BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga pada pemilihan kata-kata dan kalimat-kalimat yang digunakan,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial diharuskan saling berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. sedang mengalami perubahan menuju era globalisasi. Setiap perubahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Adat istiadat merupakan suatu hal yang sangat melekat dalam kehidupan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis salah satu fungsinya adalah untuk berkomunikasi. Bahasa tulis dapat

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

KESANTUNAN IMPERATIF DALAM PIDATO M. ANIS MATTA: ANALISIS PRAGMATIK SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB 4 KESIMPULAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta temuan kasus yang telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya anak telah mengenal bahasa sebelum dia dilahirkan, karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa pada prinsipnya merupakan alat untuk berkomunikasi dan alat

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Tesis ini membahas tentang pelanggaran maksim-maksim prinsip

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan mengkaji tentang proses penyampaian dan penerimaan. informasi. Melalui bahasa kita dapat menyampaikan pendapat atau

KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF DALAM KOMUNIKASI ANTARA PENJUAL HANDPHONE DENGAN PEMBELI DI MATAHARI SINGOSAREN

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Wujud pragmatik imperatif dipilih sebagai topik kajian penelitian ini karena di dalam kajian dapat

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan seseorang. Oleh

WUJUD KALIMAT IMPERATIF TUTURAN GURU TAMAN KANAK-KANAK KARYA PKK PACONGKANG KABUPATEN SOPPENG

I. PENDAHULUAN. satu potensi mereka yang berkembang ialah kemampuan berbahasanya. Anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya kegiatan, peradaban kebudayaan manusia. Bahasa adalah alat

BAB I PENDAHULUAN. digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ABSTRACT: Kata kunci: kesantunan, tuturan, imperatif. maksim penghargaan, maksim kesederhanaan,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada hakikatnya, manusia adalah makhluk sosial, di dalam dirinya

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. Menurut Kridalaksana

BAB I PENDAHULUAN. dalam pikiran kita. Dengan demikian bahasa yang kita sampaikan harus jelas dan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, 2003:588).

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya. Analisis jenis kalimat, bentuk penanda dan fungsi tindak tutur

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa adalah kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh setiap

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian kesantunan bertutur dialog tokoh dalam film Sang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa menunjukkan cerminan pribadi seseorang. Karakter, watak, atau

I. PENDAHULUAN. Bagian pendahuluan dalam tesis ini terdiri dari, latar belakang yang berisi hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia membutuhkan orang lain untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. interaksi jual-beli. Hal ini dapat ditemukan dalam setiap transaksi jual-beli di

BAB 1 PENDAHULUAN. Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38).

ABSTRAK. Adi Susrawan, I Nyoman Wujud Kesantunan Imperatif dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas XI PSIA.1 SMAN 1 Kubu Karangasem.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa dapat menjalin hubungan yang baik, dan dapat pula

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbahasa adalah aktivitas sosial. Seperti halnya aktivitas-aktivitas sosial yang

BAB II LANDASAN TEORI

WUJUD KESANTUNAN BAHASA INDONESIA DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR DI KELAS

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

BAB I PENDAHULUAN. yaitu bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa lisan dan bahasa tulis salah satu

diperoleh mempunyai dialek masing-masing yang dapat membedakannya

BAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sesuai dengan norma norma dan nilai nilai sosial dan saling

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tiara Ayudia Virgiawati, 2014

KESANTUNAN MENOLAK DALAM INTERAKSI DI KALANGAN MAHASISWA DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. (Chaer, 2010: 22). Sehingga dalam bertutur tentu menggunakan bahasa dalam

ANALISIS PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DAN IMPLIKATUR DALAM KEGIATAN DISKUSI SISWA SMA NEGERI 1 SUMBAWA BESAR. Oleh. Sri Astiani 1) Sri Sugiarto 2)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam penulisan proposal skripsi ini peneliti mengumpulkan data-data dari

BAB I PENDAHULUAN. firmannya Katakanlah: Inilah jalanku (agamaku). Aku dan orang-orang yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat mempermudah kita untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh

PRINSIP KESOPANAN DAN PARAMETER PRAGMATIK CERITA BERSAMBUNG ARA-ARA CENGKAR TANPA PINGGIR DALAM MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2010

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

REALISASI PRINSIP KESOPANAN TUTURAN PENGAMEN PANTURA DAN PENGAMEN PASUNDAN

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kekuasaan. Bahasa-bahasa para politisi tersebut yang. pesan yang disampaikan dapat sampai pada sasaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sarana komunikasi, maka segala yang berkaitan dengan

DAFTAR ISI. BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian... 31

BAB I PENDAHULUAN. sekitar, ilmu pengetahuan dan nilai-nilai moral atau agama. Tidak dapat. kebutuhan manusia satu dengan yang lainnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak diberlakukannya kurikulum 1984 dalam pembelajaran bahasa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. serius, karena terdapat perbedaan yang signifikan dengan bahasa. ibu pembelajar yang didasari oleh berbagai hal.

menafsirkan makna homonim dan homofon, kesalahan dalam menafsirkan makna indiom, kesalahan dalam menafsirkan arti peribahasa, pengembalian stimulus,

BAB I PENDAHULUAN. pada penelitian ini yang bertopik Warna Warni Percintaan dan Gelar Pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. perasaannya melalui tindak bahasa (baik verbal maupun non verbal).

BAB II KAJIAN TEORI. pikiran, gagasan, maksud, perasaan, maupun emosi secara langsung. Menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Austin (dalam Nadar, 2009: 11) pada dasarnya pada saat seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat pertukaran informasi. Namun, kadang-kadang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial manusia memerlukan alat komunikasi antar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

REALISASI KESANTUNAN PRAGMATIK IMPERATIF KUNJANA RAHARDI DALAM RUBRIK SURAT PEMBACA PADA MAJALAHCAHAYAQU

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu ciri individu yang beretika adalah individu tersebut santun berbahasa. Santun berbahasa adalah bagaimana bahasa menunjukkan jarak sosial diantara para penutur dan hubungan peran mereka di dalam suatu masyarakat. Santun berbahasa tak terbatas pada nada suara yang digunakan ketika berbahasa, tetapi juga pada pemilihan kata-kata dan kalimat-kalimat yang digunakan, begitupun dengan penggunaan kalimat imperatif. Kalimat imperatif dalam bahasa Indonesia dapat berkisar antara suruhan yang sangat keras atau kasar sampai dengan permohonan yang sangat halus atau santun. Kalimat imperatif dapat pula berkisar antara suruhan untuk melakukan sesuatu sampai dengan larangan untuk melakukan sesuatu. Kajian tuturan imperatif secara struktural tidak dapat mengungkap masalahmasalah yang berada di luar lingkup struktural satuan lingual tersebut. Kenyataan itu menunjukkan bahwa dalam komunikasi interpersonal sesungguhnya, makna imperatif itu tidak hanya diungkapkan dengan konstruksi imperatif saja melainkan dapat juga diungkapkan dengan konstruksi lainnya. Makna pragmatik imperatif tidak selalu sejalan dengan wujud konstruksinya, melainkan juga ditentukan oleh konteks situasi tutur dimana pertuturan itu sedang berlangsung, baik dalam konteks keluarga maupun dalam konteks pertuturan lainnya. Keluarga adalah lingkungan tempat beberapa orang memiliki hubungan darah dan bersatu. Keluarga didefinisikan sebagai sekumpulan orang yang tinggal

2 dalam satu rumah yang masih mempunyai hubungan kekerabatan atau hubungan darah karena perkawinan, kelahiran, adopsi dan lain sebagainya. Keluarga merupakan unit yang penting sekali dalam masyarakat, sehingga jika keluargakeluarga yang merupakan pondasi masyarakat itu lemah maka masyarakat pun akan ikut menjadi lemah. Dan sebab itu, untuk mewujudkan sebuah keluarga yang kuat, harus dibangun komunikasi yang harmonis dan saling menghormati. Dalam konteks itulah kesantunan berbahasa harus dikedepankan. Kesantunan berbahasa dalam lingkup keluarga dapat diwujudkan pada semua tindak berbahasa termasuk didalamnya kesantunan pada tindak tutur imperatif. Tindak tutur imperatif dapat diwujudkan pada berbagai tindak tutur berbahasa, yakni melalui tindak tutur deklaratif dan tindak tutur interogatif yang disebut tindak imperatif tidak langsung atau non-imperatif. Dalam hal ini Rahardi (2005:134) menjelaskan bahwa makna pragmatik imperatif, kebanyakkan tidak diwujudkan dengan tuturan imperatif melainkan dengan tuturan nonimperatif yaitu melalui tuturan deklaratif dan tuturan interogatif. Dengan demikian secara tidak langsung tuturan-tuturan yang dituturkan secara tidak langsung tersebut, akan menghasilkan suatu kesantunan dalam berbahasa. Sehubungan dengan kesantunan dalam tindak tutur, Leech (dalam Chaer, 2010:56) mengajukan teori kesantunan berdasarkan prinsip kesantunan yang dijabarkannya kedalam enam maksim. Keenam maksim tersebut adalah (1) maksim kebijaksanaan, (2) maksim penerimaan, (3) maksim kemurahan, (4) maksim kerendahan hati, (5) maksim kecocokan, dan (6) maksim kesimpatian. Dan untuk dapat mengukur peringkat kesantunan tersebut, selanjutnya Leech

3 (dalam Chaer, 2010:66) mengemukakan lima skala kesantunan. Kelima skala tersebut adalah (1) skala kerugian dan keuntungan, (2) skala pilihan, (3) skala ketidaklangsungan, (4) skala keotoritasan, dan (5) skala jarak sosial. Dari kelima kriteria skala pengukur peringkat kesantunan tersebut salah satunya yakni skala ketidaklangsungan dalam tuturan dapat digunakan untuk merujuk kepada peringkat langsung atau tidak langsungnya maksud sebuah tuturan. Sama halnya dengan sebuah tuturan imperatif. Semakin tuturan imperatif bersifat langsung, akan dianggap semakin tidak santunlah tuturan itu. Sebaliknya semakin tidak langsung maksud sebuah tuturan imperatif, akan dianggap semakin santunlah tuturan itu. Dengan teori skala ketidaklangsungan, kita akan bisa mengukur peringkat kesantunan tuturan imperatif yang terjadi dalam lingkungan keluarga terpelajar. Rahardi (2005:58) mengatakan bahwa dalam kesantunan berbahasa banyak dimarkahi oleh ketidakjelasan, ketidaklangsungan, kekaburan, dan semacamnya. Orang yang terlibat di dalam pertuturan diharapkan dapat membaca maksud tersembunyi dari si mitra tutur. Dengan perkataan lain, peserta tutur di dalam sebuah pertuturan harus dapat membaca maksud terselubung dari si penutur. Hal yang semacam ini tidak jarang kita temukan pada keuarga yang memiliki tingkat pengetahuan yang lebih tinggi, dan hal itu banyak ditemukan pada keluarga terpelajar. Masyarakat yang hidup dalam keluarga terpelajar selalu menjunjung tinggi nilai etika dan kesopanan. Dalam keluarga yang terpelajar sering ditemukan penggunaan kalimat imperatif tidak langsung dengan bentuk tuturan yang lain,

4 seperti tuturan deklaratif yang mengandung suatu kalimat pernyataan, dan interogatif yang mengandung suatu kalimat yang berbentuk pertanyaan, misalnya dalam tuturan Ma Dumodupo uwito ey, ma oluwo siswa to delomo kalasi tuturan tersebut diungkapakan oleh seorang ibu kepada si bapak yang akan mengajar siswanya di pagi hari. Berdasarkan contoh tersebut tampak jelas peran imperatif tidak langsung, yakni secara tidak langsung si ibu tersebut menggunakan kalimat deklaratif untuk memberitahukan pada si bapak tentang tugasnya dengan meminta kepada si bapak agar mempercepat sarapannya. Selanjutnya bapak berkata: Ma sudah Bo ou nou? Tuturan kedua ini merupakan kalimat interogatif, bapak tersebut bertanya kepada si ibu tentang pakaiannya yang disetrika tadi, secara tidak langsung bapak tersebut menyuruh kepada si ibu untuk mempercepat tugasnya merapikan pakaian suaminya. Tuturan yang digambarkan pada contoh di atas menunjukkan bahwa kajian tuturan imperatif dalam komunikasi interpersonal, sesungguhnya tidak hanya diungkapkan dengan konstruksi imperatif saja melainkan dapat juga diungkapkan dengan konstruksi yang lain, yakni dengan menggunakan konstruksi imperatif tidak lansung berupa tuturan deklaratif dan interogatif. Fenomena kebahasaan ini tentu saja menarik untuk diteliti karena dapat menambah wawasan keilmuan linguistik saat ini. Peneliti memilih analisis kesantunan imperatif dalam berbahasa pada keluarga terpelajar berdasarkan pertimbangan bahwa, ragam bahasa yang tidak santun sering menjadi instrumen komunikasi, baik antara orang tua dengan anak maupun adik dengan kakak. Penelitian terhadap penggunaan bahasa pada keluarga terpelajar merupakan hal

5 yang penting. Ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran terhadap interaksi kebahasaan yang berlangsung pada proses komunikasi dalam keluarga tersebut. Dari pernyataan tersebut dapat ditarik sebuah asumsi bahwa dengan adanya penggunaan bahasa yang santun maka keharmonisan dalam keluarga akan terjaga, tidak bersifat otoriter serta mampu menumbuhkan semangat kekeluargaan yang lebih kuat. Hal ini mengingat bahwa kesantunan berbahasa merupakan salah satu aspek kebahasaan yang dapat meningkatkan kecerdasan emosional penuturnya karena di dalam komunikasi penutur dan petutur tidak hanya dituntut menyampaikan kebenaran, tetapi harus tetap berkomitmen untuk menjaga keharmonisan hubungan. Keharmonisan hubungan penutur dan petutur tetap terjaga apabila masing-masing peserta tutur senantiasa tidak saling mempermalukan. Dengan perkataan lain, baik penutur maupun petutur memiliki kewajiban yang sama untuk menjaga muka.

6 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang dapat diidentifikasi beberapa masalah dalam penelitian ini yaitu: 1. Keluarga terpelajar masyrakat Kab. Gorontalo menggunakan bentuk tuturan imperatif langsung dan tidak langsung 2. Tuturan imperatif langsung dan tidak langsung tersebut digunakan untuk menyatakan suatu makna imperatif. 3. Keluarga terpelajar masyrakat Kab. Gorontalo menggunakan wujud nonimperatif untuk menyampaikan tuturan imperatif. 4. Penggunaan tuturan imperatif oleh keluarga terpelajar di Kab. Gorontalo digunakan melalui tuturan imperatif secara langsung, maupun melalui tuturan imperatif tidak langsung (nonimperatif) yaitu dengan penggunaan tuturan yang berkonstruksi deklaratif dan interogatif. 1.3 Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, masalah dalam penelitian ini dibatasi pada wujud penyampaian tuturan imperatif pada keluarga terpelajar masyarakat Kab. Gorontalo yang secara tidak langsung melalui tuturan deklaratif dan tuturan interogatif. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah wujud kesantunan imperatif yang digunakan oleh keluarga terpelajar masyarakat Kab. Gorontalo melalui tuturan deklaratif?

7 2. Bagaimanakah wujud kesantunan imperatif yang digunakan oleh keluarga terpelajar masyarakat Kab. Gorontalo melalui tuturan interogatif? 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Memperoleh deskripsi wujud kesantunan imperatif yang digunakan oleh keluarga terpelajar masyarakat Kab. Gorontalo melalui tuturan deklaratif 2. Memperoleh deskripsi wujud kesantunan imperatif yang digunakan oleh keluarga terpelajar masyarakat Kab. Gorontalo melalui tuturan interogatif 1.6 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoretis maupun secara praktis. 1. Manfaat Teoretis Hasil penelitian tentang kesantunan imperatif ini diharapkan dapat digunakan sebagai pengembang teori bahasa indonesia, khususnya yang berkaitan dengan kalimat perintah dalam bahasa Indonesia. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan pula dapat membantu pembaca atau mahasiswa yang baru mendalami ilmu bahasa, serta para pengguna bahasa untuk berpandangan kritis dalam mempelajari tentang penggunaan bahasa dan hubungannya dengan strategi dalam penyampaian suatu tuturan yang santun. Sekaligus dapat dijadikan bahan perbandingan dan titik perenungan bagi kehidupan masyarakat.

8 1.7 Defenisi Operasional Defenisi operasional digunakan untuk menghindari salah penafsiran dengan permasalahan yang dibahas. Penjelasan terhadap istilah dalam judul penelitian diperlukan agar tidak terjadi kesalah dalam memahami.. 1. Kesantunan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah sikap berbahasa yang sopan dan santun 2. Kesantunan Imperatif yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah sikap santun yang ditunjukkan oleh penutur dalam menyampaikan suatu maksud untuk memerintah 3. Wujud kesantunan imperatif yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah bentuk dari kalimat perintah secara langsung dan tidak langsung yang dituturkan melalui tuturan deklaratif dan Interogatif. 4. Pragmatik yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah suatu keadaan atau peristiwa (konteks) yang dapat memperjelas dan memberikan gambaran terhadap peristiwa tutur yang terjadi pada saat itu. 5. Strategi kesantunan imperatif dalam penelitian ini merujuk pada maksim kesantunan yang dikemukakan oleh Geoffrey Leech. 6. Keluarga terpelajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah keluarga terpelajar masyarakat Kab. Gorontalo yang menggunakan bahasa keseharian atau bahasa Gorontalo (nonformal)