BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan yang memerlukan dana dalam jumlah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham dan bagi perusahaan yang akan membayar dividen. Para

BAB I PENDAHULUAN. yang melakukan ekspansi usaha. Untuk tujuan tersebut, maka perusahaan. merger, atau menerbitkan saham di pasar modal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian. Telaah pustaka tersebut berasal dari berbagai sumber yaitu text book

BAB I PENDAHULUAN. baik berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari selisih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada investor, yaitu keuntungan berupa dividen dan capital gain. Capital gain

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan dana yang cukup besar, sehubungan dengan hal ini perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibagikan perusahaan dapat berupa tunai (cash dividend) yaitu kepada setiapp

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tujuan akhir dari investor perorangan maupun badan usaha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gitman (2003:570) mengatakan bahwa dividen payout ratio indicates

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, umumnya suatu perusahaan memerlukan dana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Aktvitas investasi yang dilakukan investor dihadapkan pada berbagai macam resiko

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Salah satu kebijakan yang utama untuk memaksimalisasi keuntungan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai sumber dana ekstern pasar modal merupakan suatu pengertian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pajak. Menurut Bastian dan Suhardjono (2006), net profit margin adalah

BAB I PENDAHULUAN. selisih antara harga beli dan harga jual saham, sedangkan yield merupakan cash. biasanya dalam bentuk deviden (Jones, 2002:124).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB II LANDASAN TEORI. Kebijakan dividen (dividend policy) adalah keputusan apakah laba yang diperoleh

umum lebih menyukai dividen daripada capital gain. Berarti pula bahwa terdapat

BAB II. Tinjauan Pustaka. baik dalam bentuk kas maupun saham kepada para pemegang saham suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada para pemegang saham atau equity investor. Dividen merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. investasi (return) dari investasi yang dilakukan. Return yang diperoleh berupa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya investor mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. luar negeri. Sementara itu bagi investor, pasar modal merupakan wahana untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh invesment opportunity

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai harapan akan mendapatkan keuntungan dari modal yang

lokal. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam hubungannya dengan leverage, sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori mengenai kebijakan pembayaran dividen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aliran kas bebas atau lebih sering dikenal dengan free cash flow dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2006) Saham dapat didefenisikan

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan untuk mempertahankan hidup perusahaan semakin beraneka ragam.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat walaupun keadaan ekonomi memburuk. Pekembangan industri

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan,dapat melakukan menahan uang sebagai laba. yang tepat dan memaksimalisasi keuntungan untuk perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. kas kepada para pemegang sahamnya (Grinblatt dan Titman, ). Kebijakan

ANALISIS PENGARUH ROI, CASH RATIO, CURRENT RATIO DAN DER TERHADAP CASH DEVIDEND DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. proporsi dana dan sumber daya yang mereka miliki untuk konsumsi saat ini dan

BAB I PENDAHULUAN. keputusan (corporate action) dengan membagikan dividen atau menahan laba.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang. atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Pesatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu dipertimbangkan perusahaan dalam melakukan kebijaakn

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini, antara lain sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Hubungan agensi terjadi karena adanya suatu perjanjian atau kontrak yang

BAB II VARIABEL YANG MEMPENGARUH DIVIDEND PAYOUT RATIO DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah dengan mengetahui tingkat perkembangan pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. return sebesar-besarnya dengan risiko tertentu. Return. (tingkat pengembalian) tersebut dapat berupa capital gain ataupun dividen,

BAB I PENDAHULUAN. maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen. Perusahaan yang sukses akan memperoleh pendapatan (income).

BAB 1 PENDAHULUAN. pasar modal adalah dengan harapan memperoleh capital gain dan dividen.

BAB I PENDAHULAN. Investasi dapat dilakukan dalam bentuk investasi pada aspek fisik (real asset)

I. PENDAHULUAN. Hal ini mendukung berkembangnya pasar modal di Indonesia, pasar modal

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berbagai investasi, seperti investasi pada proyek, investasi pada perdagangan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Stice, at al, (Pasadena, 2013) Dividen adalah pembagian kepada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam praktiknya laporan keuangan oleh perusahaan dibuat dan disusun sesuai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. lembaga profesi yang berkaitan dengan efek. dividen atau Capital Gain. Dividen merupakan pembagian keuntungan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ang (1997: 24), Price earning ratio merupakan perbandingan antara harga

BAB I PENDAHULUAN. yang jumlahnya relatif lebih banyak. Tetapi jika dipandang dari sisi manajernen,

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu hal yang dapat menunjukkan trend negatif dalam pergerakan saham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan (Darmadji dan Fakhruddin, 2006:111). investasi dalam bentuk saham. Saham (stock atau share) adalah tanda

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan bertujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas

BAB 1 PENDAHULUAN. pertemuan antara pihak yang kelebihan dana (lender) dengan pihak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya perusahaan membutuhkan dana dalam jumlah tertentu

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen

BAB I PENDAHULUAN. sekuritas pada negara tersebut. Pasar modal Indonesia memiliki peran besar

BAB I PENDAHULUAN. memiliki banyak kebutuhan, terutama yang berkaitan dengan dana. Dana

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan sebuah keputusan investasi. Karena hal ini mempunyai dampak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Harga Saham Perusahaan-Perusahaan Otomotif di Bursa Efek Jakarta, hasil

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini perkembangan terasa begitu cepat, salah satunya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.

BAB I PENDAHULUAN. Kepercayaan investor terhadap perusahaan yang sudah go

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. konflik kepentingan antara prinsipal dan agen, kontrak yang tidak lengkap, serta

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebijakan keuangan yang dilakukan oleh perusahaan adalah UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN. berupa capital gain ataupun dividend yield. Capital gain dapat diperoleh jika

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Weston dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar struktur modal berkaitan dengan sumber dana, baik itu sumber internal

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan usaha untuk mencari tambahan dana (berupa

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian mengenai dividend payout ratio atau kebijakan dividen telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Landasan Penelitian Terdahulu Dalam review akan diuraikan secara ringkas hasil penelitian terdahulu yang menghubungkan faktor-faktor yamg mempengaruhi dividen per lembar saham (Dividend per Share). Dengan demikian hasil penelitian ini akan mengacu pada penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Meskipun ruang lingkup penelitian yang hampir sama yaitu pada masalah pembagian dividen, tetapi karena obyek penelitian yang berbeda mengakibatkan beberapa hasil penelitian yang berbeda pula. Berikut ini penelitian terhdahulu yang diuraikan secara singkat: a. Farkhan Widodo (2003) dalam tesisnya yang berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Dividend Per Share (Studi Empiris di Bursa Efek Jakarta) menggunakan 34 perusahaan sebagai sampel dalam periode 1999-2000 dengan variabel independen Current Ratio (CR), Cash Ratio, Debt Total Assets, Earning Per Share (EPS), Cash Flow, Return On Investment (ROI) dan variabel dependen Dividend Per Share (DPS). Penelitian ini menghasilkan bahwa secara bersama-sama semua variabel tersebut tidak berpengaruh terhadap DPS. Sedangkan variabel dominan yang berpengaruh terhadap DPS adalah EPS.

Pendapatnya bahwa perlembar saham (EPS) merupakan total keuntungan diperoleh investor untuk setiap lembar sahamnya. Semakin besar EPS maka pendapatan dividen perlembar saham yang akan diterima oleh para pemegang saham juga semakin besar. b. Yulia dan Sri (2009) dalam penelitiannya tentang pengaruh Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Rentabilitas Ekonomi, Return On Equity (ROE), terhadap Dividend Per Share (DPS) dengan metode purposive sampling menghasilkan sebanyak 27 perusahaan sebagai sampel dengan hasil penelitiannya adalah secara simultan semua variabel berpengaruh terhadap DPS. Dan sedangkan variabel dominan yang berpengaruh terhadap DPS yaitu variabel ROE. Dikatakan dominan bahwa tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan cukup besar selama tiga tahun berturut-tumt sehingga perusahaan dapat membagikan dividen kepada pemegang saham perusahaan. c. Setiawati (2012) melakukan penelitian empiris mengenai pengaruh Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Eanring Per Share (EPS), terhadap Dividend Per Share (DPS) dengan periode pengamatan 2006-2010 dan sampel yang digunakan sebanyak 20 sampel yaitu perusahaan Manufaktur terdaftar di BEI. Penelitian ini menghasilkan bahwa secara simultan semua variabel perngaruh terhadap DPS, untuk variabel dominan yang berpengaruh adalah variabel EPS dikatakan suatu perusahaan yang menjalankan

operasinya tentu mampu menghasilkan tingkat keuntungan bersih atau earning. Earning yang dinyatakan dalam tiap lembarnya disebut Earning Per Share (EPS). Sedangkan dividen akan dibayarkan bila perusahaan memperoleh keuntungan bersih, maka Earning Per Share tentu saja akan mempengaruhi besarnya dividen. Secara ringkas hasil penelitian terdahulu yang menghubungkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap dividen ditunjukkan tabel sebagai berkut: Tabel 2.1 Daftar Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Tahun Variabel Sampel Hasil Penelitian Farkhan CR Secara parsial ROI, DTA, Widodo, ST Cash Ratio EPS berpengaruh negatif Debt Total Assets terhadap DPS (CR dan Cash Flow tidak). Dan secara 2003 EPS 34 simultan Cash Ratio, ROI, Cash Flow Sampel Cash Flow, DTA, tidak ROI berpengaruh terhadap DPS. CR tidak lolos uji DPS Normalitas. Dominan Yulia Efni dan Sri Restuti Setiawati 2009 2012 CR DER Rentabilitas Ekonomi ROE DPS CR DER EPS DPS 27 Sampel 20 Sampel berpengaruh EPS Secara simultan semuanya berpengaruh terhadap DPS. Dan secara parsial CR, DER, Rentabilitas Ekonomi tidak berpengaruh terhadap DPS, (ROE berpengaruh). Dominan berpengaruh adalah ROE. Secara parsial CR, DER, EPS berpengaruh terhadap DPS. Dan secara simultan semuanya berpengaruh terhadap DPS. Dominan berpengaruh adalah EPS.

2. Tinjauan Teori a. Kebijakan Dividen Suad (1996:381) mendefinisikan bahwa kebijakan dividen menyangkut tentang masalah penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham. Pada dasarnya, laba tersebut dibagi sebagian untuk dividen atau ditahan untuk diinvestasikan kembali. Dengan demikian pertanyaannya seharusnya adalah kapan (artinya, dalam keadaan seperti apa) laba akan dibagikan dan kapan akan ditahan, dengan tetap memperhatikan tujuan perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan. Sutrisno (2003:380) menuturkan bahwa Cash Dividend merupakan bagian laba yang dibagikan kepada pemegang saham. Dividen ini untuk dibagikan kepada para pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan. Keputusan mengenai jumlah laba yang ditahan dan dividen yang akan dibagikan diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham. Sebagian keuntungan didistribusikan kepada pemegang saham dan sebagian lagi akan ditahan. Terkait dengan keuntungan, maka manajer keuangan harus dapat mengambil keputusan mengenai besarnya keuntungan yang dibagikan kepada pemegang saham dan beberapa yang harus ditahan guna mendanai perkembangan perusahaan. Keputusan tersebut akan mempunyai pengaruh yang menentukan terhadap nilai perusahaan. Kebijakan ini akan

mempengaruhi kebijakan pembelanjaan maka keputusannya dengan hati-hati dan harus melibatkan para pemegang saham sebagai pemilik perusahaan. Permasalahan kadang rumit karena adanya alternatif pendanaan dari luar. Dengan demikian, dimungkinkan membagi laba sebagai dividen, dan pada saat yang sama menerbitkan saham baru. Masalah lain bahwa perusahaan bisa membagikan bukan dalam bentuk uang tunai tetapi bentuk saham (dikenal sebagai stock dividend). Demikian juga perusahaan membagikan dana ke pemegang saham dengan cara membeli kembali (sebagian) saham (dikenal repurchase of stocks). 1) Kontroversi Dividen Kebijakan dividen masih merupakan masalah yang mengundang perdebatan, karena terdapat lebih dari satu pendapat. Berbagai pendapat tentang dividen bisa dikelompokkan menjadi tiga, tetapi yang didefinisikan oleh Abdul (2005:92) menjadi 3 yang yaitu: a) Dividen Seharusnya dibayarkan Setinggi-tingginya Beranggapan bahwa harga saham dipengaruhi oleh dividen yang dibayarkan. P = d / (k - g), dimana P = harga saham, d = dividen yang dibayarkan tahun 1, k = tingkat keuntungan yang disyaratkan, dan g = tingkat pertumbuhan dividen. Rumus tersebut menunjukkan bahwa pembayaran dividen yang lebih

tinggi (d ) cenderung meningkatkan harga saham (P ). d maksimum besarnya sama dengan laba yang diperoleh pada tahun yang bersangkutan. Bagi investor, jumlah rupiah diterima dari pembayaran dividen risikonya lebih kecil daripada keuntungan capital gain dan dividen lebih dapat diperkirakan. Sedangkan capital gain lebih sulit diperkirakan. Maka, pembayaran dividen tinggi dianggap perusahaan mempunyai prospek keuntungan yang baik. Pengaruh penurunan besarnya dividen dibayar dapat menjadi informasi kurang baik pada perusahaan. Dividen tanda tersedianya laba dan besarnya dividen dibayar merupakan informasi tingkat pertumbuhan laba saat ini dan mendatang. b) Dividen Seharusnya dibayarkan Serendah-rendahnya Anggapan ini berdasarkan pada kenyataan adanya biaya mengambang (floatation cost) dan tarif pajak dividen yang lebih besar daripada tarif pajak capital gain. Kesempatan investasi yang menguntungkan apabila dibiayai dengan laba ditahan berarti merupakan penghematan floatation cost bagi perusahaan sehingga dalam periode berikutnya dapat meningkatkan besar dividen yang dibayarkan. Dengan adanya tarif pajak dividen yang lebih tinggi daripada tarif pajak capital gain, maka para pemegang saham cenderung

lebih suka menginvestasikan keuntungan yang diperoleh perusahaan daripada menerimanya dalam bentuk dividen. Investasi yang menguntungkan dapat meningkatkan harga saham sehingga investor akan mendapatkan capital gain. c) Dividen dibayarkan Setelah Semua Kesempatan Investasi yang Memenuhi Persyaratan didanai. Beranggapan bahwa tidak ada pajak perseorangan/perusahaan, tidak ada floatation cost, kebijakan dividen tidak mempengaruhi biaya modal sendiri, dan keputusan investasi terpisah dari keputusan pendanaan. Apabila kesempatan investasi menjanjikan hasil pengembalian yang lebih tinggi daripada pengembalian yang disyaratkan, para pemegang saham akan lebih senang jika perusahaan menahan laba. Sebaliknya, jika lebih rendah daripada hasil pengembalian yang disyaratkan, mereka akan lebih suka jika dividen dibagikan. Akhirnya pertanyaan muncul adalah mengapa dalam praktiknya perusahaan enggan menurunkan pembayaran dividen? Mungkin disebabkan dapat membuat pemegang saham menafsirkan bahwa kenaikan/penurunan pembayaran, merupakan cermin membaik/memburuknya prospek perusahaan. Karena umumnya investor cenderung bereaksi berlebihan jika ada kabar buruk. Maka, perusahaan enggan mengambil keputusan penurunan

pembayaran sebab harga saham akan naik/turun jika terjadi peningkatan/penurunan pembayaran yang tidak diharapkan. 2) Bentuk Pembayaran Dividen Abdul (2005:94) mendefinisikan bahwa ada tiga bentuk pembayaran dividen yaitu: a) Dividen dalam jumlah Rupiah Stabil Banyak perusahaan yang menjalankan kebijakan pembayaran dividen yang stabil, artinya jumlah dividen per lembar yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar saham per tahunnya berfluktuasi. Pembayaran dividen yang stabil memberikan kesan kepada para investor bahwa perusahaan mempunyai prospek baik di masa akan datang. Maka, manajemen dapat mempengaruhi harapan para investor melalui kebijakan dividen yang stabil. b) Dividen dengan Rasio Pembayaran Konstan Beberapa perusahaan melakukan pembayaran dividen berdasar pada persentase tertentu dari laba. Karena laba berfluktuasi, maka menjalankan kebijakan ini akan berakibat jumlah dividen dalam rupiah akan berfluktuasi. Kebijakan ini tidak akan memaksimumkan nilai saham perusahaan, karena pasar tidak

dapat mengandalkan kebijakan ini untuk memberikan informasi tentang perusahaan di masa mendatang. c) Dividen Tetap yang Rendah Ditambah Ekstra Pembayaran dividen ini hanyalah merupakan modifikasi dari cara 1 dan cara 2 di atas. Kebijakan ini memberi fleksibilitas pada perusahaan tetapi mereka. Apabila laba perusahaan sangat berfluktuasi, kebijakan ini akan merupakan pilihan terbaik. b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Semakin tinggi dividen yang dibagikan kepada pemegang saham akan mengurangi kesempatan perusahaan untuk mendapatkan sumber dana intern dalam rangka mengadakan reinvestasi, sehingga dalam jangka panjang akan menurunkan nilai perusahaan. Oleh karena itu, tugas manajer keuangan untuk bias menentukan kebijakan dividen yang optimal agar bisa menjaga nilai perusahan. Sundjaja (2003:387) beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya dividen yang akan dibagikan dan kebijakan dividen, yaitu: 1) Peraturan Hukum a) Peraturan mengenai labar bersih menentukan bahwa dividen daat dibayar dari laba tahun-tahun yang lalu dan laba tahun berjalan. b) Peraturan mengenai tindakan yang merugikan modal. Melindungi para kreditur, dengan melarang pembayaran

dividen yang berasal dari modal membagikan investasinya bukan membagikan keuntungannya. c) Peraturan mengenai tak mampu bayar. Perusahaan boleh tidak membayar dividen jika tidak mampu (bangkrut jumlah hutang lebih besar daripada jumlah harta). 2) Posisi Likuiditas Laba ditahan biasanya diinvestasikan dalam bentuk aktiva yang diperlukan untuk menjalankan usaha. Seperti peralatan, persediaan, dan barang lainnya, bukan disimpan dalam bentuk uang tunai. Oleh karena itu suatu perusahaan yang keuntungannya luar biasa mungkin saja tidak dapat membayar dividen karena keadaan likuiditasnya. Memang perusahaan yang sedang tumbuh biasanya betul-betul kekurangan dana. Situasi seperti ini membuat perusahaan memutuskan untuk tidak membayar dividen dalam bentuk uang tunai. a) Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya dalam jangka pendek yang jatuh tempo (Sundjaja, 2003:134). Jika likuiditas perusahaan rendah, biasanya dividen yang diberikan dalam bentuk dividend per share juga rendah (Warsono, 1998:237). Berdasarkan uraian, diketahui bahwa semakin tinggi current ratio maka semakin tinggi perusahaan membagikan dividend per share kepada para pemegang saham.

b) Kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid adalah dengan rasio kas. Aktiva perusahaan yang likuid adalah kas dan surat berharga. Kewajiban utang jangka pendek dengan kas dan surat yang dapat segera diuangkan. Tidak terdapat standar likuiditas untuk cash ratio sehingga penilaiannya tergantung kebijakan.jika perusahaan memenuhi kewajibannya, maka sisa pembayaran kewajiban dibagikan sebagai dividen. Maka hal ini ada pengaruh terhadap dividend per share. 3) Membayar Pinjaman Jika perusahaan telah membuat pinjaman untuk memperluas usahanya atau untuk pembiayaan lainnya maka ia dapat melunasi pinjamanya ada saat jatuh tempo atau ia dapat menyisihkan cadangan-cadangan untuk melunasi pinjaman itu nantinya. Jika diputuskan bahwa pinjaman itu akan dilunasi, maka biasanya harus ada laba ditahan. a) Apabila perusahaan dalam kondisi solvabilitasnya kurang menguntungkan, biasanya tidak membagikan laba. Hal ini disebabkan laba yang diperoleh lebih banyak digunakan untuk memperbaiki posisi struktur modalnya (Sutrisno, 2001: 304). Kemampuan perusahaan dalam membayar utang yang didanai modal sendiri dapat diukur dengan menggunakan debt to

equity ratio. Semakin tinggi solvabilitas perusahaan maka semakin tinggi pula membagikan dividen. Berdasarkan uraian, diketahui bahwa ada pengaruh DER terhadap DPS yang dibagikan. 4) Kontrak Pinjaman Menyangkut pinjaman jangka panjang, seringkali membatasi kemampuan perusahaan untuk membayar dividen tunai. Pembatasan tersebut untuk melindungi para kredit, yaitu: a) Dividen yang akan datang hanya boleh dibayar dari keuntungan yang diperoleh sesudah ditandatanganinya kontrak pinjaman. b) Dividen tidak boleh dibayarkan jika modal kerja bersih jumlahnya lebih kecil dari suatu jumlah tertentu. Begitu pula saham preferen biasanya menyatakan bahwa dividen atas saham biasa tidak boleh dibayarkan sebelum semua dividen atas saham preferen selesai dibayar. 5) Pengembangan Aktiva Semakin cepat pertumbuhan perusahaan, semakin besar kebutuhannya untuk membiayai pengembangan aktiva perusahaan. Semakin banyak dana yang dibutuhkan di kemudian hari, semakin banyak laba yang harus ditahan dan tidak dibayarkan. Apabila ingin menambah modal dari luar maka

sumber alami yang tersedia adalah pemegang saham sekarang, yang sudah mengenal perusahaan. 6) Tingkat Pengembalian Tingkat pengembalian atas aset menentukan pembagian laba dalam bentuk dividen yang dapat digunakan oleh pemegang saham baik ditanamkan kembali di dalam perusahaan maupun di tempat lain. 7) Stabilitas Keuntungan Perusahaan yang keuntungannya relatif teratur seringkali dapat memperkirakan bagaimana keuntungan di kemudian hari. Maka perusahaan seperti itu kemungkinan besar akan membagikan keuntungannya dalam bentuk dividen dengan presentasi yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang keuntungannya berfluktuasi. a) Ukuran keseluruhan keefektifan manajemen dalam menghasilkan laba dengan aktiva yang tersedia disebut Hasil Atas Investasi. Semakin tinggi hasil yang dihasilkan semakin baik (Sundjaja dkk, 2003:145). Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atas pengembalian investasi diperlukan, karena berkenaan dengan kemampuan dalam pengembalian investasi. Maka, memiliki pengaruh terhadap

DPS. Karena semakin tinggi tingkat pengembalian yang dihasilkan maka semakin tinggi DPS diberikan. 8) Pasar Modal Perusahaan besar yang sudah mantap, dengan profitabilitas yang tinggi dan keuntungan yang teratur, dengan mudah dapat masuk ke pasar modal atau memperoleh macam-macam dana dari luar untuk pembiayaannya. Sedangkan untuk perusahaan kecil yang masih baru akan terlalu berisiko bagi para debitur. Sebab kemampuannya untuk meningkatkan modal atau memperoleh pinjaman dari pasar modal terbatas. Oleh sebab itu untuk membiayai operasinya ia harus menahan laba lebih banyak. 9) Kendali Perusahaan Jika perusahaan hanya memperluas usahanya dari pembiayaan intern maka pembayaran dividen akan berkurang. Kebijakan ini dijalankan atas pertimbangan bahwa menambah modal dengan menjual saham biasa akan mengurangi pengendalian atas perusahaan oleh golongan pemegang saham yang kini sedang berkuasa. Selain itu penjualan saham tambahan akan memperbesar resiko berfluktuasinya keuntungan bagi para pemegang saham.

10) Keputusan Kebijakan Dividen Hampir semua perusahan ingin mempertahankan dividen per saham pada tingkat yang konstan. Tetapi naiknya dividen selalu terlambat dibandingkan dengan naiknya keuntungan. Artinya dividen itu baru akan dinaikkan jika sudah jelas bahwa meningkatnya keuntungan itu benar-benar mantap dan nampak cukup permanen. c. Devidend Per Share Dividen merupakan bagian dari laba yang diberikan kepada para pemegang saham biasa dalam bentuk kas/tunai.tunai merupakan dividen yang dibayarkan dalam bentuk uang tunai. Sedangkan dividen saham (stock dividend) merupakan dividen yang dibayarkan dalam bentuk saham dengan proporsi tertentu (Sutrisno, 2001:309). Nilai dari suatu dividen tunai sesuai dengan nilai tunai yang diberikan, sedangkan nilai suatu dividen saham dapat dihitung dengan rumusan sebagai berikut: DPS = Dividen Saham Biasa/Jumlah Saham Biasa Beredar. Harga wajar dividen saham merupakan harga yang diputuskan di dalam RUPS, dan merupakan harga penutupan yang tersedia sebelum RUPS yang akan memutuskan dividen saham (umumnya pada sesi terakhir hari bursa sebelumnya atau sesi terakhir sebelum RUPS dimulai).

B. Kerangka Pikir Penelitian Berdasar konsep-konsep dasar teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu maka faktor-faktor yang dapat digunakan untuk memprediksi pengaruh dari masing-masing variabel independen Current Ratio, Cash Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Return On Investment tersebut terhadap variabel dependen yaitu Dividend Per Share dapat digambarkan dalam kerangka pemikiran teoritis dihalaman selanjutnya: Current Ratio (CR) Cash Ratio Debt to Equity Ratio (DER) Dividend Per Share (DPS) Return On Investment (ROI) Variabel Independen Variabel Dependen Gambar 2.1 Kerangka Pikir Berdasar model pada gambar 2.1 tersebut menunjukkan bahwa variabel independen terdiri dari Current Ratio (CR) (X ), Cash Ratio (X ), Debt to Equity Ratio (DER) (X ), Return On Investment (ROI) (X ), serta variabel dependennya Dividend Per Share (DPS) (Y).

C. Hipotesis a. Diduga ada pengaruh simultan antara Current Ratio (CR), Cash Ratio, Debt to Equity Ratio (DER), Return On Investment (ROI) terhadap Dividend Per Share (DPS) pada perusahaan Property dan Real Estate yang tercatat di BEI. b. Diduga ada variabel yang dominan berpengaruh terhadap Dividend Per Share (DPS) pada perusahaan Property dan Real Estate yang tercatat di BEI.