BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan nasional yang hendak dicapai negara Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan ekonomi negara tersebut. Indonesia adalah salah satu negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, Indonesia memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. Tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2009.

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan sosial ekonomi, teknologi dan informasi telah

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana yang tercantum dalam. Pembukaan UUD Upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut salah

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan pinjaman luar negeri merupakan sesuatu yang wajar untuk negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peran pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pemerintahan suatu negara dibentuk sebagai perwakilan suatu rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan dua hal penting dalam perpsektif kebijakan fiskal. Pada tahun 2013,

Meningkatkan Tax Ratio Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. negara. Hal ini juga diiringi dengan meningkatnya APBN dari lima tahun

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini berbeda dengan pajak, sumber penerimaan ini mempuyai umur tidak

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat. Salah satunya disebabkan oleh lebih besarnya

BAB I PENDAHULUAN. sistem administrasi perpajakan dengan sistem self assessment, diharapkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan komponen terbesar dalam negeri untuk menopang pembiayaan operasional

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Pemerintah membutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dengan. mengurangi ketergantungan pada sumber dana luar negeri.

BAB I PENDAHULUAN. sektor perpajakan. Tiap tahunnya, Pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional di beberapa bidang, Pemerintah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi pemerintah dalam suatu negara adalah : 1) fungsi stabilisasi, yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang cukup dominan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan, pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan pokok warganya, dengan mengandalkan penerimaan dalam negeri

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan masyarakat, hal ini ditujukan agar pembangunan tersebut berjalan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negera hukum yang menetapkan pajak. Pajak

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa pajak akan sangat mustahil sekali negara ini dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan perekonomian di Indonesia, tidak menutup

BAB 1 PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat kecil baik materiil maupun spiritual. Untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terusmenerus. dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dalam hal perekonomian. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kepada keadilan sosial. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, negara harus

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peran penting Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila

PENDAHULUAN. menyediakan sarana dan prasarana,baik fisik maupun non fisik. Namun dalam

I. PENDUHULUAN. Index PDB Bulan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar. Semakin besarnya

BAB I PENDAHULUAN. tabungan paksa dan tabungan pemerintah (Sukirno dalam Wibowo, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. oleh suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan maupun taraf hidup

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Pembangunan Nasional difasilitasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya yang dimiliki suatu negara, baik berupa kekayaan alam

BAB I PENDAHULUAN. besarnya campur tangan pemerintah dalam peningkatan kesejahteraan rakyat, dimana

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah. membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dikumpulkan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan. Semakin pesatnya pembangunan dalam suatu negara merupakan

I. PENDAHULUAN. menyokong penyelenggaraan pembangunan suatu bangsa. Dalam Anggaran

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pajak merupakan bagian dari sumber penerimaan negara yang

BAB I LATAR BELAKANG PENELITIAN. penting untuk membangun dan memperbaiki infrastruktur maupun meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan penerimaan negara terbesar. Dominasi pajak sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pajak sebesar 70% terhadap total penerimaan negara. Kontribusi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. (APBN) sangat penting bagi penerimaan Negara karena pemerintah

I. PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. (NKRI) merdeka sejak tanggal 17 Agustus tahun Dari tahun 1945 Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. rasional, karena pada kenyataannya ratio antara jumlah wajib pajak dengan

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara dari sektor pajak melalui intensifikasi dan ekstensifikasi

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang ikut mendorong pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari penerimaan dalam negeri maupun pinjaman dari luar negeri, dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pelaksanaan dan pembangunan nasional tersebut serta bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan kewajiban warga negara untuk membayar iuran atas penghasilan yang didapat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia guna mencapai masyarakat adil

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah yang berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. negara bukan pajak (PNBP), penerimaan pajak, dan hibah. daerahnya dengan memungut pajak. Jumlah penduduk di Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 16 tahun 2009 menyatakan bahwa pajak adalah kontribusi wajib

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan perekonomian Indonesia akan diikuti pula

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang masih berkembang harus terus. melakukan inovasi dalam pembangunannya.

BAB I PENDAHULUAN. satu instrumen dalam mengatur perekonomian negara, dapat dipengaruhi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia saat ini dihuni oleh hampir 255,5 juta jiwa penduduk pada

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata. Tujuan yang luhur demikian itu hanya dapat diwujudkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, kurang lebih 76,9% penerimaan negara saat ini bersumber dari pajak

BAB I PENDAHULUAN. dengan pembangunan. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk dapat merealisasikan

BAB I PENDAHULUAN. 2. untuk mencapai tingkat kestabilan harga secara mantap. 3. untuk mengatasi masalah pengangguran.

BAB I PENDAHULUAN. berlangsungnya pembangunan yang berkesinambungan. Pemerintah melalui Dirjen

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mengandalkan berbagai pemasukan negara sebagai sumber

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pemerintah yang berlangsung secara berkesinambungan. Tentunya

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Roda pembangunan nasional dapat terus bergerak dan perekonomian

PENGHASILAN SKRIPSI. Disusun oleh: ARI GUNADI B

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran. Adriani (dalam Kangtoshi, 2010), pajak adalah iuran masyarakat kepada

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah selalu berupaya untuk meningkatkan tax ratio secara bertahap

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, pemerintah mengandalkan sumber-sumber penerimaan negara. Nota Keuangan dan APBN Indonesia tahun 2015 yang diunduh dari

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dalam upaya mengurangi ketergantungan sumber eksternal,

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan pembangunan nasional yang memerlukan biaya besar yang berasal

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan nasional yang hendak dicapai negara Indonesia sebagaimana ditegaskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur. Upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut tentunya dengan pembangunan. Pembangunan merupakan kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam melaksanakan pembangunan, masalah pembiayaan menjadi kendala utama. Pembiayaan pembangunan ini direalisasikan ke dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dalam APBN pemerintah memenuhi kebutuhan dana dengan mengandalkan dua sumber utama, yaitu sumber dana luar negeri dan sumber dana dalam negeri. Sasaran utama dari kebijakan keuangan negara di bidang penerimaan dalam negeri adalah untuk menggali, mendorong, dan mengembangkan sumber-sumber penerimaan dari dalam negeri agar jumlahnya meningkat sesuai dengan kebutuhan pembangunan. Kebijakan fiskal berhubungan erat dengan kegiatan pemerintah sebagai pelaku sektor publik. Kebjiakan fiskal dalam bidang penerimaan pemerintah mempunyai instrumen utama yaitu perpajakan. Pajak merupakan sumber pemasukan utama APBN untuk menopang pembiayaan operasional pemerintahan dan pembangunan. Disamping mampu menyediakan sumber dana bagi pembiayaan berbagai proyek penanggulangan dampak krisis ekonomi, 1

penerimaan perpajakan juga dapat mencegah terjadinya pembengkakan defisit anggaran. Hasil penerimaan Pajak dinikmati oleh bukan hanya pembayar pajak tapi juga untuk kepentingan negara demi tercapainya kesejahteraan segenap rakyat Indonesia. Misi utama Direktorat Jenderal Pajak (DJP) di dalam menjalankan tugas dan fungsi penerimaan pajak adalah menghimpun penerimaan pajak berdasarkan Undang-Undang Perpajakan yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah dan dilaksanakan secara efektif dan efisien (Rusjdi, 2006). Dalam membiayai pembangunan adalah wajar bila pemerintah berusaha menjadikan penerimaan dari sektor perpajakan sebagai sumber utama penerimaan negara. Hal ini disebabkan penerimaan dari sektor pajak: aman bagi negara karena tidak terlalu dipengaruhi gejolak harga pasar dunia, dapat diprediksi sebelumnya, baik menyangkut jumlah penerimaannya maupun pengeluarannya, dan masih dapat dikembangkan, baik subjek pajaknya mau pun objek pajaknya (Sumantry, 2011). Salah satu indikator tumbuhnya perekonomian suatu negara adalah melalui pertambahan Produk Domestik Bruto (PDB) yang digunakan sebagai dasar perhitungan angka pertumbuhan ekonomi. Tercatat rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia selama satu dekade, sejak tahun 2005 sampai dengan 2014 sebesar 5,91 %. Pertumbuhan tertinggi terjadi tahun 2008 sebesar 7,44 % dan pertumbuhan terendah adalah tahun 2009 dengan hanya 4,70 %. Namun demikian, struktur penerimaan pajak di Indonesia cenderung tidak berubah dalam satu dasawarsa terakhir, yang menghasilkan rasio yang rendah dari pajak terhadap PDB, antara 10% sampai 12%. Rendahnya rasio tersebut sebagai 2

akibat dari ketidakcukupan manajemen keuangan pemerintah (dan diperparah oleh korupsi). Bagaimanapun, penting bagi Indonesia untuk meningkatkan rasio tersebut dengan tujuan untuk memiliki lebih banyak dana yang tersedia untuk membiayai defisit anggaran, pembangunan infrastruktur, kesehatan, pendidikan dan program sosial lainnya untuk memberantas kemiskinan (Indonesia- Investments, 2014). Dibanding negara-negara di kawasan Asia Tenggara, rasio pajak Indonesia tergolong rendah. Hal ini tidak sejalan dengan pertumbuhan ekonomi indonesia yang ditandai dengan pertumbuhan kalangan kelas menengah yang cukup tajam. Berdasarkan data Bank Dunia, pada 2003 jumlah penduduk dengan pendapatan kelas menengah di Indonesia hanya 37,7 persen dari populasi. Namun pada 2010 kelas menengah Indonesia mencapai 134 juta jiwa atau 56,5 persen dari populasi. Setiap tahun kelas menengah tumbuh tujuh juta, sehingga Bank Dunia menilai pertumbuhan kelas menengah di Indonesia sangat cepat. Peningkatan kelas menengah seperti yang terjadi di Indonesia juga dialami negara berkembang lainnya. Ketimpangan pendapatan yang demikian besar antara masyarakat berpendapatan tinggi dengan masyarakat berpendapatan rendah berimplikasi terhadap rendahnya jumlah wajib pajak di Indonesia yang pada akhirnya berdampak pada kepatuhan pajak masyarakat pada umumnya. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk lebih mengoptimalkan penerimaan negara di sektor perpajakan. Salah satunya adalah dengan reformasi dan penyempurnaan Undang-Undang perpajakan sejak tahun 1983 sampai dengan terakhir tahun 2009. Karena seiring berjalannya waktu, Undang-Undang 3

perpajakan yang lama ternyata tidak sesuai lagi dengan perkembangan sosial ekonomi masyarakat Indonesia baik dari sisi kegotongroyongan nasional maupun dari laju pembangunan nasional yang telah dicapai, juga belum dapat menggerakkan peran dari semua lapisan Subjek Pajak dalam menghasilkan penerimaan negara (Ismail, 2008). Menurut Rahmany dalam Tempo (2014), seharusnya 61 juta warga negara Indonesia yang sudah harus bayar pajak, tapi baru 25 juta yang membayar. Hal tersebut juga senada dengan data yang dirilis oleh DJP (2015) yang menunjukkan bahwa kontribusi pembayaran pajak oleh Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap total penerimaan pajak per kategori Wajib Pajak dari tahun 2008 2014 hanya kurang dari 2% setiap tahunnya. Padahal, komposisi ideal penerimaan pajak di negara maju didominasi oleh Wajib Pajak perorangan dibandingkan dengan Wajib Pajak Badan. Komposisi itu dikarenakan pembayaran Wajib Pajak perorangan relatif lebih stabil ketimbang Wajib Pajak Badan saat perekonomian sedang dilanda krisis ekonomi. Saat ini pemerintah gencar berusaha untuk meningkatkan jumlah wajib pajak dengan cara ekstensifikasi, dengan harapan akan terciptanya korelasi yang positif antara pertambahan wajib pajak dengan penerimaan pajak. Ekstensifikasi pajak dalam bentuk pendataan kembali seperti Sensus Pajak Nasional (SPN) dianggap cara yang efektif, apabila dilakukan secara serius dan berkesinambungan. Disamping peningkatan dari segi jumlah wajib pajak, kegiatan tersebut juga diharapkan akan meningkatkan tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak. Melalui sistem Self Assessment, pemerintah bermaksud 4

meningkatkan kesadaran dan kepatuhan wajib pajak, yang berujung pada meningkatnya penerimaan pajak itu sendiri. Rasio kepatuhan Wajib Pajak di Indonesia masih rendah. Berdasarkan data yang dirilis oleh DJP (2015), rata-rata rasio kepatuhan penyampaian SPT Tahunan dalam kurun waktu 2008-2014 hanya 52,36 %. Bahkan untuk tahun 2004-2008 rasio kepatuhan penyampaian SPT Tahunan kurang dari 35%. Hal ini berarti bahwa sebagian besar Wajib Pajak tidak memenuhi kewajibannya untuk menyampaikan SPT Tahunan dan sekaligus menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan sukarela (voluntary compliance) Wajib Pajak orang pribadi di Indonesia selama ini masih tergolong lemah. Kesadaran masyarakat atau kepatuhan pajak seharusnya menjadi hal utama dalam proses jalannya sistem self assessment. Fenomena yang ada, perilaku penghindaran pajak cenderung menjadi bagian dari perilaku warga masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Dalam kurun waktu 2004-2014, tercatat bahwa hanya dua kali DJP berhasil mencapai target penerimaan pajak, yaitu 100,02% pada 2004 dan 106,82% pada 2008. Diluar dari kedua tahun tersebut, DJP tidak berhasil merealisasikan target penerimaan pajak yang sudah ditetapkan. Bahkan untuk APBN-P 2014, dari target penerimaan perpajakan yang ditetapkan sebesar Rp. 1.246,1, yang dapat direalisasikan hanya sebesar Rp. 1.143,3 atau 91,75 %. Meskipun kegagalan tersebut tidak sepenuhnya dapat dibebankan kepada DJP, hal ini tentu menjadi beban tersendiri bagi aparat pajak dan menimbulkan pertanyaan bagi berbagai pihak mengapa hal tersebut sampai terjadi. 5

Penerimaan Pajak itu sendiri sebagai sumber penerimaan negara dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi penerimaan pajak berupa kebijakan dalam menentukan dasar pengenaan pajak (tax base) atau objek pajak, dan biaya pemungutan pajak (tax collection ratio) itu sendiri. Jika dasar pengenaan pajak dan objek pajak dapat diperluas berdasarkan Undang-Undang, maka hal ini berpengaruh positif terhadap penerimaan pajak. Disamping itu, kebijakan penerapan pajak yang tidak sesuai dengan tuntutan pasar dapat berpengaruh negatif terhadap penerimaan pajak. Sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh terhadap penerimaan pajak dapat berupa pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, dan suku bunga. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang ada, diharapkan pemerintah Indonesia dapat menghimpun penerimaan yang semakin meningkat dari sektor perpajakan, karena indikator-indikator seperti pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat, penambahan jumlah wajib pajak yang signifikan, dan meningkatnya kepatuhan wajib pajak dalam melakukan kewajiban perpajakannya akan sangat menentukan penerimaan pajak itu sendiri. Pada akhirnya, dengan tercapainya target penerimaan pajak sesuai dengan potensi yang ada, maka pemerintah akan memiliki sumber dana yang memadai untuk mencapai tujuan negara dalam mensejahterakan masyarakat secara menyeluruh. Dari uraian tersebut penulis berusaha untuk membahas masalah ini menjadi sebuah penelitian yang diberi judul "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PAJAK DI INDONESIA. 6

1.2 Batasan Penelitian Berdasarkan berbagai literatur, banyak faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan Pajak di Indonesia. Diantaranya adalah variabel pajak dan variabel makroekonomi. Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan terbatas pada variabel PDRB, Jumlah Wajib Pajak, dan Kepatuhan Wajib Pajak. 1.3 Rumusan Masalah. Dengan memperhatikan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka permasalahan yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah : 1) Apakah Produk Domestik Regional Bruto berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak di Indonesia? 2) Apakah Jumlah Wajib Pajak berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak di Indonesia? 3) Apakah Kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak di Indonesia? 4) Apakah Produk Domestik Regional Bruto, Jumlah Wajib Pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak di Indonesia? 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1) Untuk menganalisis pengaruh Produk Domestik Regional Bruto terhadap jumlah Penerimaan Pajak di Indonesia. 7

2) Untuk menganalisis pengaruh Jumlah Wajib Pajak terhadap Penerimaan Pajak di Indonesia. 3) Untuk menganalisis pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak terhadap Penerimaan Pajak di Indonesia. 4) Untuk menganalisis pengaruh Produk Domestik Regional Bruto, Jumlah Wajib Pajak, dan Kepatuhan Wajib Pajak terhadap Penerimaan Pajak di Indonesia. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain : 1) Menjadi masukan bagi Pemerintah (Direktorat Jenderal Pajak) agar dapat mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Penerimaan Pajak di Indonesia. Dengan diketahuinya faktor-faktor yang berpengaruh tersebut, target Penerimaan Pajak di Indonesia secara umum dapat ditetapkan secara wajar dan realistis. 2) Untuk menambah wawasan, baik penulis sendiri, maupun pemerhati pajak lainnya terutama di dalam menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi Penerimaan Pajak di Indonesia. 3) Sebagai referensi dan bahan pengembangan bagi penelitian selanjutnya. 8

1.6 Sistematika Penulisan Untuk mempermudah garis besar uraian penulisan penelitian ini, serta penyusunannya secara sistematis, penulis membagi tesis ini sebagai berikut: BAB I Pendahuluan. Bab ini membahas latar belakang masalah, batasan penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II Telaah Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis. Bab ini membahas tinjauan teori yang mendasari penelitian diantaranya teori Pertumbuhan Ekonomi, teori pemugutan Pajak, hubungan Pertumbuhan Ekonomi dengan Pajak, dan beberapa tinjauan konsep diantaranya pengertian Pajak, fungsi Pajak, azas-azas dalam perpajakan, sistem pemungutan Pajak, penggolongan Pajak, Penerimaan Pajak di Indonesia, faktor-faktor yang mempengaruhi Penerimaan Pajak, dan penelitian sebelumnya. Hasil dari telaah pustaka ini nantinya akan digunakan sebagai kerangka berpikir untuk melakukan analisis dalam BAB IV. BAB III Metode Penelitian. Bab ini membahas mengenai desain penelitian, jenis dan sumber data, populasi, teknik pengumpulan data, model analisis, definisi operasional, variabel penelitian, pengolahan data, dan metode analisis data. BAB IV Hasil dan Pembahasan. Bab ini menguraikan gambaran umum organisasi Direktorat Jenderal Pajak dan hasil penelitian yang sesuai dengan permasalahan yang diuraikan dalam Bab I diatas. 9

BAB V Penutup. Bab ini menguraikan kesimpulan dari masalah-masalah yang telah dirumuskan dalam penelitian diatas, memberikan saran-saran atas hasil penelitian, dan menguraikan beberapa keterbatasan penelitian. 10