2. Apakah dapat dilakukan upaya hukum terhadap putusan kasasi yang telah dikeluarkan Mahkamah Agung?

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV STRATEGI KEMENPORA MENGHADAPI SANKSI FIFA. persepakbolaan dunia tanpa campur tangan dari kekuatan politik dan aktor-aktor

PTUN, Undang-Undang dan BOPI

Peranan Peradilan Dalam Proses Penegakan Hukum UU No.5/1999. Putusan KPPU di PN dan Kasasi di MA

Makalah Peradilan Tata Usaha Negara BAB I PENDAHULUAN


UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I

UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP [LN 2009/140, TLN 5059]

BAB II SUMBER HUKUM EKSEKUSI. mempunyai kekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde) yang dijalankan

Perpajakan 2 Pengadilan Pajak

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

file://\\ \web\prokum\uu\2004\uu htm

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG HAK KEUANGAN DAN FASILITAS HAKIM AD HOC DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MATRIK PERBANDINGAN UNDANG-UNDANG RI NO. 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG SEBAGAIMANA YANG TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NO

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENETAPAN DAN KETETAPAN

Makalah Rakernas

BAB VII PERADILAN PAJAK

BAB III. Upaya Hukum dan Pelaksanaan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara. oleh Pejabat Tata Usaha Negara

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG HAK KEUANGAN DAN FASILITAS HAKIM AD HOC DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II PENGATURAN HAK RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA

KESIMPULAN. saja Kesimpulan dapat membantu hakim dalam menjatuhkan Putusan

PENYELESAIAN SENGKETA KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DI PENGADILAN TATA USAHA NEGARA

PENGADILAN PAJAK UU. NOMOR 14 TAHUN 2002

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V P E N U T U P. forum penyelesaian sengketa yang pada awalnya diharapkan dapat menjadi solusi

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III AKIBAT HUKUM PERBEDAAN PENILAIAN DALAM PEMERIKSAAN PAJAK ANTARA PETUGAS PEMERIKSA PAJAK DENGAN WAJIB PAJAK NOTARIS/PPAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

HUKUM ACARA PERSAINGAN USAHA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 99/PUU-XIII/2015 Tindak Pidana Kejahatan Yang Menggunakan Kekerasan Secara Bersama-Sama Terhadap Barang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Landasan Hukum Alasan PT Liga Indonesia Membatalkan Turnamen. Isu Hukum:

UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 016/PUU-I/2003

MANTAN BOS ADHI KARYA KEMBALI DAPAT POTONGAN HUKUMAN.

UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA

oleh: Dr.H.M. Arsyad Mawardi, S.H.,M.Hum (Hakim Tinggi PTA Makassar) {mosimage}a. PENDAHULUAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III. Anotasi Dan Analisis Problematika Hukum Terhadap Eksekusi Putusan. Hakim Peradilan Tata Usaha Negara

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG Match Day 9 ARBITRASE (2)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG HAK KEUANGAN DAN FASILITAS HAKIM AD HOC DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 69/PUU-XV/2017

BAB 5 PENEGAKAN PERATURAN

BAB III PELAKSANAAN PUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA OLEH PEJABAT TATA USAHA NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 17/PUU-XIII/2015 Upaya Hukum Peninjauan Kembali (PK) terhadap Putusan Hukuman Mati

BAB V PENUTUP. putusan hakim yang telah berkekuatan hukum tetap (inkracht van

UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN [LN 1992/31, TLN 3472]

Abstrak. Kata kunci: Peninjauan Kembali, Kehkilafan /Kekeliranan Nyata, Penipuan. Abstract. Keywords:

UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN [LN 1998/82, TLN 3790]

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN HAKIM AD HOC PENGADILAN PERIKANAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Mengenal Sistem Peradilan di Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN HAKIM AD HOC PENGADILAN PERIKANAN

Untuk tujuan dari peraturan ini, istilah istilah di bawah ini diartikan sebagai berikut:

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan uraian yang telah penulis jabarkan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

II. TINJAUAN PUSTAKA

UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI [LN 1999/140, TLN 3874]

file://\\ \web\prokum\uu\2004\uu htm

BAB I PENDAHULUAN. diperiksa oleh hakim mengenai kasus yang dialami oleh terdakwa. Apabila

MAHKAMAH AGUNG Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 Tanggal 30 Desember 1985 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA

BAB V PENUTUP. 1. Tanggung Jawab Bank Dan Oknum Pegawai Bank Dalam. Melawan Hukum Dengan Modus Transfer Dana Melalui Fasilitas

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI PUBLIK DI PENGADILAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ]

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 29/PUU-XV/2017 Perintah Penahanan yang Termuat dalam Amar Putusan

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 003/PUU-IV/2006 Perbaikan 3 April 2006

PENINJAUAN KEMBALI DALAM SENGKETA PAJAK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ASPEK HUKUM DALAM SISTEM MANAJEMEN MUTU KONSTRUKSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Didalam proses perkara pidana terdakwa atau terpidana

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 66/PUU-XIII/2015 Pengajuan Peninjauan Kembali Lebih Dari Satu Kali

PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA. Oleh: NY. BASANI SITUMORANG, SH., M.Hum. (Staf Ahli Direksi PT Jamsostek)

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Hal itu dapat dibuktikan dengan adanya Undang-Undang Nomor 39

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk terlaksananya suatu putusan terdapat 2 (dua) upaya yang dapat ditempuh

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Orang hanya menganggap bahwa yang terpenting bagi militer adalah disiplin. Ini tentu benar,

KONSEKUENSI HUKUM BAGI SEORANG ARBITER DALAM MEMUTUS SUATU PERKARA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 30 TAHUN 1999

P R E S I D E N REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA

Transkripsi:

FAQ Putusan Kasasi 1. Apakah dampak dari putusan kasasi yang menyatakan menolak kasasi KEMENPORA kepada PSSI? Putusan Kasasi ini telah berkekuatan hukum tetap sehingga putusan ini bisa dengan segera dilaksanakan eksekusinya. Walaupun ada upaya hukum lain yang berjalan lebih lanjut, putusan ini tetap harus dilaksanakan seutuhnya yaitu dengan mencabut Surat Keputusan Nomor 01307 tahun 2015 (SK Pembekuan). Putusan ini telah menunjukkan pengadilan masih dapat memberikan rasa keadilan, dan hukum masih berada diatas kepentingankepentingan orang perorangan. Hal ini sebagaimana tergambar dalam putusan tingkat pertama dimana dikabulkannya gugatan atas SK Pembekuan dari Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) itu tidak sah sehingga akibat yang ditimbulkan semenjak SK tersebut dikeluarkan telah membesar hingga putusan kasasi ini keluar. Apabila sejak awal putusan PTUN telah dituruti Menpora, maka kerugian yang terjadi dapat diminimalisir dan tidak akan sebesar dan seluas sekarang dimana pemain-pemain yang kesulitan dalam mata pencahariannya sampai bahkan banyak pedagang merchandise sepakbola yang bangkrut akibat pembekuan PSSI ini. Namun, PSSI berterima kasih kepada Sistem Peradilan Indonesia, dengan memberikan keputusan bahwa kesewenangan-wenangan yang terjadi melalui adanya SK Pembekuan atas PSSI tidak dibenarkan. 2. Apakah dapat dilakukan upaya hukum terhadap putusan kasasi yang telah dikeluarkan Mahkamah Agung? Upaya hukum luar biasa yaitu peninjauan kembali sebagaimana diatur dalam Pasal 24 ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. Hal ini dapat dilakukan, dengan syarat adanya putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde) serta ada keadaan baru/bukti baru (novuum). Keadaan baru/ bukti baru ini di antaranya adalah apabila putusan didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu

muslihat pihak lawan yang diketahui setelah perkaranya diputus atau didasarkan pada bukti-bukti yang kemudian oleh hakim dinyatakan palsu atau apabila setelah perkara diputus, ditemukan surat-surat bukti yang bersifat menentukan yang pada waktu perkara diperiksa tidak dapat ditemukan atau juga putusan yang bertentangan dan kekeliruan hukum yang nyata. Perlu diketahui, berdasarkan Pasal 66 ayat (2) UU Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung dikatakan bahwa Permohonan peninjauan kembali tidak menangguhkan atau menghentikan pelaksanaan putusan Pengadilan. Jadi apabila Menpora mengajukan permohonan peninjauan kembali maka Menpora tetap harus terlebih dahulu menjalankan putusan Pengadilan dengan mencabut Surat Keputusan nomor 01307 tahun 2015. PSSI percaya bahwa Menpora mengerti betul peraturan perundangundangan di Indonesia, dan akan menghormati serta melaksanakan Putusan Pengadilan. 3. Bagaimana eksekusi atas Putusan Mahkamah Agung yang menolak Kasasi MENPORA? Berdasarkan Pasal 97 ayat (8) UU PTUN 1, pada intinya menyatakan bahwa Menpora wajib untuk mentaati dan melaksanakan putusan Mahkamah Agung serta menghormati secara utuh hukum yang telah ditegakkan. Dengan mencabut Surat Keputusan Pembekuan pemerintah (lembaga eksekutif) telah menunjukkan bahwa pemerintah juga ikut tunduk kepada hukum yang berlaku dan tidak memandang sebelah mata akan putusan Pengadilan (lembaga yudikatif) di Indonesia. Eksekusi dari putusan kasasi ini harus sesegera mungkin dilaksanakan oleh Menpora dengan cara mencabut SK Pembekuan PSSI mengingat juga telah adanya instruksi sebelumnya yang telah diberikan oleh Presiden Joko Widodo dalam pertemuan antara Menpora dengan Bpk. Agum Gumelar, Wakil Presiden Jusuf Kalla, dan Presiden Joko Widodo beberapa waktu yang lalu. 1 Pasal 97 ayat (8) UU Pengadilan Tata Usaha Negara menyebutkan bahwa: Dalam hal gugatan dikabulkan, maka dalam putusan Pengadilan tersebut dapat ditetapkan kewajiban yang harus dilakukan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan Keputusan Tata Usaha Negara.

Kemudian berdasarkan Pasal 64 Undang-Undang No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan mengatur bahwa keputusan pencabutan dapat dilakukan atas perintah dari pengadilan, yang mana keputusan pencabutan yang dilakukan atas perintah pengadilan dilakukan paling lama 21 (dua puluh satu) hari kerja sejak perintah pengadilan. Seperti yang telah dijelaskan pasal di atas, langkah yang dapat dilakukan Menpora pada intinya adalah mencabut SK Pembekuan PSSI sesuai dengan putusan pengadilan yang ada agar PSSI bersama-sama dengan Pemerintah Republik Indonesia bisa membangun kembali sepakbola nasional sesegera mungkin. Alangkah bijaknya apabila Menpora langsung melaksanakan putusan kasasi ini, karena hal ini merupakan perintah dari pengadilan. Mari kita sama-sama melakukan pembenahan tata kelola sepakbola Indonesia, sesuai dengan tugas kewenangannya masing-masing, sehingga tidak perlu ada permasalahan lagi yang berlarut-larut dan menimbulkan banyak kerugian di berbagai pihak. 4. Apa sanksinya apabila Menpora tidak melaksanakan putusan kasasi? Sanksi administratif yang timbul merujuk pada Pasal 116 ayat (2) UU Pengadilan Tata Usaha Negara menyatakan bahwa setelah putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, Menpora tidak melaksanakan kewajibannya, maka PSSI memiliki hak untuk mengajukan permohonan pada Ketua Pengadilan agar memerintahkan Menpora segera melaksanakan putusan. Apabila Menpora tidak mengindahkan perintah dari Pengadilan maka Ketua Pengadilan dapat mengajukan hal ini kepada atasannya menurut jenjang jabatannya, dalam hal ini adalah Presiden Republik Indonesia, yang juga merupakan pemegang kekuasaan tertinggi. Apabila Menpora tidak segera melaksanakan putusan kasasi yang menguatkan putusan banding dan putusan PTUN maka dapat dikatakan Menpora tidak menghormati Lembaga Peradilan dan hukum yang berlaku di Indonesia. Sanksi yang dapat timbul dalam hal ini adalah adanya sanksi administratif yaitu pembebasan jabatan pada pejabat yang bersangkutan dalam hal ini Menteri Pemuda dan Olahraga dapat dimasukkan dalam bagian Reshuffle apabila tidak mengikuti ketentuan hukum yang ada.

Selain itu, perlu diperhatikan Pasal 216 KUHP dimana bagi yang tidak menuruti perintah yang dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat berdasarkan tugasnya atau juga dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan undang-undang (dalam hal ini pelaksanaan putusan pengadilan) dapat diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda. Sanksi lain yang mungkin timbul adalah ganti kerugian yang dialami PSSI selama ini sebagai akibat dari adanya SK Pembekuan ini, yang dapat dimintakan kepada Menpora melalui gugatan ke Pengadilan. 5. Apakah langkah yang akan dilakukan PSSI selanjutnya setelah ini? Langkah yang akan PSSI lakukan pertama kali tentunya kami akan segera melaporkan terkait dengan Putusan Mahkamah Agung ini ke FIFA melalui Komite Adhoc PSSI. Kami mengharapkan ada respon positif dari FIFA terkait dengan sanksi yang diberikannya kepada Sepakbola Indonesia. Beriringan dengan hal tersebut, PSSI akan sesegera mungkin berkoordinasi dengan PT Liga Indonesia agar secepatnya menyelenggarakan kompetisi ISL. PSSI berharap dengan telah dikeluarkannya Putusan Mahkamah Agung, yang telah berkekuatan hukum tetap, PSSI dapat menyelenggarakan kompetisi ISL secepatnya. Hal ini dilandaskan kepada kerinduan yang telah menumpuk masyarakat pecinta sepakbola Indonesia untuk dapat menikmati hiburan berupa kompetisi sepakbola. Selanjutnya yang jelas adalah membangun dan menata kembali segala sesuatunya seperti sebelum SK ini berlaku sehingga dunia sepakbola ini bisa hidup dan bersinar lagi sehingga sepakbola Indonesia bisa kembali ke lapangan hijau dan berprestasi tidak hanya di Indonesia saja melainkan sampai skala Internasional. PSSI berharap dengan adanya putusan ini pemerintah mau berdamai dan mendukung aktivitas PSSI secara penuh dan dalam kesempatan ini Pemerintah mengajarkan kepada masyarakat untuk ikut taat kepada hukum yang berlaku di Indonesia agar tidak ada lagi korban yang berjatuhan akibat permasalahan yang ada. PSSI berharap para pihak yang terkena imbas dari SK Pembekuan ini, seperti di antaranya klub-klub, pemain-pemain, supporter yang selalu setia mendukung pembangunan sepakbola di Indonesia, pedagang-pedagang merchandise sepakbola beserta

semua orang yang menggantungkan kehidupannya pada sepakbola sebagai pencahariannya, untuk terus berjuang dikarenakan selama hukum masih berdiri tegak maka sepakbola Indonesia masih tetap mengaum.