BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran umum Negara adalah untuk kegiatan pembangunan. dan makmur. Di Indonesia sendiri pembangunan masih tergolong rendah atau

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORI. menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat. untuk menyelenggarakan pemerintahan.

PENGARUH PEMAHAMAN PROSEDUR PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MEMENUHI KEWAJIBAN PAJAK PENGHASILAN DI KPP PRATAMA KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dan pertumbuhan perekonomian perlu melakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Sistem pemungutan pajak dari Official Assesment System menjadi Self. administrasi di bidang perpajakan. Self Assessment System merupakan sistem

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar kekuasaan belaka. Begitu pula dengan kewenangan negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan bangsa yang adil, sejahtera, aman, dan tertib. Dalam rangka mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novi Norma Melya Nugraha, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Belanja Negara. Salah satu yang termasuk dalam APBN adalah pajak.

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang ikut mendorong pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat

BAB II LANDASAN TEORI. bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik materiil maupun spirituil. Untuk dapat. mendapatkan dukungan dari masyarakat (Waluyo dan Ilyas, 2000: 1)

BAB I PENDAHULUAN. negara karena pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan pendapatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu

BAB I PENDAHULUAN. langsung berhubungan dengan teori keahlian yang diterima diperkuliahan. Praktik

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pajak merupakan bagian dari sumber penerimaan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. bahwa seluruh pembiayaan negara harus dibiayai dari pendapatan negeri dalam

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur dan lainnya, tidak terkecuali dengan Negara Indonesia. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran negara dan pembangunan nasional adalah pajak. Pemungutan pajak

BAB I PENDAHULUAN. Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

BAB I PENDAHULUAN. adalah Self Assessment System yang berarti wajib pajak diberi kepercayaan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan. Semakin pesatnya pembangunan dalam suatu negara merupakan

BAB I PENDAHULUAN. jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan, dan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk. membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama negara, yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) tengah menggalakkan pembangunan disegala aspek kehidupan masyarakat,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang. Perkembangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang

Perpajakan 1. Pengantar, Pungutan Lain, Fungsi Pajak, Dasar Teori Pemungutan Pajak, Kedudukan Hukum Pajak, Hk. Pajak Materil dan Formil

BAB 1 PENDAHULUAN. negara. Hal ini dapat dilihat dari persentase dalam APBN tahun 2006 yang terdiri

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian pajak berdasarkan Undang-Undang Perpajakan No.28 Tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. negara. Menurut P.J.A. Andriani dalam Ikatan Akuntan Indonesia, pajak adalah:

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber dana luar negeri, misalnya pinjaman luar negeri dan hibah ( grant),

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang dibayar oleh masyarakat sebagai iuran yang pemungutannya dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang mengalami berbagai permasalahan di berbagai sektor

BAB I PENDAHULUAN. seluruh lapisan masyarakat dan dari aparat perpajakan sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaannya diatur dalam undang-undang dan peraturan-peraturan. untuk tujuan kesejahteraan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terusmenerus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) (APBN) terbesar. Hal ini sesuai dengan kebijaksanaan pemerintahan yang

BAB I PENDAHULUAN. kepada keadilan sosial. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, negara harus

BAB I PENDAHULUAN. pajak dan juga petugas pajak agar pembangunan dapat terwujud.

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang berpotensi besar yaitu pajak yang menyumbang rata-rata lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik. untuk mensejahterakan rakyat Indonesia secara adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. mungkin hidup tanpa adanya masyarakat. Negara adalah masyarakat yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) tujuan pembangunan tersebut. Untuk mencapai pembangunan itu maka pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah Negara hukum yang berlandaskan Pancasila dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pajak dan pandangan para ahli dalam bidang tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan pembangunan dan pengeluaran Negara. sistem perpajakan dari Official Assessment System menjadi Self

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan salah satu sektor penerimaan negara yang sangat utama. Hal ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembangunan nasional yang berlangsung terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. modern. Hal tersebut dilakukan dengan menerapkan self assessment system dan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari masalah pembiayaan pembangunan. itu, diperlukan usaha yang sungguh-sungguh untuk mengarahkan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. ini pemungutnya dilaksakan oleh Pemerintah Pusat khususnya Depertemen

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan kewajiban warga negara untuk membayar iuran atas penghasilan yang didapat untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. mempunyai pendapat yang berbeda, antara lain:

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber penerimaan negara terbesar adalah berasal dari sektor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya. Pengaruh Kesadaran..., Dhio, Fakultas Ekonomi 2015

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. belum satu satunya. Dari berbagai alasan pengenaan pajak, kebijakan pajak di

membiayai segala pengeluaran-pengeluarannya. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1:

BAB I PENDAHULUAN. kontraprestasi yang langsung dapat digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan usaha mengadakan perubahan-perubahan menuju keadaan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang dipungut oleh pemeritah

BAB I PENDAHULUAN. disamping komponen pembiayaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara. Menurut Undang-Undang (UU) no. 20 tahun 1997 tentang Penerimaan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara Indonesia saat ini bersumber dari dalam negeri yaitu pajak. yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. sumber dana yang penting bagi pembiayaan nasional. yaitu mulai berlakunya sistem pemungutan pajak self assessment system sejak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dianggap mampu mencerminkan kerjasama nasional. Dalam hal pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi jalannya roda pemerintahan. Pajak bertujuan meningkatkan. untuk membiayai pengeluaran umum (Rochmat Sumitro;1986).

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. asing dan meningkatkan penerimaan dari dalam negeri khususnya dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

BAB II LANDASAN TEORI. Undang sehingga dapat dipaksakan, dengan tidak membalas jasa secara

PERPAJAKAN (SEBUAH PENGANTAR) Disampaikan oleh: Rr. Indah Mustikawati, M.Si., Ak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM ) bebas yang menyeluruh (global). Negara Indonesia berusaha segiat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran

B a b I P e n d a h u l u a n 1 BAB I PENDAHULUAN. Pajak memegang peranan penting dalam perekonomian negara kita. Hal ini dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Indonesia adalah Negara yang sedang giat-giatnya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam menjalankan roda pemerintahan, kesejahteraan rakyat merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan pemerintahan dan pembangunan. Pajak bertujuan untuk

BAB II LANDASAN TEORI. pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama. atau definisi pajak yang berbeda-beda, namun demikian berbagai definisi

BAB I PENDAHULUAN. dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran. ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak bisa hanya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan iuran dari rakyat untuk kas Negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan dengan tiada mendapatkan jasa timbal (kontrapretasi) yang langsung ditunjukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum Negara (Soemitro 2002). Dalam hal ini pengeluaran umum Negara adalah untuk kegiatan pembangunan. Pembangunan adalah sebuah kegitan yang berkesinambungan dan bertujuan utama adalah untuk menciptakan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Di Indonesia sendiri pembangunan masih tergolong rendah atau kurang merata. Oleh karena itu, Indonesia berusaha untuk lebih meningkatkan penerimaan Negara dari dalam negeri salah satunya adalah pajak. Pajak berperan penting dalam penerimaan Negara. Ini terbukti dengan adanya penerimaan Negara yang mencapai 80% dari sektor pajak (Supramono dan Damayanti 2009). Secara umum sistem pemungutan pajak yang dijalankan oleh pemerintah Indonesia dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu official assessment system, dan self assessment system. Namun sejak diadakannya reformasi perpajakan tahun 1983, sebagaimana telah diubah dengan undang-undang Nomor 9 Tahun 1994 dan undang-undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, sistem 1

pemungutan pajak di Indonesia berubah dari official assessment system menjadi self assessment system. Official assessment system merupakan sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada Fiskus untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Self assessment system merupakan suatu pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan besarnya pajak terutang (Resmi, 2007). Dalam Sistem Official Assessment, pelaksanaan kewajiban perpajakan dalam banyak hal menjadi sangat tergantung pada pelaksanaan administrasi perpajakan yang dilakukan oleh aparat perpajakan. Hal ini menyebabkan wajib pajak kurang mendapatkan pembinaan dan bimbingan terhadap kewajiban perpajakannya. Untuk menjaga keefektifan dari sistem pemungutan ini (Official Assessment), berarti secara tidak langsung adalah dengan memperkuat struktur fiskus dan administrasi perpajakan keseluruhan (Ilyas dan Burton, 2004). Kondisi tersebut di atas jelas berbeda dengan sistem Self Assessment yang mengikutsertakan Wajib Pajak sebagai partisipan aktif dalam pelaksanaan administrasi perpajakan dengan kewajiban yang dibebankan kepada mereka. Namun dari sisi kelebihannya, sistem Official Assessment menjadikan pihak fiskus dapat lebih mengontrol kepatuhan dari pihak Wajib Pajak, karena pemeriksaan kepatuhan yang dilakukan hanya sebatas pada kepatuhan wajib pajak akan pembayaran jumlah pajak terutangnya saja. Dalam sistem Self Assessment terdapat tambahan biaya (dalam arti luas) bagi Wajib Pajak karena Wajib Pajak akan relatif mengorbankan lebih banyak 2

waktu dan usaha serta biaya. Selain itu Self Assessment menunjukkan proporsi yang lebih kecil dari yang telah ditetapkan sebelumnya, sehingga sesuai dengan kenyataan yang ada, jumlah pajak yang dianggarkan akan menurun pula (Ilyas dan Burton, 2004). Di lain pihak, sistem Self Assessment mempunyai beberapa keunggulan, yaitu mendorong Wajib Pajak untuk memahami dengan baik atas sistem perpajakan yang berlaku terhadapnya (Ilyas dan Burton, 2004), adanya kepastian hukum, sederhana perhitungannya, mudah pelaksanaannya, lebih adil dan merata, dan perhitungan pajak dilakukan oleh wajib pajak (Zein, 2003). Namun demikian menurut Zain (2003), bahwa tata sistem pemungutan pajak dengan menggunakan self assessment system akan berhasil dengan baik jika masyarakat mempunyai pengetahuan dan disiplin pajak yang tinggi Terlepas dari keunggulan dan kelemahan kedua sistem pemungutan pajak yang diberlakukan oleh pemerintah Indonesia, pada dasarnya tujuan dan arah perubahan serta penyempurnaan dari sistem pemungutan pajak dari official assessment system menjadi self assessment system dalam undangundang pajak tersebut adalah untuk lebih meningkatkan keadilan pengenaan pajak, dan lebih memberikan kemudahan kepada Wajib Pajak, selain itu untuk lebih memberikan kesederhanaan administrasi perpajakan, lebih memberikan kepastian hukum, konsistensi, dan transparansi, dan menunjang kebijaksanaan pemerintah dalam rangka meningkatkan daya saing dalam menarik investasi langsung di Indonesia baik penanaman modal asing maupun penanaman modal dalam negeri di bidang-bidang usaha tertentu dan 3

daerah-daerah tertentu yang mendapat prioritas. Sebab bagaimanapun juga masalah keadilan, kesederhanaan dan kepastian hukum diharapkan akan meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak. Hal tersebut sejalan dengan apa yang dikemukan oleh Suandy (2008), bahwa salah satu dari tujuan dilakukannya reformasi perpajakan adalah agar beban pajak akan semakin adil dan wajar, sehingga di satu pihak mendorong Wajib Pajak melaksanakan dengan kesadaran kewajibannya membayar pajak. Selain itu Mansury (1996) juga menyatakan, bahwa untuk terselenggaranya administrasi perpajakan yang baik, maka diperlukan kejelasan dan kesederhanaan dari ketentuan undang-undang yang memudahkan bagi wajib pajak. Pernyataan tersebut didukung oleh Abuyamin (2010), bahwa salah satu faktor penyebab Wajib Pajak secara pasif tidak membayar pajak (tidak patuh) adalah kurangnya pemahaman terhadap hukum pajak. Dengan demikian jelas bahwa perubahan sistem pemungutan pajak dari official assessment system menjadi self assessment system merupakan alternatif yang diambil oleh pemerintah agar lebih mampu mengakomodasi keadilan, kesederhanaan dan kepastian hukum bagi Wajib Pajak sehingga akan lebih meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak. Salah satu pajak yang pemungutannya berdasarkan self assessment system adalah pajak penghasilan pasal 25. Pajak penghasilan pasal 25 adalah angsuran Pajak Penghasilan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak setiap bulan dalam tahun berjalan (Waluyo dan Ilyas, 2009). Pajak ini mempunyai peranan yang sangat strategis dalam menjaga likuiditas keuangan 4

Negara. Sejalan dengan diterapkannya self assessment system sebagai sebuah sistem dalam pemungutan pajak, pada beberapa tahun terakhir ini telah terjadi kenaikan yang signifikan terhadap jumlah wajib pajak Orang Pribadi yang terdaftar. Hal tersebut tentu dapat menjadikan salah satu bukti nyata, bahwa pemungutan pajak melalui self assessment system dipandang cukup efektif dalam usaha meningkatkan kesadaran wajib pajak orang pribadi dalam membayar pajak. Namun disisi lain, hal ini tidak begitu berdampak signifikan terhadap penerimaan pajak khususnya orang pribadi. Tidak semua wajib pajak orang pribadi tersebut memenuhi kewajiban untuk membayar Pajak Penghasilan pasal 25 dan melaporkannya dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Penghasilan pasal 25 ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak Orang Pribadi terdaftar sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Kondisi tersebut di atas sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang menunjukkan beberapa hasil yang berbeda berkenaan dengan penerapan self assessment system terhadap kepatuhan wajib pajak. Penelitian yang dilakukan oleh Sanjaya (2007), menunjukkan bahwa self assessment system, sanksi perpajakan, peraturan perpajakan, dan tarif pajak pajak dapat memberikan tingkat kepatuhan yang baik. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2011) menunjukkan, bahwa kepatuhan wajib pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Metro dalam melaporkan SPT Masa PPh Pasal 25 jika dibandingkan dengan Daftar WP OP PPh Pasal 25 pada tahun tersebut dapat dinilai cukup baik, tetapi tingkat kepatuhan masih sangat 5

fluktuatif, hal ini dapat dilihat dari banyaknya SPT yang terbit setiap tahun berfluktuatif menunjukan bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak yang terus berubah. Penelitian ini akan melihat kembali bagaimana hubungan self assessment system terhadap kepatuhan Wajib Pajak untuk membayar pajak. Oleh karena itu judul yang diajukan dalam penelitian ini adalah HUBUNGAN SELF ASSESMENT SYSTEM TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK UNTUK MEMBAYAR PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PEMILIK UMKM DESA CENGEK KELURAHAN TINGKIR LOR KOTA SALATIGA. B. Identifiksi Masalah Berdasarkan Undang-undang no.36 tahun 2008 tentang perpajakan seorang Wajib Pajak harus membayar pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti terhadap 10 orang UMKM di Desa Cengek Kelurahan Tingkir Lor Kota Salatiga pada dasarnya Wajib Pajak UMKM paham dan patuh dalam melakukan kewajiban perpajakan, namun demikian karena kurang terampilnya mereka dalam menyusun laporan keuangan, yang kemudian berdampak pada kesulitan cara menghitung pajak menjadikan mereka terkadang enggan untuk melaporkan pajak penghasilan pasal 25 sesuai dengan jumlah dan waktu yang sudah ditentukan. Padahal ketika seorang Wajib Pajak tidak membayar pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku maka akan dikenakan sanksi berupa denda 6

yang sudah diatur oleh Dirjen Pajak. Hal tersebut yang kemudian melandasi peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan self assessment system terhadap kepatuhan Wajib Pajak untuk membayar pajak. C. Rumusan Masalah Dalam setiap penelitian perlu dirumuskan masalah penelitian yang jelas dan tepat, karena hal ini akan sangat membantu peneliti dalam mengkaji masalah yang akan diteliti. Masalah penelitian yang akan dibahas penulis adalah: Bagaimana hubungan self assessment system terhadap kepatuhan wajib pajak untuk membayar pajak penghasilan pasal 25 pemilik UMKM Desa Cengek Kelurahan Tingkir Lor Kota Salatiga. D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui hubungan self assessment system terhadap kepatuhan wajib pajak untuk membayar pajak penghasilan pasal 25 pemilik UMKM Desa Cengek Kelurahan Tingkir Lor Kota Salatiga. E. Signifikansi Penelitian 1. Signifikansi Teoritis Secara teori hasil penelitian ini dapat memperkuat pelaksanaan self assessment system sebagai salah satu kebijakan yang diambil oleh 7

pemerintah dalam hal peningkatan kepatuhan wajib pajak khususnya pada pemilik UMKM dalam memenuhi kewajibannya untuk membayar pajak penghasilan pasal 25. 2. Signifikansi Praktis a Bagi Wajib Pajak, hasil penelitian ini diharapkan mampu membangun kepatuhan pemilik UMKM sebagai wajib pajak untuk membayar pajak. b Bagi Kantor Pajak Pratama Salatiga, hasil penelitian ini nantinya diharapkan akan memberikan masukan kepada Kantor Pajak Pratama Salatiga untuk mengetahui tingkat kepatuhan wajib pajak khususnya pemilik UMKM dalam hal membayar pajak penghasilan pasal 25 berkenaan dengan penerapan kebijakan self assessment system. F. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan self assessment system terhadap kepatuhan wajib pajak untuk membayar pajak penghasilan pasal 25 dengan subyek penelitian pemlik UMKM Desa Cengek Kelurahan Tingkir Lor Kota Salatiga. Mengingat pajak penghasilan pasal 25 ditujukan kepada badan usaha, akan tetapi dalam penelitian ini terbatas pada UMKM yang dimiliki oleh pengusaha perseorangan. Penelitian ini membatasi pada kepatuhan dan kegiatan pembayaran pajak pasal 25 UMKM yang dilakukan oleh pemilik UMKM. 8