MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
2016, No Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indon

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015

BUPATI MALUKU TENGGARA

MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN KONFLIK KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL

2017, No Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan Lembar

2017, No Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lem

SOSIALISASI PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN INTELEKTUAL

Peraturan Sekjen DPR RI Nomor 8 Tahun 2015 Rabu, 13 April 2016

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lem

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG


PENGADILAN NEGERI BANTUL KELAS I B

PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 6 TAHUN PEDOiVIAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN BADAN PUSAT STATISTIK

2015, No Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 1

Surabaya, 1 November 2015 PT Perkebunan Nusantara XII

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA KEPANITERAAN DAN SEKRETARIAT JENDERAL

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotism

X 5 A d ' ' > '/' Ditetapkan'tli

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN UMUM PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN I. Pendahuluan

PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN AGAMA KAB. SUMBAWA

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 5 Tahun : 2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG IVIAHA ESA KEPALA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI,

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3874) sebagaimana telah diubah dengan Und

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis

SURAT EDARAN Nomor: 18 /SE/M/2017 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MALANG

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

2017, No Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasaan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nom

2017, No Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8); 4. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Re

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

12/04/2013. Oleh Asisten Deputi Penegakan Integritas SDM Aparatur. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

BENTURAN KEPENTINGAN (CONFLICT OF INTEREST) PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

2017, No Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran N

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3852); 2. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 200

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS AIRLANGGA

-2- Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik

terhadap pengelolaan pelayanan terpadu satu pintu. Oleh karena itu Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu menyadari pentingnya sikap yang

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang A

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 125/DJ-PSDKP/2011 TENTANG

2017, No Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 3874), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

2016, No Peraturan Presiden Nomor 103 Tahun 2015 tentang Badan Pengelola Transportasi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Lembaran

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

PEDOMAN BENTURAN KEPENTINGAN

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19

2017, No Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang P

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PELAPORAN HARTA KEKAYAAN APARATUR SIPIL NEGARA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL

2017, No Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 142); 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2015 tentang Kementerian Penday

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Re

2 Pelanggaran di Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih da

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/PERMEN-KP/2013 TENTANG

B E N T U R A N K E P E N T I N G A N CONFLICT OF INTEREST. PT Jasa Marga (Persero) Tbk

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala LIPI tentang Pengelolaan Pengadu

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2017 TENTANG URAIAN JABATAN DI INSTITUT SENI

2017, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 14); 4. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

2016, No Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih

2016, No Kemaritiman tentang Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman; Mengingat :

2017, No Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169); 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian N

Transkripsi:

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 61 TAHUN 2016 TENT ANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA MENTER! PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang a. bahwa dalam rangka pcningkatan pclaksanaan tata kelola Pemerintahan yang baik dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme diperlukan suatu kondisi yang bebas dari benturan kepentingan; b. bahwa dalam upaya penyelarasan dengan ciitetapkannya Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Rcformasi Birokrasi Nomor 37 T&hun 2012 tentang Pedoman Umum Penanganan Benturan Kepentingan dan untuk menanggulangi pemahaman yang tidak seragam mengenai benturan kepentingan yang dapat menimbulkan penafsiran beragam schingga mempengaruhi kinerja ASN di lingkungan Kementerian Perhubungan, diperlukan suatu petunjuk pelaksanaan penanganan benturan kepentingan di lingkungan Kementerian Perhubungan;

-2- c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tentang Petunjuk Pelaksanaan Penanganan Benturan Kepentingan di Lingkungan Kementerian Perhubungan; Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Negara Republik Indonesia Nomor 3874) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4150); 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Tahun 2014 nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1974 tentang Pembatasan Kegiatan Pegawai Negeri dalam Usaha Swasta (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3021); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4890);

-3-6. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135); 7. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 Tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8); 8. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 Tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75); 9. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Penanganan Benturan Kepentingan 10. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 189 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan; 11. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 3 Tahun 2016 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Badan Pengelola Transportasi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi; Menetapkan MEMUTUSKAN : PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK lndonesia TENT ANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Pasal 1 Petunjuk Pelaksanaan Penanganan Benturan Kepentingan di Lingkungan Kementerian Perhubungan sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

-4- Pasal2 Petunjuk Pelaksanaan Penanganan Benturan Kepentingan di lingkungan Kementerian Perhubungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal l merupakan acuan bagi Pejabat dan/ atau Pegawai di lingkungan Kementeriaan Perhubungan untuk mengenal, mencegah dan mengatasi/menangani benturan kepentingan dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya. Pasal 3 Atasan langsung Pejabat dan/ atau Pegawai melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan Petunjuk Pelaksanaan Penanganan Benturan Kepentingan di Lingkungan Kementerian Perhubungan. Pasal4 Peraturan Menteri m1 mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

-5- Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 17 Mei 2016 MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, ttd IGNASIUS JONAN Diundangkan di Jakarta padatanggal 19Mei2016 DIREKTUR JENDERAL PERATURANPERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd WIDODO EKATJAHJANA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 772 Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BIRO HUKUM ~ ~ t- SRILESTARIRAH YU Pembina Utama Muda (IV/ c) NIP. 19620620 198903 2 001

-1- LAMPIRAN PERATURAN MENTER! PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NO MOR : PM 61 TAHUN 2016 TENTANG : 17 MEI 2016 PETUNJUK PELAKSANAAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Dalam rangka peningkatan pelaksanaan tata kelola Pemerintahan yang baik (good government), bebas dari korupsi, kolusi clan nepotisme, menciptakan lingkungan yang menimbulkan perilaku positif clan kondusif, serta untuk menanggulangi pemahaman yang tidak seragam mengenai benturan kepentingan yang dapat menimbulkan penafsiran beragam sehingga mempengaruhi kinerja Pegawai, perlu dilakukan upaya pencegahan clan penanganan terhadap terjadinya benturan kepentingan dari Pejabat clan/ atau Pegawai di lingkungan Kementerian Perhubungan. Untuk mendukung terlaksananya pencegahan clan penanganan terhadap terjadinya benturan kepentingan dari Pejabat clan/ atau Pegawai di lingkungan Kementerian Perhubungan diperlukan suatu petunjuk pelaksanaan penanganan benturan kepentingan di lingkungan Kementerian Perhubungan. Penyusunan petunjuk pelaksanaan penanganan benturan kepentingan di lingkungan Kementerian Perhubungan mengacu pada peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pelaksanaan tugas clan fungsi Kementerian Perhubungan, pencegahan clan pemberantasan korupsi, pelaksanaan reformasi birokrasi serta pedoman yang diatur dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara clan Reformasi Birokrasi Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Penanganan Benturan Kepentingan. B. Maksud Dan Tujuan. 1. Maksud. Maksud ditetapkan Petunjuk Pelaksanaan Penanganan Benturan Kepentingan di Lingkungan Kementerian Perhubungan ini adalah sebagai petunjuk pelaksanaan dalam bersikap, berperilaku clan bertindak terhadap adanya benturan kepentingan, agar seluruh pegawai

-2- di lingkungan Kementerian Perhubungan memiliki pemahaman yang seragam mengenai benturan kepentingan. 2. Tujuan. Tujuan ditetapkannya Petunjuk Pelaksanaan Penanganan Benturan Kepentingan di Lingkungan Kementerian Perhubungan ini adalah: a. meningkatkan pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik (good government); b. menegakkan integritas dan mencegah terjadinya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN); c. menciptakan lingkungan yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif; d. memahami, mencegah dan mengatasi situasi benturan kepentingan secara transparan dan efisien tanpa mengurangi kinerja sehingga Pegawai Kementerian Perhubungan dapat melakukan tugas sesuai dengan bidang tugas dan tanggung jawabnya sesuai tingkatannya berdasarkan pertimbangan yang profesional, berintegritas, objektif, independen, transparan dan bertanggung jawab; e. mencegah terjadinya pengabaian pelayanan kepada mitra kerja, pihak lain dan pegawai di lingkungan Kementerian Perhubungan. C. Ruang Lingkup. Ruang lingkup Petunjuk Pelaksanaan Penanganan Benturan Kepentingan di Lingkungan Kementerian Perhubungan 1m meliputi pencegahan dan penanganan benturan kepentingan di lingkungan Kementerian Perhubungan. D. Pengertian Umum. Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Benturan Kepentingan adalah situasi yang memiliki atau patut diduga memiliki pengaruh kepentingan pribadi, golongan atau pihak lain terhadap kualitas keputusan dan/ atau tindakan pegawai sesuai dengan kewenangannya. 2. Hubungan afiliasi adalah hubungan yang dimiliki oleh seorang pegawai dengan pihak tertentu baik karena hubungan darah, hubungan perkawinan, kelompok atau golongan yang dapat mempengaruhi keputusannya.

-3-3. Pegawai di Lingkungan Kementerian Perhubungan adalah PNS, prajurit Tentara Nasional Indonesia, anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia clan Pegawai Lainnya yang berdasarkan Keputusan Pejabat yang berwenang diangkat dalam suatu jabatan clan bekerja secara pen uh pada satuan organisasi di lingkungan Kementerian Perhubungan. 4. Pegawai Lainnya adalah pegawai yang diangkat pada jabatan yang telah mendapat persetujuan dari menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Pendayagunaan Aparatur Negara clan Reformasi Birokrasi. II. BENTURAN KEPENTINGAN A. Bentuk Benturan Kepentingan Bentuk benturan kepentingan adalah situasi yang menyebabkan Pegawai Kementerian Perhubungan melakukan hal-hal antara lain: 1. Menerima gratifikasi atau pemberian/penerimaan hadiah atas suatu keputusan / jabatannya. 2. Menggunakan Barang Milik Negara clan/ atau jabatannya untuk kepentingan pribadi/ golongan. 3. Menggunakan informasi rahasia jabatan untuk kepentingan pribadi/ golongan. 4. Memberikan akses khusus kepada pihak tertentu tanpa mengikuti prosedur yang seharusnya. 5. Dalam proses pengawasan clan pembinaan tidak mengikuti prosedur karena adanya pengaruh dan/atau harapan dari pihak yang diawasi. 6. Menyalahgunakan jabatan. 7. Menggunakan diskresi yang menyalahgunakan wewenang. 8. Bekerja di luar pekerjaan pokoknya secara melawan hukum. 9. Memberikan informasi lebih dari yang ditentukan, keistimewaan maupun peluang dengan cara melawan hukum bagi calon penyedia barang/jasa. B. Jenis Benturan Kepentingan Jenis benturan antara lain: 1. Kebijakan dari pegawai yang berpihak akibat pengaruh, hubungan dekat, ketergantungan clan/ atau pemberian gratifikasi. 2. Pemberian izin clan/ atau persetujuan dari pegawai yang diskriminatif.

-4-3. Pengangkatan pegawai berdasarkan hubungan dekat/balas jasa/ rekomendasi/pengaruh dari pegawai lainnya. 4. Pemilihan rekanan kerja oleh pegawai berdasarkan keputusan yang tidak professional. 5. Melakukan komersialisasi pelayanan publik. 6. Menggunakan Barang Milik Negara dan/ atau informasi rahasia untuk kepentingan pribadi/ golongan tertentu. 7. Melakukan pengawasan tidak sesuai norma, standar dan prosedur yang telah ditetapkan karena adanya pengaruh dan/ atau harapan dari pihak yang diawasi. 8. Melakukan penilaian atas pengaruh pihak lain dan/ atau tidak sesuai norma, standar dan prosedur yang telah ditetapkan. 9. Menjadi bagian dari pihak yang memiliki kepentingan atas sesuatu yang dinilai. 10. Menjadi bawahan dari pihak yang dinilai. 11. Pengangkatan/mutasi/promosi yang tidak adil dan/ atau berindikasi adanya pengaruh dan/ atau kepentingan pihak tertentu. C. Sumber Benturan Kepentingan 1. Penyalahgunaan wewenang, yaitu dengan membuat keputusan atau tindakan yang tidak sesuai dengan tujuan atau melampaui batas-batas pemberian wewenang yang diberikan oleh peraturan perundangundangan. 2. Perangkapan jabatan, yaitu pegawai menduduki dua atau lebih jabatan publik sehingga tidak bisa menjalankan jabatannya secara profesional, independen dan akuntabel selain yang telah diatur dalam Peraturan Perundang undangan. 3. Hubungan afiliasi, yaitu hubungan yang dimiliki oleh pegawai dengan pihak tertentu baik karena hubungan darah, hubungan perkawinan maupun hubungan pertemanan yang dapat mempengaruhi keputusannya. 4. Gratifikasi, yaitu pemberian dalam arti luas meliputi pemberian uang, barang, rabat, komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma dan fasilitas lainnya. 5. Kelemahan sistem organisasi, yaitu keadaan yang menjadi kendala bagi pencapaian tujuan pelaksanaan kewenangan pegawai yang disebabkan karena struktur dan budaya organisasi yang ada.

-5-6. Kepentingan pribadi, yaitu keinginan/kebutuhan pegawai mengenai suatu hal yang bersifat pribadi. III. PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN A. Prinsip Dasar Penanganan Benturan Kepentingan. 1. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, setiap pegawai diwajibkan: a. mendasarkan pada peraturan perundang-undangan, kebijakan dan standard operating procedure (SOP) yang berlaku; b. mendasarkan pada profesionalitas, integritas, objektivitas, independensi, tranparansi dan tanggung jawab; c. tidak memasukan unsur kepentingan pribadi atau golongan; d. tidak dipengaruhi hubungan afiliasi; e. menciptakan dan membina budaya organisasi yang tidak toleran terhadap benturan kepentingan. 2. Pegawai harus menghindarkan diri dari sikap, perilaku dan tindakan yang dapat mengakibatkan benturan kepentingan. 3. Setiap terjadi benturan kepentingan, maka pegawai diwajibkan: a. mengungkapkan kejadian atau keadaan benturan kepentingan yang dialami dan/atau diketahui kepada pemberi tugas dan/atau atasan langsung dan/ atau Kepala Unit Kerja; b. tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang terkait; c. mengundurkan diri dari penugasan terkait. 4. Pimpinan Unit Kerja dan atasan langsung harus mengendalikan dan menangani benturan kepentingan secara memadai. B. Pelaporan dan Penanganan Benturan Kepentingan. 1. Apabila terjadi atau berpotensi terjadi situasi benturan kepentingan, pegawai atau pihak-pihak lain (mitra kerja dan/ atau masyarakat) yang mengetahui adanya potensi atau situasi benturan kepentingan di lingkungan Kementerian Perhubungan, dapat melaporkan melalui: a. atasan langsung dan/ atau Kepala Unit Kerja terkait; b. layanan pengaduan yang tersedia, seperti Whistleblower System dan/atau Unit Pengendali Gratifikasi dan/atau melalui aplikasi Sistem Manajemen Pengaduan (SIMADU). 2. Penanganan benturan kepentingan a. atasan langsung dan/ atau Kepala Unit Kerja, wajib menindaklanjuti laporan dengan memeriksa kebenaran terjadinya benturan

-6- kepentingan paling lambat 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak laporan diterima; b. pelaporan yang dilaporkan melalui Whistleblower System dan/atau Unit Pengendali Gratifikasi dan/ atau melalui aplikasi SIMADU, diteruskan kepada Atasan langsung dan/ atau Kepala Unit Kerja terlapor paling lambat 2 (dua) hari kerja terhitung sejak laporan diterima; c. apabila hasil pemeriksaan menyatakan tidak terjadi benturan kepentingan, maka Atasan langsung dan/ atau Kepala Unit Kerja menyatakannya dalam bentuk laporan pemeriksaan dan menginformasikan hasil pemeriksaan tersebut kepada pelapor; d. atasan langsung dan/atau Kepala Unit Kerja terlapor dapat menetapkan pemulihan nama baik apabila diperlukan atas permintaan terlapor, dalam ha! tidak ditemukan adanya bukti telah terjadi benturan kepentingan; e. apabila hasil pemeriksaan menyatakan akan atau telah terjadi benturan kepentingan, maka Atasan langsung dan/atau Kepala Unit Kerja, dapat: 1) membebaskan terlapor dari tugas dimana yang bersangkutan mengalami benturan kepentingan; 2) membatasi akses pegawai atas informasi dan/atau kewenangan tertentu dimana yang bersangkutan berpotensi mengalami benturan kepentingan; 3) mengusulkan mutasi pegawai ke jabatan lain yang tidak memiliki benturan kepentingan; 4) mengalihtugaskan tugas dan tanggung jawab pegawai yang bersangkutan; 5) mengintensifkan pengawasan terhadap pegawai tersebut; 6) meneruskan kepada pejabat yang berwenang dan/atau Aparat Penegak Hukum; 7) menetapkan sanksi sesua1 dengan ketentuan perundangundangan yang berlaku. 3. Semua pihak yang terkait dengan penanganan benturan kepentingan diwajibkan menjaga kerahasiaan sesuai ketentuan yang berlaku. 4. Terhadap setiap pelaporan dan penanganan benturan kepentingan dilaporkan kepada Inspektorat Jenderal Kementerian Perhubungan.

-7-5. Inspektorat JenderaI melakukan pengawasan terhadap setiap pelaporan clan penanganan benturan kepentingan di lingkungan Kementerian Perhubungan. C. Upaya Yang Diperlukan Untuk Keberhasilan Penanganan Benturan Kepentingan. 1. Komitmen clan keteladanan. Diperlukan komitmen clan keteladanan dari seluruh pegawai dalam menggunakan kewenangannya secara baik dengan mempertimbangkan integritas, kepentingan lembaga, kepentingan publik, kepentingan pegawai clan beberapa faktor lainnya. 2. Perhatian khusus atas hal-hal tertentu. Perhatian khusus perlu dilakukan terhadap hal-hal tertentu yang dianggap beresiko tinggi yang akan dapat menyebabkan terjadinya situasi benturan kepentingan. Hal-ha! yang perlu mendapat perhatian khusus tersebut antara lain adalah: a. hubungan afiliasi; b. gratifikasi; c. pekerjaan tambahan atau sampingan; d. informasi orang dalam; e. kepentingan dalam pengadaan barang clan jasa; f. tuntutan keluarga clan/ atau komunitas; g. kedudukan di organisasi lain; h. intervensi padajabatan sebelumnya; i. perangkapan jabatan. 3. Menghindari situasi benturan kepentingan. Pelaksanaan tugas clan fungsi di lingkungan Kementerian Perhubungan agar selalu mengikuti kaidah good government, oleh karena itu seluruh pegawa1 dalam melaksanakan tugas clan fungsinya harus memperhatikan, menghindari clan memproteksi diri dari potensi terjadinya benturan kepentingan. Pegawai dapat lebih awal menghindari terjadinya benturan kepentingan atau melakukan antisipasi terhadap terjadinya benturan kepentingan, antara lain dengan lebih awal mengetahui agenda pembahasan untuk pengambilan keputusan atau melakukan penarikan diri dari situasi yang berpotensi terjadi benturan kepentingan.

-8-4. Pemantauan dan evaluasi. Agar pelaksanaan Petunjuk Pelaksanaan Penanganan Benturan Kepentingan di Lingkungan Kementerian Perhubungan tetap efektif dan relevan dengan lingkungan yang terus berubah, Inspektorat Jenderal melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala setiap tahunnya dengan melibatkan seluruh Unit Kerja Eselon I di lingkungan Kementerian Perhubungan. 5. Sanksi. Pegawai yang melanggar Peraturan Menteri ini dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang undangan. IV. PENUTUP Petunjuk Pelaksanaan Penanganan Benturan Kepentingan di Lingkungan Kementerian Perhubungan ini merupakan salah satu acuan bagi pegawai dalam bersikap dan berperilaku sehingga dapat mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih serta terbebas dari perilaku korupsi, kolusi dan nepotisme pada umumnya dan dapat mewujudkan perilaku positif dan kondusif dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya serta mewujudkan manajemen yang sehat pada khususnya. MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, ttd IGNASIUS JONAN Salinan sesuai dengan aslinya SRILESTARIRAH YU Pembina Utama Muda (IV/ c) NIP. 19620620 198903 2 001