Margono, Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Magelang ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Aloei Saboe Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI SAAT PERAWATAN LUKA DI RSUD MAJALENGKA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO), ada sebanyak 234,2 juta

BAB V PEMBAHASAN. terhadap intensitas nyeri ibu nifas post sectio caesarea di RSUD Surakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang. akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB I PENDAHULUAN. dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002).

Clinical Science Session Pain

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembedahan merupakan suatu tindakan pengobatan yang menggunakan. cara invasif dengan membuka dan menampilkan bagian tubuh yang akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Teknik Relaksasi...,Bayu Purnomo Aji,Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh

FIRMAN FARADISI J

BAB I PENDAHULUAN. anestesi untuk pengelolaan nyeri, tanda vital, juga dalam pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. Sayatan atau luka yang dihasilkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 52 Jombang. Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Jombang. dalam layanan pilihan utama masyarakat di Kabupaten Jombang

Guntur Prasetya*) Maria Suryani**) Mamat Supriyono***)

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan menurut Wahyuningsih (2005), terapi Intravena adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia,

The 7 th University Research Colloqium 2018 STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan dengan cepat, tepat dan benar. Diberikan melalui

ARTIKEL EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG CEMPAKA RSUD UNGARAN

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB I PENDAHULUAN. jaringan aktual dan potensial yang menyebabkan seseorang mencari. perawatan kesehatan ( Smeltzer & Bare, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. bayi yang dilakukan dengan cara insisi pada dinding abdomen ibu (WHO,

BAB I PENDAHULUAN. sementara di tahun 2011 terdapat korban. Korban luka ringan pada

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PASIEN FRAKTUR TENTANG TEHNIK RELAKSASI NAFAS DALAM DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. sampai evaluasi selanjutnya (Uliyah & Hidayat, 2008). Keluhan yang

BAB I PENDAHULUAN. dokter menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang

SKRIPSI SULASTRI J

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang

BAB I PENDAHULUAN. jaringan tulang dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berkedudukan di jalan Prof. Dr. H. Aloei Saboe Nomor 91 RT 1 RW 4 Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Pengaruh Terapi Murottal Terhadap Nyeri Pasien Post Seksio Sesaria Di Rsi Sunan Kudus Kabupaten Kudus Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak yang berkualitas agar dapat melanjutkan cita-cita bangsa dan

STRATEGI KOPING DAN INTENSITAS NYERI PASIEN POST OPERASI DI RUANG RINDU B2A RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

PENGARUH AROMATERAPI TERHADAP NYERI PADA PASIEN POST OPERASI SECTIO CAESAREA DI RSUD KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. penjahitan luka (Sustyowati, dkk, 2010). Potter & Perry (2005) menyebutkan bahwa menghadapi pembedahan pasien akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. biasanya progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari 24 jam tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun bagi janin (Prawirohardjo,

PENGARUH NAFAS DALAM MENGGUNAKAN PERNAFASAN DIAFRAGMA TERHADAP NYERI SAAT PERAWATAN LUKA PASIEN POST OPERASI DI RUMAH SAKIT SARI ASIH SERANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan adalah rangkaian proses fisiologis yang berakhir dengan

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN

EFEKTIFITAS STIMULASI KULIT DENGAN TEKNIK KOMPRES HANGAT DAN DINGIN TERHADAP PENURUNAN PERSEPSI NYERI KALA I FASE AKTIF PERSALINAN FISIOLOGIS

BAB I PENDAHULUAN. proliferatif, dan fase remodeling. Proses-proses tersebut akan dipengaruhi oleh faktor

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH MENDENGAR MUROTTAL AL-QUR AN TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PASIEN PASCA OPERASI APENDISITIS

BAB III METODE PENELITIAN. quasi eksperiment dengan bentuk pretest posttest with control. group, dengan desain penelitian sebagai berikut:

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS ABSTRAK

INFOKES, VOL. 3 NO. 1 Februari 2013 ISSN :

BAB V PEMBAHASAN. perineum pada ibu postpartum di RSUD Surakarta. A. Tingkat Nyeri Jahitan Perineum Sebelum Diberi Aromaterapi Lavender

BAB I PENDAHULUAN. mengalami berbagai perkembangan penyakit yang bersifat degeneratif.

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti susah diatur dan lebih sensitif terhadap perasaannya (Sarwono, 2011).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1mm/KgBB + tramadol. Dalam hal ini, masing-masing data akan

Oleh; Wahyu Riniasih 1). Fatchulloh 2) 1) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners 2) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Nyeri pada penderita artritis reumatoid adalah gejala yeng sering

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. paling umum untuk mencari pertolongan kesehatan. Seseorang yang nyeri

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah quasi eksperiment dengan pre - post

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH TERAPI RELAKSASI NAPAS DALAM TERHADAP TINGKAT DISMENORE PADA KARYAWATI BIMBINGAN BELAJAR QUANTUM KIDS PONTIANAK

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI POST OPERASI DI RUMAH SAKIT Dr.OEN SURAKARTA

CHARISA CHAQ ( S) RIZKA YUNI FARCHATI ( S)

PENGARUH KOMPRES HANGAT DI SUPRA PUBIK TERHADAP PEMULIHAN KANDUNG KEMIH PASCA PEMBEDAHAN DENGAN ANESTESI SPINAL DI RSUD BATANG

BAB I PENDAHULUAN. 1

STUDI DESKRIPTIF PEMBERIAN OKSIGEN DENGAN HEAD BOX TERHADAP PENINGKATAN SATURASI OKSIGEN PADA NEONATUS DI RUANG PERINATALOGI RSI KENDAL ABSTRAK

BAB III KERANGKA KONSEP. dalam penelitian ini adalah metode masase dan variabel dependen adalah nyeri

PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi alam dan masyarakat yang sangat kompleks, menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. (21,8%) diantaranya persalinan dengan Sectio Caesarea (Hutapea, H, 1976).

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak tahun 2000, angka kejadian penyakit tidak menular semakin

BAB I PENDAHULUAN. jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (UMY). Universitas Muhammadiyah Yogyakarta merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prioritas tertinggi dalam Hirarki Maslow, dan untuk manusia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilaksanakan di RSGM UMY dengan tujuan untuk melihat adanya

BAB I PENDAHULUAN. banyak terjadi pada orang dewasa, salah satu manifestasi klinis penyakit jantung

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data Global Status Report on Road Safety yang. dikeluarkan WHO.Indonesia dilaporkan mengalami kenaikan jumlah

BAB III METODE PENELITIAN. experiment menggunakan pendekatan pre-post test design with control group.

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

HUBUNGAN PENGGUNAAN TEKHNIK BIRTHBALL DENGAN TINGKAT NYERI PADA IBU BERSALIN KALA I DI BPM UMU HANI YOGYAKARTA TAHUN 2015

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen yaitu untuk

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. progresif. Perubahan serviks ini memungkinkan keluarnya janin dan produk

PENGARUH ANALGESIA AKUPUNTUR FREKUENSI KOMBINASI TERHADAP ONSET NYERI PASIEN PASCA OPERASI KRURIS TERTUTUP

GAMBARAN TINGKAT NYERI PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL. Karya Tulis Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. tenaga fisik. Menurut data yang didapatkan, di Indonesia pada tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

Transkripsi:

EFEKTIFITAS TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENINGKATAN ADAPTASI REGULATOR TUBUH UNTUK MENURUNKAN NYERI PASIEN POST OPERASI FRAKTUR DI RUMAH SAKIT ORTOPEDI SOEHARSO SURAKARTA Margono, Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Magelang e-mail : margono.s.kep@yahoo.com ABSTRAK Penatalaksanaan fraktur dengan pembedahan akan menimbulkan kerusakan pada jaringan sehingga akan melepaskan zat-zat yang mengaktifkan reseptor nyeri (histamine, serotonin, plasmakinin, bradikinin, dan prostaglandin). Setiap individu akan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Adaptasi merupakan mekanisme koping untuk menjelaskan proses kontrol dari individu.teknik relaksasi akan memenuhi kebutuhan metabolisme regulator dalam tubuh. Tujuan penelitian yaitu mengetahui efektivitas terapi relaksasi nafas dalam terhadap meningkatnya adaptasi regulator tubuh untuk menurunkan nyeri pada pasien post operasi fraktur di RSO Soeharso Surakarta. Jenis penelitian ini eksperiment kuasi dengan desain pretest-postest control design. Populasi penelitian seluruh pasien post operasi fraktur di RS Soeharso Surakarta dengan sampel pasien yang memenuhi kreteria inklusi dengan jumlah sampel yaitu 32 pasien yang terbagi dalam 2 kelompok (perlakuan dan kontrol). Teknik pengambilan sampel dengan cara accidental sampling, sebelum analisis stataistik peneliti melakukan uji normalitas dengan uji Shapiro-Wilk, dan selanjutnya dilakukan uji paired sampel t-test dan independent t-test untuk data distribusi normal sedangkan uji wilcoxon dan mann-whitney untuk data tidak distribusi normal. Hasil analisis uji Paired samples t-tes kelompok sebelum dan sesudah pada parameter kadar bradikinin,skala nyeri, tekanan darah, pernafasan dan suhu 0,00 (<0,05), uji Wilcoxon test kelompok sebelum dan sesudah pada parameter nadi 0,00 (<0,05) uji Independent samples t-tes kelompok perlakuan dan kontrol kadar bradikinin, skala nyeri, tekanan darah, pernafasan dan suhu <0,05, pada perbedaan nadi digunakan uji mannwhitney kelompok perlakuan dan kontrol p=0,001 (<0,05). Teknik relaksasi nafas dalam efektif untuk meningkatkan adaptasi regulator tubuh pada pasien post operasi fraktur di RSO Soeharso Surakarta. Kata Kunci: relaksasi nafas dalam, adaptasi, regulator, nyeri fraktur PENDAHULUAN Nyeri merupakan perasaan emosional tidak menyenangkan akibat terjadinya kerusakan aktual ataupun potensial 1 atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan jaringan 1,2. Rasa nyeri merupakan masalah umum terjadi di masyarakat dan salah satu penyebab paling sering seseorang mendatangi pelayanan kesehatan karena rasa nyeri mengganggu fungsi sosial dan kualitas hidup penderitanya 3. Rasa nyeri akan disertai respon stres yang diantara lain berupa peningkatan rasa cemas, denyut jantung, frekuensi nadi, tekanan darah, dan frekuensi nafas. Nyeri yang berkelanjutan memicu respon stres yang berkepanjangan yang akan menurunkan daya tahan tubuh dengan menurunnya fungsi imun, mempercepat kerusakan jaringan, laju metabolisme pembekuan darah, hiperekskresi asam lambung, meningkatkan kebutuhan oksigen dan Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol.1 No.1 November 2014 23

retensi cairan natrium sehingga akan memperburuk kualitas kesehatan 3 Nyeri pembedahan sedikitnya mengalami dua perubahan, pertama akibat pembedahan itu sendiri yang menyebabkan rangsangan nosiseptif dan yang kedua setelah proses pembedahan terjadi respon inflamasi pada daerah sekitar operasi. Adanya rangsangan pembedahan menimbulkan kerusakan pada jaringan dan akan melepaskan zat histamine,serotonin,plasmakini,bradikini n, prostaglandin yang disebut mediator nyeri. Mediator ini merangsang reseptor nyeri yang terletak di ujung saraf bebas dari kulit, selaput lendir dan jaringan lain sehingga rangsangan dirasakan sebagai nyeri 4. Perawat memandang individu sebagai mahkluk biopsikososial dan spiritual sebagai suatu kesatuan yang utuh memiliki mekasisme koping untuk beradaptasi terhadap perubahan diri dan lingkungan sehingga individu selalu berinteraksi terhadap perubahan yang terjadi pada diri dan lingkungan. Untuk dapat berinteraksi setiap individu akan merespon terhadap kebutuhan fisiologis, keamanan dan kenyamanan, cinta mencintai, harga diri, dan individu selalu dalam rentang sehat-sakit yang berhubungan dengan koping yang efektif dalam memelihara proses adaptasi 5. Teknik relaksasi nafas dalam merupakan salah satu bentuk asuhan keperawatan, dalam hal ini perawat mengajarkan kepada pasien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri nafas dalam dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigen darah 6. Teknik relaksasi dapat menurunkan konsumsi oksigen, frekuensi pernafasan, frekuensi kerja jantung, menurunkan ketegangan otot yang menghentikan siklus nyeri-ansietas-ketegangan otot 7. Studi pendahuluan dilakukan di RS Ortopedi Soeharso Surakarta sebagai HASIL Rumah Sakit rujukan penderita gangguan musculoskeletal. Data yang diperoleh dari rekam medik dari bulan Januari- Februari 2014 jumlah pasien fraktur tulang panjang yang dilakukan operasi sebanyak 208 pasien. Peneliti melakukan observasi pada bulan oktober 2013 selama satu bulan pada pasien fraktur, hampir semua pasien mengalami nyeri dan perawat belum melakukan manajemen secara maksimal. Penanganan nyeri hanya sebatas managemen farmakologi yaitu dengan menggunakan obat analgetik. METODE Penelitian ini adalah penelitian quasi expermental dengan metode kuantitatif menggunakan desain Quasi experimental pre-post test with control group dengan perlakuan rileksasi nafas dalam yang dilakukan 3 kali dalam sehari selama 5-10 menit. Penelitian ini dilakukan dari pada bulan Juni 2014. Teknik pengambilan sampel secara random sampling. Penelitian dilakukan untuk menganalisa efektivitas teknik rileksasi nafas dalam terhadap peningkatan adaptasi regulator tubuh untuk menurunkan nyeri post operasi fraktur dengan membandingkan kelompok intervensi dan kontrol. Sampel berjumlah 32 orang yang terdiri dari 16 orang kelompok perlakuan dan 16 orang kelompok kontrol. Kelompok perlakuan diberikan rileksasi nafas dalam dan analgetik ketorolak 2 kali dalam sehari, sedangkan kelompok kontrol hanya analgetik ketorolak 2 kali sehari. Analisis statistik yang dipergunakan yaitu uji normalitas Uji Shapiro-Wilk, uji univariat Paired sample t-test bagi yang distribusi normal dan wilcoxon bagi yang tidak distribusi normal, bivariat independent sampel t-test bagi yang distribusi normal dan uji Mann-Whitney bagi yang distribusi tidak normal. Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol.1 No.1 November 2014 24

a. Perbedaan regulasi tubuh sebelum perlakuan Tabel 1 Perbedaan regulasi tubuh sebelum perlakuan No Parameter N mean Std. Devation Sig. Perlakuan Kontrol 1 Kadar Bradikinin 16 6.44 2.943 2.683.323 2 Skala Nyeri 16 7.56.964.957.585 3 Tekanan Darah Sistol 16 127.94 4.768 5.967.582 4 Tekanan Darah Diastol 16 83.00 5.657 4.053.915 5 Frekuensi Pernafasan 16 23.63 1.310 1.996.000* 6 Frekuensi Suhu 16 37.213.4425..5698.248 Ket : * terdapat perbedaan (p-value <0,05) Dari tabel 1 dapat dilihat perbedaan dengan uji independen t-test data yang mempunyai perbedaan signifikan pada parameter pernafasan (0.000<0.05). Sedangkan pada kadar bradikinin, skala nyeri, tekanan darah sistol, tekanan darah diastole, frekuensi suhu menunjukan tidak ada perbedaan secara signifikan ( sig>0.05). sedangkan untuk mengetahui perbedaan frekuensi nadi dilakuakan uji mann-whitney menunjukan ada perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan perlakuan sebelum dilakukan tindakan ( sig>0.05) b. Perbedaan regulasi tubuh sesudah perlakuan Tabel 2Perbedaan regulasi tubuh sesudah perlakuan No Parameter N Meen Str. Deviasi Sig. Perlakuan Kontrol 1 Kadar 16 4.56 2.032 1.668.925 Bradikinin 2 Skala Nyeri 16 5.00 1.033.856.000* 3 Tekanan Darah Sistol 4 Tekanan Darah Diastol 5 Frekuensi Pernafasan 6 Frekuensi Suhu 16 118.06 6.787 4.487.005* 16 72.88 5.277 4.487.001* 16 14.94 1.611 2.419.000* 16 36.694.2568.4045.154 Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol.1 No.1 November 2014 26

Ket : * terdapat perbedaan (p-value <0,05) Dari tabel 2 dapat dilihat uji perbedaan dengan uji independen t-test data yang mempunyai perbedaan signifikan pada parameter skala nyeri dan pernafasan (0.000<0.05). untuk parameter kadar bradikinin tidak mengalami sig >0.05 dikarenakan sebanyak 3 responden dilakuakn pengambilan sampel setelah dilakukan tindakan fisioterapi. Adapun jika 3 responden di keluarkan maka didapat sig 0,014 (<0,05). Hal ini menunjukan ada perbedaan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol setelah dilakukan tindakan. Sedangkan frekuensi nadi dengan distribusi tidak normal dilakukan mann-whitney diperoleh sig.000. Hasil ini menunjukan ada pebedaan antara kelompok perlakuan dan kontrol. 2. Perbedaan regulasi tubuh pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol a. Perbedaan regulasi tubuh kelompok kontrol Tabel 3 Perbedaan regulasi kelompok perlakuan Ket : * terdapat perbedaan (p<0,05) No Parameter N Mean Std. Deviasi Sig. (p-value) Sebelum Sesudah 1 Kadar Bradikinin 16 6.44 2.943 2.032.013 2 Skala Nyeri 16 7.56.964 1.033.000* 3 Tekanan Darah Sistol 4 Tekanan Darah Diastol 16 127.94 4.768 6.787.000* 16 118.06 5.6757 5.277.000* 5 Pernafasan 16 23.63 1.310 1.611.000* 6 Suhu 16 37.213.4425.2568.001* Dari table 3 dapat dilihat bahwa p<0,05 maka uji hipotesis dengan uji pairet t-test menunjukan pada pasien post operasi fraktur adanya perbedaan signifikan kelompok perlakuan pada parameter kadar bradikinin, skala nyeri, tekanan darah, frekuensi pernafasan dan frekuensi suhu. Sedangkan uji statistik untuk mengetahui perbedaan data kelompok perlakuan dengan data tidak normal digunakan uji wilcoxon. uji. hipotesa menunjukan pada pasien post operasi fraktur adanya perbedaan nadi kelompok perlakuan dengan sig <0,00. Hal ini menunjukan bahwa ada peningkatan regulator tubuh dengan penurunan kadar bradikinin, penurunan tekanan darah sistol dan diastole, penurunan frekuensi pernafasan, penurunan nadi, dan penurunan frekuensi suhu b. Perbedaan regulasi tubuh kelompok control Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol.1 No.1 November 2014 26

Tabel 4 Perbedaan regulasi tubuh kelompok kontrol Ket : * terdapat perbedaan (p<0,05) No Parameter N Mean Std. Deviasi (p-value) Sebelum Sesudah 1 Kadar Bradikinin 16 5.44 2.683 1.668.181 2 Skala Nyeri 16 7.38.957.946.014 3 Tekanan Darah Sistol 4 Tekanan Darah Diastol 16 129.00 5.967 4.712.007 16 82.81 4.053 3.964.027 5 Pernafasan 16 21.13 1.996 2.419.776 6 Suhu 16 37.425.5698.4045.013 Dari table 4 dapat dilihat bahwa p<0,05 maka uji hipotesis dengan uji pairet t-test menunjukan pada pasien post operasi fraktur adanya perbedaan signifikan kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol pada parameter skala nyeri, tekanan darah, frekuensi pernafasan dan frekuensi suhu. Sedangkan uji statistik untuk mengetahui perbedaan data kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan data tidak normal digunakan uji wilcoxon. uji hipotesa menunjukan pada pasien post operasi fraktur adanya perbedaan nadi kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol dengan sig <0,224. PEMBAHASAN A. PEMBAHASAN 1. Perbedaan nilai parameter regulasi tubuh sebelum perlakuan pada kelompok perlakuan dan kontrol Hasil penelitian regulasi tubuh sebelum perlakuan pada kelompok kontrol menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan regulasi tubuh kecuali pada parameter frekuensi pernapasan. Tindakan pembedahan akan mengalami proses kehilangan darah sehingga akan mengakibatkan peningkatan kebutuhan oksigen untuk memenuhi kebutuhan jaringan. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh akan terjadi peningkatan frekuensi pernapasan seiring adanya peningkatan frekuensi nadi 11. Frekuensi pernapasan ratarata orang normal 12-20x/menit sedangkan pada penelitian ini pada kelompok kontrol 21x/menit dan kelompok perlakuan 24x/menit (table 4). Pada pasien yang terjadi kekurangan oksigen akan menyebabkan gangguan metabolisme tubuh, reaksi oksidasi di jaringan tidak mencukupi sehingga pengikatan hemoglobin dan pengiriman nutrisi ke jaringan kurang maksimal. Dalam penelitian ini terjadi peningkatan frekuensi pernafasan dikarenakan terjadi kerusakan jaringan karena tindakan pembedahan dan terputusnya tulang/ fraktur. Pada parameter kadar bradikinin, skala nyeri, tekanan darah dan suhu tidak ada perbedaan signifikan. Kadar Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol.1 No.1 November 2014 27

bradikinin rata-rata pada kelompok kontrol lebih rendah dari pada kelompok perlakuan dengan selisih 306 ml/dl (table 4). Hal tersebut juga seimbang dengan persepsi nyeri pada pasien post operasi dengan kelompok kontrol lebih rendah dari kelompok perlakuan sebelum perlakuan. Kondisi perasaan setiap individu dalam mempersepsikan nyeri akan berbeda-beda dalam hal tingkatannya 11. Pernyataan persepsi nyeri dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri itu sendiri diantaranya usia, kecemasan, pengalaman masa lalu, pekerjaan, pengetahuan, dan dukungan keluarga 2. 2. Perbedaan nilai parameter regulator tubuh sesudah perlakuan pada kelompok perlakuan dan kontrol Hasil penelitian regulasi tubuh sesudah perlakuan pada kelompok kontrol menunjukan bahwa terdapat perbedaan signifikan pada parameter skala nyeri, tekanan darah sistol, tekanan darah diastole, frekuensi pernapasan dan frekuensi nadi. Sedangkan pada parameter kadar bradikinin tidak terjadi perbedaan yang signifikan dikarenakan beberapa responden dilakukan terapi fisioterapi sehingga dimungkinkan akan terjadi peningkatan kadar bradikinin pada kelompok perlakuan. penelitian ini menunjukan kelompok kontrol mempunyai rata-rata lebih tinggi 19 ml/dl (tabel4.1) dari pada kelompok perlakuan. Kadar bradikinin normal pada orang normal 70-80 ml/dl, sedangkan pada penelitian ini pada kelompok perlakuan rata-rat sesudah perlakuan 409 ml/dl dan 427 ml/dl pada kelompok kontrol ( table 4). kadar bradikinin akan kembali normal ketika terjadi penyembuhan dari jaringan tubuh. Pada parameter suhu tidak terjadi perbedaan yang signifikan namun kelompok perlakuan mempunyai rata-rata lebih rendah dari pada kelompok kontrol. Suhu tubuh normal 36,4 C- 37,2 Cyang dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Tindakan pembedahan ortopedi dapat meningkatkan hormon dan zat kimia tubuh yang secara simultan menurunkan pelepasan insulin dan fibrinolisis yang akan menghambat proses penyembuhan luka pembedahan. Respon tubuh setelah pembedahan tidak hanya menurunkan metabolisme berbagai jaringan tubuh, tetapi juga menyebabkan koagulasi darah meningkat dan retensi cairan. 3. Perbedaan nilai parameter regulator tubuh kelompok perlakuan sebelum dan sesudah perlakuan Hasil penelitian regulasi tubuh sebelum perlakuan pada kelompok perlakuan menunjukan bahwa terjadi perbedaan yang signifikan pada semua parameter. Menurut teori pengendalian gerbang ( gate control theory) menyatakan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan disepanjang system saraf pusat. Teori ini menjelaskan hantaran saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan tertutup. Upaya menutup pertahanan merupakan dasar teori menghilangkan nyeri. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan teknik relaksasi nafas dalam. Pada kelompok perlakuan dalam penelitian ini dengan pemberian terapi non farmakologi relaksasi nafas dalam Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol.1 No.1 November 2014 28

akan lebih cepat terpenuhi kebutuhan fisiologi untuk melakukan metabolisme pada jaringan yang terjadi inflamasi. Oksigen merupakan kebutuhan utama bagi manususia, dengan O 2 fungsi organ-organ manusia akan berjalan seimbang dan sesuai kebutuhannya oksigen. Dengan terpenuhinya kebutuhan oksigen dalam tubuh maka akan terjadi homeostasis sehingga tidak terjadi peningkatan suplai darah dan dapat beradaptasi terhadap nyeri. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa relaksasi nafas dalam dapat memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh, dibuktikan dengan penurunan tanda-tanda vital sebelum dan sesudah tindakan. Penelitian lain menunjukan secara fisiologi keadaan relaksasi ditandai dengan penurunan kadar epineprin dan nonepineprin dalam darah, penurunan frekuensi denyut jantung, penurunan tekanan darah, penurunan frekuensi pernafasan, penurunan ketegangan otot, metabolisme menurun dan vasodilatasi. Dalam teori adaptasi Roy dianggap bahwa individu mempunyai kemampuan beradaptasi dalam mengatasi masalahnya 5. Lebih lanjut mengungkapkan bahwa perubahan kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interpendensi harus dapat dilakukan adaptasi oleh individu tersebut. Aplikasi dalam penelitian ini adalah mencegah terjadinya nyeri yang tinggi. Seseorang dengan kemampuan adaptasi yang baik akan meningkat toleransi terhadap nyeri dengan ditunjukan penurunan kadar bradikinin dan vital sign. 4. Perbedaan nilai parameter regulator tubuh kelompok kontrol sebelum dan sesudah perlakuan Hasil penelitian menunjukan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol. Pada kelompok kontrol, pasien hanya diberikan terapi farmakologi analgetik 2 kali dalam sehari dengan rentang waktu 12 jam. Pemberian analgetik ini dalam jangka waktu 3 hari pada pasien post operasi fraktur. Sesuai dengan teori bahwa analgetik hanya membatasi ambang persepsi nyeri sehingga pasien akan merasa nyeri terbatasi namun mediator nyeri akan tetap dilepaskan sesuai kerusakan jaringan. Maka dengan itu pentingnya terapi pendamping seperti rileksasi nafas dalam sebagai adaptasi yang tidak menimbulkan efek berbahaya bagi pasien. Hasil penelitian ini menunjukan adanya penurunan skala nyeri pada kelompok kontrol yang hanya mendapatkan terapi standar (analgetik). Analgetik non narkotik yang diberikan kepada pasien ini bekerja diperifer dan tidak ada efek opioid reseptor. Analgetik golongan ini selain bekerja menghambat mediator nyeri juga efektif sebagai anti inflamasi dan antipiretik. Analgetik NSAID dapat di injeksikan untuk nyeri berat 12. Dosis yang diberikan responden dalam penelitian ini yaitu 2 ampuls (30 mg) dalam setiap hari. Hasil penelitian ini menunjukan kelompok yang diberikan terapi standar mengalami penurunan skala nyeri. Obat golongan analgetik akan merubah persepsi dan interpretasi nyeri dengan jalan mendepresi system saraf pusat ( Thalamus dan Korteks cerebri). Namun pemberian analgetik bukanlah menjadi pemegang kontrol utama untuk Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol.1 No.1 November 2014 29

mengatasi nyeri pembedahan karena memiliki efek samping yang akan menambah lama waktu pemulihan.. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil dari analisis dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan regulator tubuh pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol sebelum perlakuan kecuali pada parameter pernafasan. Tidak ada perbedaan regulator tubuh pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol sesudah perlakuan kecuali pada parameter skala nyeri dan frekuensi pernafasan. Tidak ada perbedaan signifikan regulator tubuh sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol. Terdapat perbedaan yang signifikan regulator tubuh pada kelompok perlakuan setelah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam dengan kelompok kontrol. Saran Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan, maka penulis ingin memberikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian mengenai adaptasi regulator tubuh yang lain ( serotonin, histamine dan prostaglandin) pada pasien yang mengalami nyeri post operasi fraktur. 2. Terapi rileksasi nafas dalam dapat digunakan sebagai salah satu intervensi keperawatan dalam upaya menurunkan nyeri post operasi fraktur KEPUSTAKAAN 1. International Association for study of pain (IASP). 2002. What causes cancer pain?retriaved December 12,2005. From http://www.iasp-pain.org/pcu02-2.html 2. Brunner & Suddart. (2002). Buku Ajar Keperawatan medical bedah ( H Kuncoro, A. Hartono, M.Ester,Y.Asih,Terjemah). (Ed.8) Vol 1Jakarta:EGC 3. Hartwig & Wilson. (2006). Nyeri dalam buku patofisiologi konsep klinis proses- proses penyakit. vol 2 eds III Jakarta EGC 4. Tjay, Tan Hoan dan K.Rahardja( 2007). Obat-obat Penting, PT Gramedia, Jakarta. 5. Roy. ( 1991). Roy adaptasi model: The definitive statement, California: Appleton & Large 6. Smeltzer & Bare. ( 2002). Keperawatan medical bedah ed 8 Vol 3 Jakarta EGC 7. Mc.Kinney et al (2000). Contextual Cognitive-Behavioral Therapy For Chronic pain 8. Priharjo.Robert. (1996). Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta. EGC 9. Mender. Rosmery. (2004). Efektifitas tehnik relaksasi dalam menurunkan nyeri persalinan. Jakarta. EGC 10. McCurnin DM. (2002). Clinical textbook for veterinary technicians. 5 th ed. W.B Saunders Company. USA. Pp. 199-322 11. Hidayat. (2006). Pengantar ilmu keperawatan anak, Jakarta:salemba 12. Potter & Perry (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: Konsep, proses dan praktek adisi 4 vol 2, Jakarta:EGC Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol.1 No.1 November 2014 30