TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS) PADA SISWA SDN BATUAH I DAN BATUAH III PAGATAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. belum banyak diterapkan dalam kehidupan sehari hari (Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya guna tercapainya negara yang kuat (Ratna, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun pada Siswa Sekolah Dasar Negeri Sambiroto 01 Kota Semarang

HIGEIA: JOURNAL OF PUBLIC HEALTH RESEARCH AND DEVELOPMENT

Pengaruh Penyuluhan PHBS tentang Cuci Tangan Pakai Sabun terhadap Pengetahuan, Sikap dan Praktik Siswa Kelas V SDN Taman Kota Serang

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

ABSTRACT. : Clean And Healthy Lifestyle, Washing Hands With Soap, Knowledge, Attitude, Actions

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh, hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Wujud

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. 1

PERBEDAAN CUCI TANGAN PAKAI SABUN SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN DEMONSTRASI PADA ANAK KELAS V SD DI SDN PAGU I KECAMATAN PAGU

BAB I PENDAHULUAN UKDW. trakea bahkan paru-paru. ISPA sering di derita oleh anak anak, baik di negara

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK SD

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA MASYARAKAT DI DESA SENURO TIMUR

PEMBERIAN HEALTH EDUCATION MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENCUCI TANGAN PADA ANAK PRASEKOLAH ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

Dadang Kusbiantoro Program Studi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PRAKTIK CUCI TANGAN PADA ANAK PRASEKOLAH DI PAUD DARUNNAJAH TAMANSARI WULUHAN JEMBER

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS) TERHADAP SIKAP PENCEGAHAN DIARE PADA SISWA KELAS V SDN TRIHARJO SLEMAN TAHUN 2015

*Mulyo Aji Sulistyo,**Imam Fathoni,***Leo Yosdimyati R

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE DI DESA RANOWANGKO KECAMATAN TOMBARIRI KABUPATEN MINAHASA TAHUN

Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

PENYULUHAN CUCI TANGAN DI SDN BRAWOHAN KECAMATAN GAYAM BOJONEGORO. Maldiana, 2 ikmaludin Akbar

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN MENCUCI TANGAN YANG BENAR PADA SISWA KELAS 1 DAN 2 DI SDN 2 KARANGLO, KLATEN SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang setinggi-tingginya. Dengan kata lain bahwa setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

Kata Kunci : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Pengetahuan, Sikap, Tindakan

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN : PERILAKU MENCUCI TANGAN PADA ANAK SD NEGERI 3 GAGAK SIPAT BOYOLALI. Nur Hikmah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang mempunyai peranan besar dalam menentukan

BAB I PENDAHULUAN. Sehat dalam keperawatan anak adalah keadaan kesejahteraan yang optimal

BAB I PENDAHULUAN. perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Masa usia sekolah disebut

EFEKTIVITAS MEDIA CERITA BERGAMBAR DAN ULAR TANGGA DALAM PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT SISWA SDN 2 PATRANG KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini manifestasi dari infeksi system gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kebijakan Indonesia sehat 2010 ( Dinkes Makassar, 2006 )

ABSTRAK. Desy Apriani Sari, Pembimbing: drg. Donny P. SKM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa diare masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sehat merupakan hak setiap individu agar dapat melakukan segala

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) MASYARAKAT DI LINGKUNGAN VII KELURAHAN SEI SIKAMBING B MEDAN SUNGGAL

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP CUCI TANGAN PAKAI SABUN PADA SISWA SD NEGERI 157 KOTA PALEMBANG TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupannya. Sehat sendiri perlu didasari oleh suatu perilaku, yaitu perilaku

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 1, Februari 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 131/Menkes/SK/II/2004 dan salah satu Subsistem dari SKN adalah Subsistem

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan perhatian khusus dan perlu penanganan sejak dini. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, serta dapat. menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat menekankan pada praktik-praktik kesehatan (Wong, 2009). Di dalam

BAB I. PENDAHULUAN UKDW. hidup seoptimal mungkin (Depkes RI, 2006). Di bidang pencegahan dan

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Januariska Dwi Yanottama Anggitasari J

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. dan Kusuma, 2011). Umumnya, masa remaja sering diartikan sebagai

ABSTRAK. Kata Kunci: Karakteristik Umum Responden, Perilaku Mencuci Tangan, Diare, Balita

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

GAMBARAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SD NEGERI SUROKARSAN II YOGYAKARTA

Anwar Hadi *, Umi Hanik Fetriyah 1, Yunina Elasari 1. *Korespondensi penulis: No. Hp : ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. mengukur pencapaian keseluruhan negara. Pencapaian ini meliputi 3

GAMBARAN PERILAKU IBU YANG MEMILIKI BALITA DENGAN ISPA DI KELURAHAN KALIPANCUR SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku

Keywords: hand washing demonstration, elementary school students, the incidence of illness.

Perbedaan Perilaku Cuci Tangan antara Anak SD Perkotaan dengan Anak SD Pedesaan. Oleh : FINA FADILA MAYASARI

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan zat gizi yang lebih banyak, sistem imun masih lemah sehingga lebih mudah terkena

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: ERIN AFRIANI J.

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diare adalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN METODE VISUAL AIDS TERHADAP SIKAP TENTANG JAJANAN SEHAT PADA SISWA KELAS V DI SDN NOGOTIRTO SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita

PENGARUH EDUKASI SOSIODRAMA TENTANG PHBS CUCI TANGAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP CUCI TANGAN SISWA SD MUHAMMADIYAH KALANGAN

BAB I PENDAHULUAN. dikemudian hari. Masalah kesehatan tersebut meliputi kesehatan umum,

Manuskrip. Oleh : Icha Puspitalia Wilanda NIM : G2A PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan deklarasi Johannesburg yang dituangkan dalam Milleniun

GAMBARAN PERILAKU KEPALA KELUARGA TENTANG PHBS DI DESA TUNGGULO SELATAN KECAMATAN TILONG KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO TAHUN 2012

HUBUNGAN PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS) DENGAN KEJADIAN DIARE ANAK USIA SEKOLAH DI SDN 02 PELEMSENGIR KECAMATAN TODANAN KABUPATEN BLORA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) SEKOLAH PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 112 MANADO

Eka Muriani Limbanadi*, Joy A.M.Rattu*, Mariska Pitoi *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

ABSTRAK. Kata kunci: Menggosok gigi, perilaku, pendidikan kesehatan.

ABSTRAK. Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Pekerja Rumah Makan X di Kota Bandung Tentang Cuci Tangan Versi WHO Terkini 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA TERHADAP PHBS DAN PENYAKIT DEMAM TIFOID DI SMP X KOTA CIMAHI TAHUN 2011.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

HUBUNGAN KEBIASAAN CUCI TANGAN DENGAN PERILAKU IBU DALAM PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS GAMPING 1 YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Transkripsi:

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS) PADA SISWA SDN BATUAH I DAN BATUAH III PAGATAN 1 Ratna Setyaningrum, 2 Achmad Rofi i, dan 3 Annisa Setyanti 1, 2 Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat 3 Puskesmas Pagatan, Kabupaten Tanah Bumbu Abstract One indicator of healthy and clean life behaviour is hand washing with soap. Habits of Indonesian community in hand washing with soap is still relatively low, the indication can be seen by the high prevalence of diarrheal disease. Hand washing with soap focus is school student as "Agent of Change". The aim of this study is to describe the level of knowledge and attitude about hand washing with soap among student in Batuah I and Batuah III Public Elementary School Pagatan. This is a descriptive study with cross-sectional design. The subject are student of class V in Batuah I and Batuah III Public Elementary School Pagatan as many as 60 students. The result show that the level of knowledge about hand washing with soap majority in good category as many as 86, 67% in Batuah I Public Elementary School and as many as 76.67% in Batuah III Public Elementary School Pagatan. The attitude of respondents about hand washing with soap majority in good category as many as 83.33% in Batuah I and Batuah III Public Elementary School Pagatan. Keywords: knowledge, attitude, hand washing with soap, elementary student Abstrak Salah satu indikator dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah CTPS. Kebiasaan masyarakat Indonesia dalam mencuci tangan pakai sabun hingga kini masih tergolong rendah, indikasinya dapat terlihat dengan tingginya prevalensi penyakit diare. Fokus CTPS ini adalah Anak sekolah sebagai "Agen Perubahan" dengan simbolisme bersatunya seluruh komponen keluarga rumah dan masyarakat dalam merayakan komitmen untuk perubahan yang lebih baik dalam berperilaku sehat melalui CTPS. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan dan sikap tentang CTPS pada siswa SDN Batuah I dan SDN Batuah III Pagatan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan desain cross-sectional. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN Batuah I dan Batuah III Pagatan sebanyak 60 orang. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tingkat pengetahuan responden tentang CTPS paling banyak pada kategori baik yaitu sebanyak 86,67% di SDN Batuah I dan 76.67% di SDN Batuah III, sikap responden tentang CTPS paling banyak pada kategori baik yaitu sebanyak 83.33% di SDN Batuah I dan di SDN Kata Kunci : pengetahuan, sikap, CTPS, siswa SD 1. PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan di Indonesia merupakan bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya guna tercapainya negara yang kuat. Terwujudnya derajat kesehatan masyarakat tersebut dapat dicapai, salah satunya dengan program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan 43 atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat (1). Salah satu indikator dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah CTPS. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari-jemari menggunakan air dan sabun untuk menjadi bersih. Mencuci tangan dengan sabun merupakan salah satu upaya pencegahan penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan seringkali menjadi agen yang membawa kuman dan menyebabkan patogen

Ratna Setyaningrum, dkk., Tingkat Pengetahuan 44 berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak langsung ataupun tidak langsung (1). Hasil pelaksanaan program PHBS tentang mencuci tangan, menurut studi WHO tahun 2007 menyatakan, kejadian diare menurun 45% dengan perilaku mencuci tangan pakai sabun, 32% dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap sanitasi dasar, dan 39% perilaku pengelolaan air minum yang di rumah tangga, dengan upaya tersebut kejadian diare menurun sebesar 94% (Depkes RI, 2007). Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu cara paling efektif untuk mencegah penyakit diare dan ISPA, keduanya menjadi penyebab utama kematian anak. Setiap tahun, sebanyak 3,5 juta anak di seluruh dunia meninggal sebelum mencapai umur lima tahun karena penyakit diare dan ISPA. Mencuci tangan dengan sabun juga dapat mencegah infeksi kulit, mata, kecacingan, dan flu burung (2). Sebuah penelitian menyatakan bahwa perbandingan bayi yang dirawat oleh perawat yang tidak mencuci tangan dengan sabun lebih signifikan, lebih sering, dan lebih cepat terkena patogen S. aureus dibandingan dengan bayi yang dirawat oleh perawat yang mencuci tangan dengan sabun (3). Kebiasaan masyarakat Indonesia dalam mencuci tangan pakai sabun hingga kini masih tergolong rendah, indikasinya dapat terlihat dengan tingginya prevalensi penyakit diare. Survei Departemen Kesehatan pada tahun 2006 menunjukkan rasio penderita diare di Indonesia 423 per 1000 orang dengan jumlah kasus 10.980, angka kematian 277 (CFR 2,52%). Penyakit diare menjadi penyebab kematian nomor 2 pada balita, nomor 3 pada bayi, dan nomor 5 untuk semua umur (4). Artinya dorongan kognitif bahwa sabun bermanfaat untuk membunuh bakteri atau kuman masih lemah di masyarakat. Kesadaran masyarakat Indonesia untuk cuci tangan pakai sabun (CTPS) terbukti masih sangat rendah, tercatat rata-rata 12% masyarakat yang melakukan cuci tangan pakai sabun (CTPS) (5). Fokus CTPS ini adalah Anak sekolah sebagai "Agen Perubahan" dengan simbolisme bersatunya seluruh komponen keluarga rumah dan masyarakat dalam merayakan komitmen untuk perubahan yang lebih baik dalam berperilaku sehat melalui CTPS (Depkes, 2007) Hal ini dikuatkan oleh pernyataan Drs. Thosim, MM, Kabid PKPL (Promosi Kesehatan dan Penyehatan Lingkungan) Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah bahwa sasaran promosi PHBS adalah anak sekolah terutama siswa kelas IV dan V SD/sederajat. Sebab, mereka merupakan kelompok umur yang mudah menerima inovasi baru dan punya keinginan kuat untuk menyampaikan pengetahuan dan informasi yang diterimanya kepada orang lain. Sekolah sebagai salah satu sasaran PHBS di tatanan institusi pendidikan perlu mendapatkan perhatian mengingat usia sekolah bagi anak juga merupakan masa rawan terserang berbagai penyakit, serta muncunya penyakit yang sering menimpa anak usia sekoah (usia 6-10), misalnya diare, kecacingan dan anemia. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, presentase siswa SD yang telah berperilaku hidup bersih dan sehat dalam skala nasional sebesar 38.7%. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan yang didapatkan di Kabupaten Tanah Bumbu melalui data pemetaan PHBS di tatanan sekolah tahun 2013 yang hanya sebesar 30.7% (7). Berdasarkan hasil pemetaan PHBS di tatanan sekolah yang telah dilaksanakan oleh Tim Promosi Kesehatan Puskesmas Pagatan terhadap 10 sekokah dasar. Didapatkan 4 sekolah dasar dengan PHBS yang sudah baik dan 6 sekolah dasar dengan PHBS yang kurang baik. Dari 6 sekolah tersebut, terdapat 2 sekolah yang memiliki UKS yang belum cukup baik, yaitu SDN Batuah I dan SDN Batuah III dan dinyatakan belum pernah mendapat penyuluhan tentang cara mencuci tangan yang baik dan benar. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan dan sikap tentang CTPS pada siswa SDN Batuah I dan SDN Batuah III Pagatan 2. METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, dengan desain cross-sectional (potong lintang), yaitu dengan melakukan pengamatan sesaat untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap siswa tentang CTPS di SDN Batuah I dan Batuah III Pagatan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Batuah I dan Batuah III Pagatan sebanyak 60 orang. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Batuah I dan Batuah III Pagatan sebanyak 60 orang. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Karakteristik Responden di SDN Batuah I dan SDN Batuah III Karakteristik responden di SDN Batuah I dan Batuah III dilakukan melalui pengumpulan data dengan kuesioner. Distribusi frekuensi

45 Jurnal Berkala Kesehatan, Vol. 1, No. 1, November 2015 : 42-46 karakteristik responden yang terdiri dari umur responden dan jenis kelamin responden disajikan pada tabel 1 dan 2. Tabel 1 Umur Responden di SDN Batuah I dan SDN Batuah III Umur 9 10 11 12 13 14 1. SDN Batuah I - 5 15 8 1 1 2. SDN Batuah III 1 12 13 1 3 - Berdasarkan tabel 1 diketahui distribusi umur responden terbanyak adalah di usia 11 tahun sebanyak 15 responden (50%) di SDN Batuah I dan 13 responden (43.33%) di SDN Tabel 2 Jenis Kelamin Responden di SDN Batuah I dan SDN Batuah III Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 1. SDN Batuah I 16 14 2. SDN Batuah III 16 14 Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa jenis kelamin responden yang terbanyak adalah laki-laki yaitu 16 orang (53.33%) dan perempuan 14 orang (46.67%) di kedua sekolah. 3.2. Gambaran Tingkat Pengetahuan tentang CTPS pada Responden di SDN Batuah I dan SDN Batuah III Gambaran tingkat pengetahuan responden di SDN Batuah I dan SDN Batuah III mengenai CTPS dilakukan melalui pengumpulan data dengan kuesioner. Tingkat pengetahuan tentang CTPS pada responden di SDN Batuah I dan SDN Batuah III disajikan di tabel 3. Tabel 3 Tingkat Pengetahuan Siswa di SDN Batuah I dan Batuah III Pengetahuan Baik Kurang 1. SDN Batuah I 26 4 2. SDN Batuah III 23 7 Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa pengetahuan siswa di SDN Batuah I dan Batuah III tentang CTPS yang terbanyak adalah dalam kategori baik yaitu 26 anak (86,67%) di SDN Batuah I dan 23 anak (76.67%) di SDN 3.3. Gambaran Sikap tentang CTPS pada Responden di SDN Batuah I dan SDN Batuah III Gambaran sikap tentang CTPS pada responden di SDN Batuah I dan SDN Batuah III dilakukan melalui pengumpulan data dengan kuesioner yang disajikan di tabel 4. Tabel 4 Sikap tentang CTPS pada Responden di SDN Batuah I dan Batuah III Sikap Baik Kurang 1. SDN Batuah I 25 5 2. SDN Batuah III 25 5 Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa sikap responden di SDN Batuah I dan Batuah III tentang CTPS yang terbanyak adalah dalam kategori baik yaitu 25 anak (83.33%) di SDN Batuah I dan di SDN Pengetahuan merupakan faktor permudah (presdisposising factor) bagi anakanak untuk terlaksananya CTPS, dengan demikian faktor ini menjadi pemicu terhadap perilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi tindakannya akibat tradisi atau kebiasaan, kepercayaan, tingkat pendidikan dan tingkat social ekonomi (8). 4. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tingkat pengetahuan responden tentang CTPS paling banyak pada kategori baik yaitu sebanyak 86,67% di SDN Batuah I dan 76.67% di SDN Batuah III, sikap responden tentang CTPS paling banyak pada kategori baik yaitu sebanyak 83.33% di SDN Batuah I dan di SDN Penelitian selanjutnya dapat menggunakan rancangan penelitian lain seperti eksperimental dengan mempertimbangkan gambaran tingkat pengetahuan dan sikap sebelum diberikan intervensi; penelitian selanjutnya dapat menggunakan variabel lain seperti tindakan tentang CTPS untuk melihat tindakan nyata tentang CTPS pada responden; tingkat pengetahuan dan sikap yang baik tentang CTPS perlu mendapat dukungan dari pihak sekolah melalui penyediaan fasilitas CTPS yang memadai di lingkungan sekolah; masih adanya siswa dengan tingkat pengetahuan dan sikap yang kurang tentang CTPS menuntut pihak sekolah untuk meningkatkan promosi PHBS khususnya tentang CTPS yang dapat dilakukan melalui kerja sama dengan program Puskesmas Perawatan Pagatan. DAFTAR PUSTAKA 1. Depkes RI. Panduan Manajemen PHBS Menuju Kabupaten/Kota Sehat.Jakarta: Depkes RI; 2008. 2. Nicholas Midzi, Sekesai Mtapuri- Zinyowera, Munyaradzi P Mapingure, Noah H Paul, Davison Sangweme, Gibson Hlerema, et al. Knowledge attitudes and practices of grade three primary school children in relation to schistosomiasis, soil transmitted, helminthiasis and malaria in Zimbabwe.

Ratna Setyaningrum, dkk., Tingkat Pengetahuan 46 BMC Infectious Disease; 2011.Rudrajit Paul, Nilay Kanti Das, Rina Dutta, Bandyopadhyay R. Bacterial contaminant of hands of doctors. Indian Journal of Dermatology; 2011. 3. Balitbankes. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2013. 4. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2010. 5. Balitbankes. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2013. 6. Soekidjo Notoadmojo. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta; 20