BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menyajikan dunia lain yang bersifat imajinatif. Ruang lingkup sastra yang begitu luas

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1993:14) bahasa adalah bahan baku kesusastraan, seperti

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (sastrawan), dan pembaca karya sastra. Oleh karena itu, karya sastra memiliki

BAB I PENDAHULUAN. bukan hanya cerita khayal atau angan-angan dari pengarangnya, melainkan wujud

BAB I PENDAHULUAN. Cerpen yang berjudul Saigo No Ikku ( 最後の一句 ) karya Mori Oogai,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. antara individu dengan sesamanya. Berawal dari bahasa tersebut manusia dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra diciptakan berdasarkan gagasan dan pandangan seorang

BAB I PENDAHULUAN. yang mengandung instruksi atau pedoman, dari kata dasar sas instruksi atau

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan sebuah ungkapan atau pikiran seseorang yang dituangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Sebuah karya sastra tidak lepas dari bahasa. dapat dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni (Wellek dan Warren,

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi sastra berasal dari bahasa sanskerta, sas artinya mengajar,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra lahir dari hasil kreatifitas dan imajinasi manusia, serta pemikiran dan

ANALISIS STRUKTURALISME GENETIK DALAM NOVEL SINTREN KARYA DIANING WIDYA YUDHISTIRA

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. dalam sastra kita dapat menemukan gambaran hidup dan rangkaian sejarah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991:

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

II. TINJAUAN PUSTAKA. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara sastra dengan bahasa bersifat dialektis (Wellek dan Warren,

BAB I PENDAHULUAN. yang karya-karya sastranya telah dibaca dan di terjemahkan kedalam banyak bahasa. Seperti

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai

UNSUR INTRINSIK PADA CERPEN MENJELANG LEBARAN, MBOK JAH, DAN DRS CITRAKSI DAN DRS CITRAKSA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis adalah suatu aspek keterampilan berbahasa dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari sastra adalah karya sastra. Hal yang dilakukan manusia biasanya dikenal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB 1 PENDAHULUAN. definisi serta perbedaan karya sastra sebagai karya seni dan karya sastra sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah suatu hasil tulisan kreatif yang menceritakan tentang manusia dan juga

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. mutakhir yang pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya.

BAB I PENDAHULUAN. pengarang tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. (keindahan bahasa) yang dominan.karya sastra merupakan ungkapan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat E. Kosasih ( 2012: 2)

STRATEGI DAN PERANAN KURIBAYASHI TADAMICHI PADA PERANG IWOJIMA DALAM NOVEL CHIRUZO KANASHIKI KARYA KAKEHASHI KUMIKO (Melalui Pendekatan Mimesis)

BAB I PENDAHULUAN. berbeda, manusia dapat menghasilkan karya berupa produk intelektual (seperti puisi atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan

KAJIAN UNSUR BAWAH SADAR TOKOH UTAMA NOVEL SEBELAS PATRIOT KARYA ANDREA HIRATA DENGAN PSIKOANALISIS DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA KELAS X

BAB I PENDAHULUAN. pengarang mengenai berbagai hal. Hal-hal tersebut dapat berupa hasil

BAB I PENDAHULUAN. berkembang melalui penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan (BNSP, 2006: 5).

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut sastra. Sastra menurut Fananie (2000:6), Literature is a fiction which is

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala. Kaitan tersebut dilakukan oleh peneliti berdasarkan observasinya.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil

SOSIOLOGI SASTRA SEBAGAI PENDEKATAN DALAM PENELITIAN SASTRA (Metode Penelitian Sastra)

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. realitas kehidupan sosial pengarangnya. Suatu karya sastra dapat dikatakan baik

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

Transkripsi:

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN Dalam kehidupannya, manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan manusia yang lain. Dengan bahasa pula manusia menuangkan seluruh pemikiran, pengalaman dan perasaan yang ada dalam dirinya kedalam suatu bentuk karya. Karya yang dihasilkan oleh manusia itu dapat ditemui dalam bentuk yang beragam. Salah satunya adalah karya sastra, seperti yang dikemukakan oleh Jakob Soemardjo dalam Apresiasi Kesusastraan (1986 : 3): Sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan, dalam suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Horatius, seorang penyair Romawi, berpandangan bahwa karya sastra harus bertujuan dan berfungsi, bermanfaat dan nikmat. Bermanfaat karena pembaca dapat menarik pelajaran yang berharga didalamnya dan juga harus bisa memberi nikmat melalui keindahan isi dan gaya bahasanya (Partini S, 1992:5). Sastra dapat digolongkan menjadi 2 kelompok, yakni sastra imajinatif dan sastra non imajinatif. Sastra imajinatif adalah karya prosa dan puisi, sedangkan sastra non imajinatif antara lain berupa esei, kritik dan biografi (Jakob Soemardjo dan Saini KM, 1986:17). Dalam pengertian kesusastraan, prosa dapat juga disebut fiksi (fiction), teks naratif (narative text). Istilah fiksi dalam pengertian ini berarti cerita rekaan atau cerita khayalan. Hal ini disebabkan fiksi merupakan karya naratif yang isinya tidak menyaran pada kebenaran sejarah (Abrams, 1981:61). 1

Salah satu bentuk karya sastra fiksi adalah cerita pendek (cerpen). Panjang pendek cerpen itu sendiri beragam. Ada cerpen yang pendek sekali (berkisar 500-an kata), serta ada cerpen yang panjang (terdiri dari puluhan ribu atau bahkan beberapa puluh ribu kata) (Nurgiyantoro, 1993:10). Sebuah karya sastra tidak lahir tanpa ada penciptanya. Rene Wellek dan Austin Warren mengatakan bahwa penyebab utama lahirnya karya sastra adalah penciptanya sendiri: sang pengarang. Itulah sebabnya penjelasan tentang kepribadian pengarang adalah metode tertua dan paling mapan dalam studi sastra (1990:82), sehingga sastra dapat dijadikan sebagai pembelajaran tentang kehidupan pengarang. Melalui karya sastra dapat dilihat persamaan langsung antara pengalaman dan perasaan pengarang di dalam dan di luar karya sastra. Karya sastra memang tidak bisa lepas dari penulis, demikian juga faktor pengarang tidak bisa diabaikan dari karya sastra, meskipun tidak terbatas. Karya sastra sebagai sistem tanda mempunyai konvensi sendiri sebagai objektif, namun tetap mengandung ekspresi pengarang sebagai penciptanya (R. Djoko Pardopo, 1995:114). Salah satu sastrawan Jepang yang menuangkan hasil pemikirannya menjadi sebuah karya sastra adalah Mori Ogai. Mori Ogai (1862-1922) adalah salah seorang sastrawan besar dalam kesusastraan modern Jepang. Ia tidak hanya dikenal sebagai sastrawan, tetapi juga sebagai dokter pada dinas ketentaraan, dan bahkan pernah menduduki jabatan Kepala Biro Kesehatan Angkatan Darat. Ia juga seorang kritikus sastra, sejarawan, penerjemah, dan ahli kearsipan. Beragamnya status yang melekat pada diri Ogai inilah yang menjadikannya berbeda dengan sastrawan lainnya. Tiga karya pertama Ogai, 舞姫 Maihime (penari), sangat pekat dengan semangat yang dihembuskan pemerintah dalam 2

rangka modernisasi untuk mengejar ketinggalan mereka dari Barat. Dua karya lainnya うたかたの記 Utakata no Ki (Catatan Buih di Atas Air) dan, 文ずかい Fumizukai (Pengantar Surat). Ketiga karya tersebut sering disebut Doitsu Sambusaku atau Buah Tangan dari Jerman, karena semuanya berlatar belakang Jerman, dan berkaitan erat dengan pengalaman Ogai sewaktu belajar di negara Jerman. Maihime merupakan kisah tragedi cinta. Dalam Maihime, yang berlatar belakang Berlin, tampak sekali dukungan Ogai terhadap modernisasi dan Restorasi Meiji. Sang tokoh, Ota Toyotaro saat masih kanak-kanak ayahnya meninggal, dan sejak itu ia dididik secara keras. Ia menempuh pendidikan di Kyuuhan 1, kemudian belajar di sekolah persiapan masuk Universitas Tokyo. Setelah masuk Fakultas Hukum di Universitas Tokyo, namanya selalu tercatat di papan teratas dan prestasi ini membuat ibunya bangga. Di usia 19 tahun, ia menjadi sarjana, lalu ia pindah dan bekerja di instansi pemerintah di Tokyo. Atas perhatian khusus atasannya, Ota ditugaskan ke Eropa untuk belajar, kesempatan ini juga digunakannya untuk mengangkat nama dan nasib keluarganya. Sejak kecil Ota selalu giat belajar, atasannya senang karena ia menunaikan tugas dengan baik, tetapi ia merasa dirinya orang yang pasif, seperti manusia yang bekerja seperti mesin. Selama di Berlin, dirinya pelan-pelan mulai berubah, ia sebenarnya tidak tertarik untuk terjun ke dunia politik, ia lebih tertarik pada sejarah dan kesusastraan. Ketika di Berlin, ia selalu menjadi ejekan orang-orang dan dijauhi oleh kelompok mahasiswa lainnya. Pada saat dalam perjalanan pulang ke kosnya, ia bertemu dengan seorang gadis yang sedang menangis. Gadis tersebut bernama Elis. Elis bekerja sebagai penari di teater 1 Kyuuhan = sebutan wilayah kekuasaan Daimyo (tuan tanah) pada masa pemerintahan Tokugawa di Zaman Meiji (1868-1912). 3

Victoria. Sejak saat itu hubungan mereka semakin akrab, namun banyak yang tidak suka dengan hubungan mereka, termasuk atasannya. Karena dianggap telah melenceng dari tugasnya, akhirnya pihak kedutaan memecatnya. Penderitaan Ota semakin menjadi ketika ia harus memilih nasibnya antara pulang ke Jepang dalam keadaan gagal atau tetap di Berlin tanpa mendapat beasiswa. Sampai ada seorang teman, Aizawa Kenkichi, 2 ia meyakinkan editor beberapa surat kabar agar menjadikan Ota sebagai koresponden di Berlin. Aizawa juga menyadarkan Ota agar ia harus mempunyai tujuan hidup yang pasti untuk mengembalikan nama baiknya. Akhirnya Ota, memutuskan untuk kembali ke Jepang dan meninggalkan Elis yang pada saat itu sedang hamil. Elis pun histeris dan menjadi gila. Sejak awal, tujuan pengirimannya belajar keluar negeri adalah dalam rangka modernisasi Jepang, sehingga wajar bila ia pulang untuk turut memajukan negerinya. Selain itu, Ota memiliki tanggung jawab sebagai seorang Chonan (anak laki-laki tertua). Aizawa Kenkichi berhasil membuka mata Ota terhadap tuntutan Fukoku Kyohei. 3 Dari uraian di atas kita bisa melihat sekilas gambaran tentang masa Restorasi Meiji, ketika negara memerlukan tenaga-tenaga potensial untuk membangun negara. Ota Toyotaro rela mengubur kepentingan pribadinya, yakni cintanya terhadap Elis. Sebagai tokoh utama ia ditampilkan berkesempatan meraih sukses. 1.2 PEMBATASAN MASALAH Maihime (penari) merupakan cerpen yang menggambarkan perjalanan hidup seorang pemuda pada masa-masa Meiji, dalam menerima nilai-nilai baru yang berasal dari Barat. 2 Aizawa Kenkichi adalah seorang sekretaris pribadi menteri Amakata di Tokyo. 3 Fukoku Kyohei, yang berarti negara kaya, militer kuat, merupakan semboyan pemerintah Meiji untuk mengejar ketertinggalan mereka dari negara-negara Barat. 4

Cerita ini erat sekali hubungannya dengan kehidupan Mori Ogai terutama pengalamannya pada saat ia berada di Jerman. Dalam karya tulis ini penulis akan membahas refleksi latar belakang kehidupan Mori Ogai yang tercermin dalam cerpen Maihime (penari). Refleksi kehidupan tersebut diperoleh melalui kajian secara ekspresif terhadap latar belakang kehidupan Mori Ogai. 1.3 TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kehidupan Mori Ogai melalui tokoh utama Ota Toyotaro yang tercermin dalam cerpen Maihime (penari) yang ditinjau melalui pendekatan ekspresif. 1.4 METODE PENELITIAN DAN TEKNIK PENULISAN Penelitian karya sastra selalu bertolak dari interpretasi dan analisa karya itu sendiri. Sehubungan dengan hal itu metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan ekspresif, yaitu suatu pendekatan yang menonjolkan kajiannya terhadap peran pengarang sebagai pencipta karya sastra (Abrams, 1979:3-29). Sastra adalah sebuah karya imajinatif seorang pengarang yang menggunakan bahasa sebagai bahan utamanya. Bahasa yang digunakan berbeda dengan bahasa ilmiah dan tidak mengandaikan adanya satu hubungan antara tanda dan arti, karena dalam sastra tanda yang sama dapat memiliki arti yang banyak. Seperti yang kita kenal dengan sifat ambiguitas bahasa sastra. Sifat ambiguitas benar-benar dimanfaatkan oleh pengarang untuk mencetuskan pendapat-pendapat serta gagasan-gagasannya dalam karya sastra. Hal ini bertujuan untuk 5

membangkitkan daya khayal pembaca dan agar isi karya sastra mendekati apa yang ada dalam pikiran pengarang, sehingga gagasan atau amanat yang hendak disampaikan oleh pengarang dapat memberikan tambahan pengetahuan dan kebijaksanaan bagi pembacanya. Selanjutnya, sastra seperti halnya filsafat dan agama mempelajari masalah manusia. Dengan cara yang berlainan baik sastra, filsafat, maupun agama merupakan sarana untuk menumbuhkan jiwa-jiwa yang halus, manusiawi, juga menumbuhkan tekad dalam diri manusia agar selalu berbuat baik atau disebut juga humanitat. Dengan demikian karya sastra yang baik adalah karya sastra yang menjunjung tinggi norma-norma moralitas. Dalam karya sastra nilai-nilai kehidupan yang ditampilkan oleh pengarang dapat ditemukan dalam pandangan etis, filosofis, maupun kepercayaan yang diyakini oleh pengarang. Pendekatan ekspresif dalam sastra adalah pendekatan yang menitikberatkan pada penulis. Dalam pendekatan ini kita perlu mengetahui latar belakang terciptanya suatu karya sastra. Latar belakang disini adalah latar belakang pengarang. Dengan demikian, telaah akan riwayat hidup pengarang, peristiwa yang melatar belakangi kehadiran suatu karya sastra sangatlah penting dalam menganalisis dengan menggunakan teori ini. Seperti yang dikatakan oleh Umar Junus bahwa tidak dapat ditolak adanya hubungan antara karya sastra dengan dunia pribadi, dunia yang dikenal oleh penulisnya secara rapat sekali. Bahkan mungkin dikatakan lebih jauh lagi adanya semacam hubungan dengan pengalaman pribadi. Subagio Sastrowardojo mengatakan: Penilaian karya sastra tidak dapat dilakukan dengan memuaskan dan dengan sah apabila tanpa memahami dasar alasan penulisan. 6

(Subagio Sastrowardojo, 1980:7) Aspek ekpresif sudah ditonjolkan pada zaman klasik kebudayaan Barat, namun pendekatan ini tidak begitu besar dampaknya dalam sejarah kebudayaan Barat. Mungkin hal ini merupakan suatu akibat dari penonjolan diri manusia sebagai pencipta yang tidak cocok dengan gagasan mengenai manusia dalam kebudayaan yang berabad-abad dikuasai oleh agama Kristen serta filsafat yang sesuai dengan agama. Pendekatan ekspresif merupakan salah satu dari 4 jenis metode pendekatan yang di klasifikasikan oleh Abrams, seperti dikutip oleh Nyoman Kutha. R (2004:68). Empat jenis metode itu adalah metode pendekatan ekspresif, metode pendekatan mimetik, metode pendekatan pragmatik dan metode pendekatan objektif. Secara garis besar metode pendekatan ekspresif dapat didefinisikan sebagai metode pendekatan yang menekankan hubungan karya sastra dengan pengarang sebagai pencipta karya sastra yang bersangkutan. Luxemburg menyatakan bahwa: Teks ekspresif juga memberi informasi tentang dunia nyata dan juga ditujukan kepada pembaca, namun fungsi utamanya adalah penyajian diri si pengarang. Di dalamnya pengarang menghadapi apa yang dilihat disekelilingnya dengan cara yang sangat pribadi. (1992:54) Dengan demikian metode pendekatan ini sangat mempersoalkan hal-hal yang berada di luar karya sastra, khususnya latar belakang kehidupan pengarang. Latar belakang ekonomi, sosial budaya, harapan dan cita-cita pengarang secara pribadi dan keadaan masyarakat secara umum, seperti suasana politik atau keadaan ekonomi menjadi sesuatu yang vital dan harus dipahami karena semua itu mempengaruhi cara pengarang menulis cerita dan pada akhirnya berpengaruh pada bentuk akhir cerita yang bersangkutan 7

mungkin pada penokohan, latar, tema atau alur. Bukan itu saja, bahkan faktor perasaan dan emosi pengarang pun harus dianggap penting. Dengan metode pendekatan ekspresif bahwa sebuah karya sastra bisa dikatakan baik apabila pribadi dan emosi pengarang dapat diungkap dengan baik (Luxemburg, 1992:70). Karena itu dapat dikatakan sebaliknya, bahwa dengan pendekatan ekspresif ini karya sastra dapat digunakan sebagai sarana untuk memahami keadaan jiwa pengarang. Pendekatan ekspresif lebih banyak memanfaatkan data sekunder, data yang sudah diangkat melalui aktifitas pengarang sebagai subjek pencipta. Pendekatan ekspresif tidak semata-mata memberikan perhatian terhadap bagaimana karya sastra itu diciptakan, seperti studi proses kreatif dalam studi biografis, tetapi juga memberikan perhatian kepada bentuk-bentuk apa yang terjadi dalam karya sastra yang dihasilkan. maka wilayah studi ekpresif adalah diri pengarang, pikiran, perasaan dan hasil-hasil ciptaannya. Teori ekspresif, Plato dan Aristoteles sebagai pemulanya, beranggapan bahwa dasar teks sastra, terutama puisi, pada dasarnya merupakan ekspresi spontan yang terolah lewat kedalaman emosi pengarangnya. Ekspresi spontan dalam hal ini terbebaskan dari ikatan kesan pengamatan pengarang terhadap suatu objek. Akan tetapi, karena ekspresi spontan itu dialami oleh endapan pengalaman pengarang, telaah lewat teori ekspresif ini seringkali diawali dengan upaya pemahaman terhadap realitas yang menjadi pangkal timbulnya obsesi atau pengalaman, oleh sebab itu dalam telaah riwayat terhadap pengarang, peristiwa yang melatari kehadiran suatu karya sastra menjadi penting (Aminuddin, 1987:58). Teknik penelitian yang digunakan adalah teknik studi kepustakaan yang merupakan suatu teknik kajian dengan cara mengumpulkan, mempelajari dan meneliti data yang 8

diperoleh dari buku-buku yang dapat dijadikan referensi untuk mengkaji masalahmasalah dalam penelitian ini. 1.5 ORGANISASI PENULISAN Penulisan penelitian ini terbagi dalam empat bab, yaitu: Bab I. Pendahuluan Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah mengenai, pembatasan masalah, tujuan penelitian, metode dan teknik penulisan, dan memaparkan sistematika penulisan dari Bab I sampai Bab IV. Bab II. RiwayatKehidupan Mori Ogai Dalam bab ini, sub bab pertama membahas pendidikan Mori Ogai, sub bab kedua pekerjaan Mori Ogai dan sub bab ketiga terdiri dari tiga sub bab, yaitu membahas tentang keluarga Mori Ogai, teman-teman Mori Ogai, dan percintaan Mori Ogai. Sub bab keempat membahas karya-karya Mori Ogai. Bab III. Kehidupan Mori Ogai yang tercermin dalam cerpen Maihime Bab ini merupakan bab yang menganalisis refleksi kehidupan Mori Ogai melalui tokoh utama Ota Toyotaro yang tercermin dalam cerpen Maihime (penari) terutama pengalamannya selama berada di Jerman yang ditinjau melalui pendekatan ekspresif. Bab IV. Kesimpulan Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dan saran dari seluruh hasil penelitian. Untuk mendukung penelitian ini, penulis melampirkan sinopsis, daftar pustaka. 9