MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

dokumen-dokumen yang mirip
STANDAR KOMPETENSI PENANGGUNGJAWAB PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA. : Penanggung Jawab Pengendalian Pencemaran. Lingkungan

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG AUDIT LINGKUNGAN HIDUP MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP. Kompetensi. Kelembagaan. Audit Lingkungan Hidup. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2010

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2010

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG KRITERIA DAN SERTIFIKASI BANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG AUDIT LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2010

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 129 TAHUN 2003 TENTANG BAKU MUTU EMISI USAHA DAN ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS BUMI

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU UDARA AMBIEN DAN EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK DI JAWA TIMUR

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup tent

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 133 TAHUN 2004 TENTANG BAKU MUTU EMISI BAGI KEGIATAN INDUSTRI PUPUK MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

PEMBINAAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 01 TAHUN 2010 TENTANG TATA LAKSANA PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

Keputusan Kepala Bapedal No. 205 Tahun 1996 Tentang : Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 129 TAHUN 2003 TENTANG BAKU MUTU EMISI USAHA DAN ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS BUMI

Pada Acara Pelatihan Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak Tempat Hotel Aston Rasuna Tanggal 18 Juni 2013

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG TATA LAKSANA REGISTRASI KOMPETENSI BIDANG LINGKUNGAN

PEMBINAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

Rancangan Peraturan Pemerintah Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Kualitas Udara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

KRITERIA PROPER DOKUMEN LINGKUNGAN PROPER

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG URUSAN PEMERINTAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP YANG DAPAT DIDEKONSENTRASIKAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NO. 19 TAHUN 2008

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG TATA LAKSANA REGISTRASI KOMPETENSI BIDANG LINGKUNGAN

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 133 TAHUN 2004 TENTANG BAKU MUTU EMISI BAGI KEGIATAN INDUSTRI PUPUK MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

Kriteria PROPER Pengendalian Pencemaran Udara 2014

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN. TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN KUALITAS UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 62 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG LABORATORIUM LINGKUNGAN.

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 69 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

4. Tim terpadu adalah tim yang membantu gubernur dalam proses pelaksanaan lisensi. 5. Unsur perguruan tinggi adalah pusat studi lingkungan hidup dan/a

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

MEMUTUSKAN: BAB I KETENTUAN UMUM

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 45/MENLH/10/1997 TENTANG INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA LINGKUNGAN HIDUP

WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP WALIKOTA MADIUN,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PETUNJUK PELAKSANAAN KOMPETENSI LABORATORIUM LINGKUNGAN

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

C. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 1997 Tentang : Indeks Standar Pencemar Udara

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

STANDAR KOMPETENSI MANAJER PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR. 1. Kualifikasi : Penanggung Jawab Pengendalian Pencemaran Air 2. Definisi

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2017 NOMOR : 27

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG

2018, No profesi dan penyusunan okupasi atau jabatan nasional yang ditetapkan oleh Instansi Teknis; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaima

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR16 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI INDUSTRI RAYON. Beban Emisi Maksimum 1 Carbon Disulfide Kg/ Ton Fiber 115.

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 066 TAHUN 2017

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 1995 Tentang : Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PERIZINAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1990 TENTANG BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI USAHA PARIWISATA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN LINGKUNGAN HIDUP

PERENCANAAN PERLINDUNGAN

DAMPAK PEMBANGUNAN PADA KUALITAS UDARA

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESI DEN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indon

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

Transkripsi:

SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 04 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR KOMPETENSI DAN SERTIFIKASI KOMPETENSI PENANGGUNG JAWAB PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 13 ayat (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan sesuai dengan kewenangan, peran, dan tanggung jawab masing-masing; b. bahwa sebagai upaya peningkatan kinerja dalam pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup, diperlukan penanggung jawab pengendalian yang kompeten; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang Standar Kompetensi dan Sertifikasi Kompetensi Penanggung Jawab Pengendalian Pencemaran Udara; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2008 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Kementerian Negara Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 81, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4304); 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara; 4. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 06 Tahun 2006 tentang Pedoman Umum Standarisasi Kompetensi Personil dan Lembaga Jasa Lingkungan; 1

5. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 22 Tahun 2009 tentang Tata Laksana Registrasi Kompetensi Bidang Lingkungan Hidup; 6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG STANDAR KOMPETENSI DAN SERTIFIKASI KOMPETENSI PENANGGUNG JAWAB PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA. Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Standar kompetensi nasional adalah suatu ukuran atau kriteria yang berisi rumusan mengenai kemampuan personil lingkungan yang dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan, dan didukung sikap serta penerapannya di tempat kerja yang mengacu pada unjuk kerja yang dipersyaratkan, yang berlaku secara nasional. 2. Sertifikasi kompetensi adalah rangkaian kegiatan penerbitan sertifikat sebagai bentuk pengakuan atas kemampuan kompetensi personil yang disahkan oleh lembaga sertifikasi kompetensi yang ditunjuk oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup. 3. Penanggung jawab Pengendalian Pencemaran Udara yang selanjutnya disingkat PPPU adalah personil di pihak penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang memiliki peran dan tanggung jawab teknis terhadap pencegahan dan penanggulangan yang disebabkan oleh usaha dan/atau kegiatan tersebut. 4. Lembaga Pelatihan Kompetensi yang selanjutnya disingkat LPK adalah lembaga yang memiliki sarana dan prasarana bagi pelatihan dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Menteri. 5. Lembaga Sertifikasi Kompetensi yang selanjutnya disingkat LSK adalah lembaga pelaksana uji kompetensi dan sertifikasi kompetensi yang memenuhi persyaratan. 6. Registrasi kompetensi adalah rangkaian kegiatan pendaftaran dan dokumentasi terhadap LPK yang telah memenuhi persyaratan/standar kompetensi tertentu. 7. Sistem manajemen mutu adalah suatu sistem yang dilaksanakan untuk menjaga kualitas dari suatu pelaksanaan kegiatan yang meliputi perencanaan, seleksi dan penugasan tenaga pelaksana, penerapan prosedur operasi standar, dokumentasi, evaluasi, dan pelaporan. 8. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Pasal 2 (1) Pengendalian dilakukan oleh PPPU yang memiliki sertifikat kompetensi. (2) PPPU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan: 2

a. D3 teknik atau sains dengan pengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun pada kegiatan/bidang pengendalian atau S1, S2, dan/atau S3 teknik atau sains dengan pengalaman paling sedikit 2 (dua) tahun pada kegiatan/bidang pengendalian ; dan b. menguasai bahasa Indonesia secara lisan dan tulisan. (3) Sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh melalui: a. pelatihan kompetensi; dan b. uji kompetensi. (4) Pelatihan kompetensi dan uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan sesuai dengan standar kompetensi PPPU dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Pasal 3 (1) Pelatihan kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf a dilaksanakan oleh LPK yang diregistrasi oleh Kementerian Lingkungan Hidup. (2) LPK dalam melakukan registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan: a. berbadan hukum, badan usaha, atau instansi pemerintah; b. memiliki sistem manajemen mutu; c. memiliki sarana dan prasarana pelatihan untuk mendukung pelaksanaan pelatihan kompetensi; dan d. menyediakan informasi publik yang berkenaan dengan penyelenggaraan pelatihan kompetensi. (3) LPK yang teregistrasi, mendapatkan tanda registrasi berbentuk sertifikat, yang memuat: a. nomor dan tanggal registrasi; b. nama LPK; c. lingkup registrasi; d. masa berlaku registrasi; dan e. tata tertib registrasi. (4) LPK yang sudah diregistrasi wajib melaporkan pelaksanaan pelatihan kompetensi paling sedikit 1 (satu) tahun sekali kepada unit kerja eselon I yang membidangi standardisasi. Pasal 4 (1) Unit kerja eselon I yang membidangi standardisasi mengumumkan daftar LPK yang sudah diregistrasi. (2) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi informasi: a. nomor dan tanggal registrasi; b. identitas LPK termasuk kantor cabang; c. penanggung jawab LPK; d. penanggung jawab pelatihan; dan e. daftar pengajar tetap dan tidak tetap. (3) Apabila terjadi perubahan terhadap informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), LPK harus menyampaikan pemberitahuan perubahan dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja kepada unit kerja eselon I yang membidangi standardisasi. 3

Pasal 5 (1) Uji kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf b diikuti oleh PPPU yang telah lulus pelatihan kompetensi. (2) Uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh LSK yang memenuhi persyaratan: a. berbadan hukum; b. memiliki sistem manajemen mutu; c. menyediakan penguji/penilai yang memiliki pengalaman paling sedikit 5 (lima) tahun di bidang pengendalian pada usaha dan/atau kegiatan; d. menyediakan informasi publik yang berkenaan dengan pelaksanaan uji kompetensi; dan e. memiliki mekanisme penanganan pengaduan. (3) LSK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dinilai dan ditetapkan oleh Menteri. Pasal 6 (1) PPPU yang telah lulus uji kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) diberikan sertifikat kompetensi. (2) Sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang. (3) Perpanjangan sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh LSK sesuai dengan sistem manajemen mutu. Pasal 7 Menteri melakukan pembinaan terhadap LPK dan LSK melalui: a. pemberian informasi yang terkait dengan substansi dalam standar kompetensi PPPU; dan/atau b. peningkatan kapasitas pelaksanaan pelatihan dan sertifikasi kompetensi PPPU. Pasal 8 Menteri melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan LPK dan LSK melalui: a. pemantauan dan evaluasi paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun; dan b. tindak lanjut pengaduan masyarakat. Pasal 9 (1) Biaya untuk pelatihan kompetensi, uji kompetensi, dan perpanjangan sertifikat kompetensi dibebankan kepada PPPU sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Biaya untuk registrasi kompetensi dibebankan kepada LPK sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Biaya pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dan Pasal 8 dibebankan pada APBN. 4

Pasal 10 (1) Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, sertifikat kompetensi PPPU yang telah ada sebelum Peraturan Menteri ini ditetapkan, dinyatakan tetap berlaku sampai berakhir masa berlakunya. (2) Semua pengaturan mengenai PPPU wajib disesuaikan paling lama 1 (satu) tahun sejak Peraturan Menteri ini mulai berlaku. Pasal 11 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Diundangkan di Jakarta pada tanggal 19 September 2011 Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 14 September 2011 MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA, ttd MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd PATRIALIS AKBAR GUSTI MUHAMMAD HATTA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2011 NOMOR 584 Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Biro Hukum dan Humas, Inar Ichsana Ishak 5

Lampiran Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 04 Tahun 2011 Tanggal : 14 September 2011 STANDAR KOMPETENSI PENANGGUNGJAWAB PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA 1. Kualifikasi : Penanggung Jawab Pengendalian Pencemaran Lingkungan Sub - Kualifikasi : Penanggung Jawab Pengendalian Pencemaran Udara 2. Definisi Sub - Kualifikasi : Personil di pihak penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang memiliki tanggung jawab internal terhadap pencegahan dan penanggulangan yang disebabkan oleh usaha dan/atau kegiatan tersebut, khususnya yang berasal dari emisi udara sumber tidak bergerak. Personil Penanggung jawab Pengendalian Pencemaran Udara akan melaksanakan tugas antara lain: a. menilai potensi dari usaha dan atau kegiatan; b. menyusun strategi dan rencana kegiatan pemantauan dan operasional alat pengendali ; c. mengkoordinasi kegiatan pemantauan, operasional pemeliharaan alat, dan pengendali. 3. Unit Kompetensi Kerja : 001. Penilaian potensi dari usaha dan/atau kegiatan 002. Perencanaan dan koordinasi pelaksanaan kegiatan pemantauan emisi udara dari sumber tidak bergerak dan udara ambien 003. Perencanaan dan koordinasi pelaksanaan kegiatan operasional pengendali 1

Kode unit : PPPU. 001 Judul unit : Penilaian potensi dari usaha dan/atau kegiatan Deskripsi unit : Unit ini berhubungan dengan pengetahuan dan kemampuan tentang Dasar Pengelolaan Kualitas Udara, Peraturan Pengendalian Pencemaran Emisi Udara dari sumber tidak bergerak dan Udara Ambien, serta Penilaian Potensi Pencemaran Udara. Elemen kompetensi Kriteria unjuk kerja Pengetahuan/kemampuan 1. Pengetahuan dasar pengelolaan kualitas udara, mekanisme terjadinya, dan dampak Mampu menjelaskan mengenai dasar pengelolaan kualitas udara, mekanisme terjadinya pencemaran udara dan dampak, kepada pihak manajemen dan kepada tim kerja pengendali pencemar udara serta pihak terkait a. memahami definisi tentang pencemaran; b. mengetahui jenis pencemar udara; c. mengetahui morfologi sumber (titik, garis dan area); d. memahami sumber emisi udara tidak bergerak dan sumber emisi fugitives; e. memahami keterkaitan antara emisi udara dari sumbernya dengan status kualitas udara; f. mengetahui sistem pengelolaan kualitas udara; g. mengetahui pengaruh meteorologi, kecepatan angin dan stabilitas; h. mengetahui pengaruh reaksi kimia (smog fotokimia, hujan asam, perubahan iklim); i. mengetahui dampak terhadap kesehatan; j. mengetahui dampak terhadap lingkungan dan ekosistem; k. mengetahui dampak terhadap material; 2

Elemen kompetensi Kriteria unjuk kerja Pengetahuan/kemampuan l. mengetahui dampak terhadap lingkungan global (perubahan iklim). 2. Peraturan tentang pengendalian dari sumber emisi tidak bergerak dan ambien Mampu menjelaskan mengenai peraturan pengendalian pencemaran udara, kepada pihak manajemen dan kepada tim kerja pengendali pencemar udara serta pihak terkait a. memahami ketentuan UU Nomor 32 tahun 2009 yang terkait dengan peran pihak penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup Catatan: Kewajiban usaha dan/atau kegiatan: upaya pencegahan, penanggulangan, upaya pemulihan, kewajiban menyampaikan informasi, kewajiban pelaporan b. memahami pokok isi dokumen lingkungan terkait pengendalian : AMDAL, UKL/UPL; c. memahami PP Nomor 41 Tahun 1999 dan peraturan teknis pelaksanaanya yang terkait dengan pengendalian pencemaran udara di pihak penanggung jawab usaha dan atau kegiatan. Catatan: 1. PP Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara (Baku Mutu Udara Ambien); 2. Kep.13/MENLH/3/199 5, Tentang Baku Mutu 3

Elemen kompetensi Kriteria unjuk kerja Pengetahuan/kemampuan Emisi Sumber Tidak Bergerak (Besi dan Baja, Pulp dan Kertas, Semen, Kegiatan Lain); 3. Kep-03 /Bapedal/09/1995 Tentang Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya Beracun (Baku Mutu Emisi Insinerator); 4. KEPMENLH No. 133 Tahun 2004, tentang Baku Mutu Emisi Bagi Kegiatan Industri Pupuk; 5. PERMENLH No. 07 Tahun 2007 Tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Ketel Uap; 6. PERMENLH No. 17 Tahun 2008 Tentang baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Industri Keramik; 7. PERMENLH No. 18 Tahun 2008 Tentang baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Industri Carbon Black; 8. KepDal 205/1996 tentang petunjuk teknis pengendalian sumber tidak bergerak. d. memahami peraturan perundangan lingkungan hidup di daerah yang 4

Elemen kompetensi Kriteria unjuk kerja Pengetahuan/kemampuan 3. Penilaian potensi / parameter Mampu menilai potensi yang diakibatkan dari sumber emisi tidak bergerak terkait dengan Pengendalian Pencemaran Udara. a. mampu mengidentifikasi sumber emisi / kegiatan yang berpotensi mengeluarkan emisi pencemar udara; b. memahami jenis emisi, metode estimasi emisi, faktor emisi, pengendalian emisi; c. mengetahui akses informasi tentang faktor alamiah yang berpengaruh, yaitu arah dan kecepatan angin, temperatur udara, stabilitas atmosfer; d. melakukan inventarisasi data teknis yang berpengaruh yaitu tinggi cerobong, diameter, kecepatan gas, temperatur gas; e. mengetahui model perhitungan difusi dan dispersi emisi dan asumsiasumsi yang digunakan; f. mengetahui data dan informasi yang diperlukan untuk prediksi sebaran difusi dan dispersi emisi; g. memahami hasil perhitungan estimasi konsentrasi pencemar udara; h. mengevaluasi hasil prediksi dibandingkan dengan baku mutu udara ambien. 5

Kode unit : PPPU. 002 Judul unit : Perencanaan dan koordinasi pelaksanaan kegiatan pemantauan emisi udara dari sumber tidak bergerak dan udara ambien Deskripsi unit : Unit ini berhubungan dengan pengetahuan dan kemampuan dalam menyusun perencanaan dan melakukan koordinasi pemantauan emisi udara dari sumber tidak bergerak dan udara ambien dan penggunaan data meteorologi yang diperlukan, serta mengevaluasi data. Elemen kompetensi Kriteria unjuk kerja Pengetahuan/kemampuan 1. Perencanaan pemantauan udara ambien dan emisi cerobong Mampu menyusun dokumen perencanaan untuk pemantauan udara ambien dan emisi cerobong tersusun a. mampu menentukan komponen pelaksanaan pemantauan udara ambien, yaitu jenis parameter, metode pengukuran lama pengukuran dan tujuan pengukuran udara ambien, pedoman penentuan lokasi pemantauan; b. mengetahui teknik sampling udara ambien meliputi : susunan peralatan untuk sampling udara ambien. Teknik sampling gas dengan metode adsorpsi dan absorpsi, Teknik pengukuran TSP, PM10,PM 2.5 dan dustfall, Metode pengukuran NOx dan SO2 dan CO c. mengetahui data pemantauan parameter meteorology dan penggunaannya untuk evaluasi kualitas udara ambien termasuk : peralatan yang digunakan dan teknik pengukurannya untuk parameter d. temperatur, tekanan, kelembaban, kecepatan dan arah angin serta radiasi matahari); 6

2. Pelaksanaan pemantauan, pelaporan dan evaluasi Mampu membuat dokumentasi pelaksanaan pemantauan termasuk pelaporan e. mengetahui persyaratan cerobong lubang sampling dan titik lintas (traverse point) yaitu persyaratan fisik cerobong, penentuan lokasi lubang sampling, jumlah lubang sampling, diameter dan persyaratan lainnya, penentuan titik lintasan dan menghitung, jaraknya masing masing dari dinding cerobong; f. mengetahui prinsip pengukuran dan parameter yang diukur dalam pemantauan yaitu peralatan dan teknik pengukuran dan metode perhitungannya untuk masing-masing parameter temperatur, tekanan, kecepatan, komposisi, kadar air, berat molekul, berat jenis; g. mengetahui syarat dan cara perhitungan konsentrasi, yaitu satuan %, ppm, mg/m3, konversi satuan pada kondisi standar 25 C, 1 atm, dan pada kondisi konsentrasi O2 tertentu; h. mengetahui teknik pengukuran debu, meliputi teknik sampling isokinetik, pengaruh sampling non isokinetik terhadap hasil pengukuran, susunan peralatan untuk sampling debu; i. mengetahui teknik pengukuran SO2 dan NO2 meliputi metode, teknik sampling, susunan peralatan untuk parameter SO2 dan NO2; j. memahami tatacara pengukuran parameter swapantau. a. memahami pelaksanaan pemantauan secara manual; b. memahami sistem pemantauan otomatis dan mampu menganalisis data, antara lain 7

dan evaluasinya Continuous Emission Monitoring (CEM); c. mampu menyusun pelaporan sesuai peraturan/persyaratan dokumen lingkungan, serta membandingkan hasil pengukuran dengan baku mutu; d. mampu mengevaluasi data pemantauan udara dan korelasinya dengan penilaian potensi dampak pencemaran udara dan pelaksanaan kegiatan operasional. Kode unit : PPPU. 003 Judul unit : Deskripsi unit : Perencanaan dan koordinasi pelaksanaan kegiatan operasional pengendalian Unit ini berhubungan dengan pengetahuan dan kemampuan dalam menerapkan teknologi pengendalian emisi mencakup pengelolaan bahan bakar, pelaksanaan pengendalian emisi udara, serta prosedur kondisi abnormal dan prosedur tanggap darurat. Elemen kompetensi 1. Pengetahuan tentang jenis bahan bakar dan karakteristiknya, serta pengendalian proses dan teknologi pembakaran Kriteria unjuk kerja Mampu menyusun dokumen perencanaan untuk pengelolaan bahan bakar, dan Pengendalian proses dan teknologi pembakaran tersusun Pengetahuan/kemampuan a. memahami jenis bahan bakar dan karakteristiknya, termasuk sumber energy terbarukan dan kombinasi bahan bakar; b. memahami pengaruh unsur-unsur kimia dalam bahan bakar terhadap gas hasil pembakaran; c. memahami tentang LHV dan HHV; d. mengetahui perhitungan kebutuhan udara untuk proses pembakaran; 8

2. teknologi pengendalian emisi udara Mampu membuat dokumentasi pelaksanaan pengendalian emisi udara tersusun e. mengetahui perhitungan gas-gas hasil proses pembakaran; f. mengetahui perhitungan efisiensi proses pembakaran; g. mengetahui metode dan pengaturan pembakaran; h. mengetahui tipe-tipe peralatan unit konversi energy dan kelebihan serta kekurangannya; i. mengetahui teknologi pembakaran rendah emisi (antara lain : NOx, COx); j. memahami proses produksi yang menimbulkan emisi udara; k. memahami teknik dan atau teknologi untuk minimisasi emisi udara dari proses produksi. a. mengetahui jenis proses desulfurisasi dan prinsip dari desulfurisasi, meliputi proses desulfurisasi metode kering dan basah; absorbent, reaksi, by product; b. memahami kelebihan dan kekurangan dari proses desulfurisasi dan pengoperasiannya; c. mengetahui jenis teknologi dan prinsip pengolahan emisi NOx atau denitrifikasi; d. memahami prinsip teknik pengendali debu; e. memahami faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan unit pengendali 9

3. Prosedur kondisi abnormal dan prosedur tanggap darurat 4. Pelaporan pelaksanaan pengendalian pencemaran udara Mampu menyusun dokumen SOP kondisi abnormal dan SOP tanggap darurat Mampu menyusun Dokumen laporan pengendalian dari sumber tidak bergerak debu; f. mengetahui tipe fasilitas alat pengendali debu, meliputi prinsip pemilahan debu, penjelasan peralatan, kelebihan dan kekurangan dari peralatan, aplikasi, desain dan pengoperasiannya; g. memahami prinsip dan teknik pengendalian emisi fugitive. a. memahami prosedur kondisi abnormal dan tanggap darurat; b. mengenali sumber penyebab kondisi abnormal dan tanggap darurat; c. mampu melakukan prosedur kondisi abnormal dan tanggap darurat. Memahami pedoman penyusunan laporan pelaksanaan pengendalian dari sumber tidak bergerak MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, ttd GUSTI MUHAMAD HATTA Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Biro Hukum dan Humas, Inar Ichsana Ishak 10