BAB III PERUMUSAN MASALAH

dokumen-dokumen yang mirip
3 BAB III PERUMUSAN MASALAH

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

mendesak serta menghasilkan output pemetaan risiko dari masing masing metode.

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan telekomunikasi (infocomm) serta penyedia jasa dan jaringan

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum Objek Penelitian

KAJIAN MANAJEMEN RISIKO OPERASI MENGGUNAKAN MATRIKS RISIKO BERDASARKAN PENDEKATAN AMA (ADVANCED MEASUREMENT APPROACHES)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian

BAB III OBYEK PENELITIAN. III.1 Profil Perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (PT Telkom Access)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian PT. Indosat, Tbk Gambar 1.1 Logo PT. Indosat, Tbk

BAB I PENDAHULUAN. yang efektif, kinerja organisasi yang efisien, peningkatan produktivitas dan kompetisi.

BAB I PENDAHULUAN. Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. semarak bersamaan dengan tumbuhnya pasar permintaan akan jasa

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. PT Indosat Tbk adalah salah satu perusahaan penyelenggara jasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

METODOLOGI PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan-perusahaan menghadapi lingkungan bisnis yang semakin kompleks

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB III TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN. 3.1 Sejarah Telekomunikasi Indonesia Tbk (Persero)

BAB III TINJAUAN UMUM. didirikan sebagai perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) di bidang

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

I. PENDAHULUAN. tidak pasti dan turbulen baik dari sisi teknologi, regulasi, pasar maupun

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban atas pengelolaan suatu perusahaan. menyediakan layanan InfoCom, telepon tidak bergerak kabel (fixed wireline)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Penelitian

I. PENDAHULUAN. memberikan peluang-peluang baru bagi pemain industri telekomunikasi baik

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 1 BAB 1. PENDAHULUAN

BAB II 2. GAMBARAN UMUM INSTANSI

I. PENDAHULUAN. yang semakin kecil. Demikian pula para vendor pembuat telepon selular bersaing

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. terlihat dari tingkat pertumbuhan negara tersebut. Namun beberapa tahun terakhir

BAB I PENDAHULUAN. pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan, diantaranya adalah investor, kreditor,

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perusahaan untuk inovatif dan melakukan penyesuaian terhadap

dapat menciptakan kepercayaan pemegang saham kepada perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. digariskan. Audit internal modern menyediakan jasa- jasa yang mencakup

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia bahkan di dunia ini dapat diakui banyak menarik minat para pelaku

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. Perusahaan ) adalah penyedia layanan telekomunikasi dan jaringan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sekilas Tentang PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. PT. Indosat Tbk merupakan penyedia layanan telekomunikasi dan informasi

Paradigma baru di bisnis telekomunikasi ini sudah barang tentu juga akan berimbas pada kebijakan dan strategi perusahaan itu sendiri.

Pengaruh Pelaksanaan Audit Operasional Terhadap Kinerja Perusahaan Dengan Menggunakan Balanced Scorecard

PEDOMAN PELAKSANAAN KERJA PIAGAM KOMITE AUDIT TELKOM GROUP

BAB 1 PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Selama jangka waktu empat tahun terhitung sejak tahun 2006 hingga tahun

Memadukan Balanced Scorecard (BSC) dan Enterprise Risk Management (ERM)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian PT.Indosat Mega Media (Indosat M2) Gambar 1.1 Logo Indosat M2

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin rendahnya pertumbuhan pasar serta tingginya persaingan

BAB I PENDAHULUAN. bendanya. Agar perusahaan dapat bertahan dan berkembang dengan baik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II 2. GAMBARAN UMUM INSTANSI

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 45 /POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA DALAM PEMBERIAN REMUNERASI BAGI BANK UMUM

I.1 Latar Belakang Industri telekomunikasi merupakan salah satu industri yang menuntut perkembangan teknologi dengan cepat. Perkembangan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi komunikasi dalam era globalisasi yang sangat

I. PENDAHULUAN. Perkembangan telekomunikasi di Indonesia pada era globalisasi sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. dalam operasional usaha menyebabkan kebutuhan akan sistem pengendalian yang

PT.TELKOM INDONESIA REGIONAL SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Tiap jenis perusahaan menghasilkan sesuatu yang menarik konsumen untuk. dalam perusahaan yang dapat merusak kepercayaan konsumen.

I. PENDAHULUAN. tantangan sektor telekomunikasi semakin bertambah. Karena kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Demikian para provider berusaha mengeluarkan produk-produk untuk

BAB III PERUMUSAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi. Keberadaan teknologi selular pertama kali masuk ke

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

Gambar 1.1 Logo PT. Telekomunikasi Selular (Telkomsel) Sumber: Telkomsel (2015)

BAB IV. Rencana Implementasi. Investasi dilakukan untuk dapat membuat Telkom terus melakukan proses

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan

BAB I PENDAHULUAN. pilihan kartu simcard yang ditawarkan oleh penyedia jaringan telekomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. (sumber: 2012) (sumber: 2013)

PEDOMAN KERJA KOMITE AUDIT

BAB I PENDAHULUAN. memastikan bahwa proses pengelolaan manajemen berjalan dengan efisien.

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi di Indonesia sampai dengan saat ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. saling berkomunikasi. Dewasa ini kebutuhan akan komunikasi menjadi sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. (2014 : 1) yang menjelaskan bahwa Good Corporate Governance (GCG)

BAB II DESKRIPSI PT BANK INDEX SELINDO

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Singkat Telkom Flexi

BAB I PENDAHULUAN. adanya berbagai macam alat komunikasi yang semakin memudahkan penggunanya

BAB 1 PENDAHULUAN. zaman yang semakin modern, kebutuhan manusia semakin tidak dapat dibatasi.

BAB I PENDAHULUAN. telekomunikasi di Indonesia. Perkembangan itu dapat terlihat dari satu dekade ini.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia usaha pada saat ini berkembang dengan pesat sehingga mempunyai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. informasi terbaru. Seiring dengan meningkatnya pengguna telepon seluler (smart

PT WAHANA PRONATURAL TBK. Check List SEOJK/30/2016 Laporan Tahunan

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN /POJK.03/2017 TENTANG

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. penyelenggara informasi dan telekomunkasi (infocomm) dan penyedia jasa dan

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

PEMBANGUNAN FASTEL USO WHITE PAPER PELUANG USAHA DI BIDANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.04/20.. TENTANG BENTUK DAN ISI LAPORAN TAHUNAN EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Perusahaan

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. jasa telekomunikasi dan jaringan telekomunikasi di Indonesia. : Jl. Medan Merdeka Barat 21 Jakarta, Indonesia.

PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, keberadaan telekomunikasi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. bekerja lebih efisien dan efektif serta tanggap mengantisipasi pasar yang akan mereka

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

1. Sampul muka, samping, dan belakang 2. Setiap halaman. 2. Pandangan atas prospek usaha perusahaan yang disusun oleh direksi.

Transkripsi:

BAB III PERUMUSAN MASALAH 3.1 Alasan Pemilihan Masalah Untuk Dipecahkan 3.1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia telekomunikasi yang pesat telah membawa arus globalisasi kepada dunia industri Indonesia. Persaingan dalam dunia industri telekomunikasi Indonesia sangatlah ketat sehingga menuntut adanya kesiapan setiap perusahaan untuk meningkatkan kualitas layanan dan produk yang dihasilkan. Tingkat kompetisi yang ketat berimplikasi kepada derasnya tawaran produk serta layanan baru ditengah masyarakat. Di satu sisi, perkembangan ini berakibat positif bagi konsumen, dikarenakan banyaknya tawaran produk dan layanan berharga murah sehingga dapat dinikmati oleh berbagai kalangan, implikasinya, angka teledensitas di Indonesia akan meningkat. Sedangkan di sisi lain hal ini menyebabkan naiknya kemampuan daya tawar pihak konsumen untuk memilih produk serta layanan yang sesuai dengan kebutuhannya sehingga mengakibatkan setiap perusahaan untuk selalu berkembang mengikuti perkembangan pasar. Peta persaingan diantara perusahaan telekomunikasi lokal diramaikan dengan semakin banyaknya perusahaan-perusahaan telekomunikasi asing yang masuk ke Indonesia dengan cara mengakuisisi saham operator lokal (khususnya di pasar seluler). Persaingan pada pasar seluler terlihat jelas pada kedua sistem telepon (GSM dan CDMA) dimana persaingan ini terlihat dengan jelas pada persaingan tarif murah, kelengkapan content yang ditawarkan, program pelanggan setia dan beragamnya fasilitas bonus lain-lain yang ditawarkan. Di Indonesia, mayoritas penyelenggaraan layanan dan jasa telekomunikasi dikelola sepenuhnya oleh dua badan usaha milik negara (BUMN) yakni PT untuk Sambungan Langsung Internasional (SLI) yang kemudian melakukan duopoli bersama PT Satelindo, serta PT Telkom untuk Sambungan Langsung Jarak Jauh (SLJJ) maupun lokal. Selain kedua penyelenggara telekomunikasi di atas, pemerintah juga telah menetapkan beberapa operator swasta untuk beroperasi di bidang telekomunikasi seluler. 29

Perkembangan operator lain dalam dunia industri telekomunikasi berkembang dengan sangat cepat dibandingkan dengan perkembangan bisnis telekomunikasi yang dibangun oleh PT dan PT TELKOM. Persaingan ini dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 3.1 Peta persaingan Produk DLD Bidang Bisnis Alat Produksi Pesaing Utama Terrestrial, Excelcomindo, Icon+ Bandwith Satelit, Excelcomindo, Icon+, CSM Service Node IP/Data Network SGI Trunk Lokal IN IP/Data Service Node Gaharu, Atlasat,, Excelcomindo Sedangkan tingkat pertumbuhan produk Divisi InfraTel mengacu kepada tingkat pertumbuhan komunikasi Indonesia, dikarenakan produk Divisi InfraTel merupakan alat produksi penyedia jasa pelayanan telekomunikasi yang bersifat nasional. Indonesia mengalami peningkatan pertumbuhan telekomunikasi sebesar 20.89% pada periode 2004 2005. Gambar 3.1 Pertumbuhan Telekomunikasi di Indonesia 30

Sedangkan penyebaran BTS (Base Transceiver Station) menunjukkan persentase total coverage layanan telekomunikasi seluler di Indonesia. Data berikut ini menunjukkan cakupan dari infrastruktur komunikasi seluler. Sedangkan jumlah pengguna yang didukungnya (mengacu kepada data PT Telkom bahwa 56% pengguna pelanggan GSM sebesar 26.2 juta) maka rata rata pengguna sebesar 2648 pelanggan per BTS. Kapasitas dari setiap BTS berbeda tergantung dari operator. Tabel 3.2 Tabel penyebaran BTS Operator Jumlah BTS PT Telkom 9895 PT Excelcomindo 4235 PT 7000 Total 21,130 Jumlah BTS merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan pembangunan infrastruktur telekomunikasi. Perkembangan infrastruktur telekomunikasi di Indonesia masih rendah sekitar 13,48% (seluler), 4,48% (telepon tetap) dan 0,39% (Internet). Tetapi pertumbuhan ini diprediksi akan meningkat terutama pada layanan seluler dan jasa internet, dimana salah satunya adalah dukungan Pemerintah dalam program pencapaian penetrasi internet ke setiap kecamatan. Pertumbuhan ini diprediksikan akan meningkat mengingat tingkat perkembangan infrastruktur telekomunikasi Indonesia di kawasan regional ASEAN masih rendah. Gambar 3.2 Infrastruktur Telekomunikasi di ASEAN 31

Sengitnya persaingan di dalam industri telekomunikasi Indoneisa menuntut Telkom untuk berusaha mempertahankan pelanggannya dan meningkatkan penetrasi penggunaan layanan produk dan jasa Telkom. Risiko industri merupakan hal yang harus diperhatikan untuk meningkatkan daya saing dan survivability perusahaan. Penanganan manajemen risiko Telkom berada di bawah tanggung jawab unit Manajemen Risiko. Unit ini bertugas sebagai unit pendukung bagi penyelenggaraan fungsional korporasi dalam mengelola upaya pengendalian potensi risiko dari seluruh unit bisnis dan unit pendukung yang meliputi risiko strategis, risiko keuangan dan risiko operasional, serta gangguan-gangguan lain yang memungkinkan terhambatnya kelangsungan kegiatan bisnis dan daya saing perusahaan, sehingga pihak manajemen dapat mengambil keputusan yang tepat untuk menanganinya. Saham Telkom tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta (BEJ), Bursa Efek Surabaya (BES), New York Stock Exchange (NYSE) dan London Stock Exchange (LSE). Saham Telkom juga diperdagangkan tanpa pencatatan (Public Offering Without Listing/POWL) di Tokyo Stock Exchange. Listing Saham di NYSE membawa konsekuensi kepada tata kelola perusahaan. Praktik tata kelola yang dikenal dengan istilah Good Corporate Governance harus mengikuti standar yang diberlakukan oleh SEC (New York) dan harus dilaporkan secara berkala kepada badan otoritas yang bersangkutan. Sebagai konsekuensi dari perusahaan publik yang tercatat di Bursa Efek New York, Telkom harus memehuhi seluruh ketentuan SOA (Sarbanes-Oaxley Act), yang menuntut standar tata kelola perusahaan serta kebijakan maupun penerapan pengendalian internal yang jauh lebih tinggi, selain juga tuntutan akan transparansi serta akuntabilitas yang lebih besar terhadap penerapan akuntansi keuangan perusahaan berikut pelaporannya. Penanganan SOA di Telkom berada di bawah arahan gugus tim SOA yang dalam empat tahun terakhir telah melaksanakan tugasnya di bawah pengawasan Komite Audit, dengan dibantu oleh para konsultan independen, untuk mengembangkan dan menetapkan sejumlah kebijakan dan prosedur baru bagi pengawasan internal pelaporan keuangan sebagai bagian dari ketentuan SOA. Permasalahan yang muncul adalah ketidaksesuaian prosedural yang ditemukan di lapangan. Dimana pelaksanaan prosedur operasi yang mengacu 32

kepada unit Manajemen Risiko tidak sejalan dengan tuntutan pelaksanaan prosedur operasi yang mengacu kepada SOA (Sarbanes-Oaxley Act). 3.1.2 Rumusan Dan Pembatasan Permasalahan Penelitian ini bertujuan untuk memberi usulan pembuatan model risiko operasional menggunakan metode AMA (Advance Measurements Approaches). Penggunaan metode ini dimaksudkan karena metode ini merupakan metode yang disarankan oleh BCBS (Basel Committee on Banking Supervision) untuk menangani resiko operasi. Metode ini selalu mengalami penyempurnaan agar dapat berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Metode ini selain mengacu kepada kegiatan operasi juga sangat berpegang kepada masalah finansial yang melingkupi kegiatan tersebut. Oleh karena itu, dalam prosesnya sangat baik diterapkan pada PT Telkom karena menyangkut kegiatan manajemen resiko secara operasional dan finansial. Selain hal-hal yang disebutkan diatas, metode AMA merupakan metode penanganan resiko sensitif yang dikembangkan untuk tujuan penentuan kebijakan dan prosedur bagi pengawasan modal operasi. Hal ini ditandai dengan kelengkapan tools yang digunakan oleh AMA, antara lain: Internal loss event data External loss data Scenario analysis Key Risk/Performance Indicators (KRIs/KPIs) Quantitative measures serving as early warning indicators Risk and Control Self Assessments (RCSAs) Qualitative assessments of inherent risks and controls Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah yang akan dibahas dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut: a. Bagaimana pengelolaan data risiko operasi secara kuantitatif dengan menggunakan metode AMA (Advance Measurements Approaches)? b. Hal-hal apa saja yang dapat mempengaruhi pembuatan model manajemen risiko operasi dengan menggunakan pengelolaan data AMA (Advance Measurements Approaches)? c. Bagaimana membuat Risk Assessment Matrix yang dapat mengakomodasi hasil akhir kedua proses (Manajemen Risiko dan Sarbane-Oxley Act)? 33

Untuk lebih memfokuskan tugas akhir ini dan tidak terlalu melebar pembahasannnya sehingga menjadi mudah dipahami sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dilakukan, maka perlu dilakukannya pembatasan masalah sebagai berikut: a. Penelitian ini hanya difokuskan pada kuantifikasi data risiko operasional dengan menggunakan pendekatan AMA (Advance Measurements Approach) b. Yang dimaksud dengan risiko operasional adalah risiko yang berasal dari kegiatan operasional di luar risiko planning, deployment, support dan policy (Regulasi) c. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari perusahaan dan apabila data tersebut kurang memenuhi maka data primer dapat diperoleh dengan menggunakan kuisioner / dengan melakukan interview dengan orang-orang yang dianggap ahli (pakar) dalam mengidentifikasi risiko operasional baik berupa faktor internal maupun faktor eksternal. Sementara itu data sekunder diperoleh dari internet serta didukung oleh hasil dari penelitian-penelitian lain yang dianggap relevan. d. Penelitian ini hanya mengidentifikasi, mengukur dan memberikan saran langkah-langkah penerapan mitigasi tanpa mengikutsertakan perhitungan biaya mitigasi risiko. 3.1.3 Alasan Pemilihan Masalah Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini didasari oleh hal-hal berikut ini: 1. Pertumbuhan industri telekomunikasi berkembang secara pesat, pembaharuan teknologi, persaingan pangsa pasar memaksa perusahaan untuk mengkaji risiko industri. Penanganan risiko khususnya risiko operasional sangat diperlukan untuk mencapai tujuan dan mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. 2. Penanganan risiko operasional diperlukan untuk mengurangi angka loss revenue serta meningkatkan profitabilitas perusahaan 3. Telkom telah melakukan penerapan Manajemen Risiko Perusahaan, tapi pelaksanaan proses ini menemui hambatan karena output dari proses ini 34

berbeda dengan output risiko yang sesuai dengan hasil output SOA (Sarbane-Oxley Act) 4. Implementasi sulit dilakukan karena adanya tumpang tindih hasil output kedua proses. 5. Perlu adanya proses pembentukan model assesssment matriks risiko operasional yang sesuai antara kedua proses di atas. 3.2 Posisi Permasalahan yang Dipecahkan Pertumbuhan industri di Indonesia akan berkembang sejalan dengan makin kompetitifnya pasar. Risiko industri yang dihadapi merupakan tanggung jawab dari seluruh pihak di Telkom. Oleh karena itu, pasca 31 Desember 2005,Telkom mengeluarkan panduan lengkap mengenai pengelolaan risiko seperti yang termuat dalam Keputusan Direksi No. KD.16/PW000/PRO-IIC/2006 mengenai Manajemen Risiko Perusahaan. Panduan ini meliputi cakupan yang luas mengenai deskripsi dan definisi visi, misi, tujuan, strategi, kerangka, faktor, jangkauan, pihak yang bertanggung jawab, penilaian, pengukuran, dan upaya pengurangan risiko. Pada tingkat organisasi, pengelolaan risiko diterapkan pada level korporat, unit kerja (direktorat), unit bisnis (divisi), dan anak perusahaan serta yayasan. Posisi permasalahan yang akan dipecahkan berada pada level Telkom Divisi InfraTel, lebih spesifik lagi pada penerapan manajemen risiko operasional. Fokus pemecahan masalah adalah pada pembuatan model assessment matrix menggunakan identifikasi proses metode AMA (Advance Measurements Approaches) agar dapat mengakomodasikan kebutuhan proses SOA (kebutuhan finansial) yang nantinya akan dijadikan usulan sebagai model proses manajemen risiko operasional. 35