PENGEMBANGAN INDIKATOR DALAM UPAYA MENCAPAI KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS KABUPATEN KARANGANYAR JAWA TENGAH

dokumen-dokumen yang mirip
TUGAS KELOMPOK PEMETAAN INDIKATOR BERDASARKAN KD

MERANCANG PENCAPAIAN KOMPETENSI DASAR MELALUI PERUMUSAN INDIKATOR. Oleh: Nur Dewi Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan ABSTRAK

KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN. M. Nasir Tamalene (Dosen Universitas Khairun Ternate)

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 B. TUJUAN 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap implementasi KTSP

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 B. TUJUAN 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51

BAB I PENDAHULUAN. mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional.

STANDAR PROSES. PERMENDIKNAS Nomor 41 Tahun 2007

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN

Draft 2010 PANDUAN PELAKSANAAN SKS SMA NEGERI 78 JAKARTA

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar mengajar. Kegiatan belajar

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di sekolah belum

Kompetensi Dasar. perencanaan program. rangka implementasi

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

TEKNIK PENGEMBANGAN INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI MATEMATIKA SMP/MTs

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP.

SOSIALISASI DAN PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 / 34

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP.

BAB II KURIKULUM, PRAGMATIK, DAN APLIKASINYA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. institusi pendidikan melalui tujuan institusional. Tujuan institusional ini

1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

BAB 1 PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum yang

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 1 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 1 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA

STANDAR PROSES. PERMENDIKNAS Nomor 41 Tahun 2007

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan ini dapat diperoleh dengan latihan yang intensif dan bimbingan yang

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL Nomor 41 Tahun 2007 STANDAR PROSES

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 33 B. TUJUAN 33 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN D. UNSUR YANG TERLIBAT 34 E. REFERENSI 34 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 34

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

DAFTAR ISI. Contents A. LATAR BELAKANG B. TUJUAN C. RUANG LINGKUP KEGIATAN D. UNSUR YANG TERLIBAT E. REFERENSI...

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Sejalan dengan ungkapan di atas, Nasucha (2009:1) menyatakan

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa

Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Heni Sri Wahyuni, 2013

I. PENDAHULUAN. (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) didasarkan pada pemberdayaan siswa untuk

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, mempertinggi kemampuan berbahasa, dan menumbuhkan sikap

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 12 B. TUJUAN 12 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 12 D. UNSUR YANG TERLIBAT 13 E. REFERENSI 13 F. URAIAN PROSEDUR KERJA 15

2. KTSP dikembangkan oleh program keahlian dengan melibatkan berbagai pihak sesuai dengan tahapan penyusunan KTSP.

BAB I PENDAHULUAN. (Sutama dalam rachmawati, 2000:3). Mutu pendidikan sangat tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dianut pemangku kebijakan. Kurikulum memiliki. kedudukan yang sangat sentral dalam keseluruhan proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULAN. bahwa kurikulum berhubungan erat dengan usaha mengembangkan peserta

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan inti dari sistem pendidikan nasional, di

Contoh File KKM, PROTA, PROMES, SILABUS, RPP, SK & KD, PEMETAAN

BAB V SIMPULAN SAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung tahun

I. PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai oleh seorang melalui proses

BAB I PENDAHULUAN. penilaian guru tidak dapat mengetahui kemampuan peserta didik menerima

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL PENGEMBANGAN SILABUS

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. berupa transformasi nilai-nilai, pengetahuan, teknologi, dan kemampuan.

Pengembangan Silabus

ANALISIS BUKU AJAR BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) KELAS IX. Oleh Meilia Pratiwi Drs. Syamsul Arif, M.Pd.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 PARE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas diarahkan

PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI (SK) & KOMPETENSI DASAR (KD)

KISI-KISI KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU BIDANG STUDI BAHASA DAN SASTRA INGGRIS

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30

BAB IV. IMPLEMENTASI KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) DI MTs AGUNG ALIM BLADO. A. Kriteria Ketuntasan Minimal di MTs Agung Alim Blado

BAB I PENDAHULUAN. berekspresi dan salah satunya adalah menulis puisi. Puisi dalam Kamus Besar. penataan bunyi, irama, dan makna khusus; sajak.

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN SILABUS

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa

PERENCANAAN PEMBELAJARAN: SILABUS & RPP. Hj. Yeti Mulyati Universitas Pendidikan Indonesia

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini mengkaji kemampuan mahasiswa biologi FKIP Unila dalam

BAB I PENDAHULUAN. (Agustus, 2005).

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 33 B. TUJUAN 33 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 34 D. UNSUR YANG TERLIBAT 34 E. REFERENSI 34 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 34

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini memberikan gambaran pada beberapa aspek meliputi

7. Penilaian Pembelajaran Bahasa berbasis Kompetensi. (Edisi pertama cetakan kedua 2011, cetakan pertama 2010). Yogyakarta: BPFE.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

REVIEW DAN REVISI SILABUS-RPP MAPAEL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) Oleh: Ajat Sudrajat

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar

PENERAPAN ALAT PENILAIAN BERBASIS KOMPETENSI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BAGI SISWA SD MUHAMMADIYAH I MALANG

Selamat belajar, semoga sukses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Terima kasih telah mengunjungi

PANDUAN PENGEMBANGAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) II. Langkah-langkah Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gunawan Wibiksana, 2013 Universitas Pendidikan Indonesia Repository.upi.edu Perpustakaan.upi.

Transkripsi:

PENGEMBANGAN INDIKATOR DALAM UPAYA MENCAPAI KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS KABUPATEN KARANGANYAR JAWA TENGAH M.V. Sri Hartini H.S. Disdikpora Kabupaten Karanganyar mvsrihartini@yahoo.com 1. Pendahuluan Indikator mempunyai peranan yang sangat penting dalam rancangan persiapan pembelajaran karena proses belajar mengajar yang baik harus direncanakan dengan baik pula. Pengembangan indikator yang baik akan mengukur kompetensi dasar dan standar kompetensi yang dikehendakai oleh kurikukulum di sekolah karena indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perilaku siswa yang terukur mencakup sikap, pengetahuan, dan ketrampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakter peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan atau dapat diobservasi. Setiap mata pelajaran memiliki karakter yang berbeda beda. Misalnya mata perlajaran Bahasa Indonesia terdiri atas aspek mendengarkan, membaca, berbicara, dan menulis yang 198

sangat berbeda dengan mata pelajaran lain seperti matematika yang dominan pada aspek analisis logis. Oleh sebab itu guru melakukan kajian yang mendalam mengenai karakteristik mata pelajaran yang diampunya agar dapat mengembangkan indikator dengan tepat. Melalui indikator yang dikembangkan dengan benar akan dapat membantu memandu pemilihan bahan ajar, metode pembelajaran, dan alur pelaksanaan pembelajaran. Apabila keselarasan antara bahan ajar, metode, dan alur pembelajaran disetting dengan baik melalui penetapan indikatornya maka niscaya ketercapaian kompetensi yang ditargetkan dapat tercapai dengan baik. Menilik begitu penting pengembangan indikator dan peranan dalam, pencapaian kompetensi dasar maka hal yang menjadi pertanyaan adalah bagaimanakah guru Bahasa Indonesia SMA di Kabupaten Karanganyar dalam mengembangkan indikator untuk mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Untuk menjawab pertanyaan tersebut digunakan metode dokumentasi, observasi, dan wawancara mendalam terhadap guru bahasa Indonesia, kepala sekolah. Dokumen yang menjadi sumber data adalah rencana persiapan pembelajaran, silabus, dan administrasi guru lain yang mendukung seperti daftar nilai dan agenda harian guru. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan cara guru bahasa Indonesia di Kabupaten Karanganyar dalam mengembangkan indikator. Setelah mengetahui cara guru tersebut, maka disimpulkan ada tidaknya kendala dalam mengembangkan indikator pencapai dan kemudian dapat direkomendasikan hal-hal yang perlu ditindaklanjuti guna 199

meningkatkan kemampuan guru bahasa Indonesia dalam mengembangkan indikator pencapaian. 2. Kajian Teori a. Indikator dalam Pencapaian Kompetensi Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. Pengembangan indikator mempertimbangkan (1) tuntutan kompetensi yang dapat dilihat melalui kata kerja yang digunakan dalam KD, (2) karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah, dan (3) potensi dan kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan lingkungan/daerah. Pengembangan pembelajaran dan penilaian ada dua rumusan indikator, yaitu Indikator pencapaian kompetensi yang dikenal sebagai indikator dan Indikator penilaian yang digunakan dalam menyusun kisi-kisi dan menulis soal yang dikenal sebagai indikator soal. Indikator dirumuskan dalam bentuk kalimat dengan menggunakan kata kerja operasional. Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua hal yaitu tingkat kompetensi dan materi yang menjadi media pencapaian kompetensi. Indikator memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam mengembangkan pencapaian kompetensi berdasarkan SK-KD karena indikator sebagai pedoman dalam mengembangkan materi pembelajaran. 200

Pengembangan materi pembelajaran sesuai dengan indikator yang dikembangkan. Indikator yang dirumuskan secara cermat dapat memberikan arah dalam pengembangan materi pembelajaran yang efektif sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, potensi dan kebutuhan peserta didik, sekolah, serta lingkungan, dan sebagai pedoman dalam mendesain kegiatan pembelajaran. Desain pembelajaran perlu dirancang secara efektif agar kompetensi dapat dicapai secara maksimal. Pengembangan desain pembelajaran hendaknya sesuai dengan indikator yang dikembangkan, karena indikator dapat memberikan gambaran kegiatan pembelajaran yang efektif untuk mencapai kompetensi. Indikator yang menuntut kompetensi dominan pada aspek prosedural menunjukkan agar kegiatan pembelajaran dilakukan tidak dengan strategi ekspositori, melainkan lebih tepat dengan strategi discoveryinquiry. Fungsi lain dari indikator adalah sebagai pedoman dalam merancang dan melaksanakan penilaian hasil belajar. Indikator menjadi pedoman dalam merancang, melaksanakan, serta mengevaluasi hasil belajar, Rancangan penilaian memberikan acuan dalam menentukan bentuk dan jenis penilaian, serta pengembangan indikator penilaian. Pengembangan indikator penilaian harus mengacu pada indikator pencapaian yang dikembangkan sesuai dengan tuntutan SK dan KD. Langkah pertama pengembangan indikator adalah menganalisis tingkat kompetensi dalam SK dan KD. Hal ini diperlukan untuk memenuhi tuntutan minimal kompetensi yang dijadikan standar secara nasional. Sekolah dapat 201

mengembangkan indikator melebihi standar minimal tersebut. Tingkat kompetensi dapat dilihat melalui kata kerja operasional yang digunakan dalam SK dan KD. Tingkat kompetensi dapat diklasifikasi dalam tiga bagian, yaitu tingkat pengetahuan, tingkat proses, dan tingkat penerapan. Kata kerja pada tingkat pengetahuan lebih rendah dari pada tingkat proses maupun penerapan. Tingkat penerapan merupakan tuntutan kompetensi paling tinggi yang diinginkan. Klasifikasi tingkat kompetensi berdasarkan kata kerja yang digunakan adalah Berhubungan dengan mencari keterangan (dealing with retrieval), Memproses (processing), Menerapkan dan mengevaluasi. Selain tingkat kompetensi, penggunaan kata kerja menunjukan penekanan aspek yang diinginkan, mencakup sikap, pengetahuan, serta keterampilan. Pengembangan indikator harus mengakomodasi kompetensi sesuai tendensi yang digunakan SK dan KD. Jika aspek keterampilan lebih menonjol, maka indikator yang dirumuskan harus mencapai kemampuan keterampilan yang diinginkan. Klasifikasi kata kerja berdasarkan aspek kognitif adalah tingkat pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian. Pada ranah afektif menggunakan kata kerja operasional yang meliputi tingkata menerima, menanggapi, menilai, mengelola, dan menghayati. Ranah psikomotorik memiliki tingkatan menirukan, memanipulasi, pengalamiahan, dan artikulasi. Pada masing-masing tingkatan baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik memilki bentuk kata kerja operasional tersendiri yang terukur dan teramati. 202

Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik tertentu yang membedakan dari mata pelajaran lainnya. Perbedaan ini menjadi pertimbangan penting dalam mengembangkan indikator. Karakteristik mata pelajaran bahasa yang terdiri dari aspek mendengar, membaca, berbicara dan menulis sangat berbeda dengan mata pelajaran matematika yang dominan pada aspek analisis logis. Guru melakukan kajian mendalam mengenai karakteristik mata pelajaran sebagai acuan mengembangkan indikator. Karakteristik mata pelajaran dikaji pada dokumen standar isi mengenai tujuan, ruang lingkup dan SK serta KD masing-masing mata pelajaran. Pengembangkan indikator memerlukan informasi karakteristik peserta didik yang unik dan beragam. Peserta didik memiliki keragaman dalam intelegensi dan gaya belajar. Oleh karena itu indikator selayaknya mampu mengakomodir keragaman tersebut. Peserta didik dengan karakteristik unik visual-verbal atau psiko-kinestetik selayaknya diakomodir dengan penilaian yang sesuai sehingga kompetensi siswa dapat terukur secara proporsional. 1) Menganalisis Kebutuhan dan Potensi Kebutuhan dan potensi peserta didik, sekolah dan daerah perlu dianalisis untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam mengembangkan indikator. Penyelenggaraan pendidikan seharusnya dapat melayani kebutuhan peserta didik, lingkungan, serta mengembangkan potensi peserta didik secara optimal. Peserta didik mendapatkan pendidikan sesuai dengan potensi dan kecepatan belajarnya, termasuk tingkat potensi yang diraihnya. Indikator dikembangkan guna peningkatan mutu sekolah di masa yang akan datang 203

sehingga diperlukan informasi hasil analisis potensi sekolah yang berguna untuk mengembangkan kurikulum melalui pengembangan indikator. 2) Merumuskan Indikator Perumusan indikator perlu diperhatikan beberapa ketentuan (1) setiap KD dikembangkan sekurang-kurangnya menjadi tiga indikator, (2) keseluruhan indikator memenuhi tuntutan kompetensi yang tertuang dalam kata kerja yang digunakan dalam SK dan KD. Indikator harus mencapai tingkat kompetensi minimal KD dan dapat dikembangkan melebihi kompetensi minimal sesuai dengan potensi dan kebutuhan peserta didik, (3) indikator yang dikembangkan harus menggambarkan hirarki kompetensi, (4) rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua aspek, yaitu tingkat kompetensi dan materi pembelajaran, (5) indikator harus dapat mengakomodir karakteristik mata pelajaran sehingga menggunakan kata kerja operasional yang sesuai, dan (6) rumusan indikator dapat dikembangkan menjadi beberapa indikator penilaian yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan/atau psikomotorik. 3) Mengembangkan Indikator Penilaian Indikator penilaian merupakan pengembangan lebih lanjut dari indikator (indikator pencapaian kompetensi). Indikator penilaian perlu dirumuskan untuk dijadikan pedoman penilaian bagi guru, peserta didik maupun evaluator di sekolah. Dengan demikian indikator penilaian bersifat terbuka dan dapat diakses dengan mudah oleh warga sekolah. Setiap penilaian yang dilakukan melalui tes dan nontes harus sesuai dengan indikator penilaian. Indikator penilaian menggunakan kata kerja lebih terukur 204

dibandingkan dengan indikator (indikator pencapaian kompetensi). Rumusan indikator penilaian memiliki batasanbatasan tertentu sehingga dapat dikembangkan menjadi instrumen penilaian dalam bentuk soal, lembar pengamatan, dan atau penilaian hasil karya atau produk, termasuk penilaian diri. b. Karakteristik Pembelajaran Bahasa Indonesia Hakikat belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik lisan maupun tulis. Pendekatan pembelajaran bahasa yang menekankan pada aspek kinerja atau keterampilan berbahasa dan fungsi bahasa adalah pendekatan komunikatif, sedangkan pendekatan pembelajaran sastra yang menekankan apresiasi sastra adalah pendekatan apresiatif. Pandangan ini membawa konsekuensi bahwa pembelajaran bahasa haruslah lebih menekankan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi daripada pembelajaran tentang sistem bahasa (BSNP 2007:1). Hal ini sejalan dengan pendapat Celce-Murcia, Dornyei dan Thurell dalam Hatika (2010:3) bahwa bahasa merupakan kompetensi berkomunikasi, bukan sekadar seperangkat aturan. Pembelajaran bahasa memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan mata pelajaran lain. Hal ini disebabkan mata pelajaran bahasa, sesuai dengan prinsip kurikulum berbasis kompetensi, lebih menekankan pada pencapaian kompetensi komunikatif. Dengan demikian, model kompetensi berbahasa yang dituntut oleh standar kompetensi dalam Standar Isi adalah model yang menyiapkan peserta didik berkomunikasi atau menggunakan bahasa, baik secara lisan 205

maupun tulis, bukan sekadar mendapatkan kemampuan berbahasa. Pembelajaran Bahasa Indonesia berada dalam dua tugas, yaitu dapat memposisikan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara (Suyatno 2010:7-8). Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia tidak mengikat pemakainya agar sesuai dengan kaidah dasar. Bahasa Indonesia digunakan secara santai, nonresmi, dan bebas. Yang dipentingkan yaitu makna yang disampaikan sesuai dengan konteks pembicaraan. Sebagai bahasa negara berarti bahasa Indonesia adalah bahasa resmi. Oleh karena itu, bahasa Indonesia harus digunakan sesuai dengan kaidah, tertib, cermat, lengkap, dan baku. Tingkat kebakuannya diukur oleh aturan kebahasaan dan logika pemakaian. Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia telah menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespons situasi lokal, regional, dan global. Ada empat standar kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik, yaitu standar kompetensi mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Empat standar kompetensi tersebut memuat kompetensi-kompetensi dasar yang berkaitan dengan pemahaman wacana lisan dalam berbagai kegiatan, penggunaan wacana lisan untuk mengungkapkan berbagai hal, penggunaan berbagai jenis membaca untuk memahami berbagai keperluan, dan kegiatan menulis untuk berbagai keperluan. 206

3. Pembahasan Setelah dilakukan analisis pada dokumen guru dalam mengembangkan indikator pencapaian terdapat beberapa hal perlu mendapat perhatian diantaranya adalah menganalisis kompetensi dasar, menganalisis karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah, menganalisis kebutuhan potensi, dan merumuskan indikator. Berikut adalah hasil pengamatan mengenai pengembangan indikator oleh guru Bahasa Indonesia. a. Menganalisis Kompetensi Dasar Seperti telah diuraiakan tentang mekasisme pengembangan indikator pencapaian bahwa guru sebelum mengembangkan indikator perlu menganalisis SK, KD yang dapat dilihat melalui kata kerja operasional yang terukur. Setelah menganalisi SK, KD kemudian mengembangkan indikator pencapaian untuk mencapai kompetensi yang perlu dikuasai oleh siswa. Para guru bahasa Indonesia di Kabupaten Karanganya dalam mengembangkan indikator terkadang masih belum betul-betul memperhatikan klasifikasi kompetensi yang telah ditetapkan pada kompetensi dasar, yakni apakah tingkat kompetensi itu pada pemahaman, proses, atau penerapan. Akibatnya dalam mengembangkan indikator seringkali menggunakan kata kerja operasional yang tingkatannya lebih rendah dari kata kerja operasional yang diinginkan pada kompetensi dasar. Sebagai contoh: KD: Berpidato tanpa teks dengan lafal, intonasi, nada, dan sikap yang tepat. 207

Kompetensi dasar di atas memakai kata kerja berpidato tanpa teks. Kata kerja tersebut adalah masuk dalam tingkat kompetensi penerapan yang telah melampaui tingkat pemahaman dan proses, sehingga dalam mengembangkan indikator seharusnya menggunakan kata kerja operasional yang mengacu tingkat kompetensi tersebut yaitu pada tingkat penerapan. Pada kenyataannya ada beberapa guru yang mengembangkan indikator dengan menggunakan kata kerja operasional yang lebih rendah, contoh: Indikator: Mampu menjelaskan macam-macam metode berpidato. Indikator di atas memakai kata kerja menjelaskan macammacam.. dimana masuk dalam tingkat kompetensi pemahaman berarti lebih rendah dari kompetensi dasar yang diinginkan oleh standar kompetensi dan kompetensi dasar. Dengan indikator demikian maka alat ukurnya tentu tidak akan dapat dibuat untuk mengukur ketercapaian kompetensi dasar yang ditetapkan untuk dicapai siswa. Selanjutnya penetapan indikator yang tidak sesuai akan berpengaruh pada pemilihan bahan ajar, metode, dan alat penilaiannya. Hal ini disebabkan keterkaitan antara indikator, bahan ajar, dan alat evaluasi dalam pencapaian kompetensi dasar sangat erat dan merupakan suatu kesatuan alur. Sebagai contoh dalam mencapai indikator tersebut guru menetapkan metode presentasi, diskusi kelompok, inquiri, dan demonstrasi. Metode sebanyak itu sebenarnya terlalu berlebihan untuk mencapai indikator yang telah ditetapkan di atas. Bahan ajar juga belum dikembangkan sesuai dengan indikatornya padahal bahan ajar perlu dikembangkan oleh guru guna menunjang pencapaian kompetensi peserta didik. Pemilihan bahan ajar 208

yang efektif harus sesuai tuntutan indikator sehingga dapat meningkatkan pencapaian kompetensi secara maksimal. b. Menganalisis Karakteristik Mata Pelajaran, Peserta Didik, dan Sekolah Karakteristik sekolah dan daerah menjadi acuan dalam pengembangan indikator karena target pencapaian sekolah tidak sama. Sekolah kategori tertentu yang melebihi standar minimal dapat mengembangkan indikator lebih tinggi. Termasuk sekolah bertaraf tertentu seperti imercy dapat mengembangkan indikator dari SK dan KD dengan mengkaji tuntutan kompetensi sesuai rujukan standar tersebut yang digunakan. Sekolah dengan keunggulan tertentu juga menjadi pertimbangan dalam mengembangkan indikator. Guru bahasa Indonesia dalam praktik sebagian mengembangkan indikator dilakukan bersama-sama melalui MGMP tingkat kabupaten dan langsung dipakai di sekolah masing-masing. Dalam hal yang demikian tampak bahwa pengembangan indikator belum dapat mengakomodasi karakteristik peserta didik dan karakteristik satuan pendidikan karena ini baru sampai pada taraf karakteristik daerah dan karakter mata pelajaran. c. Menganalisis Kebutuhan Potensi Kebutuhan dan potensi peserta didik, sekolah, dan daerah perlu dianalisis untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam mengembangkan indikator. Penyelenggaraan pendidikan seharusnya dapat melayani kebutuhan peserta didik, lingkungan, serta mengembangkan potensi peserta didik secara optimal. Peserta didik mendapatkan pendidikan sesuai dengan potensi dan kecepatan belajarnya, termasuk 209

tingkat potensi yang diraihnya. Indikator juga harus dikembangkan guna mendorong peningkatan mutu sekolah di masa yang akan datang sehingga diperlukan informasi hasil analisis potensi sekolah yang berguna untuk mengembangkan kurikulum melalui pengembangan indikator. Pengembangan indikator yang dilaksanakan bersama kemudian langsung dipakai secara bersama pada tingkat kabupaten menjadikan tidak dapat memberikan ruang bagi pemenuhan kebutuhan pengembangan potensi anak didik dan sekolah. Kabupaten Karanganyar memiliki areal yang luas yang sangat beragam dari satu lokasi dengan lokasi yang lain yang berdampak pada perbedaan yang cukup beragam potensi peserta didik. Oleh karena itu perlu adanya ruang untuk memberikan pelayanan pada perbedaan potensi tersebut melalui pengembangan indikator pencapaian tersebut. Rupanya hal demikian belum cukup mendapat perhatian dari guru mata pelajaran bahasa Indonesia dalam mengembangkan indikator. Hal ini terjadi karena adanya pemahaman yang masih beragam di antara guru-guru bahasa Indonesia di kabupaten Karanganyar tentang mekanisme pengembagan indikator dalam memfasilitasi beragamnya potensi peserta didik. d. Merumuskan Indikator Perumusan indikator perlu memperhatikan beberapa hal, seperti yang telah diuraikan pada kajian teori tentang pengembangan indikator namun dari hasil pantauan di lapangan terdapat beberapa hal yang perlu mendapat perhatian di antaranya tentang jumlah indikator. Perumusan 210

indikator disarankan setiap KD dikembangkan sekurangkurangnya tiga indikator. Namun masih banyak guru yang mengembangkan indikator hanya sampai dua bahkan ada yang hanya satu saja. Setelah menetapkan indikator guru mestinya metetapkan tujuan pembelajaran karena untuk mengukur ketuntasan belajar klasikal. Alasan yang mendasar karena KTSP menuntut adanya ketuntasan belajar melalui KKM yang telah ditetapkan. Dari pengamatan terlihat ada beberapa guru yang tidak menetapkan tujuan pembelajaran setelah mengembangkan indikator pencapaian. Hal ini ternyata disebabkan sebagian guru tidak dapat membedakan antara indikator dengan tujuan dan ada yang menganggap bahwa indikator sama dengan tujuan pembelajaran. Sebagian guru belum memahami bahwa setiap siswa akan diukur pencapaian kompetensinya dalam pembelajaran. Bagi siswa yang pencapaian kompetensinya belum mencapai kriteria yang ditetapkan (kriteria itu populer dengan nama KKM atau Kriteria Ketuntasan Belajar Minimal), maka ia akan mendapat pelayanan pembelajaran remidi untuk memperbaiki kemampuannya yang didahului dengan analisis kesulitan atau kelemahannya dan diakhiri dengan penilaian kemajuan belajarnya. Mengingat bahwa tolok ukur yang digunakan dalam pengukuran itu adalah kemampuan pada indikator pencapaian kompetensi, maka dapat diartikan bahwa indikator pencapaian kompetensi merupakan target kemampuan yang harus dikuasai siswa secara individu atau dengan kata lain bahwa indikator pencapaian kompetensi adalah target pencapaian kemampuan individu siswa. 211

Merujuk pada pengertiannya, maka tujuan pembelajaran adalah gambaran dari proses dan hasil belajar yang diraih selama pembelajaran berlangsung. Ini berarti tujuan pembelajaran adalah target kemampuan yang akan dicapai oleh seluruh siswa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perbedaan dari indikator pencapaian kompetensi dan tujuan pembelajaran adalah bahwa kemampuan yang dirumuskan pada indikator pencapaian kompetensi merupakan target pencapaian kemampuan individu siswa sedangkan kemampuan yang dirumuskan pada tujuan pembelajaran merupakan target pencapaian kemampuan siswa secara kolektif. 4. Penutup a. Simpulan Beberapa simpulan mengenai pengembangan indikator yang dibuat oleh guru Bahasa Indonesia dalam upaya mencapai kompetensi dasar yaitu; guru belum bisa membedakan antara indikator dan tujuan pembelajaran, guru belum memahami penggunaan kata kerja operasional (KKO) yang harus digunakan dalam mengembangkan indikator, Guru belum memahami hubungan antara indikator dengan kompetensi dasar yang dikembangkannya, guru belum memiliki kesamaan persepsi tentang tujuan, makna, dan sistem pengembangan indikator. b. Rekomendasi Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa perlu adanya keterlibatan beberapa pihak selain guru itu sendiri. Untuk itu diberikan beberapa saran kepada guru agar lebih cermat dalam menganalisis kompetensi dasar melalui 212

kata kerja operasionalnya sehingga dapat mengembangkan indikator yang tepat dalam mencapai kompetensi yang dikehendaki oleh standar kompetensi (SK). Bagi Kepala Sekolah hendaknya memantau pengembangan indikator oleh guru secara optimal dan secara periodik.sebagai bagian dari supervisi pembelajaran serta menfasilitasi guru dengan mendatangkan nara sumber yang sesuai dengan kebutuhan sekolah dan melibatkan pengawas dalam membantu guru melalui supervisi akademik. 213

Daftar Pustaka BSNP. 2007. Panduan Penyusunan KTSP. Jakarta: Depdiknas Depdiknas. 2006. Standar Isi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA. (Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006). Jakarta: Depdiknas Depdiknas. 2007. Standar Proses (Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007). Jakarta: Depdiknas 214