Tetty Rina Aritonang ISSN ISSN-L STIKes Medistra Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Remaja dalam Mencegah Hubungan Seksual (Intercourse) Pranikah di SMA Muhammadiyah 1 Banjarmasin Tahun 2012

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Program Studi Diploma IV Bidan Pendidik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

RELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ADOLESCENT POSITION ABOUT HIV-AIDS WITH BEHAVIOR OF SEX BEFORE MARRIEDINDIUM SMA PGRI 1 SEMARANG ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

60 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DENGAN JENIS KELAMIN DAN SUMBER INFORMASI DI SMAN 3 BANDA ACEH TAHUN 2012

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN (KTD) DENGAN SIKAP TERHADAP ABORSI DI KELURAHAN NGEMPLAK SIMONGAN KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA SMA DAN SMK DI KOTA BENGKAYANG

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan kelompok remaja tidak dapat diabaikan begitu saja. World Health

Akademi Kebidanan dan Keperawatan Bhakti Husada Bekasi. Abstrak

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

Rina Indah Agustina ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKes Guna Bangsa Yogyakarta ABSTRACT

HUBUNGAN UMUR PUBERTAS DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA SISWA KELAS XII SMK TELKOM SANDHY PUTRA PURWOKERTO 2015 NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI CIREBON

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERSEPSI REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH KELAS XI DI SMA I SEWON BANTUL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

Skripsi Ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat. Untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: NORDINA SARI J

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN UNINTENDED PREGNANCY PADA REMAJA DI PUSKESMAS GAMPING I SLEMAN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP SEKSUAL PADA REMAJA DI SMP N 7 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanakkanak. menjadi masa dewasa. Masa transisi ini kadang

BAB I PENDAHULUAN. antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut WHO (World Health

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP TERHADAP HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI MTsN DLINGO II BANTUL TAHUN 2013

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI STIKES X TAHUN 2014

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 3, Oktober 2012

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA REMAJA DI DESA SUSUKAN KECAMATAN SUMBANG

HUBUNGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH DENGAN USIA MENIKAH PADA REMAJA YANG MENIKAH DI TAHUN 2015 DI KECAMATAN PLAYEN KABUPATEN GUNUNGKIDULYOGYAKARTA 2015

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SEKS BEBAS PADA REMAJA KELAS XI DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMAN 8 SURAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seksualitas merupakan bagian integral dari kepribadian yang tidak dapat

Volume 3 / Nomor 1 / April 2016 ISSN :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan fisik remaja di awal pubertas terjadi perubahan penampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. masa dewasa yang berkisar antara umur 12 tahun sampai 21 tahun. Seorang remaja, memiliki tugas perkembangan dan fase

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH REMAJA DI INDONESIA (ANALISIS DATA SDKI 2012)

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU REMAJA TENTANG SEKS PRA NIKAH

PERAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRA NIKAH PADA REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MENGENAI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PADA GURU DI SMP X DI KOTA CIMAHI TAHUN 2010

Kata Kunci : Konsep diri, Kontrol diri, Persepsi siswa tentang perilaku seksual, Peran keluarga, Sumber informasi, Perilaku seksual.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jurnal Obstretika Scientia ISSN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SEKSUAL PRANIKAH DENGAN PERILAKU SEKSUAL

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU REMAJA TERHADAP PERSONAL HYGIENE (GENETALIA) SAAT MENSTRUASI DI SMAN 2 CIKARANG UTARA TAHUN 2015

MENGANALISIS TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PAPARAN MEDIA INFORMASI TERHADAP PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMP N 2 MOJOSONGO BOYOALI

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PALU Oleh: Rizal Haryanto 18, Ketut Suarayasa 29,

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKEM SLEMAN TAHUN 2015

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MENGENAI PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMK KESEHATAN DONOHUDAN BOYOLALI TAHUN 2016

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS DI SMK SWASTA MEDAN AREA 1 MEDAN TAHUN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI

The Factors Related to Pre Marriage Sexual Behavior of Adolescents in Grade X and XI in State Senior High School 1 in Bandar Lampung

JURNAL KESEHATAN DAN KEBIDANAN (JOURNAL OF MIDWIFERY AND HEALTH)

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, makin banyak pula ditemukan penyakit-penyakit baru sehingga

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG RISIKO KEHAMILAN REMAJA DI LUAR NIKAH DENGAN SIKAP TERHADAP HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa terjadinya perubahan-perubahan baik perubahan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) SEKOLAH PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 112 MANADO

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA REMAJA DI SMA NEGERI 1 KRETEK BANTUL NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP SEKS PRANIKAH SISWA DI SMAN 1 SEMIN GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

BAB I PENDAHULAN. Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat. kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian,

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No.23 Tahun 1992 mendefinisikan bahwa kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hubungan Karakteristik Remaja dengan Pengetahuan Remaja Mengenai Kesehatan Reproduksi di Kota Cimahi

Transkripsi:

ISSN 2337-6686 ISSN-L 2338-3321 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA REMAJA USIA (15-17 TAHUN) DI SMK YADIKA 13 TAMBUN, BEKASI Tetty Rina Aritonang STIKes Medistra Indonesia E-mail: tetty_art@yahoo.com Abstrak: Kesehatan reproduksi merupakan salah satu masalah yang terjadi pada remaja saat ini. Untuk itu diperlukan pemahaman tentang: (1) pemeliharaan kebersihan alat reproduksi, (2) proses-proses reproduksi serta (3) dampak dari perilaku yang tidak bertanggung jawab seperti kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi, dan penyakit menular seksual. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku seks pranikah. Sampel yang digunakan sebanyak 103 orang yaitu remaja usia (15-17 tahun). Metode yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Data dianalisis secara univariat dan bivariat dengan uji Chi-Square, menggunakan SPSS 16. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku seks pranikah pada remaja usia (15-17 tahun), (2) pengetahuan dan sikap yang baik akan mempengaruhi perilaku seks pranikah. (3) pengetahuan dan sikap merupakan faktor predisposisi yang terdapat dalam diri seseorang yang memotivasi untuk bertindak, baik positif maupun negatif. Kata kunci: pengetahuan, sikap, perilaku. Abstract: Reproductive health is one of the problems that occur in teenagers today. It is necessary for them to understand of: (1) the maintenance of hygiene tool reproductions, (2) reproductive processes and (3) the impact of irresponsible behavior such as unwanted pregnancy, abortion, and sexually transmitted diseases. The purpose of this research is to know the relation of knowledge and attitudes about reproductive health with premarital sex behaviors. The sample used as many as 105 people i.e. teen age (15-17 years). The method used is descriptive analytic with cross sectional approach. The data analyzed in Univariate and bivariat with Chi-Square test using SPSS 16. The results showed that: (1) there is a significant relationship between knowledge and attitudes about reproductive health with premarital sex behaviors in adolescent age (15-17 years), (2) knowledge and good attitude will affect the behavior of premarital sex. (3) knowledge and attitudes are predisposing factors inside a person which motivate to act either positive or negative action.. Key words: knowledge, attitude, behavior. PENDAHULUAN Latar belakang penelitian ini adalah ermasalahan remaja yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi yang semuanya berakar dari kurangnya informasi, pemahaman, dan kesadaran untuk mencapai keadaan sehat secara reproduksi. Banyak remaja yang menunjukkan perilaku yang positif dan berprestasi di berbagai bidang, namun, banyak juga dari mereka yang berperilaku negatif seperti merokok, penggunaan napza, tawuran, adanya tindakan aborsi, seks bebas yang dapat menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan dan penyakit menular lainnya. Untuk itu diperlukan pemahaman mengenai (1) pemeliharaan kebersihan alat reproduksi, (2) prosesproses reproduksi serta (3) dampak dari perilaku yang tidak bertanggung jawab seperti kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi, dan penyakit menular seksual lainnya yang sampai saat ini belum dapat untuk dipecahkan (Irianti dan Herlina,2012:15). Remaja merupakan sumber daya manusia (SDM) yang paling potensial sebagai tunas dan penerus bagi bangsa. Menurut WHO satu dari lima manusia yang hidup di dunia ini adalah remaja (Usia 10-19 tahun) dan 85% berada di negara berkembang. Oleh sebab itu masa remaja perlu diperhatikan secara serius agar dapat menjadi manusia yang mempunyai daya guna yang berarti bagi suatu bangsa serta dapat meningkatkan kualitas dan kemampuannya yang maksimal. Data WHO 2007 menunjukkan 44 % wanita dan lebih dari 70% pria usia remaja mengaku pernah melakukan hubungan seksual. Dari hasil Survei Demografi Jurnal Ilmiah WIDYA 61 Volume 3 Nomor 2 September - Desember 2015

dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 mengenai hubungan seksual pranikah, bahwa (1) jumlah presentase wanita menyetujui hubungan seksual pranikah sangat rendah di banding kan pria, (2) hanya 1% dari responden wanita dan 4% dari responden pria mengatakan boleh melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Dari hasil survei BKKBN tahun 2008 di 33 provinsi di Indonesia sebanyak 63% remaja mengaku sudah melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Dari data dan fenomena di atas maka peneliti tertarik untuk mengidentifikasi lebih jauh lagi pengetahuan dan sikap remaja tentang kesehatan reproduksi, serta perilaku seks pra nikah pada remaja di Indonesia pada umumya dan remaja di SMK Yadika 13 Tambun usia (15-17 tahun) Bekasi Utara. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku seks pranikah pada remaja usia (15-17 tahun) di SMK Yadika 13 Tambun, Bekasi Utara. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif Analitik. Dengan pendekatan Cross Sectional dimana penelitian yang akan dilakukan bertujuan mempelajari atau mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku seks pra nikah pada remaja usia 15-17 tahun Di SMK Yadika 13 Tambun, Bekasi tahun 2013. Penelitian ini dilakukan secara sekaligus pada suatu waktu, artinya setiap objek hanya diobservasi sekali saja (Notoadmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah Siswa-Siswi kelas X sampai kelas XII, sampel Teknik pengambilan sampel menggunakan probability sampling sebanyak 103 orang. Pengumpulan data menggunakan instrumen kuisioner yang mencakup tiga variabel yaitu (1) pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, (2) sikap tentang kesehatan reproduksi dan (3) perilaku seks pranikah Hasil uji validitas dan reliabilitas didapatkan bahwa sebanyak 8 pertanyaan untuk variabel pengetahuan dinyatakan valid dan reabel dengan nilai Cronbach alpha 0,815, variabel Sikap sebanyak 10 item pertanyaan dengan nilai Cronbach alpha 0,870 dan variabel perilaku sebanyak 10 item pertanyaan yang valid dan reliabel dengan nilai Cronbach alpha 0,870. Metode pengumpulan data primer diperoleh langsung dari responden melalui teknik kuisioner. Data Sekunder diperoleh dari bagian Kesiswaan dan Guru BP berdasarkan absensi Murid dan Tahun kelahiran Siswa. Teknik Analisis data menggunakan analisis univariat yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian yang akan menghasilkan distribusi dan presentase dari setiap variabel (Notoadmodjo,2010). Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi (Notoadmodjo,2010). Analisis yang digunakan adalah uji chi-square dengan bantuan SPSS 16 pada nilai taraf nyata α = 0,05 PEMBAHASAN Beberapa Penelitian Tentang Masalah Kesehatan Reproduksi dan Dampak Perilaku Remaja yang Tidak Bertanggung Jawab Menurut Rahman dkk (2011:35) bahwa masalah kesehatan reproduksi pada remaja, pada kenyataannya masih dianggap tabu untuk dibahas terutama di Asia Tenggara. Di Indonesia dengan situasi geografis yang terdapat beribu-ribu pulau, penyebaran penduduk belum merata dan pendidikan belum merata menyebabkan belum mampu menjangkau tingkat kesehatan yang baik. Sedangkan menurut Manuaba dkk (2009:118) bahwa pada umumnya, anak-anak memasuki usia remaja tanpa memiliki pengetahuan dan pendidikan memadai tentang kesehatan reproduksi, akan cenderung lebih memiliki resiko tinggi untuk berperilaku yang jauh dari yang diharapkan. Bahkan, selama remaja menjalani hubungan (pacaran), informasi yang mereka dapatkan cenderung salah. Sikap menabukan seks pada remaja hanya akan mengurangi kemungkinan mereka untuk tidak membicarakan secara terbuka tetapi tidak untuk mencegah perilaku seksual. Pada penelitian yang dilakukan BBKBN-LDFEUI (2008), didapatkan, bahwa dari 2,4 juta aborsi sebesar 21% (700 800 ribu) dilakukan oleh remaja, sedangkan premenstrual syndrome (PMS) pada remaja 4,18%. Catatan Dinas Kesehatan menunjukkan Kasus AIDS DKI Jakarta tahun 2007 dimana ditemukan sebanyak 1.122 Jurnal Ilmiah WIDYA 62 Volume 3 Nomor 2 September - Desember 2015

kasus baru dan 5.117 kumulatif di antaranya adalah remaja, sedangkan di Jawa Barat sebanyak 211 kasus baru, 3.939 kasus kumulatif. Dari penelitian monitoring pendidikan 2007 oleh Education Network for justice di beberapa kota di Indonesia, salah satunya adalah Jawa Barat, menunjukan 28,10% menikah pada usia dibawah 18 tahun 76,03% di antaranya dilakukan oleh wanita. Adapun kasus kematian akibat penyakit komplikasi dari aborsi sebanyak 8% dan penyakit menular lainnya sebanyak 12%. Hasil BKBI Jawa Barat Tahun 2008 menunjukkan 57% remaja usia 15-24 tahun merupakan pekerja seks komersial. Demikian pula dari hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, menunjukkan pegetahuan tentang kesehatan reproduksi sangat rendah, terutama akan bahayanya masalah HIV AIDS dan penyakit menular lainnya. 63-67% mengatakan penyakit HIV AIDS dapat dicegah yaitu dengan cara menggunakan kondom pada saat coitus. Laporan dari K4Health Reproductive Health Indonesia, beberapa masalah remaja antara lain kehamilan yang tidak diinginkan yaitu 33,79% (PKBI, 2008). Hasil Pengolahan data dan Pembahasan Analisis Univariat, Analisis Bivariat dan Analisis Multivariat terhadap variabel penelitian sebagai berikut: Analisis Univariat Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Frekwensi Relatif Pengetahuan Pengetahuan N % Kurang 53 51,5 Cukup 30 29,1 Baik 20 19,4 Total 103 100 Berdasarkan tabel 1 di atas menunjukkan bahwa remaja yang memiliki pengetahuan Kurang sebanyak 53 orang (51,5%), pengetahuan Cukup sebanyak 30 orang (29,1%) dan pengetahuan Baik 20 orang (19,4%). Hasil tersebut sesuai dengan yang dinyatakan oleh Irianti dan Herlina (2012:15), yaitu permasalahan remaja yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi semuanya berakar dari kurangnya informasi, pemahaman, dan kesadaran untuk mencapai keadaan sehat secara reproduksi, antara lain pemahaman mengenai perlunya pemeliharaan kebersihan alat reproduksi, mengenai proses-proses reproduksi serta dampak dari perilaku yang tidak bertanggung jawab seperti kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi, dan penyakit menular seksual lainnya yang sampai saat ini belum dapat untuk dipecahkan. Pengetahuan atau Kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam tindakan seseorang. Sehingga sangat diperlukan sekali untuk meningkatkan pengetahuan remaja di SMK Yadika 13 Tambun, banyak cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan pada remaja mulai dari pendidikan dini dari orang tua dan memberikan kegiatan penyuluhan, sehingga remaja akan lebih memahami dan mampu mengaplikasikan teori yang didapatkan dengan kenyataan yang ada. Dalam masa perubahan seperti yang dialami remaja banyak hal yang terkadang diabaikan karena adanya anggapan bahwa masalah itu merupakan masalah kecil dan tidak perlu disampaikan. Padahal masalah sekecil apapun, informasi sekecil apapun itu merupakan hal yang besar bagi masa perkembangan remaja. Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Indriyani Tahun 2009 tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Dengan Perilaku Personal Hygiene Pada Remaja Putri di SMAN 5 Surakarta yang menunjukkan bahwa Pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja yang mempunyai nilai diatas rata rata (mean = 27,56) yaitu sebanyak 128 responden (66,67%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar remaja mempunyai pengetahuan yang baik tentang kesehatan reproduksi karena Institusi tersebut bekerjasama dengan tenaga kesehatan untuk memberikan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi pada siswa yang baru masuk kelas X. Pada mata pelajaran Bimbingan dan Konseling serta Biologi dipelajari tentang kesehatan reproduksi. Siswi di SMAN 5 Surakarta juga mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi dan premenstrual syndrome (PMS) yang diperoleh dari berbagai sumber informasi, antara lain media cetak (koran, majalah, poster), media elektronik (televisi, radio), media internet, keluarga, teman dan lain lain (penyuluhan, seminar). Sumber informasi Jurnal Ilmiah WIDYA 63 Volume 3 Nomor 2 September - Desember 2015

tentang kesehatan reproduksi dan premenstrual syndrome (PMS) yang paling banyak diperoleh dari media cetak (koran, majalah, poster) Frekwensi Relatif Sikap tentang Kesehatan Reproduksi seperti terlihat pada tabel 2 berikut: Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Frekwensi Relatif Sikap tentang Kesehatan Reproduksi Sikap N % Sangat Tidak Baik 42 40.8 Tidak Baik 25 24.3 Sangat Baik 20 19,4 Baik 16 15,5 Total 103 100.0 Berdasarkan tabel 2 di atas dapat disimpulkan bahwa sikap tentang kesehatan reproduksi relatif kurang baik. Irianti dan Herlina (2011) menyatakan bahwa sikap mengabaikan kesehatan reproduksi berhubungan dengan semakin tingginya angka kehamilan diluar nikah, tindakan aborsi, penyakit menular seksual dan termasuk juga HIV/AIDS. Menurut Fishbein (1975) dalam Ali Asrosi,Tanpa Tahun:141) bahwa Sikap merupakan: (1) predisposisi emosional yang dipelajari untuk merespon secara konsisten terhadap suatu objek, (2) variabel mendasari, mengarahkan,dan mempengaruhi perilaku, (3) tidak identik dengan respon perilaku, (4) tidak dapat diamati secara langsung tetapi dapat disimpulkan dari konsistensi perilaku yang dapat diamati. Sikap sangat tidak baik pada remaja usia 15-17 tahun di SMK Yadika 13 yang dimaksud kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek baik itu lingkungan fisik maupun non fisik hal ini dapat dibuktikan dengan perbuatan nyata yaitu dengan kurangnya menjaga kebersihan alat reproduksi, adanya tindakan aborsi, sampai dengan kurangnya pencegahan dini terhadap penyakit menular lainnya. Distribusi Frekuensi Perilaku Seks Pranikah seperti terlihat pada tabel 3 berikut: Tabel 3. Distribusi Frekuensi Perilaku Seks Pranikah PERILAKU N % Positif 68 66 Negatif 35 34 Total 103 100.0 Berdasarkan tabel 3 di atas bahwa perilaku Positif (Kecenderungan untuk mendekati perilaku seks Pranikah) yaitu sebanyak 68 orang (66%) dan perilaku negatif (kecenderungan untuk menghindari perilaku seks Pranikah) yaitu sebanyak 35 orang (34%). Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada remaja usia 15-17 tahun di SMK Yadika 13 Tambun menunjukkan perilaku Negatif (Kecenderungan untuk mendekati perilaku seks Pranikah) yaitu sebanyak 68 orang (66%). Perilaku seks pranikah yaitu hubungan seksual yang dilakukan sebelum menikah. Adapun perilaku ini dipengaruhi oleh hormon-hormon seksual (testosterone untuk laki-laki dan progesterone untuk wanita) Hormon-hormon inilah yang berpengaruh terhadap dorongan seksual manusia. Aktivitas seksual adalah kegiatan yang dilakukan dalam upaya memenuhi dorongan seksual atau kegiatan mendapatkan kesiapan organ kelamin atau seksual melalui berbagai perilaku. Contoh perilaku seperti berfantasi, cium pipi, cium bibir, petting, masturbasi atau onani, berpelukan, berpegangan tangan (Eny Kusmiran, 2011 dalam Rudi,2013:10). Remaja yang memiliki sikap Positif beranggapan bahwa melakukan hubungan seksual sebelum menikah akan melanggar norma dan agama, sehingga remaja yang melakukan hubungan seksual pranikah cenderung menurun. Namun, remaja yang memiliki perilaku yang negatif manganggap bahwa hubungan seksual sebelum menikah boleh saja dilakukan maka dirinya cenderung lebih tinggi untuk melakukan hubungan seksual. Perilaku yang negatif akan cenderung lebih meningkat seiring dengan masa remaja merupakan masa pancaroba dimana mereka memiliki perilaku narsistic yaitu pergaulan yang semakin bebas, rasa ingin tahu yang tinggi dan masa pencarian jati diri sehingga sangat rentan untuk melakukan tindakan ataupun perbuatan yang merugikan mereka sendiri. Analisis Bivariat Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Seks Pranikah seperti terlihat pada tabel 4 berikut: Jurnal Ilmiah WIDYA 64 Volume 3 Nomor 2 September - Desember 2015

Tabel 4. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Seks Pranikah PENGETAHUAN Berdasarkan tabel 4 di atas, dapat diketahui hubungan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku seks pranikah pada remaja usia 15-17 tahun Di SMK Yadika 13 Tambun yaitu sebagai berikut: responden dengan pengetahuan Baik sebanyak 17 (16,5%) remaja memiliki perilaku Negatif (kecenderungan untuk menghindari perilaku Seks Pranikah) dan 3 (2,9%) remaja memiliki Positif (kecenderungan untuk memiliki perilaku seks pranikah), Sedangkan dengan pengetahuan cukup sebanyak 8 (7,8%) remaja memiliki perilaku Negatif dan 22 (21,4%) remaja memiliki berperilaku Positif. Serta dengan pengetahuan kurang 10 (9,7%) memiliki perilaku Negatif, dan 43 (41,7%) remaja memiliki peilaku Positif. Uji statistik (chi square) didapatkan bahwa p value: 0,000 dengan nilai alpha 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa p value lebih kecil dari nilai alpha yaitu 0,000 <= 0,05 berarti H0 ditolak yang artinya ada hubungan antara pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku seks pranikah. Berdasarkan hasil uji statistik untuk mengetahui hubungan penegtahuan dengan perilaku seks pranikah diperoleh nilai P value = 0,000 yang artinya lebih kecil dari nilai alpha = 0,05 maka dapat disimpulkan H0 ditolak yang artinya terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan perilaku seks pranikah pada remaja usia 15-17 tahun di SMK Yadika 13 tambun Tahun 2013. Pengetahuan PERILAKU Negatif Positif Total p value N % N % N % Kurang 10 9,7 43 41,7 53 51,5 Cukup 17 16,5 3 2,9 20 19,4 0,000 Baik 8 7,8 22 21,4 30 20,1 Total 35 34 68 66 103 100 Menurut Notoadmodjo (2007) dalam Fatikah (2010) bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh pengalaman seseorang, kemudian pengalaman tersebut dapat diekspresikan, diyakini sehingga menimbulkan motivasi serta faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan adalah lingkungan, baik lingkungan fisik maupun non fisik dan sosial budaya. Sumber pengetahuan sebagian besar didapatkan dari penginderaan yaitu indra pengelihatan dan indra pendengaran. Dari teori dan hasil di atas peneliti memberikan pandangan bahwa kurangnya informasi mengenai perilaku seks disebabkan oleh kurangnya peran orang tua dan adanya situasi yang mendukung. Untuk itu perlunya informasi tentang pemenuhan kebutuhan remaja melalui program yang tepat termasuk pendidikan dan konseling, perlindungan remaja terhadap kekerasan seksual, memberikan informasi mengenai kesehatan reproduski, serta pencegahan PMS (premenstrual syndrome), prevensi HIV/AIDS, program prevensi dan perawatan pelecehan seksual remaja, sehingga remaja dapat memahami perlu nya menjaga kesehatan reproduksi dan mengerti tentang dampak yang ditimbulkan dari perilaku yang tidak bertanggung jawab. Dengan demikian dapat dipahami bahwa pengetahuan yang kurang tentang kesehatan reproduksi akan mempengaruhi perilaku seks pranikah pada remaja usia 15-17 tahun di SMK Yadika 13 Tambun. Demikian juga sebaliknya, semakin baik pengetahuan seseorang maka akan lebih kecil kemungkinan untuk melakukan hubungan seks pranikah. Hal ini sejalan dengan penelitian dilakukan Hastutik (2011) yang menyatakan tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dengan sikap terhadap seks pranikah sebagai berikut: 43,22% pengetahuannya rendah, 37,28% pengetahuan cukup, sedangkan 19,50% pengetahuannya memadai. Penelitian ini menggunakan hitung secara manual adapun hasil yang diperoleh adalah r hitung sebesar 0,9 dan r tabel 0,596 yang artinya r hitung lebih besar dari pada r tabel maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan sikap terhadap seks pranikah Hubungan Sikap dan Perilaku Seks Pranikah seterti terlihat pada tabel 5 berikut: Jurnal Ilmiah WIDYA 65 Volume 3 Nomor 2 September - Desember 2015

Tabel 5. Hubungan Sikap dan Perilaku Seks Pranikah SIKAP PERILAKU Negatif Positif Total P Value N % N % N % Sangat Tidak baik 7 6,8 35 34 42 40,8 Tidak Baik 8 7,8 17 16,5 25 24,3 0,001 Baik 6 5,8 10 9,7 16 15,5 Sangat baik 14 13,6 6 5,8 20 19,4 Total 35 34 68 66 103 100 Sumber: Susilowati,2009 Berdasarkan tabel 5 di atas, bahwa hubungan sikap tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku seks pranikah memiliki sikap sangat tidak baik sebanyak 7 (6,8%) remaja memiliki perilaku Negatif dan 35 (34%) remaja memiliki perilaku Positif. Dengan sikap tidak baik sebanyak 8 (7,8%) remaja memiliki perilaku Negatif dan 17 (16,5%) memiliki perilaku Positif. dengan sikap baik 6 (5,8%) remaja memiliki perilaku Negatif dan 10 (9,7%) remaja memiliki perilaku Positif. Serta dengan sikap sangat baik bahwa 14 (13,6%) remaja memiliki perilaku Negatif dan 6 (5,8%) remaja memiliki perilaku positif. Berdasarkan uji Chi Square diatas bahwa p value : 0,001 dengan nilai alpha : 0,05 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai p value lebih kecil dari nilai alpha 0,001 '3d 0,05 yang berarti H0 ditolak maka disimpulkan ada hubungan signifikan antara sikap tentang kesehatan reproduksi dan perilaku seks pranikah pada remaja usia 15-17 tahun Di SMK Yadika 13 Tambun. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai P value = 0,001 dengan nilai alpha 0.05 maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa nilai p value lebih kecil dari pada nilai alpha 0,001 '3d 0,05 yang artinya H0 ditolak berarti ada hubungan antara sikap tentang kesehatan reproduksi dan perilaku seks pranikah pada remaja usia 15-17 tahun di SMK Yadika 13 tambun tahun 2013. Menurut Mednick, Higgins & Kirschenbaum (2006) dalam Hastutik (2011) pembentukan sikap dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu (1) pengaruh sosial seperti norma dan kebudayaan, (2) karakter kepribadian individu, dan (3) informasi yang selama ini diterima individu. Pendapat tersebut didukung oleh Wijaya (2008), bahwa sikap tentang kesehatan reproduksi yaitu: Sikap positif ditunjukkan dengan mampu melakukan penanganan dini dan pencegahan dini terhadap Kesehatan Reproduksi. Sikap negatif ditunjukkan bila seseorang tersebut tidak mampu melakukan penanganan dan pencegahan terhadap kesehatan reproduksi. Dari pendapat di atas peneliti memberikan pandangan bahwa sikap merupakan faktor predisposisi yang mencakup komponen seperti keyakinan, ide, konsep serta ungkapan emosional yang diekspresikan dengan tingkah laku yang berkaitan untuk bertindak. Dapat disimpulkan bahwa bila seseorang memiliki sikap yang positif (baik) maka kecil kemungkinan untuk melakukan hubungan seksual pranikah dan begitu juga sebaliknya. Pembentukan dan perubahan sikap akan ditentukan oleh dua faktor, yaitu (1) faktor internal (individu itu sendiri) adalah cara individu dalam menanggapi dunia luarnya dengan selektif sehingga tidak semua yang datang akan diterima atau ditolak dan (2) faktor eksternal adalah keadaan-keadaan yang ada diluar individu yang merupakan stimulus untuk membentuk dan mengubah sikap. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sosilowati (2009) yang menyatakan ada hubungan signifikan antara sikap tentang masalah kesehatan reproduksi dan perilaku seks pranikah di Yogyakarta. PENUTUP Kesimpulan 1. Pengetahuan dan sikap yang baik akan mempengaruhi perilaku seks pranikah dimana pengetahuan dan sikap merupakan faktor predisposisi yang terdapat dalam diri seseorang yang memotivasi untuk bertindak baik itu positif ataupun negatif. 2. Ada hubungan antara pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku seks pranikah pada remaja usia 15-17 tahun di SMK Yadika 13. 3. Didapatkan suatu kondisi dimana terdapat masalah yang sangat serius dialami remaja kita saat ini dan mereka masih sangat membutuhkan pendidikan dasar mengenai kesehatan mereka terutama kesehatan reproduksi Jurnal Ilmiah WIDYA 66 Volume 3 Nomor 2 September - Desember 2015

Saran -saran 1. Kepada Pengurus SMK Yadika 13 agar lebih meningkatkan lagi program-program yang menunjang kesehatan bagi anak didiknya dengan mengadakan kegiatan seminar, diskusi serta dapat bekerja sama dengan Institusi terkait yang dapat menunjang kesehatan peserta didik khususnya Kesehatan Reproduksi. 2. Kepada Perguruan tinggi sebagai lembaga akademisi diharapkan mampu memberikan kontribusi sebagai wujud nyata yang dapat dilakukan antara lain peningkatan pengetahuan masyarakat khususnya remaja mengenai akibat yang disebabkan dari perilaku yang tidak bertanggung jawab baik dengan upaya penyuluhan langsung kepada siswa atau dengan memberikan seminarseminar tentang kesehatan reproduksi sehingga dengan demikian dapat menciptakan generasi-generasi yang memiliki daya guna yang tinggi. 3. Kepada Petugas kesehatan yang mempunyai kewajiban untuk memberikan informasi maupun pelayanan kesehatan yang komprehensif baik bio-psiko-sosial dan spiritual. DAFTAR PUSTAKA Ali Asrori. Psikologi Remaja. Perkembangan Peserta Didik. Bumi Aksara. Jakarta. 2011. BKKBN. Kajian Profil Penduduk Remaja( 10-24 tahun) diunduh tanggal 15 Oktober 2013 Hastutik. Hubungan Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi Dengan Perilaku Seks Bebas. FK Kesehatan Masyarakat; Yogyakarta. Diunduh tangga l 3 september 2013. Irianti dan Herlina.. Buku Ajar Psikologi untuk Mahasiswa Kebidanan. EGC. Jakarta. 2009. Manuaba. et al. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. EGC. Jakarta. 2009 Notoadmodjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. EGC. Jakarta. 2007 Notoadmodjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.Jakarta. 2010 Rudi, 2013.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seks Bebas. Stikes Medistra Indonesia; Bekasi. 2013. Skripsi SDKI. Laporan Pendahuluan Masalah Kesehatan Reproduksi Pada Remaja. Pusat Statistik; BKKBN. Jakarta. 2012 Sosilowati, D. Hubungan Antara Sikap Terhadap Masalah Kesehatan Reproduksi dengan Perilaku Seksual Pranikah. Universitas Katolik Soegijapranata ;Semarang. Diunduh tanggal 12 oktober 2013.Skripsi Jurnal Ilmiah WIDYA 67 Volume 3 Nomor 2 September - Desember 2015