDAHULUAN. Era modernisasi saat ini, kejahatan sering melanda disekitar lingkungan

I. PENDAHULUAN. mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali pelanggaran terhadap

I.PENDAHULUAN. Kejahatan merupakan salah satu masalah kehidupan masyarakat

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Tentang Rasa Takut Menjadi Korban Kejahatan (Fear Of Crime) Tindak Kekerasan Seksual

BAB I PENDAHULUAN. Komnas Perlindungan Anak, yaitu Arist Merdeka Sirait dalam wawancara dengan

BAB I PENDAHULUAN. hukum(rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini banyak ditemukan tindak pidana atau kejahatan yang

BAB I PENDAHULUAN. hampir pada setiap masyarakat termasuk Indonesia hal ini terutama disebabkan oleh

I. PENDAHULUAN. kepengurusan dengan dipimpin oleh seorang Kepala Kepolisian Negara Republik

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. masalah pelanggaran norma hukum saja, tetapi juga melanggar norma-norma

I. PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini seringkali terdengar terjadinya tindakan kriminal yang

V. PENUTUP. pembahasan tentang upaya unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BAB I PENDAHULUAN. pidana menjadi sorotan tajam dalam perkembangan dunia hukum.

BAB I PENDAHULUAN. melalui media cetak tetapi juga media kominikasi elektronik. oleh masyarakat untuk mencari dan mengetahui informasi

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kajian mengenai rasa takut menjadi korban kejahatan (fear of crime) telah banyak dilakukan dengan fokus pada beragam jenis kejahatan. Mengenai hal ini Hale dalam (Gadd and Jefferson, 2013), mencoba mengacu pada kehadiran lebih dari 200 laporan dan pencarian online baru-baru ini mencapai 837 entri, sedikit mengejutkan, bahwa dari sekian banyak temuan itu semua merujuk pada ketakutan terhadap kejahatan. Ditton dalam (Gadd and Jefferson, 2013) juga mengungkapkan bahwa kelompok yang paling beresiko mengalami takut menjadi korban kejahatan yaitu kaum perempuan, terutama perempuan tua, dibandingkan dengan laki-laki muda yang menjadi paling sedikit ketakutannya. Perihal mengenai rasa takut Lee dalam (Wynne, 2008) mengungkapkan, bahwa selama empat dekade terakhir rasa takut menjadi korban kejahatan (fear of crime) telah menjadi perhatian yang kian penting bagi para kriminolog, victimolog, pembuat kebijakan, politisi, organisasi politik, media, dan masyarakat umum. Lee menekankan munculnya rasa takut menjadi korban kejahatan (fear of crime) dengan menyatakan bahwa selama ini telah terjadi perkembangan yang luar biasa dari penelitian dan literatur di lapangan. Perkembangan ini juga disorot oleh Crawford (dalam Wynne, 2008) yang

2 menunjukkan bahwa sejak 1970-an kejahatan dan rasa takut menjadi korban kejahatan (fear of crime) telah datang untuk menempati arti baru dalam kehidupan sehari-hari. Garofalo (1981) mengungkapkan, rasa takut menjadi korban kejahatan (fear of crime) sebagai suatu reaksi emosional dengan adanya rasa terancam (bahaya) dan kecemasan, terutama dalam hubungannya dengan bahaya fisik. Lebih jelasnya, Garofalo mengemukakan bahwa fear of crime erat kaitannya dengan adanya perasaan terancam secara fisik yang diperoleh dari lingkungannya. Skogan dalam (Delia, 2009) berpendapat, bahwa aspek lingkungan menjadi pendorongterbentuknya rasa takut menjadi korban kejahatan (fear of crime) yang juga berkaitan erat dengan stabilitas tempat tinggal. Stabilitas tempat tinggal ditandai dengan keberhasilan sistem sosial pada suatu lingkungan dalam menangani segala problema di dalamnya dengan baik, termasuk problema kejahatan. Jika tidak, secara otomatis akan timbul rasa takut menjadi korban kejahatan (fear of crime) pada masyarakat. Timbulnya rasa takut menjadi korban kejahatan menyebabkan seseorang merasa takut kehilangan properti berharga miliknya serta ketakutan akan adanya bahaya yang menimpa dirinya secara fisik. Lingkungan tempat tinggal yang aman merupakan tempat yang banyak diinginkan oleh setiap orang. Apabila lingkungan aman, maka ketika seseorang melaksanakan kegiatan atau aktivitas di luar rumah, mereka tidak merasa terbebani karena khawatir rumahnya akan menjadi target dari

3 seseorang yang tidak bertanggungjawab. Siapapun pasti ingin menikmati rasa aman beraktivitas dengan leluasa sehingga mereka tidak memikirkan kapan akan datang bahaya ataupun kapan mereka harus waspada. Akan tetapi pada kenyataannya rasa aman dapat hilang begitu saja ketika seseorang merasa akan ada bahaya yang menerpa, mendengar, ataupun melihat kejadian kejahatan di lingkungannya. Fenomena kejahatan yang lazim ditemui di tengah masyarakat, adalah kasus pencurian. Bentuk kejahatan pencurian yang mendapat banyak perhatian adalah kasus pencurian yang terjadi di kawasan tempat tinggal atau perumahan. Kawasan tempat tinggal selayaknya menjadi tempat yang aman, termasuk aman dari berbagai gangguan kejahatan. Lingkungan tempat tinggal atau perumahan dibangun dengan pertimbangan keamanan terhadap bahaya, termasuk keamanan terhadap bahaya kriminal, sehingga aktivitas penghuninya dapat terwadahi secara maksimal, seperti bekerja, bersosialisasi, beristirahat, dan berekreasi. Kasus pencurian yang terjadi di lingkungan tempat tinggal umumnya berbentuk pencurian rumah kosong, pencurian kendaraan bermotor, pencurian dengan penipuan, perampokan, dan pembobolan rumah. Pemberitaan mengenai kasus pencurian di Kecamatan Sidomulyo, Kabupaten Lampung Selatan, menarik untuk diamati. Beberapa media internet mencoba mengambarkan kasus pencurian tersebut, diantaranya: Saleh bin Udin (43), warga Dusun Sandaran I, Desa Sukabanjar, Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan, ditangkap anggota Polsek Sidomulyo berikut barang bukti hasil kejahatan di kediamannya sekitar pukul 22.00, Senin 25/8 Saleh yang menjadi target buruan Polisi karena melakukan tindak pidana

4 pencurian sepeda motor (curanmor) dan pencurian dengan pemberatan (curat) (Lampost.co, 11 November 2014). Aparat Polsek Sidomulyo membekuk Jaman Edi Purwanto (31) warga Desa Sidoharjo Kecamatan Way Panji. Pelaku merupakan buronan kasus pencurian yang dilakukan pada 3/7/2011 lalu. Ia melakukan aksinya bersama Yanto, yang lebih dulu ditangkap polisi dan sudah menjalani hukuman dua tahun penjara. Tersangka Jaman Edi Purwanto ditangkap tanpa perlawanan di lapangan ketika sedang bermain bola voli, Minggu 5/10/2014. Tersangka mengaku melarikan diri ke Banjarnegara, Jawa Tengah di rumah istrinya untuk menghilangkan jejak (www.lampungonline.com, 11 November 2014). Banyaknya kejadian kejahatan yang terus ditampilkan di berbagai media membuat kejahatan yang jauh dari tempat tinggal pun menjadi sangat dekat yang menyebabkan kita merasa takut untuk beraktivitas di luar rumah lebih lama. Selain itu informasi yang disajikan di berbagai media, pelaku kerapkali melukai korbannya pada saat melakukan aksi kejahatannya. Data kasus pencurian yang diperoleh dari Kepolisian Sektor (Polsek) Sidomulyo, adalah sebagai berikut: Tabel 1. Jumlah Kasus Pencurian di Wilayah Hukum Polsek Sidomulyo, Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2010-2014 Tahun Jumlah Kasus Pencurian *) 2010 12 2011 15 2012 9 2013 12 2014 **) 13 Sumber: Polsek Sidomulyo, Jumlah Tindak Pidana (PTP) dan Penyelesaian Tindak Pidana (PTP) Tahun 2010-2014 Keterangan: *) Mencakup semua kasus pencurian **) Data sampai dengan bulan September 2014 Tabel 1 menunjukkan, bahwa jumlah kasus pencurian dari tahun ketahun tidak selalu mengalami peningkatan, tetapi juga mengalami penurunan. Berdasarkan catatan Polsek Sidomulyo, jenis tindak pencurian yang

5 dimaksud yaitu pencurian biasa, pencurian dengan pemberatan, dan pencurian dengan kekerasan. Keadaan yang aman dengan lingkungan yang kondusif menunjukkan kriminalitas rendah di wilayah itu. Namun apabila kondisi lingkungan dirasa tidak aman, maka kejadian kejahatan yang terjadi di lingkungan tersebut tinggi. Oleh karena itu, aparat penegak hukum harus bekerja dengan baik agar warga masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut merasa aman dan terlindungi. Sejauh ini upaya yang dilakukan oleh aparat Kepolisian Polsek Sidomulyo adalah dengan selalu mengadakan patroli. Patroli yang dilakukan oleh Kepolisian Polsek Sidomulyo diharapakan menjadi salah satu ujung tombak dari instansi kepolisian yang bergerak di bidang refresif yustisil, yakni penyidikan yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan profesionalnya untuk mengantisipasi segala tipu daya dan kemampuan penjahat yang semakin hari semakin meningkat. Sejalan dengan ini, masyarakat dapat merasa lebih aman dan merasa ada perlindungan dan kepastian hukum bagi dirinya. Sebaliknya, kita juga harus menyadari dan mengakui bahwa masyarakat juga harus turut berperan aktif untuk menciptakan keamanan dan ketentraman di tengah-tengah masyarakat. Masyarakat dapat meminimalisir rasa takut menjadi korban kejahatan (fear of crime) apabila pelaku pencurian tidak berbuat kejahatan dan kerusuhan di sekitar tempat tinggal. Akan tetapi, apabila kejahatan itu tiba-tiba muncul di sekitar tempat tinggal tentunya akan membuat suasana menjadi berubah,

6 sehingga masyarakat bersikap lebih waspada agar terhindar dari tindak kejahatan. Tindak kejahatan yang kerap terjadi di lingkungan tempat tinggal (khususnya pencurian) membuat masyarakat memiliki rasa takut menjadi korban kejahatan (fear of crime) yang menjadikan masyarakat harus memiliki strategi penyesuaian atau mekanisme coping. Mekanisme coping merupakan suatu bentuk pertahanan diri yang dapat mencegah terjadinya kejahatan. Mekanisme coping merupakan strategi yang dipelajari individu untuk meminimalkan kecemasan dalam situasi yang tidak dapat mereka tanggulangi secara efektif. Berdasarkan paparan di atas, maka menarik untuk dilakukan penelitian tentang rasa takut menjadi korban kejahatan (fear of crime) karena dengan adanya tindak kejahatan (khususnya pencurian) yang muncul di tengah masyarakat membuat masyarakat menjadi takut terhadap kejahatan, bahkan apabila kejahatan itu menimpa dirinya ataupun keluarga terdekatnya, akan berakibat trauma bagi korbannya. Akibat selanjutnya adalah masyarakat enggan beraktivitas di luar rumah lebih lama dan meninggalkan rumahnya dalam keadaan kosong, dan menjadikan masyarakat harus memiliki strategi penyesuaian atau mekanisme coping yang dapat meminimalisir terjadinya tindak kejahatan. B. Rumusan Masalah Gambaran latar belakang di atas menunjukkan efek negatif yang ditimbulkan oleh rasa takut menjadi korban kejahatan (fear of crime), khususnya tindak

7 pencurian yang kerap terjadi di lingkungan perumahan atau tempat tinggal. Kejadian tindak pencurian ini kerap terjadi di waktu tertentu, seperti saat musim kemarau, dan menjelang hari besar keagamaan. Selain terjadi dimusim tertentu, kejadian ini juga terjadi pada saat ada kesempatan ketika lingkungan tempat tinggal dirasa sepi oleh si pelaku, maka dengan cepat ia melakukan aksinya. Maraknya kasus pencurian menimbulkan kekhawatiran tersendiri di tengah masyarakat. Rasa takut menjadi korban kejahatan (fear of crime), khususnya tindak pencurian, telah berimplikasi terhadap kehidupan masyarakat. Penelitian ini mencoba mengungkapkan mekanisme coping dalam mengantisipasi kejadian tindak pencurian yang mereka hadapi. Berdasarkan pernyataan di atas pertanyaan penelitian yang diajukan adalah: Apakah ada hubungan antara rasa takut menjadi korban kejahatan (fear of crime) terhadap mekanisme coping terkait kejadian tindak pencurian di Dusun 003 Desa Sidorejo, Kecamatan Sidomulyo, Kabupaten Lampung Selatan? C. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara rasa takut menjadi korban kejahatan (fear of crime) dengan mekanisme coping terkait kejadian tindak pencurian di Dusun 003 Desa Sidorejo, Kecamatan Sidomulyo, Kabupaten Lampung Selatan.

8 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapakan dapat bermanfaat untuk memperluas pengetahuan dan menambah referensi, khususnya tentang hal yang berkaitan dengan rasa takut menjadi korban kejahatan (fear of crime) dengan mekanisme coping terkait kejadian tindak pencurian. 2. Manfaat Praktis Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran yang dapat dipakai oleh pihak yang berkepentingan, khususnya dalam menangani rasa takut menjadi korban kejahatan (fear of crime) terhadap mekanisme coping terkait kejadian tindak pencurian. E. Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan Berisi penjelasan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Pustaka berisi pembahasan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan penelitian ini. BAB III Metode Penelitian Berisi penjelasan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian. Mencakup hal-hal mengenai tipe penelitian, populasi dan sampel, lokasi penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan dan analisis data. BAB IV Gambaran Umum Lokasi Penelitian Berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian serta identitas responden. BAB V Pembahasan

9 Berisi tentang pembahasan atas data hasil penelitian. BAB VI Penutup Berisi tentang kesimpulan dan saran hasil penelitian.