ANALISIS BEBERAPA FAKTOR IBU YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR) (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Ciamis Tahun 2013) Susan Ristiyanti Nurlina dan Siti Novianti Mahasiswa Fakulatas Ilmu Kesehatan Peminatan Gizi Universitas Siliwangi (Chanberriez@ymail.com) Dosen Pembimbing Bagian Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi 2013 ABSTRAK Indikator kesehatan suatu bangsa salah satunya masih dilihat dari tinggi atau rendahnya angka kematian neonatal. Penyebab utama tingginya angka kematian bayi adalah Berat Lahir Rendah (BBLR). Pada tahun 2012 di Kabupaten Ciamis terdapat 1099 jumlah kejadian BBLR dan angka kematian bayi mencapai 75 bayi. Faktor ibu sangat mempengaruhi kejadian BBLR. Faktor ibu tersebut diantaranya adalah umur ibu sewaktu hamil, status gizi, dan pertambahan berat badan selama kehamilan.penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Ciamis. Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol. Sampel penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu ibu yang melahirkan Bayi BBLR sebagai kasus dan ibu yang melahirkan bayi BBLN sebagai kontrol, masing-masing sampel sebanyak 44 responden dengan total 88 responden. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September tahun 2013. Analisis data menggunakan analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi dan analisis bivariat menggunakan Uji Korelasi dan Uji Chi-square. Hasil penelitian menggunakan Korelasi menunjukkan bahwa ada hubungan antara umur ibu (p value = 0,005), ada hubungan antara status gizi (LILA) (p value = 0,000), sedangkan Uji Chi-Square menunjukkan bahwa ada hubungan antara pertambahan berat badan ibu selama kehamilan (p value = 0.000) dengan kejadian BBLR. Kejadian BBLR dipengaruhi oleh faktor umur, status gizi dan pertamban berat badan selama kehamilan. Kata kunci : Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), Umur Ibu, Lingkar Lengan Atas (LILA) dan pertambahan berat badan selama kehamilan. Kepustakaan : 2003-2011
ANALYSIS OF SOME MATERNAL FACTORS ASSOCIATED WITH THE INCIDENCE OF LOW BIRTH WEIGHT INFANTS. (Studies in Puskesmas Ciamis Working Area, 2013). Susan Ristiyanti Nurlina dan Siti Novianti Mahasiswa Fakulatas Ilmu Kesehatan Peminatan Gizi Universitas Siliwangi (Chanberriez@ymail.com) Dosen Pembimbing Bagian Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi 2013 ABSTRACT Health indicators of a nation still seen from high or low of neonatal mortality rate. The main leading cause of infant mortality rate is low birth weight infants. In the district Ciamis there are 1099 low birth weight infants incidents and infant mortality rate reached 75 incidents. Maternal factors influence the incidence of low birth weight infants. The maternal factors such as age of mother during pregnancy, nutritional status and weight gain during pregnancy. The research work carried out in Puskesmas Ciamis Region. The study uses a case kontrol design. The study sample was devided into two groups: mothers who gave birth to low birth as case and mothers who gave birth to normal babies as control, each sample there are 44 respondents by the number of 88 respondents. This study was carried out in September 2013. Data analysis using univariate analysis using frequency distribution and bivariate analysis using correlation test and chi-square test. Result of studies using the correlation suggests that is a relationship between maternal age (p value = 0,005), there is a relationship between nutritional status (upper arm circumference) (p value = 0,000), while the chi-square test showed that there is relationship between maternal weight gain during pregnancy (p value = 0,000) with the incidene of low birth weight infants. Incidence of low birth weight infants is influenced by age, nutritional status(upper Arm Circumference), maternal weight gain during pregnancy. Key words : Low Birth Weight Infants, Age, Nutritional Status (Upper Arm Circumference) and Maternal Weight Gain During Pregnancy. Reference : 2003-2011
1. Pendahuluan Bayi berat lahir rendah (BBLR) salah satu hasil dari ibu yang menderita energi kronis dan akan mempunyai status gizi buruk. BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita juga dapat berdampak serius pada generasi mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan (Depkes RI, 2006). Ada beberapa efek kesehatan yang biasanya terjadi pada bayi BBLR, diantaranya adalah gangguan saluran cerna, hipotermi, gangguan nafas (asfiksia), kejang, ikterus, infeksi bakteri, diare (Kosim MS, et al, 2004). Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah premature baby dengan low birth weight baby (bayi dengan lahir rendah). Dilakukan karena tidak semua bayi dengan berat kurang dari 2500 gram pada waktu lahir bayi prematur. Untuk menentukan apakah bayi baru lahir itu prematur kita dapat melihat dari Sesuai Masa Kehamilan (SMK), dan (BMK) Besar Masa Kehamilan (Sarwono, 2006). Berdasarkan Human Development Report 2010, AKB di Indonesia mencapai 31 per 1.000 kelahiran, angka itu 5,2 lebih tinggi dibandingkan dengan Malaysia, juga 1,2 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan Fililipina dan 2,4 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan Thailand (Forum diskusi kehamilan dan komunitas ibu hamil, 2013). Angka kejadian BBLR di Indonesia berkisar 9-30% bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain. BBLR masih merupakan masalah di seluruh dunia karena merupakan penyebab kematian bayi baru lahir. Sebanyak 25% bayi baru lahir dengan BBLR meninggal dan 50% meninggal saat bayi (Evariny, 2005). Jumlah kematian bayi di Provinsi Jawa Barat tahun 2007 sejumlah 4.272. di pusat rujukan regional Jawa Barat setiap tahunnya antara 20-25% kelahiran BBLR (Esty, 2009). Faktor- faktor yang yang mempengaruhi terhadap kejadian BBLR diantaranya adalah faktor ibu. Faktor ibu sangat berpengaruh terhadap perkembangan janin yang dikandungnya, beberapa faktor ibu tersebut diantarnya adalah umur ibu, paritas, jarak kehamilan, status gizi, kenaikan berat badan ibu pada saat hamil dan pemeriksaan antenatal. Berat badan rendah berkorelasi juga dengan umur ibu, kelahiran bayi BBLR lebih tinggi pada ibu-ibu yang berusia < 20 tahun
dan >35 tahun. Pada ibu muda hal ini terjadi karena mereka sistem reproduksi belum matang, dan sistem transfer plasenta belum seefisien wanita yang cukup umur, sedangkan pada ibu tua terjadi karena kondisi kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat mempengaruhi janin intra uterin yang dapat menyebabkan BBLR (Wikipedia, 2013). Kekurangan gizi selama kehamilan akan berakibat buruk terhadap janin. Penentuan status gizi yang baik yaitu dengan mengukur berat badan ibu sebelum hamil dan kenaikan berat badan ibu selama hamil. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, asfiksia, dan berat bayi lahir rendah (BBLR). Lingkar Lengan Atas (LILA) <23,5 cm merupakan indikator lain untuk mengetahui status gizi yang kurang atau buruk. Pada kehamilan pertambahan berat badan total ibu adalah 9-12 kg. bila kenaikan berat badan berlebih, perlu diperkirakan adanya risiko bengkak, kehamilan kembar, atau anak besar (Hidayati, 2009). Berdasarkan data sekunder yang didapat dari Dinas Kesehatan Ciamis didapatkan bahwa pada tahun 2012 dari 52 puskesmas, tercatat ada sekitar 1099 kejadian bayi BBLR dan 75 bayi BBLR diantaranya meninggal dunia di Kabupaten Ciamis. Jumlah kejadian BBLR terbanyak terdapat di wilayah kerja Puskemas Ciamis, yaitu sekitar 5,37 % (59 kasus) di tahun 2012 dan pada periode Januari- Mei tahun 2013 terdapat sekitar 4.85% (26 kasus) dari 535 ibu melahirkan di wilayah kerja Puskesmas Ciamis. Berdasarkan survey awal yang telah dilakukan di beberapa desa di wilayah kerja Puskesmas Ciamis diperoleh hasil sebanyak 7 orang (58,33%) dengan umur <20 tahun dan >35 tahun, Lingkar Lengan Atas (LILA) <23,5cm sebanyak 6 orang (50%), pertambahan berat badan <10kg sebanyak 8 orang (66,66%) dari 12 responden yang diteliti. Dengan keterbatasan data yang ada dan masih banyaknya faktor risiko yang belum teridentifikasi, maka kondisi tersebut menarik penulis untuk melakukan penelitian mengenai Analisis Beberapa Faktor Ibu yang Berhubungan Dengan Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Ciamis tahun 2013.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis beberapa faktor ibu ynag berhubungan denga kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) dengan ibu yang melahirkan Berat Bayi Normal di Wilayah Kerja Puskesmas Ciamis 2. Metode Penelitian Penelitian ini bersifat observasional dengan desain yang digunkan adalah kasus kontrol. Studi kasus kontrol merupakan salah satu jenis studi analitik dari ilmu epidemiologi yang memepelajari hubungan antara paparan (exposure) dan hasil jadi (outcome) dengan cara membandingkan antara kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status paparannya. Kasus adalah subyek dengan atribut efek positif (BBLR) dan kontrol adalah subyek dengan atribut efek negative (tidak BBLR). Data sekunder diperoleh dari data Puskesmas Ciamis. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung dengan alat bantu kuesioner dan buku KMS/KIA. Data primer meliputi data umur ibu, status gizi (LILA), pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dan kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). Analisis univariat variabel dependen maupun independen dianalisis dengan tabel distribusi frekuensi diantaranya variabel umur ibu, status gizi (LILA), pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dan kejadian BBLR. Analisis bivariat menggunakan Chi-Square, dengan tingkat kemaknaan 0,05. Hasil yang diperoleh pada analisis Chi-Square dengan menggunakan program SPSS 16 yaitu nilai p, kemudian dibandingkan dengan 0,05. 3. Pembahasan Berdasarkan kriteria eksklusi dan inklusi dari seluruh sampel yang berjumlah 88 orang.
PERSENTASE a. Analisis Univariat Tabel 3.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Ciamis Tahun 2013 Variabel Mean SD Minimal Maksimal Umur 26,58 8,078 15 43 95% CI 24,87 28,29 Berdasarkan tabel 3.4 diketahui bahwa rata-rata umur ibu adalah 26,58 tahun (95% CI: 24,87 28,29), dengan standar deviasi 8,078 tahun. Umur ibu termuda adalah 15 tahun dan umur ibu tertua adalah 43 tahun. Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Kelompok Umur No Umur ibu Frekuensi N Presentase (%) 1 Ideal (20-34 tahun) 43 48,9 2 Terlalu muda < 20 tahun 25 28,4 3 Terlalu tua >35 tahun 20 22,7 Jumlah 88 100,0 Grafik 3.1 Umur Ibu Menurut Kelompok Umur Umur Ibu 60 50 40 30 20 10 0 Ideal Terlalu muda Terlalu tua Kelompok Umur ibu 48,9 28,4 22,7 Berdasarkan grafik 3.1 diketahui bahwa ibu hamil dengan umur ideal (20-34 tahun) sebanyak 43 responden (48,9%), ibu hamil dengan umur terlalu muda
sebanyak 25 responden (28,4%) dan umur ibu terlalu tua sebanyak 20 responden (22,7%). Tabel 3.3 Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden yang dilihat dari Lingkar Lengan Atas (LILA) di Wilayah Kerja Puskesmas Ciamis Tahun 2013 Variabel Mean SD Minimal Maksimal LILA 24,369 3,0630 17 36 95% CI 23,720 25,018 Berdasarkan tabel 3.3 diketahui bahwa rata-rata ukuran LILA ibu adalah 24,369 cm (95% CI: 23,720 25,018), dengan standar deviasi 3,0630. Ukuran LILA ibu terkecil adalah 17 cm dan ukuran LILA ibu terbesar adalah 36 cm. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata ukuran LILA ibu adalah diantara 23,720 cm sampai dengan 25,018 cm. Tabel 3.4 Distribusi Frekuensi Pertambahan Berat Badan Selama Kehamilan Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Ciamis Tahun 2013 No Pertambahan Berat Badan Ibu Selama Kehamilan Frekuensi N Persentase (%) 1 Tidak sesuai IMT 34 38.6 2 Sesuai IMT 54 61.4 Jumlah 88 100.0 Berdasarkan tabel 3.4 diketahui bahwa responden dengan pertambahan berat badan tidak sesuai IMT sebanyak 34 orang (38.6%), sedangkan responden dengan pertambahan berat badan sesuai IMT sebanyak 54 orang responden (61.4%). b. Analisis Bivariat Tabel 3.5 Hubungan Umur Responden Dengan Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Ciamis Tahun 2013. Variabel R p value Umur ibu 0,529 0,000
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara umur ibu dengan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) menunjukkan hubungan kuat (r = 0,529) dan berpola positif artinya semakin berisiko umur ibu, maka semakin kecil pula berat lahir bayinya. Hasil uji statistik didapatkan ada hubungan yang signifikan antara umur ibu dengan kejadian BBLR (p value= 0,000). Tabel 3.6 Hubungan Status Gizi Responden Dengan Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Ciamis Tahun 2013. Variabel R p value LILA 0,543 0,000 Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara ukuran LILA ibu dengan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) menunjukkan hubungan kuat (r = 0,543) dan berpola positif artinya semakin kecil ukuran LILA ibu, maka semakin kecil pula berat lahir bayinya. Hasil uji statistik didapatkan ada hubungan yang signifikan antara ukuran LILA ibu dengan kejadian BBLR (p value= 0,000). Tabel 3.7 Hubungan Pertambahan Berat Badan Selama Kehamilan Responden Dengan Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Ciamis Tahun 2013. No Kategori responden Total Pertambahan BBLR Tidak BBLR Berat Badan N % N (%) n % 1 Beresiko 28 82.4 6 17.6 34 100.0 2 Tidak beresiko 16 29.6 38 70.4 42 100.0 Jumlah 44 50.00 44 50.00 88 100.0 p value = 0,000 OR = 11,083 CI = 3,849 31,915 Hasil penelitian menunjukkan proporsi kejadian BBLR didapatkan lebih banyak pada responden dengan pertambahan berat badan ibu yang tidak sesuai IMT (82.4%) dibandingakan dengan yang sesuai IMT (17,6%). Sedangkan responden yang tidak BBLR didapatkan lebih banyak dengan pertambahan berat badan ibu yang sesuai IMT(70,4%) dibandingkan yang yang tidak sesuai IMT (29,6%). Uji Chi Square pertambahan berat badan ibu dengan kejadian BBLR didapat nilai p value = 0,000 berarti kesimpulannya ada hubungan yang bermakna antara pertambahan berat
badan ibu dengan kejadian BBLR. Dengan OR = 11,083 95% CI = 3,849 31,915. Maka, responden dengan pertambahan berat badan tidak sesuai IMT 11,083 kali lebih berisiko dibandingkan dengan responden yang sesuai IMT. Simpulan 1. Ada hubungan antara umur ibu dengan kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) dengan nilai p value =0.000, dan nilai R =0,529. 2. Ada hubungan antara status gizi (LILA) ibu dengan kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) dengan nilai p value =0.000, dan nilai R =0,543. 3. Ada hubungan antara pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dengan kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) dengan nilai p value =0.000, dan nilai OR =11.083. Saran 1. Bagi Puskesmas Ciamis a. Memberikan konseling kepada calon ibu atau ibu hamil yang datang memeriksakan diri disekitar Wilayah Kerja Puskesmas Ciamis mengenai pertambahan berat badan selama kehamilan dan risikonya jika tidak terpenuhi. b. Memberikan penyuluhan kepada ibu hamil tentang pentingnya asupan gizi selama kehamilan demi pertumbuhan janin yang sehat. 2. Bagi ibu hamil a. Hendaknya ibu hamil merencanakan persalinan pada kurun umur reproduksi sehat (20-34 tahun). b. Ibu hamil disarankan untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi agar pertambahan berat badan sesuai dengan Berat Badan Ideal (BBI) ibu hamil yang disarankan untuk menjaga kesehatan ibu hamil dan janin didalam kandungannya. 3. Bayi Peneliti Lain a. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambahkan faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kejadian BBLR dengan menggunakan desain penelitian kohort agar dapat dilakukan pemanatauan secara lebih akurat terhadap faktor risiko BBLR.
DAFTAR PUSTAKA Depkes RI. Pedeoman gizi seimbang (panduan untuk petugas). Departemen kesehatan, Jakarta : 2006 Kosim MS, et al. Bayi berat lahir rendah dalam :Pusponegoro HD, Hadinegoro SR, Firmanda D, Trijja B, Pudjiadji AH, Kosim MS, Rusmil K, Penyunting. Standar Pelyanan Medis Kesehatan Anak Edisi Ke-1. Jakarta: 2005 Prawiroharjo, Sarwono. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Hal 90. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta : 2006